Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pencemaran lingkungan akibat limbah industri pada tahun- tahun terakhir ini muncul ketengah-tengah masyarakat dengan sangat efektif terlihat dari pemberitaan media massa unjuk rasa maupun laporan-laporan masyarakat kepada lembaga-lembaga pemerintah. Bahkan diantaranya disertai tuntutan ganti rugi terhadap pengusaha industri yang diduga telah mencemarkan lingkungan. Limbah mencemarkan sungai-sungai, membuat udara pengap, menimbulkan kebisingan dan mencemarkan debu-debu serta sangat mengganggu bagi ketentraman masyarakat Ginting, 2010. Untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran akibat limbah industri pemerintah membuat konsep pembangunan industri yang berwawasan lingkungan yang bermakna pembangunan berkelanjutan yaitu suatu kegiatan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang maupun kebutuhan generasi sekarang. Salah satu aspek dari pembangunan industri yang berwawasan lingkungan adalah aspek pencemaran Ginting, 2010. Untuk dapat hidup dalam pembangunan berkelanjutan apabila pembangunan industri berada dalam kondisi industri yang berwawasan lingkungan yaitu industri berusaha memelihara kestabilan dan commit to user 2 melestarikan ekosistemnya. Tindakan yang diperlukan untuk melestarikan ekosistem industri adalah mencegah pencemaran, mengurangi emisi-emisi, menggunakan sumber daya biologi terpulihkan secara berkelanjutan dan mempertahankan keterpaduan ekosistem satu dengan ekosistem lainnya Walhi dalam Ginting, 2010. Bila ditinjau dari aspek pencemaran maka kehadiran teknologi pengolahan limbah mempunyai peranan yang amat penting. Dengan teknologi pengolahan limbah maka pencemaran dapat ditekan seminimum mungkin. Untuk memilih proses yang sesuai diperlukan pengetahuan tentang limbah seperti karakteristik limbah dan sumber- sumber limbah. Karakteristik limbah ditandai dengan jenis parameter limbah atau semakin tinggi konsentrasi limbah semakin diperlukan teknologi yang lebih baik. Teknologi canggih sering membutuhkan biaya mahal baik pada infestasi maupun pada biaya operasional. Karena itu pilihan teknologi bukan hanya berdasarkan kecanggihan tapi kemampuannya mengolah limbah mencapai baku mutu Ginting, 2010. Risiko terbesar yang dihadapi pelaku bisnis pertambangan, tak terkecuali PT. Antam, Tbk unit Geomin Pongkor, adalah potensi ancaman kerusakan lingkungan yang bisa mengganggu ekosistem di sekitar lokasi penambangan. Kenyataan ini harus disadari perusahaan sehingga harus ada upaya agar operasional penambangan di seluruh unit bisnis PT. Antam, Tbk unit Geomin Pongkor dijalankan sesuai praktik commit to user 3 penambangan yang baik dan sejalan peraturan yang berlaku, baik sejak perencanaan maupun setelah selesaipascatambang. Dalam proses eksplorasi, PT. Antam, Tbk unit Geomin Pongkor banyak menggunakan bahan bakar seperti solar, bahan kimia seperti polimer, bentonil, grease dan air. Bahan bakar, bahan kimia dan air ini digunakan pada proses pengeboran. Secara kasat mata bisa dilihat, secara tidak langsung terjadi potensi pencemaran lingkungan dari limbah B3 di area kerja. Yang seharusnya jika bahan B3 tercampur dengan air apabila akan dibuang harus sudah tidak terkontaminasi dengan bahan-bahan B3. Oleh karena itu apabila air buangan dari proses kegiatan pengeboran ini dialirkan langsung ke lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, maka akan menurunkan kualitas lingkungan dan merusak kehidupan yang ada di lingkungan tersebut. Dari hasil uji coba pertama hasil output limbah setelah diolah menggunakan oiltrap menunjukkan bahwa penurunan yang signifikan terjadi pada parameter BOD dan pH, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan sebelum dan sesudah pengolahan limbah dengan menggunakan oiltrap tersebut terhadap kedua parameter tersebut. Dari pengukuran sebelumnya diketahui bahwa kadar BOD dan pH sebelum diolah dengan Oiltrap pada limbah cair di PT. Antam, Tbk Unit Geomin sebelumnya didapatkan hasil kadar BOD sebesar 1570 commit to user 4 mgL dan kadar pH sebesar 8,9 mgL. Kualitas tersebut bila dibandingkan dengan baku mutu yang disyaratkan maka masih terlalu tinggi atau belum memenuhi standart baku mutu lingkungan. Berdasarkan permasalahan tersebut sudah dilakukan suatu usaha untuk menurunkan parameter pencemar dengan pengolahan secara fisik dengan menggunakan Oiltrap. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut dan memantau dua parameter air limbah yaitu kadar BOD dan pH setelah limbah diolah menggunakan teknologi Oiltrap.

B. Rumusan Masalah