IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SURAT EDARAN WALIKOTA TENTANG KEDISIPLINAN PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SURAT EDARAN WALIKOTA TENTANG KEDISIPLINAN PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

KOTA BANDAR LAMPUNG

(Studi Di Dinas Tata Kota Bandar Lampung) Oleh

JOSUA ELIE TAMPUBOLON

Setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, sebagai wujud apresiasi dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, Walikota Bandar Lampung mengeluarkan Surat Edaran Walikota (Nomor 800/1871/I.03/2011) tentang kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintahan Kota Bandar Lampung. Dalam Lampung Ekspres News pada Rabu, 15 September 2010, bahwa pada hasil sidak yang dilakukan oleh Komandan Polisi Pamong Praja, Inspektorat, dan Humas. Prestasi terbanyak PNS bolos berhasil dibukukan Dinas Tata Kota Bandar Lampung. Tujuan peneliti ingin mengetahui Proses Implementasi Kebijakan Surat Edaran Walikota tersebut di Dinas Tata Kota Bandar Lampung.

Tipe penelitian adalah deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau fenomena secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar


(2)

fenomena yang diselidiki, dengan pendekatan penelitian kualitatif. Fokus penelitian ini adalah komunikasi, sumber daya, disposisi, serta struktur birokrasi yang berkenaan dengan Implementasi Kebijakan Surat Edaran Walikota. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan membahas atau menceritakan semua data yang diteliti dengan prosedur analisis yaitu reduksi data, display

(penyajian data) dan verifikasi (menarik kesimpulan). Instrumen pengumpulan data adalah wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian di Dinas Tata Kota Bandar Lampung didapatkan bahwa dari 4 indikator dari model kebijakan Edward III yaitu komunikasi sudah dapat dikatakan kateogri baik, sumber daya sudah dapat dikatakan kategori baik, Disposisi masuk dalam kategori buruk, struktur birokrasi sudah dapat dikatakan kategori baik.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

THE POLICY IMPLEMENTATION OF THE MAYOR CIRCULAR REGARDING THE DISCIPLINE OF CIVIL SERVANTS IN THE ENVIRONMENT OF BANDAR LAMPUNG CITY GOVERNMENT

(Study at City Planning Department of Bandar Lampung ) By

JOSUA ELIE TAMPUBOLON

After the issuance of Government Regulation Number 53 Year 2010 regarding the discipline of civil servants, as a form of appreciation in increasing the discipline of Civil Servants, Mayor of Bandar Lampung issued a Mayor Circular (Number. 800/1871/I.03/2011) regarding the discipline in the environment of Bandar Lampung City Governement.

In Lampung Express News on Wednesday, September 15th, 2010, the results of unannounced inspections done by the the commander of Civil


(14)

Service Police, Inspector, and Public Relations. The most achievement of the truancy civil servants is succeed to be recorded by the City Planning Department of Bandar Lampung. The purpose of the researcher is to find out the policy implementation of the mayor circular at The City Planning Department of Bandar Lampung.

The research type is a descriptive, it is a research aims to make an description, illustration, or phenomenon systematically, factual, and accurate about the facts, properties, and the relationship between the investigated phenomenon, with the qualitative approach. The focus of this research is a communication, resources, disposition, and bureaucratic structures regarding to the Policy Implementation of the Mayor Circular. The data collection technique through the interview and documentations. Data Analysis is done by discuss or telling all the examined data with analysis procedure ie data reduction, display (data presentation) and verification (draw the conclusions). Data collection instruments are interview and documentations.

The results of the research at The City Planning Department of Bandar Lampung found that from 4 indicators of Edward III policy model is that the communication is in a good categories, the resources is in a good categories, the disposition is in a bad categories, the bureaucratic structures is in a good categories.


(15)

(16)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SURAT EDARAN WALIKOTA TENTANG KEDISIPLINAN PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

KOTA BANDAR LAMPUNG

(Studi Di Dinas Tata Kota Bandar Lampung)

Oleh

JOSUA ELIE TAMPUBOLON (0816021036)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses Implementasi ……….….. 12

2. Model Implementasi Kebijakan C.Edward III………... 21

3. Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle………... 23

4. Model Kebijakan Analisis Deliberatif ……… 25

5. Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn ….…. 27 6. Model Implementasi Kebijakan Sabatier dan Mazmanian……….. 29

7. Tahapan Kebijakan Publik Ripley dan David ………..…………. 31

8. Kerangka Pikir ………... 36

9. Analisis Data Kualitatif ………. 52

10.Struktur Organisasi Dinas Tata Kota Bandar Lampung ………… 74


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Admodiwirjo, Hadi. 2000. Membentuk Kedisiplinan Kerja., Bina Cipta. Bandung

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta.

Dunn, William N. 2003.Pengantar Analisis Kebijakan Publik edisi kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

H. Nainggolan. 1992. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Badan Administrasi kepegawaian. Jakarta.

Handayaningrat, Soewarno. 1986. Pengantar Studi Administrasi dan Manajemen. Pustaka Obor. Jakarta.

Hariandja. 2002. Disiplin Pegawai: Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys. Gava Media : Yogyakarta.

Islamy, M. Irfan. 2000. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara

Meter, Van. 1975. Model implementasi Kebijakan. Jakarta.

Miles, Matthew B. dan Huberman, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. University Indonesia Press. Jakarta.

Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.


(19)

Nazir, Moh. PH. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Pasolong, Harbani. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik. Alfabeta. Bandung.

Purwanto, Erwan Agus dan Sulistyastuti, Dyah Ratih. 2012. Implementasi Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasinya Di Indonesia. Gava Media. Yogyakarta.

Sedarmayanti. 2001. SDM dan Produktivitas Kerja. Bumi Aksara. Bandung.

Steer, Richard. 1985. Efektivitas Organisasi. Erlangga. Jakarta.

Suharto, Edi. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Alfabeta. Bandung.

Surachmad, Winarno. 1992. Dasar dan Teknik Ride. Tasrito. Bandung.

Uchyana Effendy, Onong. 1992. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Remaja Rosda Karya. Bandung

Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Prestindo. Yogyakarta

Sumber lain-lain

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung


(20)

http://diskominfo.kaltimprov.go.id/downlot.php?file=KMenpan_63_2003.pdf http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4c3c2dab8bea4/parent/1890 http://www.bkn.go.id/in/peraturan/pedoman/pedoman-penilaian-pns.html

http://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/01/26/tinjauan-teoritis-implementasi-kebijakan-model-c-g-edward-iii/


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ……… iii

DAFTAR TABEL ………. iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah………... 7

C. Tujuan Penelitian………. 7

D. Kegunaan Penelitian……….... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kebijakan ……… 9

B. Proses Implementasi Kebijakan ………. 11

C. Permasalahan Dalam Proses Implementasi Kebijakan ………….. 12

D. Disiplin Pegawai Negeri Sipil ……… 13

E. Implementasi Kebijakan Surat Edaran Walikota (Nomor :800/1871/I.03/2011) Tentang Kedisiplinan PNS………. 16

F. Model Implementasi Kebijakan………...…….. 17

G. Kerangka Pikir………... 34

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian……….... 37

B. Fokus Penelitian………. 40

C. Lokasi Penelitian……….... 44

D. Jenis Data………... 45

E. Penentuan Informan ……….. 46

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 47


(22)

H. Teknik Analisis Data………. 49

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Dinas Tata Kota Bandar Lampung ……… 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Implementasi kebijakan Surat Edaran Walikota Bandar Lampung tentang kedisiplinan PNS (Nomor : 800/1871/I.03/2011) …….. 73

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………... 100

B. Saran ……….. 102

DAFTAR PUSTAKA……… 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA PANDUAN DOKUMENTASI DAFTAR ABSENSI PEGAWAI HASIL WAWANCARA


(23)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel Aplikasi Konseptual Model Kebijakan Edward III ……….. 35 2. Sarana Dan Prasarana Dinas Tata Kota Bandar Lampung ……… 75 3. Aplikasi Terapan Model Edward III Dalam Kebijakan Surat Edaran

Walikota Bandar Lampung ……….. 78

4. Golongan dan Pangkat Pegawai Negeri Sipil ……….. 87 5. Sarana dan Prasarana Dinas Tata Kota Bandar Lampung ……... 90


(24)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai penyelenggara tugas pemerintahan dan pembangunan sangat menentukan guna mencapai tujuan suatu pemerintahan. PNS pada suatu instansi pemerintah yang merupakan suatu masyarakat dalam bentuk suatu usaha kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam bidang kenegaraan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, maka kerjasama yang demikian dilakukan oleh penguasa atau aparatur negara yang terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.

PNS berkedudukan sebagai pegawai negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan pegawai negara. PNS sebagai unsur utama sumber daya manusia pegawai negara. PNS sebagai unsur utama sumber manusia pegawai negara mempunyai peran yang sangat strategis dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan.


(25)

Menurut H. Nainggolan (1992:103) menyatakan bahwa untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas dan pemerintahan dan pembangunan,diperlukan pembinaan kualitas Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh bahan-bahan pertimbangan obyektif.

Upaya agar keluaran, manfaat, dan dampak dari program instansi pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan dapat dicapai apabila PNS sebagai pelaksana organisasi pemerintah bekerja dengan penuh disiplin. Pegawai yang disiplin bekerja ditunjukkan oleh tingginya tingat kehadiran mereka dalam menaati jadwal datang dan pulang dari kantor untuk melaksanakan tugasnya.

Permasalahan yang melatar belakangi adalah masih kurang optimalnya disiplin kerja pegawai. Untuk saat ini kinerja PNS di Kota Bandar Lampung masih terlihat rendah. Seperti yang telah di ungkap dalam Lampung Ekspres News pada Rabu, 15 September 2010, bahwa pada hasil sidak yang dilakukan oleh komandan polisi pamong praja, inspektorat, dan Humas. Tim menyusuri sebanyak 18 dinas/instasi, Hasilnya dari 805 jumlah pegawai di berbagai instansi tersebut, sebanyak 77 diantaranya tidak masuk tanpa keterangan. Prestasi terbanyak PNS bolos berhasil dibukukan Dinas Tata Kota Daerah Bandar lampung, dari total PNS yang ada sebanyak 71 PNS, 25 orang diantaranya alpa.


(26)

Kemudian bersamaan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS, Walikota Bandar Lampung mengeluarkan Surat Edaran Walikota (Nomor 800/1871/I.03/2011) tentang kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung dan dalam rangka mengimplementasikan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 diberlakukannya beberapa peraturan diantaranya kelengkapan atribut kedinasan, pengisian daftar hadir pagi sore, pengisian daftar hadir peserta upacara/bulanan, dan pengisian daftar hadir apel pagi dan sore bagi seluruh pegawai yang bekerja di instansi pemerintah daerah provinsi lampung. Sehingga diharapkan kebijakan yang mengacu kepada PP Nomor 53 Tahun 2010 tersebut dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan kerja PNS di Lingkungan Instansi Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan riset dari hasil wawancara penulis dengan Sekretaris dari Dinas Tata Kota Bandar Lampung, Sapriyani, SH, (Kamis, 21 juni 2012, Pukul 08.30 WIB) mengatakan bahwa dalam proses komunikasi/sosialisasi kepala dinas dalam menginstruksikan surat edaran walikota sering ada beberapa hal yang terlupakan dalam sebuah rpat, seperti contohnya dalam implementasi surat edaran walikota Bandar lampung tentang Kedisiplinan Pegawai, beliau lupa menegaskan dan mengharuskan penggunaan kelengkapan atribut dinas yang merupakan salah satu isi dari Surat Edaran Walikota Bandar Lampung tentang Kedisiplinan Pegawai Di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung


(27)

Kemudian berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Tata Kota Bandar Lampung, Herlinawati, SH, mengatakan bahwa dalam proses sumber daya manusia yang ada di Dinas Tata Kota masih kurang sesuai antara posisi jabatan dengan kemampuan/keahlian yang dimiliki oleh yang bersangkutan, sehingga dalam menjalankan tugas dan fungsinya seringkali mendapatkan kesulitan dan hambatan.

Untuk meraih apa yang menjadi tujuan dari surat edaran walikota tersebut, maka perlu diperlukan Komunikasi yang baik dengan semua bagian, yang dalam hal ini di Dinas Tata Kota Bandar Lampung, baik antara Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Sub Bagian, Kepala Bidang, Kepala Seksi dan staff pegawai tetap maupun Honor. Menurut Effendy (1992:122) Proses komunikasi organisasi maupun birokrasi salah satunya adalah komunikasi internal, komunikasi internal dibagi mejadi tiga dimensi, yaitu:

1. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas kebawah, dan dari staf ke pimpinan dengan cara timbale balik (two ways trafficcommunication). Dalam komunikasi vertikal terbagi atas dua, yaitu :

a) Komunikasi vertical ke bawah (downward communication) Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Komunikasi yang mengalr dari satu tingkat ke tingkat dibawahnya merupakan komunikasi vertical kebawah, yaitu komunikasi antara atasan dengan bawahannya.

b) Komunikasi vertical keatas (upward communication)

Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawanhan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Komunikasi yang mengalir dari staff di tingkat bawah ke tingkat lebih atas, dari staf pelaksana keatasannya, dari manajer/pejabat tingkat bawah ke manajer/ pejabat tingkat lebih atas.


(28)

2. Komunikasi horizontal

Komunikasi horizontal adalah ketika komunikasi terjadi antara anggota organisasi/pegawai dalam satuan kerja, antara manajer/pejabat pada level yang sama, diantara setiap personel yang secara horizontal ekivalen, maka pola ini dinamakan komunikasi horizontal.

3. Komunikasi diagonal

Hal lainnya dibutuhkan sumber daya manusia yang mendukung dalam pemahaman makna dan tujuan dari adanya kebijakan surat edaran walikota Bandar Lampung tersebut. Serta komitmen (disposisi) yang konsisten dalam menjalankan instruksi surat edaran walikota tersebut. Struktur birokrasi yang baik juga mendukung dalam mengimplementasikan surat edaran walikota mengingat kebijakan ini berada dalam ranah instansi/ badan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung, khususnya Di Dinas Tata Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan pra riset yang dilakukan penulis pada tanggal 23 Mei 2012, hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Tata Kota, Sapriyani, S.H bahwa dalam proses komunikasi/sosialisasi, Kepala Dinas Tata Kota dalam menginstruksikan surat edaran walikota dalam sebuah rapat, seperti contohnya beliau lupa menegaskan dan mengharuskan salah satu isi dari surat edaran walikota tersebut yaitu adanya kewajiban kelengkapan atribut dinas. Dan untuk proses komunikasi selanjutnya Kepala Dinas Tata Kota hanya memberikan pengarahan untuk menempelkan surat edaran walikota tersebut di papan pengumuman

Kemudian dengan hasil wawancara dan kepegawaian, Herlinawati, S.H dalam hasil wawancara mengatakan bahwa dalam proses sumber daya


(29)

manusia ada yang di dinas tata kota ini masihlah kurang sesuai antara posisi jabatan dengan kemampuan/keahlian yang dimiliki oleh yang bersangkutan, sehingga dalam menjalankan tugas dan fungsinya sering kali ditemui kesulitan dan hambatan. Selain itu menurut KasubbagUmum dan Kepegawaian Dinas Tata Kota mengatakan bahwa Dalam pelaksanaan absensi pegawai, sering terjadi kecurangan/penyimpangan yang disebabkan rendahnya karakter/komitmen masing-masing pegawai dan tidak adanya sanksi yang tegas dari Kepala Dinas yang membuat jera para pegawai, sehingga penyimpangan ini terus berlanjut.

Kemudian penuturan dari Kepala Evaluasi Rencana dan Pengembangan Kota, Tony Ferdinansyah, S.T,M.T, mengatakan bahwaSampai saat ini dalam pelaksanaan surat edaran walikota tentang kedisiplinan PNS ini masih jg sering pelanggaran, tapi dalam hal ini pelanggaran yang dimaksud masih dalam kategori pelanggaran ringan, seperti diantaranya adalah adanya pegawai yang pulang terlebih dahulu sebelum jam kerja selesai, tidak mengisi daftar absensi, keluar kantor diluar jam kantor menggunakan pakaian seragam dinas, dll hal ini terjadi karena memang terkadang pada hari-hari tertentu masing-masing pegawai di bagian bidangnya, sering tidak memiliki tugas yang harus dikerjakan Serta berbagai macam alasan lainnya seperti izin pulang untuk mengambil barang yang ketinggalan, izin ingin menengok orang sakit dll.”

Berdasarkan pemaparan diatas serta ditemukan adanya sedikit penyimpangan aturan, penulis ingin meneliti tentang proses Implementasi Kebijakan Surat Edaran Walikota (Nomor : 800/1871/I.03/2011) tentang


(30)

kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di Dinas Tata Kota Daerah Bandar Lampung melalui perspektif model kebijakan edward III yang memiliki 4 variabel diatas yakni, komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah proses Implementasi Kebijakan Walikota (Surat Edaran Nomor : 800/1871/I.03/2011) tentang kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Tata Kota Daerah Bandar Lampung ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses implementasi kebijakan Surat Edaran Walikota (nomor 800/1871/I.03) di Dinas Tata Kota Bandar Lampung dari perspektif model kebijakan Edward III.

D. Manfaat penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1) Secara Praktis, hasil penelitian ini sebagai Pedoman bagi Kepala Dinas Tata Kota Bandar Lampung dalam melaksanakan sebuah proses implementasi kebijakan yang baik, terutama dari segi komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.


(31)

2) Untuk menciptakan disposisi/karakter yang baik bagi Pegawai Negeri Sipil diharapkan agar setiap Kepala Dinas di SKPD masing-masing, agar memberikan sanksi/hukuman yang lebih tegas berupa adanya penundaan gaji secara berkala, diskors dalam jangka waktu tertentu berdasarkan PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, kemudian adanya reward atau penghargaan bagi pegawai yang disiplin. Serta menggunakan mesin finger print yang lebih efektif, professional, serta menghindari terjadinya kecurangan dalam pengisian daftar hadir pegawai.


(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Moh. Nazir (1988:63) mendefinisikan penelitian deskriptif sebagai suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau tulisan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Menurut mari singarimbun (1987:4) penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan secara terperinci tentang fenomena sosial tertentu. Metode analisis deskriptif kualitatif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya secara utuh. M. Hadari dan Martmi Hadari (1992:60) menyatakan bahwa analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan, mendeskripsikan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini sering dikenal dengan istilah penelitian kualitatif, sebab data-data yang akan dikumpulkan dilapangan nantinya adalah data-data yang bersifat kualitatif yang berbentuk kata dan perilaku, kalimat, skema, dan gambar. Bertitik


(33)

tolak hal itu maka penelitian kualitatif berusaha melihat, mengetahui, serta serta menggambarkan apa adanya, sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Pendekatan kualitatif nantinya dapat diharapkan dapat mengungkapkan peristiwa riil di lapangan dan metode kualitatif menempatkan peneliti sebagai instrument kunci dalam penelitian ini (Lincoln dan Guba 1985:198).

Dalam Moelang (2005:3) metode kualitatif yang didefinisikan oleh Bogdan adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Suripan Hadi Hutomo (dalam Burhan Bungin, 2001:56-57) menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif diantaranya adalah :

1) Sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti harus berusaha memahami fenomena sosial secara langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat;

2) Peneliti sendiri merupakan instrument penelitian yang paling penting di dalam pengumpulan data dan penginterpretasian data; 3) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, artinya mencatat secara teliti

segala fenomena yang dilihat dan didengar serta dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, video, tape recorder, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan, dan lain-lain) dan peneliti harus membanding-bandingkan, mengkombinasikan, mengabstraksikan, dan menarik kesimpulan; 4) Peneliti harus digunakan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu

(shaping), atau kasus (studi kasus); 5) Analisis bersifat induktif;

6) Di lapangan, peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang ditelitinya;

7) Data dan informan harus berasal dari tangan pertama;

8) Kebenaran data harus dicek dengan data lain, misalnya dokumen, wawancara, observasi mendalam, dan lain-lain (data lisan dicek dengan data tulis);


(34)

9) Orang (atau sesuatu) yang dijadikan subjek penelitian tersebut, partisipan (buku dapat dianggap sebagai partisipan), dan konsultan, teman juga dapat dijadikan partisipan;

10) Titik berat perhatian harus pada pandangan emik, artinya peneliti harus menaruh perhatian pada „masalah penting yang diteliti dari orang yang diteliti‟, dan bukan dari etik (dari kacamata peneliti); 11) Dalam pengumpulan data menggunakan „purposie sampling

(sampel yang sengaja dipilih sendiri oleh peneliti dengan alasan-alasan tertentu dan dapat dipertanggungjawabkan), dan bukan probabilistic statistic;

12) Dapat menggunakan data kualitatif maupun data kuantitatif.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, antara lain adalah :

1) Menentukan masalah yang dijadikan pokok-pokok pembahasan. 2) Menentukan ruang lingkup penelitian.

3) Mengumpulkan data yang digunakan guna menjawab permasalahan penelitian.

4) Menarik kesimpulan dari data-data yang berhasil dikumpulkan dan diolah.

5) Menyusun laporan hasil penelitian secara tertulis.

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah proses implementasi kebijakan Surat Edaran Walikota tentang kedisiplinan PNS pada Dinas Tata Kota Bandar Lampung. Dalam penelitian ini, data yang berhubungan dengan pokok bahasan yang akan dikumpulkan dengan melakukan wawancara kepada informan yang berkompeten dan berkaitan dalam masalah ini. Setelah data dikumpulkan akan diperiksa sehingga dapat ditarik kesimpulan.


(35)

B. Fokus Penelitian

Menurut Lexy J. Maleong (2007:237), fokus penelitian ditentukan dengan tujuan :

1) Membatasi studi, berarti bahwa dengan adanya fokus penentuan tempat, penelitian menjadi layak.

2) Secara efektif untuk menyaring informasi yang mengalir masuk, jika data tidak relevan maka data tersebut dapat dihiraukan.

Surat Edaran Walikota (Nomor : 800/1871/I.03/2011) tentang Kedisiplinan PNS ini disebarkan kepada seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung, yang berjumlah 41 SKPD. Untuk membatasi analisis dalam penelitian ini, yang menjadi inti perumusan masalah dan tujuan penelitian, penulis memfokuskan penelitian ini pada proses Implementasi Kebijakan Surat Edaran Walikota Tentang Kedisiplinan PNS Pada Dinas Tata Kota Bandar Lampung, hal ini dikarenakan Dalam Lampung Ekspres News pada Rabu, 15 September 2010, bahwa pada hasil sidak yang dilakukan oleh komandan polisi pamong praja, inspektorat, dan Humas, Prestasi terbanyak PNS bolos berhasil dibukukan Dinas Tata Kota Daerah Bandar lampung, dari total PNS yang ada sebanyak 71 Pegawai Negeri Sipil didapati tidak hadir di lokasi kerja masing-masing instansi/dinas, 25 orang diantaranyaalpa.(http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4c3c 2dab8bea4/parent/1890)


(36)

Dalam Dwiyanto Indiahono (2009:136-137), mengatakan bahwa faktor-faktor dari rencana proses implementasi kebijakan yaitu diperlukan adanya sosialisasi, dukungan kelompok sasaran, dan dukungan aktor pelaksana (implementor) yang bila dikaitkan dalam penelitian ini adalah bahwa dalam sosialisasi, itu perlu dilakukan komunikasi terhadap adanya Surat Edaran Walikota Bandar Lampung tentang kedisiplinan serta adanya dukungan dari kelompok sasaran kebijakan yaitu para Pegawai Negeri Sipil di Dinas Tata Kota Bandar Lampung dan yang terakhir adanya dukungan aktor pelaksana yaitu dalam penelitian ini adalah kepala dinas beserta kepala bagian kepala bidang serta kepala seksi yang menjadi implementor kebijakan surat edaran walikota terhadap para kelompok sasaran. Kemudian berdasarkan latar belakang yang didapati ada permasalahan dari segi komunikasi, sumber daya serta disposisi, maka peneliti mempersempit ruang lingkup penelitian dengan model kebijakan yang terkait yaitu model Edward III yang terdiri dari variabel komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasinya.

Penelitian tentang proses implementasi kebijakan surat edaran walikota Bandar lampung tentang kedisiplinan PNS ini pada Dinas Tata Kota Bandar Lampung. Berdasarkan Surat Edaran Walikota Bandar Lampung tentang kedisiplinan PNS tersebut, penulis juga memperkecil ruang lingkup penelitian ini, yakni berdasarkan dari model kebijakan Edward III antara lain komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi dari Surat Edaran Walikota (Nomor : 800/1871/I.03/2011) tentang kedisiplinan PNS yang isinya antara lain :


(37)

1. Penggunaan kelengkapan atribut kedinasan pegawai negeri sipil 2. Pelaksanaan pengisian daftar hadir absensi pagi sore

3. Pelaksanaan pengisian daftar hadir apel mingguan/bulanan 4. Pelaksanaan pengisian daftar hadir apel pagi dan sore

berdasarkan Surat Edaran Walikota Bandar Lampung (Nomor : 800/1871/I.03/2011) tentang kedisiplinan PNS ini, penulis hanya meneliti proses implementasi kebijakan dari segi komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasinya.

Model implementasi George C. Edward III yang antara lain terbagi menjadi 4 aspek dengan ruang lingkupnya masing-masing sebagai berikut: 1) Komunikasi

a. Siapakah implementor dan kelompok sasaran dari program/kebijakan ?

b. Bagaimana sosialisasi program/kebijakan efektif dijalalankan ? - Metode yang digunakan

- Intensitas komunikasi

2) Sumber daya

a. Kemampuan implementor - Tingkat pendidikan

- Tingkat pemahaman terhadap tujuan dan sasaran serta aplikasi detail program


(38)

b. Ketersediaan dana

- Berapa dana yang dialokasikan

- Prediksi kekuatan dana dan besaran biaya untuk implementasi program/kebijakan

3) Disposisi

a. Karakter pelaksana

- Tingkat komitmen dan kejujuran: dapat diukur dengan tingkat konsistensi antara pelaksanaan kegiatan dengan guideline yang telah ditetapkan. Semakin sesuai dengan guideline semakin tinggi komitmennya.

- Tingkat demokratis, dapat diukur dengan intensitas pelaksana melakukan proses sharing dengan kelompok sasaran, mencari solusi dari masalah yang dihadapi dan melakukan diskresi yang berbeda dengan guideline guna mencapai tujuan dan sasaran program.

4) Struktur birokrasi

a. Ketersediaan SOP yang mudah dipahami b. Struktur birokrasi

- Seberapa jauh rentang kendali antara pucuk pimpinan dan bawahan dalam struktur organisasi pelaksana. Semakin jauh berarti semakin rumit, birokratis dan lambat untuk merespon perkembangan program.


(39)

C. Lokasi Penelitian

Penetapan lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan tujuan penelitian. Purposive adalah lokasi penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan diambil berdasarkan tujuan penelitian.

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Dinas Tata Kota yang beralamat di Jalan Dr. Susilo No.2 Bandar Lampung. Alasan dijadikannya Dinas Tata Kota Di Bandar Lampung sebagai lokasi penelitian antara lain karena :

1. Dalam Lampung Ekspres News pada Rabu, 15 September 2010, bahwa pada hasil sidak yang dilakukan oleh komandan polisi pamong praja, inspektorat, dan Humas. Tim menyusuri sebanyak 18 dinas/instasi, Hasilnya dari 805 jumlah pegawai di berbagai instansi tersebut, sebanyak 77 diantaranya tidak masuk tanpa keterangan. Prestasi terbanyak PNS bolos berhasil dibukukan Dinas Tata Kota Daerah Bandar lampung, dari total PNS yang ada sebanyak 71 Pegawai Negeri Sipil didapati tidak hadir di lokasi kerja masing-masing instansi/dinas, 25 orang diantaranya alpa.

(http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4c3c2dab8bea4/p arent/1890


(40)

D. Jenis Data

Menurut Pasolong (2012:70), jenis data yang digunakan dalam metode penelitian kualitatif dibagi menjadi dua yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data (peneliti) dari objek penelitiannya. Jadi data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkan atau menggunakannya. Data primer dalam penelitian ini didapatkan melalui proses wawancara mendalam secara langsung berdasarkan panduan melalui daftar pertanyaan/wawancara, dengan informan di lingkungan Dinas Tata Kota di Bandar Lampung. Data primer yang digunakan antara lain hasil wawancara, dokumen/buku Rencana Strategis Dinas Tata Kota Bandar Lampung Periode 2010-2014,

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Jadi data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data pelengkap dan penunjang dari data primer. Data sekunder yang digunakan antara lain, PP NO. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, Perda Kota Bandar Lampung Nomor 03 Tahun 2008, Daftar absensi pagi sore, daftar apel pagi sore serta daftar hadir apel mingguan/bulanan.


(41)

E. Penentuan Informan

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan maka dalam penelitian ini diperlukan sumber data. Dalam menyebutkan identitas sumber data primer dalam penelitian ini digunakan istilah “informan” untuk menjaga identitas

asli responden. Menurut Pasolong (2012:107-108), Teknik Purposive Sampling/Sampling Bertujuan adalah suatu teknik penarikan sampel yang digunakan dengan cara sengaja atau menunjuk langsung kepada orang yang dianggap dapat mewakili karakteristik-karakteristik populasi. Penggunaan purposive sampling bertujuan untuk mengambil sampel secara subjektif, dengan anggapan bahwa sampel yang diambil itu merupakan keterwakilan (representatif) bagi peneliti, sehingga pengumpulan data yang langsung pada sumber dapat dilakukan secara proporsional demi keakuratan penelitian.

Sedangkan menurut Arikunto (2010:83), sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan cir-ciri pokok populasi. b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan

subjek yang paling banyak mengandung cirri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis)

Berdasarkan Teknik Purposive Sampling maka, dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian ini adalah


(42)

1) Kepala Dinas Tata Kota 2) Sekretariat Dinas Tata Kota :

a. Kepala Sub Bagian Penyusunan Program, Monitoring, Dan Evaluasi;

b. Kepala Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian c. Kepala Sub Bagian Keuangan

3) Kepala Bidang Dinas Tata Kota 4) Kepala Seksi Dinas Tata Kota 5) Staff pegawai tetap/honorer

Alasan dipilih dan ditunjuknya informan diatas adalah bahwa penelitian ini adalah untuk mengetahui proses implementasi kebijakan, oleh karena itu penulis memilih para pimpinan/kepalanya atau implementor yang memiliki wewenang dalam melaksanakan proses implementasi kebijakan surat edaran walikota dan dianggap memahami betul mengenai hal tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Hasil dari setiap penelitian menurut data yang benar dan dipertanggungjawabkan secara kebenarannya, informasi yang akurat sangat menunjang hasil yang akan diperoleh.

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data primer untuk kebutuhan suatu penelitian. Pengumpulan data harus menggunakan prosedur yang sistematik dan terstandar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian.Pasolong, (2012:130)


(43)

Metode kualitatif akan menghasilkan data deskriptif yang akan memungkinkan peneliti untuk melihat obyek penelitian, pemahaman dalam metode kualitatif juga dapat dilakukan dengan Wawancara secara Langsung, Studi Dokumentasi, dan teknik pengamatan/observasi

Pengkajian dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa :

1) Wawancara Secara Langsung

Diartikan sebagai suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka di antara pewawancara dengan informan (Nazir, 1988:23-40). Wawancara dilakukan dengan para informan untuk mendapatkan data primer sebagaimana terurai pada sub bab sebelumnya yang berkaitan dengan proses Implementasi Kebijakan Surat Edaran Walikota Tentang Kedisiplinan PNS Pada Dinas Tata Kota Bandar Lampung.

2) Teknik Dokumentasi

Teknik pengumpulan dokumentasi dalam penelitian ini berupa Data Struktur Organisasi, arsip/buku daftar hadir pegawaian, buku monografi, data kepegawaian, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah,. Dokumentasi dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder dan merupakan teknik bantu dalam pengumpulan data.


(44)

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian dari lapangan dikumpulkan dan setelah itu data tersebut diolah. Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1) Editing, yaitu cara yang digunakan untuk meneliti kembali data yang telah diperoleh dari lapangan baik yang diperoleh melalui wawancara maupun yang diperoleh melalui dokumentasi. Teknik editing data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyalin ulang hasil dari wawancara dengan informan yang berupa data mentah yang berkaitan dengan proses implementasi kebijakan surat edaran walikota tentang kedisiplinan PNS pad Dinas Tata Kota Bandar Lampung ke dalam bentuk tulisan dan berupa lampiran dalam skripsi ini.

2) Interpretasi, yaitu memberikan penafsiran atau penjabaran atas hasil penelitian untuk dicari makna yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban yang diperoleh dengan data yang lain. Adapun proses interpretasi atas hasil penelitian dalam skripsi ini berupa menghubungkan hasil dari wawancara terhadap informan dengan tinjauan pustaka.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif untuk menganalisis data dengan cara memaparkan, mengelola, menggambarkan, dan menafsirkan hasil


(45)

penelitian dengan kata-kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Adapun analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memaparkan hasil wawancara ke dalam lampiran, mengelola data ke dalam bentuk lampiran, menggambarkan proses penelitian dan hasil wawancara ke dalam pembahasan dalam skripsi ini dan terakhir adalah menafsirkan hasil penelitian ini dengan menghubungkan teori-teori dan data yang ada dengan hasil wawancara dengan informan pada pada Dinas Tata Kota Bandar Lampung.

Proses analisis data kualitatif menurut Milles dan Huberman (1992) yang dikutip dalam Basrowi dan Suwandi (2008:209-210) melalui tiga proses yaitu pada halaman berikut:

1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari catatan tertulis dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian. pada tahap awal : melalui kerangka konseptual, permasalahan, pendekatan pengumpulan data yang diperoleh. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan/interpretasi finalnya dapat ditarik dan diversifikasi. Cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi ketat, ringkasan atau uraian singkat,


(46)

menggolongkan ke dalam suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya. Dalam proses reduksi, peneliti mencari data yang benar-benar valid. Ketika peneliti menyangsikan kebenaran data yang diperoleh akan dicek ulang dengan informan lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui.

2) Display (Penyajian Data)

Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan. Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu, sajiannya harus tertata secara apik. Dalam tahap ini peneliti juga melakukan display (penyajian) data secara sistematik, agar lebih mudah untuk dipahami interaksi antar bagian-bagiannya dalam konteks yang utuh bukan segmental atau fragmental terlepas satu dengan lainnya.

3) Verifikasi (menarik kesimpulan)

Yaitu peneliti berusaha mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dan alur sebab akibat dan proposisi. Kesimpulan diversifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data yang diuji kebenaran, kekokohan dan kesesuaiannya yang merupakan validitasnya, sehingga akan diperoleh kesimpulan yang terjamin


(47)

serta jelas kebenaran dan kegunaannya. Dalam tahap ini peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah selanjutnya yang terakhir yaitu melaporkan hasil penelitian dengan lengkap.

Berdasarkan uraian diatas, langkah analisis data dengan pendekatan ini dapat digambarkan pada halaman selanjutnya :

Koleksi Data Display Data

Reduksi Data

Penarikan/Pemaparan Kesimpulan

Gambar 9. Analisis Data Kualitatif Menurut Milles dan Huberman

Siklus interaktif ini menunjukkan adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk memahami atau mendapatkan pengertian yang komprehensif dan rinci mengenai suatu masalah, sehingga dapat melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang valid dan terjamin.


(48)

Absensi Daftar Pagi Sore Dinas Tata Kota Bandar Lampung

Hari :

Tanggal : Bulan :

No. Nama/NIP Pangkat/Gol Jabatan Tanda Tangan

Pagi Sore

1 Effendi Yunus, SH NIP. 19580823 198303 1 009

Pembina Utama Muda IV/C

Kepala Dinas Tata Kota 2 Sapriyani, SH

NIP. 19591215 198503 2 008

Pembina Tk. I IV/B

Sekretaris Dinas Tata Kota 3 Dra. Yuswinardi

NIP. 19570419 198403 1 004

Pembina IV/a Kabid Pengawasan Pengendalian Dan Monitoring 4 Hairul Akmal M. S.Sos

NIP. 19620813 198402 1 002

Pembina IV/a Kabid Perencanaan Dan Pengembangan Kota 5

Dekrikson, SH., MH NIP. 19691229 199103 1 007

Penata Tk. I III/d

Kabid Pengukuran Dan

Dokumentasi 6 Riduan A., SH

NIP. 19590104 198103 1 016

Penata Tk. I III/d

Kabid Penataan Bangunan 7 Muherwan, SE

NIP. 19590518 198607 1 001

Penata Tk. I III/d

Kasi Penelitian Fungsi Bangunan 8 Herlinawati, SH

NIP. 19710212 199703 2 005

Penata Tk. I III/d

Kasubag Umum Dan Kepegawaian 9 Diantina, S.Sos

NIP. 19611211 198703 2 001

Penata Tk. I III/d

Staf 10 Kamil, SH

NIP. 19620820 199001 1 002

Penata Tk. I III/d

Staf 11 Ika Rawantika D.,SP,MT

NIP. 19720924 199803 2 003

Penata Tk. I III/d

Kasi Pengarahan Pemanfaatan

Ruang Kota 12 Asmaneli, S.Sos

NIP. 19641002 199403 2 002

Penata Tk. I III/d

Kasubag Keuangan 13 Hi. Erwanuddin, ST

NIP. 19610511 198703 1 005

Penata Tk. I III/d

Kasi Pengawasan Dan Pendataan

Lapangan 14 Yustam Effendi, SH., MH

NIP. 19741211 199503 1 002

Penata Tk. I III/d

Kasi Pengendalian Dan Penegakan

Hukum 15 Ari Budiman G., S.Sos, MM

NIP. 19741014 199603 1 001

Penata Tk. I III/d

Kasi Penyuluhan Dan Pelaporan 16 Tony Ferdinansyah, ST., MT

NIP. 19760307 200003 1 003

Penata Tk. I III/d

Kasi Evaluasi Rencana Dan Pengembangan

Kota 17 Farrah Nitasya M., SE., MM

NIP. 19770702 199803 2 002

Penata Tk. I III/d

Kasi Penyusunan Rencana Rinci


(49)

18 Herwansyah, BA NIP. 19601015 198902 1 001

Penata III/c

Staf 19 Indra Gunawan, SH

NIP. 19700214 199402 1 002

Penata III/c

Kasi Pemetaan 20 Erwansyah, ST.,MM

NIP. 19711209 200003 1 001

Penata III/c

Kasi Konstruksi Dan Arsitektur

Bangunan 21 A.Yusman Mara, SH

NIP. 19740630 199403 1 001

Penata III/c

Staf

22 Yosi Floren, SE NIP. 19781117 199803 2 004

Penata III/c

Staf 23 Istuani

NIP. 195609258 198303 1 008

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 24 Indrawati S.

NIP. 19650623 198603 1 008

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 25 Amir Aidin, SE

NIP. 19690607 199005 1 001

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 26 Sukis Watoyo, ST.,MT

NIP. 19630126 199103 1 002

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 27 Drs. Anthoni Rozak

NIP. 19630923 198609 1 001

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 28 Rifki

NIP. 19630118 198703 1 006

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 29 Ahba Bina, S.Sos

NIP. 19670727 199203 2 007

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 30 Ipriyanti, SE

NIP. 19700101 199503 2 003

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 31 Joko Sulistio, ST

NIP. 19750313 200501 1 009

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 32 Taufik Hidayat, S.Sos, MH

NIP. 19780821 200604 1 006

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 33 Desi Permulia, SH

NIP. 19761206 200312 2 003

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 34 Triyani, S.Sos

NIP. 19680812 200701 2 011

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 35 Desiana, SE., MM

NIP. 19720501 200701 2 034

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 36 Karlia Dirangga, ST., MT

NIP. 19830723 200804 2 002

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 37 Kamaruddin

NIP. 19630120 198603 1 008

Penata Muda III/a

Staf 38 M. Riza Pahlevi, ST

NIP. 19760118 200902 1 004

Penata Muda III/a

Staf 39 Ari Oktara, ST

NIP. 19761009 200902 1 002

Penata Muda III/a

Staf 40 Tenni Oksowela, S.TP

NIP. 19851010 200902 2 011

Penata Muda III/a

Staf 41 Perita, ST

NIP. 19800212 201001 2 005

Penata Muda III/a

Staf 42 Ilmah Nahlani, ST

NIP. 19871019 201001 2 003

Penata Muda III/a

Staf 43 Nofy Nurmansyah, S.IP

NIP. 19761120 199503 1 001

Penata Muda III/a

Staf 44 Allen Saddeli, SE

NIP. 19760214 201101 1 002

Penata Muda III/a


(50)

45 Harry Gumanti, SE NIP. 19811011 201101 1 002

Penata Muda III/a

Staf 46 Yulianti, A.md

NIP. 19750129 199902 2 001

Penata Muda III/a

Staf 47 Sulastri

NIP. 19740717 20001 2 008

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 48 Resmida

NIP.

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 49 Nining Suryatiningsih

NIP. 19780310 200701 2 007

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 50 Ropiah

NIP. 19770516 200701 2 009

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 51 Darmawan

NIP. 19720518 200701 1 008

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 52 Mardiana

NIP. 19720308 200701 2 010

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 53 Rantiyah

NIP. 19710703 200701 2 013

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 54 Aida Sari

NIP. 19700512 200701 2 013

Pengatur Muda II/a

Staf 55 Hidayaturohhim TKS - 56 I Wayan Nurbagio, ST TKS - 57 Risky Radiantoro TKS - 58 Marpoyo TKS - 59 Misni TKS - 60 Sutarno TKS -

Kepala Dinas Tata Kota Kota Bandar Lampung

Effendi Yunus, SH


(51)

Absensi Daftar Apel Pagi Sore Dinas Tata Kota Bandar Lampung

Hari :

Tanggal : Bulan :

No. Nama/NIP Pangkat/Gol Jabatan Tanda Tangan

Apel Pagi

Apel Sore 1 Effendi Yunus, SH

NIP. 19580823 198303 1 009

Pembina Utama Muda IV/C

Kepala Dinas Tata Kota 2 Sapriyani, SH

NIP. 19591215 198503 2 008

Pembina Tk. I IV/B

Sekretaris Dinas Tata Kota 3 Dra. Yuswinardi

NIP. 19570419 198403 1 004

Pembina IV/a Kabid Pengawasan Pengendalian Dan Monitoring 4

Hairul Akmal M. S.Sos NIP. 19620813 198402 1 002

Pembina IV/a Kabid Perencanaan Dan Pengembangan Kota 5

Dekrikson, SH., MH NIP. 19691229 199103 1 007

Penata Tk. I III/d

Kabid Pengukuran Dan

Dokumentasi 6 Riduan A., SH

NIP. 19590104 198103 1 016

Penata Tk. I III/d

Kabid Penataan Bangunan 7 Muherwan, SE

NIP. 19590518 198607 1 001

Penata Tk. I III/d

Kasi Penelitian Fungsi Bangunan 8

Herlinawati, SH NIP. 19710212 199703 2 005

Penata Tk. I III/d

Kasubag Umum Dan Kepegawaian 9 Diantina, S.Sos

NIP. 19611211 198703 2 001

Penata Tk. I

III/d Staf 10 Kamil, SH

NIP. 19620820 199001 1 002

Penata Tk. I

III/d Staf 11

Ika Rawantika D.,SP,MT NIP. 19720924 199803 2 003

Penata Tk. I III/d

Kasi Pengarahan Pemanfaatan

Ruang Kota 12 Asmaneli, S.Sos

NIP. 19641002 199403 2 002

Penata Tk. I III/d

Kasubag Keuangan 13

Hi. Erwanuddin, ST NIP. 19610511 198703 1 005

Penata Tk. I III/d

Kasi Pengawasan Dan Pendataan

Lapangan 14

Yustam Effendi, SH., MH NIP. 19741211 199503 1 002

Penata Tk. I III/d

Kasi Pengendalian Dan Penegakan

Hukum 15 Ari Budiman G., S.Sos, MM

NIP. 19741014 199603 1 001

Penata Tk. I III/d

Kasi Penyuluhan Dan Pelaporan 16

Tony Ferdinansyah, ST., MT NIP. 19760307 200003 1 003

Penata Tk. I III/d Kasi Evaluasi Rencana Dan Pengembangan Kota 17

Farrah Nitasya M., SE., MM NIP. 19770702 199803 2 002

Penata Tk. I III/d

Kasi Penyusunan Rencana Rinci


(52)

18 Herwansyah, BA NIP. 19601015 198902 1 001

Penata

III/c Staf 19 Indra Gunawan, SH

NIP. 19700214 199402 1 002

Penata

III/c Kasi Pemetaan 20

Erwansyah, ST.,MM NIP. 19711209 200003 1 001

Penata III/c

Kasi Konstruksi Dan Arsitektur

Bangunan 21 A.Yusman Mara, SH

NIP. 19740630 199403 1 001 Penata

III/c Staf 22 Yosi Floren, SE

NIP. 19781117 199803 2 004

Penata

III/c Staf 23 Istuani

NIP. 195609258 198303 1 008

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 24 Indrawati S.

NIP. 19650623 198603 1 008

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 25 Amir Aidin, SE

NIP. 19690607 199005 1 001

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 26 Sukis Watoyo, ST.,MT

NIP. 19630126 199103 1 002

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 27 Drs. Anthoni Rozak

NIP. 19630923 198609 1 001

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 28 Rifki

NIP. 19630118 198703 1 006

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 29 Ahba Bina, S.Sos

NIP. 19670727 199203 2 007

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 30 Ipriyanti, SE

NIP. 19700101 199503 2 003

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 31 Joko Sulistio, ST

NIP. 19750313 200501 1 009

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 32 Taufik Hidayat, S.Sos, MH

NIP. 19780821 200604 1 006

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 33 Desi Permulia, SH

NIP. 19761206 200312 2 003

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 34 Triyani, S.Sos

NIP. 19680812 200701 2 011

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 35 Desiana, SE., MM

NIP. 19720501 200701 2 034

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 36 Karlia Dirangga, ST., MT

NIP. 19830723 200804 2 002

Penata Muda

Tk.I III/b Staf 37 Kamaruddin

NIP. 19630120 198603 1 008

Penata Muda

III/a Staf 38 M. Riza Pahlevi, ST

NIP. 19760118 200902 1 004

Penata Muda

III/a Staf 39 Ari Oktara, ST

NIP. 19761009 200902 1 002

Penata Muda

III/a Staf 40 Tenni Oksowela, S.TP

NIP. 19851010 200902 2 011

Penata Muda

III/a Staf 41 Perita, ST

NIP. 19800212 201001 2 005

Penata Muda

III/a Staf 42 Ilmah Nahlani, ST

NIP. 19871019 201001 2 003

Penata Muda

III/a Staf 43 Nofy Nurmansyah, S.IP

NIP. 19761120 199503 1 001

Penata Muda

III/a Staf 44 Allen Saddeli, SE

NIP. 19760214 201101 1 002

Penata Muda


(53)

45 Harry Gumanti, SE NIP. 19811011 201101 1 002

Penata Muda

III/a Staf 46 Yulianti, A.md

NIP. 19750129 199902 2 001

Penata Muda

III/a Staf 47 Sulastri

NIP. 19740717 20001 2 008

Pengatur Muda

Tk.I II/b Staf 48 Resmida

NIP.

Pengatur Muda

Tk.I II/b Staf 49 Nining Suryatiningsih

NIP. 19780310 200701 2 007

Pengatur Muda

Tk.I II/b Staf 50 Ropiah

NIP. 19770516 200701 2 009

Pengatur Muda

Tk.I II/b Staf 51 Darmawan

NIP. 19720518 200701 1 008

Pengatur Muda

Tk.I II/b Staf 52 Mardiana

NIP. 19720308 200701 2 010

Pengatur Muda

Tk.I II/b Staf 53 Rantiyah

NIP. 19710703 200701 2 013

Pengatur Muda

Tk.I II/b Staf 54 Aida Sari

NIP. 19700512 200701 2 013

Pengatur Muda

II/a Staf 55 Hidayaturohhim TKS - 56 I Wayan Nurbagio, ST TKS - 57 Risky Radiantoro TKS - 58 Marpoyo TKS - 59 Misni TKS - 60 Sutarno TKS -

Kepala Dinas Tata Kota Kota Bandar Lampung

Effendi Yunus, SH


(54)

Absensi Daftar Peserta Upacara Mingguan Dinas Tata Kota Bandar Lampung

Hari :

Tanggal : Bulan :

No. Nama/NIP Pangkat/Gol Jabatan Tanda

Tangan 1 Effendi Yunus, SH

NIP. 19580823 198303 1 009

Pembina Utama Muda IV/C

Kepala Dinas Tata Kota 2 Sapriyani, SH

NIP. 19591215 198503 2 008

Pembina Tk. I IV/B

Sekretaris Dinas Tata Kota 3 Dra. Yuswinardi

NIP. 19570419 198403 1 004

Pembina IV/a

Kabid Pengawasan Pengendalian Dan

Monitoring 4 Hairul Akmal M. S.Sos

NIP. 19620813 198402 1 002

Pembina IV/a

Kabid Perencanaan Dan Pengembangan

Kota 5 Dekrikson, SH., MH

NIP. 19691229 199103 1 007

Penata Tk. I III/d

Kabid Pengukuran Dan Dokumentasi 6 Riduan A., SH

NIP. 19590104 198103 1 016

Penata Tk. I III/d

Kabid Penataan Bangunan 7 Muherwan, SE

NIP. 19590518 198607 1 001

Penata Tk. I III/d

Kasi Penelitian Fungsi Bangunan 8 Herlinawati, SH

NIP. 19710212 199703 2 005

Penata Tk. I III/d

Kasubag Umum Dan Kepegawaian 9 Diantina, S.Sos

NIP. 19611211 198703 2 001

Penata Tk. I III/d

Staf 10 Kamil, SH

NIP. 19620820 199001 1 002

Penata Tk. I III/d

Staf 11 Ika Rawantika D.,SP,MT

NIP. 19720924 199803 2 003

Penata Tk. I III/d

Kasi Pengarahan Pemanfaatan Ruang

Kota 12 Asmaneli, S.Sos

NIP. 19641002 199403 2 002

Penata Tk. I III/d

Kasubag Keuangan 13 Hi. Erwanuddin, ST

NIP. 19610511 198703 1 005

Penata Tk. I III/d

Kasi Pengawasan Dan Pendataan

Lapangan 14 Yustam Effendi, SH., MH

NIP. 19741211 199503 1 002

Penata Tk. I III/d

Kasi Pengendalian Dan Penegakan

Hukum 15 Ari Budiman G., S.Sos, MM

NIP. 19741014 199603 1 001

Penata Tk. I III/d

Kasi Penyuluhan Dan Pelaporan 16 Tony Ferdinansyah, ST., MT

NIP. 19760307 200003 1 003

Penata Tk. I III/d

Kasi Evaluasi Rencana Dan Pengembangan Kota 17 Farrah Nitasya M., SE., MM

NIP. 19770702 199803 2 002

Penata Tk. I III/d

Kasi Penyusunan Rencana Rinci Tata

Ruang 18 Herwansyah, BA

NIP. 19601015 198902 1 001

Penata III/c

Staf 19 Indra Gunawan, SH

NIP. 19700214 199402 1 002

Penata III/c

Kasi Pemetaan 20 Erwansyah, ST.,MM

NIP. 19711209 200003 1 001

Penata III/c

Kasi Konstruksi Dan Arsitektur Bangunan 21 A.Yusman Mara, SH Penata Staf


(55)

NIP. 19740630 199403 1 001 III/c 22 Yosi Floren, SE

NIP. 19781117 199803 2 004

Penata III/c

Staf 23 Istuani

NIP. 195609258 198303 1 008

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 24 Indrawati S.

NIP. 19650623 198603 1 008

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 25 Amir Aidin, SE

NIP. 19690607 199005 1 001

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 26 Sukis Watoyo, ST.,MT

NIP. 19630126 199103 1 002

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 27 Drs. Anthoni Rozak

NIP. 19630923 198609 1 001

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 28 Rifki

NIP. 19630118 198703 1 006

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 29 Ahba Bina, S.Sos

NIP. 19670727 199203 2 007

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 30 Ipriyanti, SE

NIP. 19700101 199503 2 003

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 31 Joko Sulistio, ST

NIP. 19750313 200501 1 009

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 32 Taufik Hidayat, S.Sos, MH

NIP. 19780821 200604 1 006

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 33 Desi Permulia, SH

NIP. 19761206 200312 2 003

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 34 Triyani, S.Sos

NIP. 19680812 200701 2 011

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 35 Desiana, SE., MM

NIP. 19720501 200701 2 034

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 36 Karlia Dirangga, ST., MT

NIP. 19830723 200804 2 002

Penata Muda Tk.I III/b

Staf 37 Kamaruddin

NIP. 19630120 198603 1 008

Penata Muda III/a

Staf 38 M. Riza Pahlevi, ST

NIP. 19760118 200902 1 004

Penata Muda III/a

Staf 39 Ari Oktara, ST

NIP. 19761009 200902 1 002

Penata Muda III/a

Staf 40 Tenni Oksowela, S.TP

NIP. 19851010 200902 2 011

Penata Muda III/a

Staf 41 Perita, ST

NIP. 19800212 201001 2 005

Penata Muda III/a

Staf 42 Ilmah Nahlani, ST

NIP. 19871019 201001 2 003

Penata Muda III/a

Staf 43 Nofy Nurmansyah, S.IP

NIP. 19761120 199503 1 001

Penata Muda III/a

Staf 44 Allen Saddeli, SE

NIP. 19760214 201101 1 002

Penata Muda III/a

Staf 45 Harry Gumanti, SE

NIP. 19811011 201101 1 002

Penata Muda III/a

Staf 46 Yulianti, A.md

NIP. 19750129 199902 2 001

Penata Muda III/a

Staf 47 Sulastri

NIP. 19740717 20001 2 008

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 48 Resmida

NIP.

Pengatur Muda Tk.I II/b


(56)

49 Nining Suryatiningsih NIP. 19780310 200701 2 007

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 50 Ropiah

NIP. 19770516 200701 2 009

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 51 Darmawan

NIP. 19720518 200701 1 008

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 52 Mardiana

NIP. 19720308 200701 2 010

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 53 Rantiyah

NIP. 19710703 200701 2 013

Pengatur Muda Tk.I II/b

Staf 54 Aida Sari

NIP. 19700512 200701 2 013

Pengatur Muda II/a

Staf 55 Hidayaturohhim TKS - 56 I Wayan Nurbagio, ST TKS - 57 Risky Radiantoro TKS - 58 Marpoyo TKS - 59 Misni TKS - 60 Sutarno TKS -

Kepala Dinas Tata Kota Kota Bandar Lampung

Effendi Yunus, SH


(57)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Implementasi Kebijakan

Hoogerwerf (1997:118) menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah penerapan tujuan-tujuan kualitas yang dipilih untuk sarana yang dipilih dan dalam urutan waktu yang dipilih. Daniel A. Mazmanian ddan Paul A. Sabatier (1979) dalam Wahab (2001:65) menjelaskan makna implementasi ini dengan mengatakan bahwa :

Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadimistrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian”.

Implementasi sebagian besar kebijakan pemerintah pasti akan melibatkan sejumlah pembuatan kebijaksanaan yang berusaha keras untu mempengaruhi perilaku birokrat/pejabat dalam rangka memberikan pelayanan/jasa tertentu kepada masyarakat atau mengatur perilaku 1 atau lebih kelompok sasaran. Dalam implementasi kebijakan, khususnya yang melibatkan banyak organisasi atau instansi pemerintah dan berbagai tingkatan struktur organisasi pemerintah sebenarnya dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu :

1. Pemrakarsa kebijakan

2. Pejabat-pejabat pelaksana di lapangan

3. Aktor-aktor pendorong di luar badan-badan pemerintah kepada siapa saja program itu ditujukan, yakni kelompok sasaran


(58)

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka fokus implementasi kebijakan itu akan lebih jelas bagi mencakup usaha-usaha yang dilakukan oleh pejabat-pejabat atau lembaga dalam upaya mereka untuk memberikan pelayanan atau untuk merubah perilaku masyarakat kelompok sasaran dari program yang bersangkutan.

Abdul Wahab (1997) dengan tegas mengatakan bahwa pelaksanaan implementasi kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Sedangkan menurut kamus Webster dalam Wahab (1997:64) merumuskan bahwa untuk to implement

(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) dan to give practical

off to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). Seperti dikutip oleh van mater dan van horn (1990:25) rumusan implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang mengarah pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Lebih lanjut lagi Daniel A. Mazmaniar dan Paul A. Sabatiar (1990:65) menjelaskan makna implementasi sebagai berikut : “Memahami apa yang terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku/dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian atau kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata masyarakat. Kejadian-kejadian berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu program, dari kebijakan, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, social yang secara langsung tidak langsung dapat


(59)

mempengaruhi tingkah laki atau perilaku dari semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang diarahkan atau yang tidak diarahkan ada yang tidak diharapkan ”.

B. Proses Implementasi Kebijakan

Berbagai tujuan kebijakan tentu tidak akan tercapai dengan sendirinya tanpa kebijakan tersebut diimplementasikan. Meskipun sebagai sebuah konsep implementasi sering dipakai untuk menggambarkan bagaimana upaya yang dilakukan oleh para implementor dalam mewujudkan tujuan kebijakan, akan tetapi hanya dengan menyebut implementasi saja tidak cukup menggambarkan bagaimana sesungguhnya berbagai upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan itu dilakukan.

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2012:64-65) :

“realitasnya di dalam implementasi itu sendiri terkandung suatu proses kompleks dan panjang. Proses implementasi sendiri bermula sejak kebijakan ditetapkan atau memiliki payung hukum yang sah. Setelah itu tahapan-tahapan implementasi akan dimulai dengan serangkaian kegiatan mengelola orang, sumber daya, teknologi, menetapkan prosedur, dan seterusnya dengan tujuan agar tujuan kebijakan yang ditetapkan dapat diwujudkan.”

apabila disepakati bahwa cara melihat keberhasilan implementasi tidak hanya berhenti pada kepatuhan para implementer saja namun juga hasil yang dicapai setelah prosedur implementasi dijalani maka upaya untuk memahami realitas implementasi kebijakan perlu dilihat secara lebih detil dengan mengikuti proses implementasi yang dilalui para implementer dalam upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan tersebut. Proses panjang tersebut apabila diringkas akan terlihat seperti gambar dibawah ini :


(60)

Gambar 1. Proses Implementasi

Gambar 1 diatas menjelaskan bahwa proses imlementasi berangkat dari adanya suatu kebijakan atau program. Pada dasarnya suatu kebijakan atau program diformulasikan dengan misi untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut maka suatu kebijakan membutuhkan masukan-masukan kebijakan (policy input).

C. Permasalahan Dalam Proses Implementasi Kebijakan

Proses implementasi merupakan proses yang rumit dan kompleks. Hal ini dipahami karena proses implementasi melibatkan interaksi banyak variabel sekaligus merumuskan mekanisme delivery activities. Kompleksitas dalam proses implementasi sering memunculkan sejumlah permasalahan.

“Menurut Edward III (1980) dalam Purwanto dan Sulistyastuti (20120:85), menyebutkan bahwa mengidentifikasi ada empat critical factors yang mempengaruhi keberhasilan proses implementasi. Keempat faktor tersebut adalah : komunikasi, sumber daya, disposisi atau perilaku dan struktur

Kebijakan : tujuan dan sasaran

Keluaran kebijakan

Implementer

Kelompok sasaran

Kinerja implementasi

Dampak jangka menengah Dampak jangka panjang


(61)

birokrasi. Makinde (2005) mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses implementasi disebabkan antara lain : (1) kelompok sasaran (target beneficiaries) tidak terlibat dalam implementasi program, (2) program yang diimplementasikan tidak mempertimbangkan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan politik, (3) adanya korupsi, (4) sumber daya manusia yang kapasitasnya rendah, serta (5) tidak adanya koordinasi dan monitoring.”

D. Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pengertian Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dalam pasal 1 menjelaskan bahwa pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari rumusan tersebut diatas, maka untuk dapat menjadi Pegawai Negeri Sipil harus melalui sebuah proses yaitu memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang.

Menurut Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang bila tidak ditaati/dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Disiplin PNS terdiri atas kewajiban dan larangan bagi PNS. Menurut pasal 3 peraturan pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 kewajiban PNS adalah :

(1) Mengucapkan sumpah/janji PNS (2) Mengucapkan sumpah/janji jabatan


(62)

(3) Setia dan taat sepenuhnya Kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Dan Pemerintahan;

(4) Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;

(5) Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab;

(6) Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah dan martabat PNS;

(7) Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang ,dan/atau golongan;

(8) Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan;

(9) Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara;

(10)Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil; (11)Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

(12)Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

(13)Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;

(14)Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat; (15)Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

(16)Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier;

(17)Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Larangan bagi PNS menurut pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 kewajiban PNS adalah :

(1) Menyalahgunakan wewenang

(2) Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain

(3) Tanpa izin pemerintah menjadi pengawal atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

(4) Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;

(5) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak, atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik negara secara tidak sah.

(6) Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak merugikan negara;


(63)

(7) Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;

(8) Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

(9) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

(10) Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani; (11) Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

(12) Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, atau dewan perwakilan rakyat daerah dengan cara: (a) ikut serta sebagai pelaksana kampanye; (b) menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS (c) sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau (d) sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

(13) Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden dengan cara (a) membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau (b) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

(14) Memberikan dukungan kepada calon anggota dewan perwakilan daerah atau calon kepala daerah/wakil kepala daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi kartu tanda penduduk atau surat keterangan tanda penduduk sesuai peraturan perundang-undangan;

(15) Memberikan dukungan pada calon kepala daerah/wakil kepala daerah, dengan cara : (a) terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon kepala daerah/wakil kepala daerah; (b) menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye; (c) membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau (d) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta.


(64)

E. Implementasi Kebijakan Surat Edaran Walikota (Nomor 800/1871/I03/2011) tentang Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil

Dalam rangka mewujudkan Implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil, maka kebijakan dikeluarkan oleh Walikota Bandar Lampung, melalui surat edaran nomor : 800/1871/I.03/2011 yang ditujukan kepada para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung. Isi dari surat edaran tersebut adalah diantaranya

1. Melaksanakan disiplin pegawai negeri sipil dengan kesanggupan mentaati dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang dan/ peraturan kedinasan.

2. Menciptakan kedisiplinan dengan pemakaian atribut pakaian Dinas beserta kelengkapan bagi pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

3. Mengisi dan menandatangani daftar hadir pada pagi dan sore setiap hari kerja untuk absensi ruangan disampaikan kepada Bagian Organisasi Kota Bandar Lampung untuk direkapitulasi dan dilaporkan setiap bulan kepada Walikota Bandar Lampung

4. Mengisi daftar hadir peserta upacara bulanan/mingguan dan disampaikan kepada satuan polisi pamong praja kota bandar lampung untuk dilaporkan kepada Walikota Bandar Lampung. 5. Untuk melaksanakan apel pagi jam 07.30 Wib dan Apel Sore jam


(1)

pengisian absensi pegawai negeri sipil dengan sebaik mungkin, hanya saja hambatan dan kesulitan tentu ada, seperti misal pelaksanaan apel pagi dan sore serta apel bulanan/mingguan itu sering tidak terlaksana antara lain karena faktor cuaca jika musim hujan, pelaksanaan upacara, apel pagi dan sore jadi tidak terlaksana yang mengakibatkan absensi pun tidak berjalan dengan baik.” (Senin, 18 Juni 2012 pukul 09.15 WIB)

Menurut penuturan bapak Effendi Yunus, Selaku Kadistako Bandar Lampung, faktor cuaca menjadi salah satu penghambat berjalannya pelaksanaan upacara setiap senin, apel pagi maupun apel sore. Kendala ini memang sering terjadi ketika memasuki musim penghujan.

Namun dari hasil wawancara peneliti dengan Kasi Evaluasi Rencana Dan Pengembangan Kota Tony Ferdinansyah, S.T, M.T, menjelaskan bahwa :

“Sampai saat ini dalam pelaksanaan surat edaran walikota tentang kedisiplinan PNS ini masih jg sering pelanggaran, tapi dalam hal ini pelanggaran yang dimaksud masih dalam kategori pelanggaran ringan, seperti diantaranya adalah adanya pegawai yang pulang terlebih dahulu sebelum jam kerja selesai, tidak mengisi daftar absensi, keluar kantor diluar jam kantor menggunakan pakaian seragam dinas, dll hal ini terjadi karena memang terkadang pada hari-hari tertentu masing-masing pegawai di bagian bidangnya, sering tidak memiliki tugas yang harus dikerjakan Serta berbagai macam alasan lainnya seperti izin pulang untuk mengambil barang yang ketinggalan, ”

Dari berbagai dari hasil wawancara, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses implementasi kebijakan surat edaran walikota pada dinas tata kota jika dilihat dari disposisi model kebijakan Edward III, adalah bahwa disposisi masih belum bisa dikategorikan baik, hal ini dikarenakan masih banyak pegawai yang tidak menjalankan Instuksi Surat Edaran Walikota Bandar Lampung sesuai yang ada didalam surat edaran walikota ini.


(2)

4. Struktur Birokrasi :

Struktur Birokrasi, menurut Menurut Purwanto dan Sulistyastuti dalam Implementasi Kebijakan Publik (Konsep Dan Aplikasinya Di Indonesia) (2012:11-12), bahwa struktur birokasi yang baik pada dasarnya merupakan hierarki implementasi dalam pemerintahan itu yang diwujudkan dalam skema gambar berikut :

Gambar 11. Hierarki Implementasi Kepala dinas :

(1) memahami tujuan kebijakan;

(2) mengkomunikasikan kepada kepala bidang; (3) mengawasi pelaksanaan

Kepala Bidang :

(1) memahami perintah kepala dinas; (2) mengkomunikasikan kepada kepala sub

bidang;

(3) mengawasi pelaksanaan

Kepala Sub Bidang :

(1) memahami perintah kepala Bidang; (2) mengkomunikasikan kepada para staff; (3) mengawasi pelaksanaan

Staff Garda Depan :

(1) memahami perintah Kepala Sub Bidang; (2) melaksanakan


(3)

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan informan Kepala Dinas Tata Kota Bandar Lampung mengatakan bahwa :

“…sedangkan cara yang kami gunakan dalam mengkomunikasikan surat edaran pa walikota yang diantaranya adalah mengenai kelengkapan atribut kedinasan, pengisian daftar hadir pagi dan sore, pengisian daftar hadir peserta upacara mingguan, serta pengisian daftar hadir apel pagi dan sore yaitu melalui rapat 2x intern distako, saat itu kami mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai distako, mulai dari Sekretaris dan Kasubag, kemudian kepada Kepala Bidang, Kepala Seksi hingga kelompok sasaran.” (Senin, 18 Juni 2012 pukul 09.15 WIB)

Dari hasil wawancara tersebut bahwa dapat diambil kesimpulan bahwa proses struktur birokrasi yang berjalan di Dinas Tata Kota Bandar Lampung dalam mengimplementasikan surat edaran walikota sudah dapat dikategorikan baik hal ini dikarenakan proses struktur birokrasi tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan teori proses struktur birokrasi yang benar, Kemudian hal lain yang dapat dapat disimpulkan bahwa struktur yang sudah berjalan di Dinas Tata Kota Bandar Lampung, tidak berbelit-belit dan tidak rumit dalam proses pelaksanaannya, dan tidak pula menciptakan rantai komando panjang dan kompleks, Sehingga ini sudah berjalan sesuai dengan teori model kebijakan Edward III.

Hal senada juga didapatkan dari hasil wawancara dengan Kasubbag Penyusunan Program Monitoring Dan Evaluasi, Dra. Yuswinardi :

“…mengenai proses komunikasi yang dilakukan di distako melalui tahap pertama yaitu surat edaran disebarkan kesemua SKPD/ Dinas dilingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung, termasuk Dinas Tata Kota, kemudian Kepala Dinas Tata Kota memberikan penjelasan/himbauan melalui berbagai jenis rapat kedinasan, (seperti rapat-rapat intern distako, rapat kepala bidang distako, rapat rencana tata ruang dan wilayah atau RT/RW) mengenai diberlakukannya instruksi


(4)

Surat Edaran Walikota Bandar Lampung tentang kedisiplinan PNS mengenai 4 hal yaitu kelengkapan atribut kedinasan, absensi pagi dan sore, absensi peserta upacara mingguan/bulanan, absensi apel pagi dan sore.”(Senin, 25 Juni 2012 Pukul 09.10 WIB)

Menurut Dwiyanto dalam Kebijakan Publik berbasis dynamic policy analysis (2009:32)”Struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi mencakup dua hal yang penting, pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standar operating prosedur (SOP) yang dicantumkan dalam guideline program/kebijakan. SOP yang baik mencantumkan kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun karena akan menjadi acuan dalam bekerjanya implementor. Sedangkan struktur organisasi pelaksanapun sejauh mungkin menghindari hal yang berbelit, panjang dan komplek. Struktur organisasi pelaksana harus dapat menjamin adanya pengambilan keputusan atas kejadian luar biasa dalam program secara cepat. Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap

organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard

operating procedures) atau SOP. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang

akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red tape,

yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya

menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.”

Berdasarkan teori struktur birokrasi diatas penulis mencoba menganalisis dengan hasil wawancara penulis dengan informan yaitu Kepala Seksi Evaluasi Rencana Dan Pengembangan Kota, Tony Ferdinansyah, S.T,M.T, yang menjelaskan bahwa :

“…sebenarnya jika ditanyakan, peraturan dari surat edaran walikota ini mudah dipahami bagi siapa saja karena semuanya bersifat teknis di lapangan seperti kelengkapan atribut kedinasan, serta pengisian daftar hadir pegawai tersebut, dan juga dalam proses berjalannya surat edaran ini pun tidak berbelit-belit karena pegawai cukup mengisi daftar hadir yang sudah disediakan, serta menggunakan kelengkapan atribut.” dinas lengkap dengan pangkat yang sesuai, dan ketepatan pemakaian seragam dinas sesuai peraturan. Maka surat edaran walikota ini sudah dapat terlaksana.”


(5)

“…Untuk struktur pelaksana untuk pelaksanaan surat edaran walikota ini, juga tidak menciptakan rantai komando yang panjang, yang membutuhkan keputusan dari pimpinan pusat, tapi dalam hal ini hanya dari kepala dinas dan sekretariat kemudian membawahi kasubag, lalu kasubag membawahi kasi dan kasi membawahi masing masing anggotanya di lapangan dalam bertugas dan menjalankan fungsinya, sehingga masing-masing kepala itu diberi tanggung jawab sesuai dengan wewenangnya. Jadi menurut saya dalam proses pelaksanaan kebijakan surat edaran ini, itu sudah mengadopsi nilai 2x demokrasi sesuai dengan paham Negara RI.” (Rabu, 27 Juni 2012 Pukul 10.00 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara diatas Struktur organisasi yaitu bahwa struktur organisasi dari Surat Edaran Walikota Bandar Lampung (Nomor : 800/1871/I.03/2011) Tentang Kedisiplinan PNS di Dinas Tata Kota Bandar Lampung, terlihat bahwa sturuktur organisasi pelaksananya tidak menciptakan rantai komando yang panjang dan berbelit-belit. Setiap kepala sub bagian, kepala bidang, kepala seksi diberi masing-masing tugas dan wewenang dalam menjalankan instruksi surat edaran walikota ini terutama dalam mengatur anggotanya, sehingga kepala dinas sebagai implementor tertinggi tidak perlu langsung turun ke lapangan untuk mengawasi dan melihat berjalan atau tidaknya instruksi surat edaran walikota ini, sehingga struktur organisasinya sudah masuk dalam kategori baik.

Suatu kebijakan juga seringkali melibatkan beberapa lembaga atau organisasi dalam proses implementasinya, sehingga diperlukan koordinasi yang baik antar lembaga-lembaga dalam mendukung keberhasilan implementasi.


(6)

Dari paparan diatas dapat dikaji lebih dalam dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan informan Kasubag Umum dan Kepegawaian Distako Bandar Lampung yang mengatakan :

“…dalam penerapan dari surat edaran walikota tentang kedisiplinan PNS ini, memang ada suatu bentuk kerja sama dengan unit instansi lain, yaitu dalam hal ini adalah Badan Organisasi Kota Bandar Lampung dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung. Karena setiap daftar hadir pegawai pagi dan sore itu diserahkan kepada Badan Organisasi Kota Bandar Lampung untuk direkapitulasi setiap bulannya, kemudian untuk absensi peserta upacara mingguan/bulanan itu kami bekerja sama dan diserahkan kepada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung untuk dilaporkan kepada Walikota Bandar Lampung.” (Selasa, 19 juni 2012 Pukul 10.00 WIB)

Dari hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melaksanakan proses implementasi kebijakan surat edaran walikota, Dinas tata kota Bandar lampung juga melakukan koordinasi dengan pihak organanisasi/instansi pemerintah lainnya dengan baik.