EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)

(1)

EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH

SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Amalia Rusmaliana Sentosa 0816011018

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH

SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN (Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)

Oleh

Amalia Rusmaliana Sentosa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang kebijakan waktu pembuangan sampah dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian terletak di lingkungan Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung. Fokus penelitian adalah efektivitas sosialisasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu pembuangan sampah. Informan dalam penelitian ini terdiri dari unsur tokoh masyarakat Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung dan pejabat yang bertugas di lingkungan Pemerintahan Kota Bandar Lampung. Jenis data yang diteliti terdiri dari data primer dan sekunder yang kemudian bahan-bahan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode reduksi, penyajian dan verifikasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung mengenai waktu pembungan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB ternyata belum efektiv dalam upaya menciptakan kebersihan Kota Bandar Lampung. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya kantung sampah yang berserakan pada pagi hari dan belum adanya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan dan mematuhi isi kebijakan tersebut, sehingga harapannya kedepan kebijakan yang dibuat harus dipertegas agar masyarakat merasa jera dan tidak acuh terhadap kebijakan yang ada.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Permasalahan ... 5

3. Tujuan Penelitian... . 5

4. Manfaat Penelitian... ... 5

1. Secarat Teoritis ... 5

2. Secara Praktis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Efektivitas ... 7


(4)

2. Sosialisasi ... 9

2.1 Definisi Sosialisasi ... 9

2.2 Jenis Sosialisasi ... 10

2.3 Tipe Sosialisasi ... 11

3. Kebijakan ... 12

Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung ... 14

4. Sampah ... 15

4.1 Penyimpanan Sampah ... 16

4.2 Pengumpulan Sampah ... 17

5. Kebersihan Lingkungan ... 18

6. Kerangka Pemikiran ... 19

III. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian ... 22

2. Fokus Penelitian ... 23

3. Lokasi Penelitian ... 24

4. Penentuan Informan ... 25

5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 26

6. Teknik Analisis Data ... 28

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Kelurahan Sepang Jaya ... 30


(5)

1.3 Letak Administrasi ... 31

1.4 Letak Geografis ... 32

1.5 Visi dan Misi ... 32

1.6 Kondisi Iklim ... 34

1.7 Kependudukan ... 34

1.8 Mata Pencarian ... 34

1.9 Kondisi Wilayah ... 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi yang Dilakukan Oleh Dinas ... 42

A. Informan ... 42

B. Hasil Wawancara ... 42

2. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi dari Sudut Pandang Masyarakat ... 53

A. Informan ... 53

B. Hasil Wawancara ... 55

3. Deskripsi Fakta Di Lapangan ... 62

Hasil Pengamatan ... 62

4. Pembahasan ……….... 64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 69

2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Pedoman Wawancara 2. Traskrip Hasil Wawancara

3. Dokumentasi Materi Sosialisasi dan Fakta di Lapangan 4. Surat Pengantar Riset


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 34

2. Mata Pencarian Penduduk ... 35

3. Data Wilayah ... 36

4. Tingkat Perkembangan Pendidikan ... 37

5. Kesehatan Masyarakat ... 38


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Erna Rochana, M.Si ...

Penguji Utama : Drs. Abdulsyani, M.IP ...

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 002


(9)

PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TENTANG WAKTU PEMBUANGAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN

(Studi pada Kelurahan Sepang Jaya Kota Bandar Lampung)

Nama Mahasiswa : AMALIA RUSMALIANA SENTOSA No.Pokok Mahasiswa : 0816011018

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Erna Rochana, M.Si NIP. 19670623 199802 2 001

2. Ketua Jurusan

Drs. Susetyo, M.Si NIP. 19581004 198902 1 001


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Amalia Rusmaliana Sentosa, lahir di Tanjung Karang 13 Juli 1990 merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Ruslan Sentosa dan Ibu Lusiana Rachman.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh Penulis yaitu antara lain di Taman Kanak-kanak Pembina Pahoman Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1996. Sekolah Dasar Negeri 2 Teladan Rawa Laut Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2002. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 9 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2005. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008. Kemudian pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswi pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Dusun Margosari Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran pada tahun 2011.


(11)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat kepada Sang Maha Hidup Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya karena atas izin-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Tentang Waktu Pembuangan Sampah Sebagai Upaya Menciptakan Kebersihan Lingkungan”.

Penulis banyak mendapat bantuan, saran, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

4. Ibu Dr. Erna Rochana, M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan waktu, perhatian, motivasi, saran, serta kritik yang membangun bagi Penulis selama proses penyusunan skripsi


(12)

terbaik untuk skripsi ini

6. Ibu Dra. Yuni Ratnasari, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada Penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

7. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya pada Jurusan Sosiologi, terima kasih ilmunya selama ini

8. Seluruh Staf Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

9. Bapak Drs. A. Budiman PM, M.M selaku Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung yang telah berkenan memberikan izin penelitian kepada Penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini

10. Bapak Siswanto selaku Kepala Bidang Kebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung yang senantiasa memberikan informasi yang Penulis butuhkan untuk skripsi ini

11. Para informan, staf, dan karyawan di lingkungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung

12. Bapak Emrin Riyadi selaku Camat Kedaton Kota Bandar Lampung yang telah berkenan memberikan izin penelitian kepada Penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini


(13)

sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini

14. Para informan di lingkungan 1, 2, dan 3 Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton yang telah banyak memberikan bantuan informasi yang Penulis butuhkan untuk skripsi ini

15. Kedua orangtua, Papa dan Mama. Terima kasih Ananda ucapkan sebesar-besarnya karena telah begitu banyak pengorbanan, cinta, kasih sayang serta do’a yang telah diberikan pada Ananda. Semoga doa yang telah dipanjatkan dapat menghantarkan kesuksesan buat Ananda. Amien yaa robbal alamin.

16. Adik-adikku Intan, Ratu, dan Dika. Hidup itu terus berjalan, dan kalian akan pada dewasa nantinya. Marilah buat bangga kedua orangtua kita yahh.. Resapilah hidup ini, jangan buang-buang waktu. Jadilah orang-orang yang sukses kelak. Amien.. 17. Abi. Terimakasih selama ini telah mengisi hidup ku. Suka duka, tangis tawa silih

berganti mewarnai hidup kita. Hidup ku terasa lengkap karena adanya dirimu. Semoga kelak kebahagiaan dan kesuksesan selalu menyertai kehidupan kita. Amien..

18. Keluarga besarku. kakek nenek, dan nyai. Terimakasih ya selama ini selalu memotivasiku untuk terus menyelesaikan urusan kuliah. Paman bibiku: Cicik Atik, Om Avin, Wak Ibu, Wak Ajo, Bunda Acil, Buyah, Om Mur, Cicik Helef, Baten, Ibu Yana, Uncu, serta Om Redi. Terimakasih keluargaku.

19. Sepupuku: Silvy, Ayu, Tito, Tomi, Iie, Nana, Umeh, Rahma, Wanda, Kesya, Nazda, Ghea, Chacha, Murel. Terimakasih semuanyaa.


(14)

merupakan bagian dari hidup ku juga.

21. Sahabat-sahabatku. Icha, Elizha, Anita, Lova, Tori, Eka, Fitri, Nana, Sukma, Mimi. Kalian merupakan bagian dari De’Vertida yang memberikan kelucuan tersendiri untuk Penulis. Suka duka kita lalui bersama semester per semester. Kelucuan, kejahilan, canda tawa menjadi bagian dalam perjalanan persahabatan kita. Tak terasa kita mulai meniti hidup masing-masing. Jika Allah berkenan, semoga Dia mempertemukan kita kembali dalam canda tawa yang pastinya akan dirindukan selalu.

22. Teman-teman seperjuanganku, Sosiologi 2008. Annissa Valentina, kamu adalah teman terbaik yang aku miliki. Suka duka sekamar waktu KKN tak akan aku lupakan sayang hehe.. Belajar mandiri semuanya ya hehehe.. Untuk yang lain teman seperjuangan, Irsyad, Vitha, Dewi, Sutikno alias Nino, Arwin, Arfani, Asep, Chia, Wera, Fitra, Obrin dan semuanya yang tak bisa Penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih selama ini telah menjadi bagian perjalanan Penulis dalam menimba ilmu di Sosiologi. Canda tawa, dan kebersamaan dengan kalian akan selalu ku kenang.

23. Mbak ku yang paling baik dan ramah, mba Nurma. Terimakasih senantiasa membantu Penulis dalam mencari dan meminjamkan buku di ruang baca yang Penulis butuhkan selama proses pembuatan skripsi.


(15)

dengan kebaikan yang setimpal, Amien..

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,


(16)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pertumbuhan kota di negara-negara yang sedang berkembang telah menjadi masalah tersendiri, khususnya terhadap pertumbuhan jumlah penduduk dan kebersihan lingkungan perkotaan. Indonesia sebagai negara berkembang yang terdiri dari kota-kota besar terus mengalami peningkatan jumlah penduduk yang signifikan. Berdasarkan data statistik BPS tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk 237.556.363 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi ini tentunya menimbulkan berbagai masalah sosial, persoalan yang sering muncul adalah masalah kebersihan lingkungan yang diakibatkan oleh banyaknya sampah.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2008 (Meneg LH), produksi sampah di Indonesia yang dihasilkan dari 220 juta jiwa mencapai 176 ribu ton per hari, dengan rata-rata per orang memproduksi sampah 800 gram setiap harinya. Pada tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 237.556.363 jiwa, menghasilkan sampah sebanyak 190 ribu ton per hari, dengan komposisi sampah terbagi atas sampah organik 65% kertas 13% dan plastik 11%. Jumlah sampah yang demikian besar tentunya butuh manajemen guna menjaga


(17)

keseimbangan lingkungan dan menciptakan kehidupan yang sehat sebagai kebutuhan dasar manusia.

Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung dan merupakan salah satu kota besar di Indonesia ternyata mengalami permasalahan sosial yang sama dengan kota-kota besar lainnya yaitu, masalah kebersihan lingkungan yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang selalu berbanding lurus dengan peningkatan volume sampah. Kota Bandar Lampung berdasarkan data pada Sekretaris Kota Bandar Lampung (2012) memiliki jumlah penduduk 1.311.240 jiwa, dengan laju pertumbuhan 1,79 % per tahun, menghasilkan volume sampah per hari mencapai 2.086,71 m3 dengan rata-rata sekitar 0,43 kg/hari/orang, terbagi atas sampah organik 65% dan anorganik 35%. Sampah dengan jumlah cukup besar di atas dihasilkan dari beberapa tempat, seperti sampah sisa hasil rumah tangga, sampah hasil kegiatan ekonomi (pasar/mall), dan tempat-tempat pendidikan. Hal di atas membuat lingkungan Kota Bandar Lampung terlihat kumuh dan jauh dari kesan rapi serta sehat.

Mencermati trend sampah yang demikian meningkat, Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Dinas terkait, yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung menyusun strategi untuk menata wajah kota agar terlihat rapi dan bersih. Beberapa upaya dilakukan Pemerintah Kota untuk menata dan memperbaiki manajemen sampah di kota yang berjuluk Tapis Berseri ini. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain seperti; membuat kebijakan, membentuk satgas kebersihan dan UPT disetiap kecamatan, serta memberikan kendaraan pengangkut sampah di setiap kelurahan dan kecamatan.


(18)

Salah satu kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah kebijakan tentang waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB, dimana kebijakan ini dipandang oleh Pemerintah Kota sebagai terobosan baru dalam upaya menanggulangi sampah, khususnya sampah sisa hasil rumah tangga. Pemerintah Kota Bandar Lampung berasumsi dengan adanya kebijakan ini nantinya pada pagi dan siang hari Kota Bandar Lampung akan terlihat bersih dikarenakan sampah sisa hasil rumah tangga yang dibuang oleh warga kota pada waktu yang ditentukan sudah dapat terangkut oleh petugas kebersihan pada pagi hari.

Mewujudkan gagasan untuk menata lingkungan Kota Bandar Lampung melalui kebijakan waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB tentunya tidak mudah, keberhasilan suatu kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor dan keberhasilannya dinilai melalui beberapa indikator. Indikator kesuksesan dari kebijakan waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB terletak ketika masyarakat Kota Bandar Lampung mengetahui dan mau melakasanakan kebijakan yang telah ditentukan, maka salah satu hal terpenting yang harus dilakukan untuk menunjang kesuksesannya adalah mensosialisasikan kebijakan tersebut. Melalui sosialialisasi, suatu tujuan dapat disampaikan dan diterima oleh orang lain.

Sosialisasi waktu pembungan sampah yang dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung dilakukan melalui beberapa metode, yaitu sosialisasi langsung dan sosialisasi melalui media. Sosialisasi langsung dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertaman Kota Bandar Lampung kepada masyarakat melalui perangkat pemerintahan seperti camat dan lurah serta ketua-ketua lingkungan


(19)

disetiap kelurahan, sedangkan sosialisasi melalui media dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui baliho-baliho yang dipasang dijalan-jalan protokol dan melalui selebaran yang berisi himbauan Wali Kota yang dibagikan kepada masyarakat Kota Bandar Lampung.

Dalam sosialisasinya, Pemerintah Kota Bandar Lampung mencoba menyampaikan makna dan tujuan dari adanya kebijakan waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB kepada warga Kota Bandar Lampung. Sosialisasi kebijakan yang dilakukan diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat Kota Bandar Lampung untuk ikut serta dalam upaya bersama-sama menciptakan kebersihan kota, yaitu dengan cara melakukan pembuangan sampah sesuai waktu yang telah ditentukan. Dengan telah ditaatinya kebijakan ini oleh warga Kota Bandar Lampung, maka slogan Kota Bandar Lampung sebagai kota Tapis Berseri dapat terwujud, dikarenakan pada pagi dan siang hari sudah tidak ada lagi sampah yang berserakan, karena sudah terangkut oleh mobil kebersihan untuk dibawa di tempat pembuangan akhir (TPA) Bakung, Teluk Betung.

Latar belakang sebagaimana diungkapkan diatas menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk mengkaji masalah ini dengan lebih seksama, dikarenakan selama ini upaya yang dilakukan Pemerintah Kota tidak pernah diketahui keberhasilan atau keefektivannya, maka penelitian ini bermaksud untuk mencari tahu bagaimanakah efektivitas sosialisasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB sebagai upaya menciptakan kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung.


(20)

2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Efektivitas Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Tentang Waktu Pembungan Sampah Sebagai Upaya Menciptakan Kebersihan Lingkungan?

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah sudah efektiv sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang kebijakan waktu pembuangan sampah terhadap kebersihan lingkungan.

4. Manfaat Penelitian 1) Secara Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya, serta mampu memberikan dan menambah wawasan masyarakat pada umumnya, mengenai efektivitas sosialisasi kebijakan pemerintah terhadap kebersihan lingkungan perkotaan.

b) Dapat menambah wawasan dan memperluas cakrawala pengetahuan, khususnya tentang efektivitas sosialisasi suatu kebijakan pemerintah terhadap kebersihan lingkungan perkotaan.

c) Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam penelitian berikutnya yang sejenis.


(21)

2) Secara Praktis

a) Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan bagi para pembaca ataupun aparat pemerintah guna mengetahui lebih jauh mengenai efektivitas sosialisasi suatu kebijakan pemerintah terhadap kebersihan lingkungan perkotaan

b) Kegunaan ini mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat agar mampu memahami suatu kebijakan pemerintah terhadap kebersihan lingkungan perkotaan.


(22)

II.TINJAUAN PUSTAKA

1. Efektivitas

1.1 Pengertian Efektivitas

Menurut Hasibuan dalam Setiawan (2008:11), efektivitas adalah tercapainya sasaran atau tujuan-tujuan dari suatu instansi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam efektivitas terkandung makna berdaya tepat atau berhasil guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan secar sempurna, secara tepat dan target telah tercapai. Selain itu terkandung makna efisiensi, yaitu berdaya guna untuk menunjukan bila suatu tindakan atau usaha sudah efektiv dan ekonomis, baru dikatakan efisien.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:284), definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Dalam hal ini, efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.

Menurut Irianto (2001:12), efektivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pekerjaan tersebut dengan memberdayakan seluruh potensi sumber daya manusia maupun sumber daya dana yang ada. Efektivitas merupakan pencapaian tujuan atau hasil yang


(23)

dikendaki dengan mempertimbangkan faktor-faktor tenaga, waktu, pikiran dan alat-alat yang dikeluarkan atau kehendaki.

Efektivitas merupakan suatu pencapaian hasil pekerjaan yang memiliki tujuan, sumber daya manusia pelaksana dan pengawas, jangka waktu, sumber dana dan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dalam artian bahwa hasil pekerjaan yang diperoleh sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Martiman dalam Setiawan (2008:12) berpandangan, efektivitas berkaitan erat dalam kemampuan sumber daya manusia memanfaatkan potensi yang ada. Efektivitas menunjukan hasil pekerjaan yang diraih secara optimal dengan ciri yaitu adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan hasil kerja secara berkesinambungan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pencapaian hasil pekerjaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung yang bertujuan mensosialisasikan kebijakan dengan menggunakan sumber daya manusia pelaksana, jangka waktu, dan sumber dana yang telah ditetapkan sebelumnya.

1.2. Indikator Efektivitas

Efektivitas itu merujuk pada hasil yang harus sesuai dengan tujuan, waktu yang tepat dan tidak terlambat. Jika hasil suatu proses dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang direncanakan dalam waktu yang singkat tapi menggunakan sumber daya berlebihan atau lazim dikatakan ekonomi biaya tinggi, maka hal itu dikatakan efektiv tapi tidak efisien. Sebaliknya, efisien tetapi tidak efektiv


(24)

berarti baik dalam memanfaatkan sumber daya (input), tetapi tidak mencapai sasaran. Efektivitas lebih mengarah pada pencapaian sasaran. Jadi dalam hal ini efektivitas lebih merujuk pada segi hasil, waktu, biaya. Artinya indikator keefektivan tidak dapat ditentukan secara umum, karena keefektivan secara keseluruhan berarti hasil yang mengandung kesempurnaan dari berbagai aspek atau segi tergantung pada indikator yang dijadikan pedoman keefektivan (Dewi, 2006: 52).

2. Sosialisasi

2.1 Definisi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang untuk berbuat dan bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. Dalam proses belajar atau penyesuaian diri itu seorang kemudian mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain, kemudian seseorang mempercayai dan mengakui sebagai milik pribadinya. Jika sosialisasi dipandang dari sudut masyarakat, maka sosialisasi dimaksudkan sebagai usaha untuk memasukkan nilai-nilai kebudayaan terhadap individu sehingga individu tersebut menjadi bagian dari masyarakat (Abdulsyani, 2007:57).

Menurut pendapat Soejono Dirdjosisworo dalam Abdul Syani (2007), bahwa sosialisasi mengandung tiga pengertian yaitu:

a. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil alih cara hidup atau kebudayaan masyarakat.


(25)

b. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan tingkah laku didalam masyarakat dimana ia hidup.

c. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya.

Hassan Shadily dalam Abdulsyani (2007) mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses dimana seseorang mulai menerima dan menyesuaikan diri kepada adat istiadat suatu golongan, dimana lambat laun ia merasa sebagai dari golongan itu.

2.2 Jenis Sosialisasi

Sosialisasi dialami oleh individu sebagai mahluk sosial sepanjang kehidupannya sejak ia lahir sampai meninggal dunia. Berger dan Lukman dalam Pramitha (2010:18) mengatakan, berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat):

1. Sosialisasi Primer

Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam


(26)

tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

2. Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

2.3 Tipe Sosialisasi

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Agar sosialisasi dapat berjalan lancar, tertib dan berlangsung terus menerus, maka terdapat dua tipe sosialisasi menurut Berger dan Luckman


(27)

dalam Pramitha (2010:17). Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut:

a) Formal

Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

b) Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat. 3. Kebijakan

Wahab dalam Makhya (2006:82), setelah menyimpulkan dari beberapa definisi kebijakan publik dari para ahli kebijakan sampai pada kesimpulan, ada dua macam pandangan dalam mendefinisikan kebijakan negara. Pandangan pertama, yaitu pendapat para ahli yang mengidentifikasikan kebijakan negara dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah. Dalam pandangan ini bisa dilihat dari definisi yang dilakukan oleh R.S Parker, Thomas R. Dye, Edward dan Sharkansy dalam Makhya (2006:82). Pandangan kedua, yaitu para ahli yang memusatkan perhatian pada implementasi kebijakan (Policy Implementation). Para ahli yang termasuk dalam katagori ini dapat kita bagi dalam dua kutub. Pertama, mereka yang melihat kebijaksanaan negara sebagai keputusan-keputusan Pemerintah yang mempunyai tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran tertentu. Kedua, mereka yang beranggapan bahwa kebijakasanaan


(28)

negara mempunyai akibat-akibat atau dampak yang diramalkan (predictable) atau dapat diantisapasi sebelumnya. Para ahli yang mewakili kutub pertama, yaitu Nakamura dan Small Wood, dan pada kutub kedua yaitu Pressman dan Wildavsky.

Wahab dalam Makhya (2006:82) mengkombinasikan beberapa definisi Kebijaksanaan Negara dari Charles Lindblom, Austin Ranney, Raymond Bauer, Don F Princes, Fremont J Lyden, George A. Shipman dan Robert W.Wilikinson, dan Yehezkel Dror, menyebutkan beberapa ciri pembuatan kebijaksanaan negara, yaitu sebagai berikut:

a) Sangat Kompleks

b) Prosesnya bersifat dinamis

c) Komponen-komponen beraneka ragam

d) Peran masing-masing sub struktur berbeda-beda e) Memutuskan

f) Sebagai pedoman umum g) Untuk mengambil tindakan h) Diarahkan pada masa depan

i) Terutama dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah secara formal dimaksudkan untuk mencapai sesuatu tujuan.

j) Secara formal dimaksudkan untuk mencapai sesuatu tujuan. k) Apa yang tercermin dalam kepentingan umum.

l) Dilakukan dengan cara yang sebaik mungkin.

Dari beberapa definisi kebijakan publik, paling tidak yang ada beberapa aspek yang perlu dicermati dalam memahami definisi kebijakan publik. Pertama, kebijakan publik adalah tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh


(29)

pemerintah. Jadi dalam pemahaman ini, maka yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan adalah pemerintah. Dengan demikian, maka pihak swasta atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tidak memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan publik. Kedua, tidak semua tindakan pemerintah bisa dikatagorikan dalam pengertian kebijakan publik. Istilah publik, menjadi kata kunci untuk memberikan pengertian bahwa tindakan pemerintah. Walaupun secara prosedual mengatasnamakan untuk kepentingan publik, tetapi apabila tindakannya bersifat kepentingan personal, maka tidak bisa dikategorikan sebagai kebijakan publik. Ketiga, setiap kebijakan pemerintah harus mengikat pada publik. Kebijakan-kebijakan yang tidak mengikat hanyalah bersifat simbolis saja (symbolic policies). Keempat, kebijaksanaan Pemerintah harus ditinjau kepada kepentingan publik dan didasarkan pada tujuan-tujuan tertentu (Makhya, 2006:83).

Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang tertuang dalam bentuk tata peraturan perundang-undangan diharapkan dapat mengarahkan jalannya pelaksanaan pemerintahan, serta mampu melindungi masyarakat, dan menciptakan rasa aman dalam kehidupan bernegara. Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung dapat tertuang dalam bentuk:

a. Peraturan Daerah b. Peraturan Walikota

c. Peraturan-peraturan lain yang bermaksud memandu prilaku masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan tertentu.

Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebijakan tentang waktu pembungan sampah yang


(30)

tertuang dalam surat Himbauan Wali Kota dengan Nomor: 300/1603A/IV.30/2011, dimana dalam kebijakan ini Pemerintah Kota menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk ikut serta peduli terhadap kebersihan Kota Bandar Lampung, dengan cara:

a. Melakukan pembungan sampah mulai pukul 22.00-05.30 WIB, dikarenakan mobil pengangkut sampah akan mengangkut sampah pada jam 06.00 WIB.

b. Sampah yang akan dibuang dibungkus dalam plastik/kantong dan memberikan kepada petugas kebersihan atau meletakan pada tempat yang telah ditentukan.

c. Apabila mobil pengangkut sampah telah lewat, kiranya sampah tersebut ditunda pembuangannya sampai waktu yang telah ditentukan. d. Terlebih istimewa apabila masyarakat KotaBandar Lampung untuk

menjaga kesehatan masyarakat agar dapat memisahkan sampah basah dan sampah kering untuk membantu petugas kebersihan dalam pengangkutan sampah.

Harapan Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan adanya kebijakan ini dapat menciptakan Kota Bandar Lampung menjadi rapih, bersih, sehat, indah dan sejahtera.

4. Sampah

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam


(31)

yang berbentuk padat. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, sampah dapat digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya. Sedangkan menurut Widiwijoto (1983:26), sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan baik telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam. Murtadho dan Gumbira dalam Widiwijoto (1983:26), membedakan sampah atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah ini memiliki sifat mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena memiliki rantai karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme karena memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastik, dan lain-lain.

4.1 Penyimpanan Sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang


(32)

(dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain : (i) konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah, (ii) mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan, (iii) ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang (Prihandarini, 2004:24).

4.2 Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (Prihandarini, 2004:24).

Menurut Notoatmodjo dalam Prihandarini (2004:25) mekanisme, sistem, atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan, pada umumnya sampah dapat dikelola oleh


(33)

masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk.

5. Kebersihan Lingkungan

Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat terciptanya keadaan sehat dari manusia. Dalam Mutawakil (2009), kebersihan lingkungan slalu menjadi masalah yang menimbulkan polemik di masyarakat. Sikap saling menyalahkan antara pemerintah dan masyarakat mengenai sampah yang kerap kali muncul bila terjadi masalah. Masyarakat merasa persoalan sampah adalah persoalan pemerintah. Pemerintah yang seharusnya membersihkan lingkungan mereka, sementara disisi lain pemerintah tanpa dukungan masyarakat yang memadai maka setiap usaha yang dilakukan untuk membersihkan lingkungan akan kurang efektif. Maka permasalahan sampah bila tidak ditangani dengan bijaksana akan terus menimbulkan permasalahan kebersihan lingkungan.

Dalam Soemarwoto (1994:25-27), kebersihan lingkungan dapatlah diartikan dalam kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu dalam kualitas lingkungan yang baik/bersih terdapat potensi untuk berkembangnya kualitas hidup yang tinggi. Namun, kualitas hidup sifatnya adalah subjektif dan relatif. Sedangkan menurut N. Daldjoeni dan Suyitno (1970:140), menjaga kebersihan dan pelestarian lingkungan pada hakikatnya adalah upaya menjalin hubungan yang selaras antara kebutuhan hidup manusia dengan sumber daya alam dan lingkungan sekitar yang ada.


(34)

6. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan bentuk suatu konsep atau alur dari suatu penelitian yang didasarkan pada permasalahan yang diteliti yang diharapkan dapat mengarah pada suatu hipotesis atau jawaban sehingga dapat tercapainya paparan pemasalahan dan solusi serta hasil penelitian seperti yang diharapkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung yang selalu berbanding lurus dengan peningkatan jumlah volume sampah, menjadikan masalah terhadap kebersihan lingkungan yang ditimbulkan oleh banyaknya sampah. Pemerintah Kota mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi permasalahan sosial tersebut. Untuk mengatasinya, pemerintah membuat kebijakan waktu pembuangan sampah yaitu pukul 22.00-05.30 WIB. Kemudian untuk mensukseskan kebijakan tersebut, tentunya Pemerintah Kota Bandar Lampung mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan kepada seluruh komponen masyarakat, agar kebijakan tersebut dapat diketahui dan diaplikasikan guna menciptakan kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung. Maka dari hal tersebut, penulis mencoba menganalisa apakah kemudian efektivkah sosialisasi kebijakan waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dalam upaya menciptakan Kota Bandar Lampung menjadi bersih?


(35)

Menganalisis indikator keberhasilan sosialisasi kebijakan dalam menciptakan kebersihan lingkungan kota:

1. Data atau Pendapat Pejabat Dinas 2. Pendapat Warga

3. Fakta Di lapangan Keterangan:

Permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah volume sampah di Kota Bandar Lampung, merupakan tanggung jawab pemerintah selaku pelaksana kehidupan bernegara. Pemerintah dituntut agar dapat mencarikan solusi dari permasalahan ini, maka dalam perencanaan penyelesaian masalah ini, Pemerintah Kota Bandar Lampung membuat suatu kebijakan tentang waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB. Guna berjalannya kebijakan ini, tentunya Pemerintah Kota Bandar Lampung

Pemerintah Kota

Permasalahan Kota Yang Kotor

Kebijakan Untuk Mengatasi

Masyarakat Di sosialisasikan


(36)

perlu mensosialisasikannya kepada seluruh komponen masyarakat kota, dengan tujuan agar kebijakan tersebut dapat diketahui oleh masyarakat, dengan harapannya setelah mengetahui kebijakan tersebut, masyarakat Kota Bandar Lampung mau melaksanakannya.

Disini penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk menilai apakah sudah efektiv sosialisasi kebijakan tentang kebijakan waktu pembungan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya menciptakan kebersihan Kota Bandar Lampung? Maka penulis dalam penelitiannya menggunakan tiga indikator untuk mengetahui efektivitas sosialisasi tersebut, yaitu: 1. Data atau Pendapat Pejabat Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung; 2. Pendapat warga; 3. Fakta di lapangan.


(37)

III. METODE PENELITIAN

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidik dengan menggambarkan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1991:63).

Dipilihnya metode kualitatif dalam penelitian ini disebabkan oleh:

a) Data yang menjadi input dalam penelitian bukanlah berupa angka namun dalam bentuk informasi yang diperoleh dari informan;

b) Data yang diperoleh merupakan makna yang mendasari tingkah laku partisipan/informan, yaitu alasan atau penyebab informan melakukan suatu tindakan atau kegiatan.

Ciri-ciri penelitian kualitatif :

a) Data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata;

b) Yang menjadi instrumen penelitiannnya adalah manusia, dengan tidak ada jarak antara peneliti dan yang diteliti sehingga akan diperoleh pemahaman dan penghayatan obyek yang diteliti;


(38)

c) Penelitian kualitatif biasanya melakukan penelitian pada latar belakang alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan suatu permasalahan; d) Penelitian kualitatif biasanya lebih mementingkan proses dari pada hasil,

hubungan antar bagian-bagian yang diteliti jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses;

e) Desain penelitian dapat berubah atau disesuaikan berdasarkan temuan-temuan pada saat melakukan penelitian (http://www.shvoong.com/social-

sciences/education/2027037-ciri-ciri-penelitian-kualitatif/#ixzz1Mv6EFC). 2. Fokus Penelitian

Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kualitatif adalah bahwa gejala dari suatu obyek itu sifatnya tunggal dan parsial. Gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan satu masalah penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2009:207)

Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umum. Dari penjelajahan umum ini, peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi sosial. Untuk dapat memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan fokus penelitian (Sugiyono, 2009:209).


(39)

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan fokus penelitian berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang ada. Yaitu tentang bagaimana efektivitas sosialisasi kebijakan tentang waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB yang dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai upaya menciptakan kebersihan Kota Bandar Lampung.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menurut Iskandar dalam Alkarim (2012) adalah situasi dan kondisi lingkungan dan tempat yang berkaitan dengan masalah penelitian. Demikian pula yang berlaku dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitiannya dilingkungan rumah-rumah warga dan jalan-jalan protokol di wilayah Kelurahan Sepang Jaya, Kecamatan Kedaton, karena di wilayah tersebut masuk dalam obyek kebijakan waktu pembuangan sampah. Selain daripada itu, Kelurahan Sepang Jaya merupakan kelurahan terluas kedua setelah Kelurahan Labuhan Ratu yang dimiliki Kecamatan Kedaton, memiliki penduduk yang heterogen dan tingkat pendidikan masyarakatnya diatas rata-rata. Kemudian Kelurahan Sepang Jaya jika dilihat dalam konteks kesesuaian lokasi penelitian ini maka, kelurahan tersebut sudah memenuhi unsur-unsurnya yaitu adanya perumahan warga, pasar modern dan sekolahan.

Sedangkan untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung merupakan bagian instansi di Pemerintah Kota Bandar Lampung yang bertanggungjawab mensosialisasikan kebijakan waktu pembuangan sampah guna menangani permasalahan kebersihan di Bandar Lampung.


(40)

4. Penentuan Informan

Sugiyono (2009:221) dengan mengutip pendapat dari Spradley mengemukakan bahwa, informan sebagai sumber informasi sebaiknya memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses

enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya;

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti;

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi;

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil

“kemasannya” sendiri;

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Informan dalam penelitian adalah masyarakat yang bermukim di wilayah Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton dan staf di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung. Adapun cara untuk mendapatkan informasi adalah dengan cara mengunjungi Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung dan rumah warga di wilayah Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton.


(41)

5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

a) Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dengan menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan di lapangan yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti seperti:

1. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2009:145).

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

2. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dan bertatap muka dengan informan yang dituju. Metode wawancara mendalam ini digunakan untuk mendapat keterangan-keterangan secara mendalam dari permasalahan yang dikemukakan. Metode wawancara mendalam ini diharapkan akan memperoleh data primer yang berkaitan dengan penelitian ini dan


(42)

mendapat gambaran yang lebih jelas guna mempermudah dan menganalisis data selanjutnya (Sugiyono, 2009:233).

b) Data sekunder, adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari

fakta yang sebenarnya dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun memverifikasi kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi, studi kepustakaan dan studi on-line.

1. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data sekunder dengan

menggunakan catatan atau buku-buku serta materi-materi sosialisasi yang terdokumentasi dalam bentuk foto, dan dinilai berkaitan dengan penelitian ini. Selain dari pada itu dokumentasi bisa berupa spanduk dan media sekunder lainnya.

2. Studi kepustakaan dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan teori-teori, prinsip-prinsip, konsep-konsep dan hukum-hukum yang dapat mendukung penelitian ini. Studi pustaka yang digunakan dalam penelitian ini bisa berupa dokumen pemerintah dan media seperti majalah dan surat kabar ataupun buku-buku yang berhubungan dengan penentuan kebijakan.

3. Studi data On-line

Yaitu tata cara melakukan penelusuran data melalui media on-line seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas on-line, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data


(43)

informasi on-line yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

6. Teknik Analisa Data

Analisis data sebagai kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, serta meringkas data sehingga mudah untuk dibaca. Analisis deskripsi digunakan dengan cara menginterpretasikan data yang telah tersusun secara sistematis, kemudian diterangkan dalam bentuk tulisan yang merupakan uraian-uraian kualitas hasil akhir penelitian.

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

I. Reduksi Data

Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi dari data kasar yang didapat, dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menjamin, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara yang sederhana sehingga dapat disimpulkan dan diverifikasikan. Cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi yang ketat melalui ringkasan atau uraian yang singkat, menggolongkan dalam pola yang lebih luas.


(44)

II. Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan dalam data kualitatif adalah bentuk teks naratif (peristiwa yang ditampilkan secara berurutan). Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dikumpulkan untuk diambil kesimpulan-kesimpulan sehingga disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.

III. Mengambil Kesimpulan (Verifikasi Data)

Peneliti berusaha untuk mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dan alur sebab akibat serta proposisi. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data yang diuji kebenarannya dan kegunaannya (Muhammad Nazir, 1998:419).


(45)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas sosialisasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB sebagai upaya menciptakan kebersihan lingkungan Kota Bandar Lampung dilihat dari sudut pandang :

1. Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai penggagas dan yang bertanggung jawab terhadap pelaksana kebijakan

2. Masyarakat sebagai objek sosialisasi dan pelaksana dari kebijakan 3. Fakta di lapangan yang dilihat secara nyata oleh penulis.

Penyajian dan pembahasan tentang hasil penelitian yang meliputi data yang diperoleh sebagaimana disebutkan di atas, didapatkan melalui wawancara secara mendalam (indepth interview), studi pustaka, dokumentasi. kemudian akan disajikan kedalam penjabaran yang sebelumnya telah di cross check oleh penulis. Setelah diadakan wawancara terhadap sembilan informan, yakni empat orang pejabat dinas yang terdiri dari: dua pejabat Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung, satu pejabat dinas Kecamatan Kedaton, dan satu pejabat dinas Kelurahan Sepang Jaya, serta lima orang informan warga Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton. Untuk data informan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(46)

Tabel 6 : Profil Informan:

No. Nama Informan Kelamin Jenis Umur Pekerjaan/ Jabatan 1 Siswanto Laki-laki 45 PNS/ Kepala Bidang Kebersihan

2 Edi Suherman Laki-laki 47 PNS/ Kepala Seksi Operasional Kebersihan 3 Thomas Amirico Laki-laki 32 PNS/ Sekretaris Camat 4 Syamsu Nillam Laki-laki 53 PNS/ Lurah Sepang Jaya 5 Okta Febrian Nurdin Laki-laki 52 Kepala Lingkungan 1 6 Hartoyo Laki-laki 49 Kepala Lingkungan 2 7 Djawahir Laki-laki 56 Kepala Lingkungan 3 8 Ratih Perempuan 43 Ibu Rumah Tangga 9 Azam Ahmad Aksha Laki-laki 21 Mahasiswa

10 Sri Astuti Perempuan 48 Ibu Rumah Tangga (Sumber : Data Primer Peneliti)

Berikut ini akan dideskripsikan hasil dari penelitian yang berisi tentang profil singkat informan dan pembahasan efektivitas sosialisasi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB sebagai upaya menciptakan kebersihan lingkungan kota Bandar Lampung. Penjabaran hasil penelitian akan dikelompokan berdasarkan kualifikasi sudut pandang sebagaimana dituliskan di atas.


(47)

1. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi Yang Dilakukan Oleh Dinas A.Profil Informan

Informan pertama merupakan salah satu pejabat di lingkungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung dengan jabatan sebagai Kepala Bidang Kebersihan.

Informan kedua merupakan salah satu pejabat di lingkungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung dengan jabatan sebagai Kepala Seksi Operasional Kebersihan.

Informan ketiga merupakan salah satu pejabat di lingkungan Kecamatan Kedaton dengan jabatan sebagai Sekretaris Kecamatan Kedaton. Sebelum menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Kedaton, beliau pernah menjabat sebagai Lurah Panjang.

Informan keempat merupakan salah satu pejabat di lingkungan Kelurahan Sepang Jaya dengan jabatan sebagai Lurah Sepang Jaya.

B.Hasil Wawancara

Tugas Pemerintah Kota untuk mensosialisasikan kebijakan tentang waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB merupakan bentuk keharusan dalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut. Untuk mengetahui efektivitas sosialisasi kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota, maka peneliti menggambarkan hal tersebut dalam hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan keempat informan dari pejabat dinas di atas.


(48)

B.1 Filosofi Kebijakan Wali Kota Bandar Lampung Tentang Waktu Pembuangan Sampah

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh jawaban sebagai berikut, informan pertama menyatakan bahwasanya kebijakan ini lahir dikarenakan budaya masyarakat Kota Bandar Lampung yang belum terbiasa melakukan pembuangan sampah dengan teratur. Beranjak dari hal tersebut, Pemerintah Kota Bandar Lampung menggagas ide waktu pembuangan sampah pada malam hari, hal itu dikarenakan pada malam hari aktifitas masyarakat kota sudah berkurang, sehingga masyarakat tidak lagi menghasilkan sampah dan tinggal membuang sampah hasil aktifitas siang hari ditempat yang telah ditentukan. Dengan dimikian diharapkan pengangkutan sampah oleh Dinas Kebersihan Kota Bandar Lampung dapat dilakukan dengan optimal, karena sampah sudah terkumpul pada pagi hari dan pengangkutan sampah tidak terganggu oleh ramainya lalu lintas jalan raya.

Informan kedua berpendapat bahwa lahirnya kebijakan tersebut adalah dalam upaya membangun kesadaran masyarakat Kota Bandar Lampung untuk tertib dalam melakukan pembuangan sampah, sehingga dengan ditentukannya waktu pembuangan sampah maka dinas/petugas kebersihan yang bertugas melakukan pengangkutan sampah dapat melaksankan tugasnya dengan optimal, hal itu dikarenakan pada pukul tersebut sampah sudah terkumpul dan aktifitas masyarakat cenderung sepi.


(49)

B.2 Tujuan Yang Hendak Dicapai Melalui Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh jawaban sebagai berikut, kedua informan masing-masing memberikan jawaban hampir sama, yaitu informan pertama menyatakan tujuan dibuatnya kebijakan tersebut adalah pengoptimalan pengambilan sampah, selain itu juga upaya Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam menciptakan kebersihan kota melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan, dengan adanya kebijakan ini tentunya masayarakat diajak untuk lebih disiplin dalam melakukan pembuangan sampah.

Informan kedua dalam penjelasannya menyatakan tujuannya semata-mata hanya untuk menciptakan Kota Bandar Lampung sesuai dengan slogannya yaitu TAPIS BERSERI.

Informan ketiga dalam penjelasannya menyatakan tujuan yaitu untuk mensukseskan segala program yang dibuat Pak Wali yaitu ayo bersih-bersih, selain itu program ini dianggap cukup bagus untuk diterapkan dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungan.

B.3 Strategi Dalam Upaya Merealisasikan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh jawaban sebagai berikut, informan pertama menyatakan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya merealisasikan kebijakan di atas melakukan beberapa upaya antara lain yaitu


(50)

melakukan penyisiran dengan menggunakan kendaraan pengangkut sampah, untuk menyisir kembali jalan-jalan protokol.

Informan kedua dalam penjelasanya menyatakan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya mensukseskan kebijakan ini adalah dengan melakukan sosialisasi dan himbauan kepada camat, lurah dan tokoh-tokoh masayarakat dengan harapan dapat menyalurkan kepada seluruh masyarakat Kota Bandar Lampung, selain itu juga Pemerintah Kota Bandar Lampung melakukan sosialisasi melalui media elektronik dan cetak.

Jawaban informan ketiga tidak jauh berbeda dengan apa yang diberikan oleh informan kedua, strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya mensukseskan kebijakan ini adalah dengan melakukan sosialisasi dengan tujuan agar seluruh komponen masyarakat Kota Bandar Lampung mengetahui adanya kebijakan waktu pembungan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB dengan harapan setelah mengetahuinya mau melaksanakan. Informan keempat dalam penjelasannya menyatakan sosialisasi merupakan upaya yang perlu dilakukan dalam upaya mensukseskan kebijakan tersebut, karena dengan sosialisasi masyarakat dapat mengetahui isi kebijakan tersebut, sehingga setelah masyarakat dapat memahami isi kebijakan harapannya mau melaksanakannya.


(51)

B.4 Metode Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh jawaban sebagai berikut, Informan pertama menyatakan sosialisasi dilakukan dengan menggunakan kepanjangantangan dari Bapak Wali Kota yaitu: lurah, camat, dan UPT-UPT, melalui pejabat-pejabat kecamatan dan kelurahan brosur yang berisi himbaunan dibagikan/disosialisasikan kepada seluruh masayarakat Kota Bandar Lampung. Sosialisasi langsung dengan masayarakat belum dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dikarenakan pada APBD 2012 belum dianggarkan, selain daripada itu juga sosialisasi dilakukan melalui spanduk, dan banner yang dipasang dijalan-jalan protokol. Sedangkan sosialisasi yang dilakukan di bawah koordinasi ”Bidang Kebersihan” yang berkoordinasi dengan kecamatan, kelurahan dan lembaga-lembaga setingkat seperti BPPLH. Untuk agen of change dalam kebijakan ini, pemerintah menempatkan “lurah dan camat serta UPT” hal itu dikarenakan mereka yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, sedangkan untuk materi sosialisasi hanya menggunakan Surat Himbauan Wali Kota Bandar Lampung. Informan kedua menyatakan sosialisasi dilakukan mulai dari tingkat kecamatan hingga kelurahan, kemudian di kelurahan di sosialisasikan lagi ke para tokoh masyarakat, kepala lingkungan, kepala RT-nya untuk diteruskan ke warganya masing-masing. Sosialisasi dilakukan di bawah koordinasi bidang kebersihan yang kepala bidangnya yaitu Pak Siswanto.


(52)

Informan ketiga menyatakan sosialisasi yang dilakukan melalui aparatur desa, dan sosialisasi terus dilakukan dengan tujuan agar mampu membangunkan kesadaran masyarakat. Sosialisasi dilaksanakan dibawah Koordinasi Dinas Kebersihan yang berkoordinasi dengan kecamatan dan kelurahan. Sosialisasi dilakukan secara turun temurun, yaitu dari Dinas Kebersihan yang dilanjutkan ke kecamatan kemudian diteruskan ke kelurahan sampai tingkatan terbawah. Materi sosialisasinya adalah surat himbauan yang dikeluarkan Wali Kota tersebut.

Informan keempat, sosialisasi yang dilakukan melalui para RT dan juga di lakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat di masjid-masjid yang ada di lingkungan Kelurahan Sepang Jaya. Sedangkan materi sosialisasinya adalah Surat Himbauan Bapak Wali Kota.

B.5 Mekanisme Sosialisasi Yang Dirancang Pemerintah Kota Bandar Lampung dan Ukuran Keberhasilannya

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh jawaban sebagai berikut. Informan pertama menyatakan mekanisme sosialisasi yang dilakukan yaitu melalui UPT yang ada disetiap kecamatan, dimana UPT tersebut membawahi beberapa rayon yang bertugas menjadi satuan tugas kebersihan disetiap kelurahan. Mengenai ukuran keberhasilan sosialisasinya, informan menyatakan sosialisasi belum dapat berjalan dengan sukses, hal tersebut dikarenakan sosilisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung tidak diimbangi dengan peningkatan kesadaran masyarakat,


(53)

sedangkan untuk efektivitas sosialisasi yang ditargetkan oleh Pemerintah Kota. Menurut informan rasanya belum efektiv, hal itu dikarenakan belum ada anggaran untuk sosialisasi, sehingga sosialisasi hanya dilakukan dengan perpanjangantangna ke para camat serta lurah dan UPT saja.

Informan kedua menyatakan mengenai keberhasilan sosialisasi, ia memandang setidaknya ada usaha dari Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk mensosialisasikan kebijakan ini, tinggal bagaimana masyarakat mau atau tidak melaksanakan himbauan waktu pembuangan sampah. Mengenai efektivitas adanaya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota, informan berpendapat ya sudah hampir efektiv hanya butuh upaya lebih untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Informan ketiga dalam jawabannya menyatakan bahwa mekanisme yang dirancang hanyalah pada tahap bagaimana masayarakat dapat mengetahui dan mau melaksanakan serta melibatkan diri dalam upaya mensukseskan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, sedangkan untuk takaran waktunya, informan menyatakan selama masyarakat belum mematuhi selama itu pula terus di himbau agar mau mematuhi kebijakan yang ada. Mengenai ukuran keberhasilan sosialisasinya, informan menyatakan bahwa kebersihan merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya, sedangkan jika berbicara efektivitas sosialisasi yang ditargetkan oleh Pemerintah Kota


(54)

setidaknya sudah ada perubahan yang semenjak adanya himbauan Wali Kota.

Informan keempat dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa ukuran keberhasilan yaitu ketika lingkungan terlihat bersih terutama dipingir jalan protokol. Sedangkan bicara efektivitas sosialisasi, informan tidak memungkiri sosialisasi belum berjalan dengan baik, meskipun informan tidak memungkiri ada perubahan lebih baik setelah adanya kebijakan tersebut.

B.6 Tempat, Hasil Dan Himbauan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Proses Sosialisasi

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh jawaban sebagai berikut. Informan pertama menyatakan sosialisasi kebijakan tentang waktu pembuangan sampah sudah dilakukan di setiap tingkat kecamatan dan kelurahan yang ada di Bandar Lampung, sedangkan jika dilihat hasilnya menurut informan memang belum sesuai dengan harapan, masih banyak yang belum melakukan pembuangan sampah sesuai dengan ketentuan yang ada, walaupun sosialisasi sudah dilakukan. Himbauan/harapan yang di harapkan adalah supaya masyarakat lebih peka terhadap setiap kebijakan yang di keluarkan Pemerintah Kota.

Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan sosialisasi kebijakan sudah dilakukan disetiap kelurahan yang ada di kecamatan Kedaton, sedangkan hasil dari proses sosialisasi, setidaknya dijumpai


(55)

beberapa lokasi masyarakatnya sudah melakukan pembuangan sampah sesuai dengan kebijakan yang ada, walaupun tidak semua masyarakat melakukan pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB. Untuk himbauan/harapan yang disampaikan, harapannya kebijakan ini mampu merubah krakteristik masyarakat ke arah yang lebih patuh akan adanya kebijakan pemerintah.

Informan keemapat dalam keterangannya menyatakan sosialisasi sudah dilakukan di setiap RT-RT yang berada dilingkungan Kelurahan Sepang Jaya, sedangkan hasilnya bisa dikatakan hampir 40% warga mematuhi membuang sampah pukul 10 malam tersebut, namun masih ada juga yang masih acuh tak acuh, sehingga harus berulang-ulang dalam mensosialisasikannya.

B.7 Kendala Penerapan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan kendala-kendala yang dinyatakan informan sebagai berikut. Informan pertama menyatakan kendala terletak pada belum adanya anggaran dalam APBD 2012 ini, selain itu juga karakteristik dan budaya masyarakat yang belum sadar akan pentingnya kebersihan.

Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan kendalanya terletak pada kurang kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan, seperti contohnya petugas harus bolak-balik menyisir jalanan yang sama dalam waktu yang berdekatan, hal itu disebabkan banyak masyarakat yang sembarangan melakukan pembungan sampah.


(56)

Informan keempat dalam jawabanya menerangkan bahwa tidak ditemukannya kendala, semua berjalan baik, sosialisasi telah dilakukan oleh perangkat desa dengan baik.

B.8 Upaya Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Mensuskseskan Sosialisasi Kebijakan

Berdasarkan wawancara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh jawaban sebagai berikut. Informan pertama menjawab bahwa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk menunjang berjalannya kebijakan ini adalah, membentuk satuan kerja dan membentukan UPT di setiap kecamatan-kecamatan.

B.9 Indikator Keberhasilan Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa indikator keberhasilan terletak pada keefektivan sosialisasi terhadap kebersihan lingkungan kota, sesuai dengan apa yang diutarakan oleh informan sebagai berikut. Informan pertama dalam keterangannya menyatakan berbicara efektivitas itu ialah berbicara hasil, adanya sosialisasi yang berdampak pada patuhnya masyarakat terhadap kebijakan, sedangkan dalam kenyataanya memang belum semua masyarakat mau melaksanakan kebijakan ini, meskipun tidak dipungkiri banyak masyarakat yang sudah malakukan kebijakan ini. Sedangkan data seperti: absensi, atau daftar SPPD selama proses sosialisasi dan evaluasi tidak ada hal itu dikarenakan sosialisasinya hanya dilakukan oleh pejabat di kelurahan dan sifatnya non formal.


(57)

Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan keberhasilan sosialisasi kebijakan waktu pembuangan sampah terletak pada terciptanya kebersihan, sedangkan mengenai absensi, atau daftar SPPD selama proses sosialisasi dan evaluasi, informan menyatakan kemungkinan data dapat ditemukan di tingkat kelurahan. Informan keempat menyatakan keberhasilan sosialisasi ini dapat dilihat dari bagaimana keadaan lingkungan Kelurahan Sepang Jaya, terlihat lebih bersih atau tidak. Sedangkan mengenai proses sosialisasi, informan menyatakan dilakukan setiap seminggu sekali, dengan tujuan dapat terus meningkatkan upaya sosialisasi kebijakan ini, sedangkan untuk absensi informan menyatakan dalam setiap kegiatannya tidak menggunkan absensi.

B.10 Kepatuhan Masyarakat Terhadap Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan jawaban dari para informan sebagai berikut, informan menyatakan belum semua masyarakat mematuhi kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung tentang waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB sebagaimana diutarakan informan dalam jawabannya. Informan pertama menyatakan bahwa sebagian masyarakat sudah melakukan pembuangan sampah sesuai waktu yang ditentukan dalam kebijakan, Informan ketiga menerangkan bahwa belum semua masyarakat mentaati adanya kebijakan ini, dikarenakan masyarakat ini masih


(58)

susah untuk mengikutsertakan dirinya dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungannya.

Informan keempat dalam keterangannya menyatakan hal senada dengan apa yang diungkapkan informan pertama dan kedua yaitu, belum semua masyarakat menaatinya.

Melihat pernyataan informan diatas, efektivitas sosilisasi kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung belum dapat berjalan dengan baik. Hal itu terlihat dari hasil yang didapatkan, dimana sebagian masyarakat Kota Bandar Lampung sudah melakukan pembuangan sampah, akan tetapi dalam melakukan pembuangan sampah belum menaati ketentuan yang dituangkan dalam kebijakan yaitu melakukan pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB. Sehingga sampah yang dibuang oleh masyarakat yang telah melebihi ketentuan waktu yang ditentukan dalam kebijakan, maka sampah tersebut tidak terangkut oleh mobil kebersihan yang pada pagi harinya bertugas menyisir jalan.

2. Deskripsi Efektivitas Sosialisasi Dari Sudut Pandang Masyarakat A.Profil Informan

Informan pertama merupakan salah satu warga di LK.I Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton. Bapak tiga orang ini merupakan Ketua LK.I di Kelurahan Sepang Jaya. Bapak Nurdin selain sibuk sebagai ketua lingkungan, ia juga bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Selama hidupnya


(59)

bapak yang akrab disapa Nurdin ini memang sudah tinggal di Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton.

Informan kedua merupakan salah satu warga di LK.II Sepang Jaya Kecamatan Kedaton. Bapak lima orang anak ini merupakan Ketua LK.II di Kelurahan Sepang Jaya. Bapak Hartoyo selain ketua lingkungan juga terkenal sebagai tokoh agama di lingkungannya. Bapak Hartoyo bekerja sebagai wiraswata.

Informan ketiga merupakan salah satu warga di LK.I Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton. Bapak empat orang anak ini merupakan Ketua Lingkungan di Kelurahan Sepang Jaya yaitu Ketua Lingkungan Tiga (LK.III). Bapak dengan umur 57 Tahun ini selian sibuk sebagai ketua lingkungan, ia juga aktif sebagai pekerja peracik obat-obat tanaman yang dikelola dari sisa hasil sampah. Lelaki lulusan Fakultas Pertanian Unila ini selama hidupnya senang melakukan eksperimen. Bahkan waktu peneliti melakukan wawancara, beliau aktif memperlihatkan jenis-jenis obat tanaman.

Informan keempat merupakan salah satu warga LK.II Sepang Jaya Kecamatan Kedaton. Ibu dua orang anak ini merupakan salah satu tokoh masyarakat disekitar lingkungannya. Beliau aktif sebagai ketua pengajian ibu-ibu dilingkungan setempat. Beliau bekerja sebagai ibu rumah tangga. Selama hidupnya, ia memang sudah tinggal di Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton.


(60)

Informan kelima merupakan salah satu warga LK.III Sepang Jaya Kecamatan Kedaton. Mahasiswa Fakultas Hukum semester 7 ini merupakan pemuda yang sering aktif dalam kegiatan kelurahan. Pemuda Sepang Jaya ini sekarang sedang menjabat sebagai ketua BEM Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Informan keenam merupakan salah satu warga di LK.I Sepang Jaya Kecamatan Kedaton. Ibu empat orang anak ini merupakan salah satu ibu Rumah Tangga di Kelurahan Sepang Jaya. Ibu yang akrap dipanggil Sri ini selain menjadi ibu rumah tangga juga berjualan makanan untuk membantu perekonomian keluarganya.

B. Hasil Wawancara

Masyarakat kota Bandar Lampung sebagaimana dalam bahasan ini merupakan objek adanya kebijakan tentang waktu pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB, maka sudah suatu keharusan masyarakat kota wajib mengetahui adanya kebijakan ini melalui sosialisasi yang dilakukan Pemerintah Kota dalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut. Untuk mengetahui efektivitas sosialisasi kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota maka peneliti menggambarkan hal tersebut dalam hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan keenam informan masyarakat sebagai objek kebijakan.

B.1 Masyarakat Mengetahui Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil sebagai berikut, masing-masing dari informan memberikan jawaban sebagai berikut:


(61)

Informan pertama, kedua dan ketiga dalam keterangannya menyatakan bahwa masyarakat sudah mengetahui adanya suatu kebijakan tentang waktu pembatasan pembuangan sampah, masyarakat mengetahuinya dari adanya pemberitahuan yang sudah berkali-kali dilakukan oleh pejabat kelurahan, seperti RT dan ketua lingkungan.

Informan keempat, kelima dalam keterangnnya menyatakan kemungkinan besar sudah mengetahui, hal tersebut dikarenkan memang sudah pernah dilakukan himbauan yang dilakukan oleh para RT dan ketua lingkungan untuk melakukan pembuangan sampah pada pagi hari. Informan keenam dalam keterangannya menyatakan mengetahui adanya kebijakan itu dikarenakan ia memang sudah terbiasa melakukan pembuangan sampah pada pagi hari, dikarenakan sampah akan diangkut oleh petugas sokli.

B.2 Proses Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Kepada Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan jawaban sebagai berikut. Informan pertama, kedua dan ketiga menyatakan bahwa masyarakat mengetahui adanya kebijakan tersebut dari adanya sosialisasi himbauan yang telah disampaikan oleh para pejabat kelurahan sebelumnya, yang mana intruksi itu berasal dari dinas sewaktu memberikan penyuluhan di kecamatan dan untuk diteruskan ke masyarakat.

Informan keempat menyatakan masyarakat mengetahui dari pejabat kelurahan. Informan kelima dalam keterangannya juga menyatakan


(62)

bahwa masyarakat mengetahui dari orang-orang kelurahan. Informan keeenam dalam keterangannya menyatakan bahwa masyarakat mengetahui adanya kebijakan ini dari pak RT dan tukang sokli.

B.3 Tempat, Pembicara, dan Substansi Yang Dibahas Dalam Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil sebagai berikut. Informan pertama dalam keterangannya menyatakan informan yang kebetulan merupakan ketua lingkungan maka ia mendapatkan materi tersebut dari pengarahan yang diadakan di kecamatan. Substansinya luas tentang masalah kebersihan terutama mengenai waktu pembuangan sampah, yang menjadi pemeteri adalah pejabat dari Dinas Kebersihan. Untuk sosialisasi kepada masyarakat dilakukan oleh pejabat kelurahan.

Informan kedua dalam keterangannya menyatakan bahwa sosialisasi dilakukan secara langsung kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan melalui media seperti masjid-masjid, selain itu juga sosialisasi/dihimbau disampaikan pada kegiatan Jum’at bersih.

Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan sosialisasi langsung dilaksanakan dengan cara memanggil para RT di lingkungan III untuk diberikan sosialisasi kebijakan waktu pembuangan sampah kemudian agar disampaikan dilanjutkan kemasyarakat.

Informan keempat menyatakan mengetahui kebijakan ini langsung dari pak RT dan perangkat desa, dimana mengintruksikan untuk


(63)

melakukan pembuangan sampah pada malam hari sesuai himbauan pak Wali Kota.

Informan kelima menyatakan kurang mengetahui adanya mekanisme sosialisasinya, akan tetapi ia membenarkan adanya himbauan Wali Kota yang disampaikan oleh pak RT.

Informan keenam dalam keterangannya membenarkan adanya sosialisasi langsung dari pihak kelurahan.

B.4 Daya Tarik Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Berdasarkan hasil wawancara didapatkan jawaban dari kelima informan yang menyatakan pada proses sosialisasi yang dilakukan oleh pejabat Dinas Pemerintah Kota Bandar Lampung ya biasa-biasa saja tidak ada yang membuat tertarik, hanya informan ketiga yang menyatakan mungkin kebijakan ini terlihat menarik karena waktu pembuangan sampah harus malam hari.

B.5 Hal Yang Memberatkan Masyarakat Dalam Melaksanakan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, didapatkan jawaban cukup bervariatif muncul dari para informan. Informan pertama dalam keterangannya menyatakan tidak ada yang dirasa berat dari adanya kebijakan ini. Hal ini dikarenakan himbauan ini kan sifatnya untuk kepentingan bersama. Akan tetapi tidak semua masyarakat menyadari pentingnya kebijakan ini, sehingga masih banyak masyarakat yang bersifat acuh tak acuh dan tetap membuang sampah sembarangan.


(64)

Informan kedua menyatakan tidak ada hal yang memberatkan dengan adanya kebijakan ini.

Informan ketiga dalam keterangannya menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada rasa yang keberatan masyarakat dengan adanya kebijakan ini, hanya saja masyarakat masih malas saja bila melakukan pembuangan sampahnya pada malam hari. Sedangkan informan keempat, lima, dan enam menyatakan secara umum bahwa kebijakan ini tidak ada yang memberatkan.

B.6 Kepatuhan Masyarakat Dalam Melaksanaan Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil sebagai berikut, jawaban dari masing-masing informan pun bervariatif seperti tertera sebagai berikut. Informan pertama menyatakan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mematuhi dan melaksanakan kebijakan tersebut, hal itu dilatarbelakangi oleh kurang sadarnya masyarakat. Informan kedua memberikan keterangan bahwa secara umum tingkat kepatuhan dan kedisiplinan untuk membuang sampah tepat pada waktunya belum dapat berjalan secara menyeluruh, akan tetapi hal tersebut terus diupayakan himbauan yang berkelanjutan.

Informan ketiga dan keempat menyatakan secara umum masyarakat sudah melaksanakan meskipun masih ada satu atau dua orang yang belum melaksanakan kebijakan waktu pembuangan sampah.


(65)

Informan kelima menyatakan masyarakat cukup bagus dalam hal melaksanakan kebijakan tersebut, terbukti jarang ditemukan sampah yang berserakan pada siang hari, khususnya jalan protokol.

Informan keenam menyatakan bahwa masyarakat di sekitar lingkungannya hampir seluruhnya sudah menaatinya.

B.7 Kesadaran Masyarakat Dalam Melaksanakan Isi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan pertanyaan tersebut jawaban masing-masing dari informan sebagai berikut. Informan pertama dalam keterangannya menyatakan bahwa masyarakat sudah melaksanakan himbauan kebijakan tersebut, akan tetapi belum semua dapat melakukannya hal tersebut dikarenkan seperti telah dijelaskan di atas yaitu setiap orang mempunyai tingkat kepatuhan yang tidak sama terhadap segala bentuk aturan yang dibuat.

Informan kedua menyatakan bahwa sebagian masyarakat sudah melaksanakan dan menaati, tetapi ada juga yang belum menaatinya. Informan ketiga dan keempat dalam keterangannya menyatakan bahwa belum semua masyarakat dapat memiliki kesadaran yang sama, sehingga masih ada satu dua yang belum juga mentaati ketentuan kebijakan ini.

Informan kelima menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat sudah menaati, hal itu dikarenakan sampah pada pagi hari sudah tidak terlihat bersirakan di jalan-jalan protokol.


(66)

Informan keenam dalam jawabannya menyatakan bahwa ada sebagian masyarakat yang sudah menaati, namaun ada juga yang belum.

B.8 Pemahaman Masyarakat Terhadap Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Berdasarkan wawancara didapatkan hasil sebagai berikut, demikianlah jawaban dari para informan. Informan pertama, kedua, ketiga dan keempat menyatakan bahwa dengan sudah diadakannya sosialisasi maka masyarakat tentunya sudah memahami apa yang menjadi pesan dari kebijakan ini, hal tersebut juga bisa dilihat dari masyarakat telah melaksanakan kebijakan waktu pembuangan sampah.

Informan kelima menyatakan bahwa dapat atau tidaknya masyarakat menangkap pesan itu sebenarnya dapat dilihat dari masyarakat telah melaksanakan kebijakan tersebut atau belum, sedangkan informan keenam menyatakan secara garis besar bahwa masyarakat dapat menangkap pesan dari adanya kebijakan waktu pembungan sampah. B.9 Dampak Adanya Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung

Terhadap Kebersihan Lingkungan

Jawaban dari seluruh informan hampir sama yaitu adanya perubahan seperti diutarakan informan pertama menyatakan bahwa setidaknya ada perbedaan yang cukup signifikan dari adanya kebijakan yang digulirkan Wali Kota tentang program kebersihan jika dibandingkan dengan dahulu.


(67)

Informan kedua dalam keterangannya menjelaskan setidakya ada perubahan yaitu sekarang lebih teratur mengeani penanganan masalah kebersihan, yaitu banyak petugas kebersihan yang keliling untuk menyisir lingkungan kota. Sedangkan informan ketiga, keempat, kelima, keenam dalam keterangannya menyatakan bahwa memang ada perubahan khususnya dijalan-jalan protokol terlihat lebih bersih. Melihat pernyataan informan di atas, efektivitas sosialisasi kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, masyarakat berpendapat bahwa sosialisasi memang benar adanya dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui pejabat aparatur desa. Akan tetapi hasil dari sosialisasi yang dilakukan belum berjalan maksimal, hal itu disebabkan masih ada sebagian masyarakat yang belum melakukan pembuangan sampah sesuai ketentuan dalam kebijakan, yaitu melakukan pembuangan sampah pada pukul 22.00-05.30 WIB.

3. Deskripsi Fakta Di Lapangan A. Hasil Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dalam kurun waktu 3 hari, pengamatan dilakukan pada pukul 21.15- 22.30 dilanjutkan pada pukul 04.45-07.30 WIB, selama melakukan pengamatan peneliti berkeliling lokasi yang berada di Kelurahan Sepang Jaya, dimana pada hari pertama peneliti melakukan pengamatan di lingkungan satu Kelurahan Sepang Jaya, sedangkan hari kedua peneliti melakukan pengamatan di lingkungan dua


(68)

Kelurahan Sepang Jaya, dan pada hari terakhir peneliti melakukan penelitian di area lingkungan tiga Kelurahan Sepang Jaya.

Pengamatan pertama yang dilakukan di wilayah lingkungan satu menghasilkan sebagai berikut: berdasarkan pengamatan banyak warga yang membuang sampah belum sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam kebijakan tersebut, dikarenakan banyak masyarakat justru sudah melakukan pembuangan sampah sebelum pukul 22.00 WIB. Dan pada pagi harinya, kebanyakan masyarakat membuang sampah diatas pukul 06.00 WIB. Meskipun demikian masih ada juga yang melakukan pembuangan sampah sesuai dengan waktu yang ditentukan. Lingkungan sekitar memang pada siang harinya sudah cukup terlihat bersih, dikarenakan ada petugas sokli yang terus menyisir sampai dengan pukul 06.35 WIB, sokli berkeliling lingkungan sekitar untuk mengakut sampah yang sudah diletakan di depan rumah warga.

Pengamatan di hari ke dua yang dilakukan di wilayah lingkungan dua Sepang Jaya menghasilkan sebagai berikut: di wilayah ini hasil pengamatan tidak jauh berbeda dengan wilayah lingkungan satu, masyarakat yang melakukan pembungan sampah masih tidak mengindahkan waktu yang ditentukan dalam kebijakan, meskipun jika dipresentasikan masih banyak masyarakat lingkungan dua yang patuh dibandingkan lingkungan satu. Di lingkungan ini pada malam hari cukup sedikit yang melakukan pembuangan sampah, akan tetapi pada pagi hari sekitar pukul 06.10 WIB hampir semua masyarakat sudah membuang sampah rumah tangganya, akan tetapi kantung-kantung sampah tersebut tidak terangkut oleh petugas sokli yang


(1)

Informan 10

Nama : Sri Astuti

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 48 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tinggal di : Lingkungan I Kelurahan Sepang Jaya

Peneliti : Apakah menurut Bpk/Ibu/Sdr masyarakat disini mengetahui tentang suatu kebijakan Pemerintah yang menghimbau agar warga di Kota Bandar Lampung ini dapat membuang sampah rumah tangga pada tempat dan waktu yang ditentukan yaitu pada pukul 22.00-05.30 WIB?

Informan : Saya tahu adanya kebijkan tersebut dari petugas sokli, waktu itu juga saya pernah dengan sii mbak, kwlau Pak RT nyuruh buang sampah pagi hari. tapi saya memang sudah terbiasa bung sampah pagi mbak biar terangkut ama petugas sokli.

Peneliti : Dari manakah masyarakat mengetahui kebijakan tersebut? Dari sosialisasi secara langsung atau melalui media?

Informan : Sosialisasi yang dikasih tau oleh petugas sokli dan pak RT. Peneliti : a. Jika sosialisasi langsung, dimanakah dilangsungkan proses

sosialisasinya dan siapa narasumbernya serta apa saja substansinya? b. Jika media, melalui media apakah yang pernah dilihat?

Informan : Waktu itu sih saya tahunya dari pihak kelurahan.

Peneliti : Apa yang dirasa memberatkan masyarakat dalam melaksanakan sosialisasi/himbauan tersebut?

Informan : Tidak ada

Peneliti : Bagaimana kepatuhan masyarakat terhadap himbauan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota terkait kebijakan tersebut?


(2)

Peneliti : Sudahkah masyarakat sekitar melakukan pembuangan sampah sesuai kebijakan tersebut?

Informan : Sebagian ya sudah, sebagian lagi belum.

Peneliti : Menurut Bpk/Ibu/Sdr, sudahkah masyarakat di sini menangkap pesan dari sosialisasi kebijakan tersebut ?

Informan : Saya rasa sudahlah, dikarenakan banyak juga yang sudah melaksanakan.

Peneliti : Menurut Bpk/Ibu/Sdr, adakah perbedaan yang signifikan dari adanya kebijakan waktu pembuangan sampah pukul 22.00-05.30 WIB sebelum dan sesudah dibuat terhadap kebersihan lingkungan? Informan : Ada kok, sekarang terlihat bersih.


(3)

(4)

(5)

(6)