KAJIAN PUSTAKA RIA RESTI KUSUMA I 0207020

commit to user II - 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. 1. LANJUT USIA II. 1. 1. Kajian Lanjut Usia II. 1. 1. 1. Pemahaman Lanjut Usia Menurut BKKBN dalam buku Bersinergi Dengan Kesehatan, Usia lanjut adalah seseorang yang sudah berusia di atas 60 tahun. Pada umumnya memiliki tanda – tanda terjadinya penurunan fungsi – fungsi biologis, psikologis, dan ekonomi. Pengertian lain dari lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia WHO menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Pada periode ini kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri ataupun mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya akan perlahan- lahan menurun sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi Constantinides, 1994. commit to user II - 22 II. 1. 1. 2. Kondisi Lanjut Usia di Indonesia Usia lanjut dan proporsinya dalam Negara industri di dunia semakin bertambah dalam abad ini. Sementara sumber data dari World Bank tahun 1994 membeberkan usia harapan hidup rata – rata penduduk Indonesia di tahu 1960 hanyalah 46 tahun, tetapi di tahun 1990 usia harapan hidup melonjak menjadi 56 tahun, sedangkan di tahun 1994 adalah 62 tahun. Lantas di tahun 2000 meningkat lagi menjadi minimal 70 tahun. Gallo, J.J., Reichel, W., Andesen,L.M. 1998. Gerontologi . Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2007, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari jumlah tersebut, 14 diantaranya berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atau merupakan daerah yang paling tinggi jumlah lansianya, disusul provinsi Jawa Tengah 11,16 , Jawa Timur 11,14 , dan Bali 11,02 . Pada tahun 2010 hingga 2020 jumlah lansia diperkirakan naik mencapai 11,34 dari jumlah penduduk di Indonesia. Biro Pusat Statistik, 2010. Struktur Penduduk Sebenarnya, terobosan sudah dilakukan serta kepedulian dan komitmen pemerintah sudah cukup banyak. Kementerian Sosial Kemensos sudah menguji coba, jaminan sosial lanjut usia dari tahun ke tahun ditingkatkan. Namun , dilihat dari jumlah yang mendapat jaminan sosial yang mencakup 12 ribu orang dibandingkan yang telantar, hanya sedikit yang mendapat jaminan sosial. Kemudian, jaminan kesehatan masyarakat Jamkesmas dari Kementerian Kesehatan Kemenkes tanpa bayar termasuk bagi lansia telantar. Tapi, jumlahnya pun sangat terbatas. Terbitnya Undang-Undang UU Nomor 131998 tentang Kesejahteraan Lansia juga cermin bahwa pemerintah itu berupaya meningkatkan kesejahteraan lansia. Pasal 25 UU 131998 juga menyebutkan, dibutuhkan satu lembaga nonstrukutral untuk commit to user II - 23 mengoordinasikan antara masyarakat dan pemerintah, yaitu Komnas Lansia. Tugasnya membantu Presiden meningkatkan kesejahteraan lansia, dan memberikan saran dan pertimbangan tentang penyusunan kebijakan di bidang lansia. Tetapi, hasil penelitan dan pengkajian Komnas Lansia ke daerah-daerah, menunjukkan bahwa penanganan lansia belum menggembirakan, belum memuaskan, dan masih sangat terbatas. II. 1. 1. 3. Perlakuan Terhadap Lanjut Usia Sesuai dengan kebudayaan kita, agar lansia itu tetap dihormati martabatnya, diupayakan agar bisa beraktivitas, seperti baca, mengetik, memelihara taman, dan lain sebagainya. Tentu saja kalau usia senja itu, kegiatan kerohanian tetap diutamakan. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya lansia. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari – hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer 1978 , Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan. Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi . Kondisi fisik rata-rata sudah menurun , sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka . Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian . Menurut Lita L . Atkinson , sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut usia 70 - 79 tahun menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan masih menunjukkan commit to user II - 24 aktifitas yang positif . Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka memperoleh bimbingan semacam terapi psikologi . Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian .Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi , maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress , putus asa , ataupun pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah.Dalam kasus- kasus seperti ini , umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat . Sebab melalui ajaran pengamalan agama , manusia usia lanjut merasa memperoleh tempat bergantung. II. 1. 1. 4. Batasan Usia Lanjut Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu Aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial BKKBN 1998. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada commit to user II - 25 yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat. Secara sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang – undang No. 13 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut adalah sebagai berikut : usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO , lanjut usia dikelompikan menjadi : a. Usia pertengahan middle age : kelompok usia 45 – 59 tahun. b. Lanjut usia ederly : antara 60 dan 74 tahun. c. Lanjut usia tua old : antara 75 dan 90 tahun d. Usia sangat tua very old : diatas 90 tahun. Menurut Dra. Ny Jos Masdani psikolog UI lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa dimana dibagi menjadi menjadi empat bagian : a. Fase iuventus 25 – 40 tahun b. Fase feliritas 40- 50 tahun c. Fase prasenium 55 – 65 tahun d. Fase senium 65 hingga tutup usia Menurur Linda L. Davidoff dalam buku Psikologi 1991: 102 lanjut usia dibagi dalam dua tahap, yaitu : a. Usia tua dini : 65- 75 tahun b. Usia tua dalu 75 tahun ke atas commit to user II - 26 II. 1. 1. 5. Karakteristik Lanjut Usia Penyebab fisik yang mempengaruhi perubahan – perubahan dalam kemapuan motorik meliputi menurunnya kekuatan dan tenaga yang biasanya menyertai perubahan fisik yang terjadi karena bertambahnya usia, menurunnya kekuatan otot, gemetar pada tangan, kepala, dan rahang bawah. Penyebab psikologis yang mempengaruhi dalam kemampuan motorik berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan rendah diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti kekuatan, ketrampilan, dan kecepatan. Tekanan emosional yang berasal dari sebab – sebab psikologis dapat mempercepat perubahan kemampuan motorik atau menurunnya motivasi untuk mencoba melakukan sesuatu yang masih dapat dilakukan Harlock, 2004 . Masalah psikologis pada lanjut usia menurut Nuhriawangsa dan Sudiyanto 1998 adalah a. Menerima pandangan klise orang tentang lanjut usia. Persepsi memburuk bahwa tidak mampu berbuat apapun dan membuat cenderung mengisolasi diri. b. Ketidaksiapan untuk mengadakan perubahan pola kehidupannya. c. Muncul pemikiran pada Lanjut usia bahwa proses mereka dalam prpses penurunan. Misalnya sangat pelupa, kesulitan menerima hal baru, dan lain sebagainya. d. Merasa tidak tahan dengan tekanan, perasaan ini akan membentuk mental mereka tertidur dan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu lama untuk mengerjakan hal tertentu sehingga menarik diri dari segala kegiatan. e. Perasaan bersalah karena menganggur adanya kebutuhan untuk dihargai orang lain. commit to user II - 27 f. Sikap ingin aktif terlihat secara sosial, membuat sikap mudah curiga, menuntut perhatian berlebihan, atau mengasingkan diri, murung, tak berguna, rendah diri dan apatis. Ciri usia lanjut sehat dan bahagia menurut Nuhriawangsa dan Sudiyanto dalam makalah seminar, Psikiatri Geriarti, antara lain : a. Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena masalah hidupnya bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialami sebagai bagian dari hidupnya yang tak perlu disesali dan justru mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya. b. Memiliki integritas pribadi yang baik berupa konsep diri yang tepat dan terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimiliki. c. Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada diantara orang – orang yang memiliki kedekatan emosi dengannya, yang memberikan perhatian dan kasih sayang yang membuat dirinya masih diperlukan dan dicintai. d. Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik didukung oleh kemampuan melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat e. Memiliki keamanan financial yang memungkinkan hidup mandiri, tidak menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. f. Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri sehingga dapat menentukan nasibnya sendiri tak bergantung orang lain hal ini dapat menjaga kestabilan dirinya. commit to user II - 28 II. 1. 1. 6. Permasalahan Pada Lanjut Usia Dalam buku Panduan Gerontologi, berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara lain permasalahan umum dan permasalahan khusus yang dihadapi oleh lansia. a. Permasalahan umum antara lain : 1 Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan. 2 Makin lemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati. 3 Lahirnya kelompok masyarakat industri. 4 Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional pelayanan lanjut usia. 5 Serta belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia. b. Permasalahan khusus antara lain : 1 Berlangsungnya proses menua yang berakibat munculnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. 2 Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia . 3 Rendahnya produktivitas kerja lansia. 4 Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat. 5 Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistic. 6 Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia. commit to user II - 29 II. 1. 1. 7. Perubahan pada Usia Lanjut a. Perubahan – perubahan fisik pada usia lanjut merupakan perubahan dari tingkat sel sampai ke semua system organ tubuh diantaranya : 1 sistem pernafasan, 2 pendengaran, 3 penglihatan, 4 kardiovaskuler, 5 sistem pengaturan temperatur tubuh, 6 sistem respirasi, 7 muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria, endoskrin dan integument. b. Perubahan - perubahan mental yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu 1 perubahan fisik khususnya organ perasa, 2 kesehatan umum, 3 tingkat pendidikan, 4 keturunan hereditas , 5 lingkungan, 6 gangguan syaraf panca indera, 7 timbul kebutaan dan ketulian, 8 gangguan gizi akibat hilangnya jabatan c. Perubahan – perubahan psikososial : 1 Pensiun : nilai sesorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam jabatan. 2 Merasakan atau sadar akan kematian. 3 Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit. commit to user II - 30 4 Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan 5 Meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biayta pengobatan. 6 Penyakit kronis dan ketidakmampuan. 7 Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian. 8 Rangkaian dari kehilangan, yaitu hilangnya hubungan dengan teman – teman dan keluarga 9 Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik seperti perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri. d. Perkembangan spiritual 1 Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan Maslow, 1970 2 Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari – hari Murray dan Zentner, 1970 3 Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer 1978 , perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara pemberian contoh cara mencintai keadilan. 4 Agama adalah merupakan faktor penting dalam penyesuaian pada masa tua. Moberg dalam Hurlock, 1999. 5 Individu yang berusia 60 tahun ke atas menemukan bahwa agama merupakan faktor terpenting yang membantu lansia mengatasi stress Lowry Conco, 2002 . 6 Agama dapat memenuhi kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan penting dalam kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua Daaleman, Perera Studenski, Fry, Koenig Larson, dalam Santrock, 2006 . commit to user II - 31 II. 1. 1. 8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan Setiap manusia pasti akan mengalami masa tua. Ketuaan sendiri dipengaruhi beberapa faktor antara lain a. hereditas ketuaan genetis , b. nutrisi, c. status kesehatan, d. pengalaman hidup, e. lingkungan, f. stress. II. 1. 1. 9. Kesehatan Lanjut Usia a. Faktor Fisik dan Psikis Lanjut Usia Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik, pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap tertentu Prasetyo,1998. Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti : 1 Gangguan pada sirkulasi darah, persendian, dan system pernafasan 2 Neurologik 3 Metabolik 4 Neoplasma 5 Mental Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah 1 Mudah letih 2 Mudah lupa 3 Gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra 4 Menurunnya konsentrasi Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo 1998 mengatakan untuk menkaji fisik pada orang lanjut usia harus commit to user II - 32 dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban. Sedangkan masalah kesehatan jiwa psikis lansia yang sering muncul adalah : 1 Gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan curiga. 2 Gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisiksomatik meliputi gangguan pola tidur, gangguan makan dan minum. 3 Gangguan perilaku yang ditandai dengan enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri sendiri. b. Penyakit pada Lanjut Usia Menurut “ The National Old People’s Welfare Council “ di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia, yakni 1 Depresi mental 2 Gangguan pendengaran 3 Bronchitis kronis 4 Gangguan pada tungkai sikap berjalan 5 Gangguan pada koksa sendi panggul 6 Anemia 7 Demensia c. Prinsip – Prinsip Olahraga pada Lanjut Usia Prinsip – prinsip olahraga pada lanjut usia menurut Nugroho dalam buku Keperawatan Gerontik antara lain komponen kesegaran jasmani yang paling mendasar untuk dilatih adalah commit to user II - 33 1 Ketahanan kardio-pulmonal 2 Kelenturan fleksibilitas 3 Kekuatan otot, dan komposisi tubuh lemak jangan berlebihan 4 Selalu memperhatikan keselamatan, latihan teratur dan tidak terlalu berat 5 Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan 6 Latihan dianjurkan dalam dosis berjenjang 7 Hindari pertandingan 8 Berolahraga agar tetap sehat dan segar, 2-3 kali seminggu d. Posyandu Lanjut Usia Posyandu lansia kelompok usia lanjut adalah merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat atau UKBM yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut. Sedangkan sasaran langsung Posyandu Lansia adalah 1 Kelompok pra usia lanjut 45-59 tahun 2 Kelompok usia lanjut 60 tahun keatas 3 Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi 70 tahun ke atas Sedangkan sasaran tidak langsung dari posyandu lansia adalah keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut, dan masyarakat luas. Tujuan dari Posyandu Lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksitensinya dalam strata kemasyarakatan. Sedangkan bagi lansia sendiri, kesadaran commit to user II - 34 akan pentingnya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat luas agar selama mungkin tetap mandiri dan berdaya guna. Jenis pelayanan yang diberikan di Posyandu Lansia, antara lain: 1 Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari activity of daily living, meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil dan besar. 2 Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit bisa dilihat KMS usia lanjut 3 Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh 4 Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. 5 Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat. 6 Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adannya penyakit gula. 7 Pemeriksaan adanya zat putih telur protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. 8 Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7. 9 Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut. commit to user II - 35 10 Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat. II. 1. 1. 10. Psikologi pada Lanjut Usia Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain Depkes.RI, 1992:6. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut : a. Kesehatan Jiwa Lanjut Usia 1 Penurunan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda multiple pathology , misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan lain sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau commit to user II - 36 tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang. 2 Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual Penurunan fungsi dan potensi sosial pada Lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : a Gangguan jantung b Gangguan metabolism, missal diabetes mellitus c Vaginitis d Baru selesai operasi : missal : prostatektomi e Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang f Penggunaan obat – obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer. Sedangkan faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain : a Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia b Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya c Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya d Pasangan hidup telah meninggal e Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dan sebagainya commit to user II - 37 3 Perubahan Aspek Psikososial Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. a Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. b Sementara fungsi psikomotorik kognatif meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia sebagai berikut: a Tipe Kepribadian Konstruktif Construction personalitiy, biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. b Tipe Kepribadian Mandiri Independent personality, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya. c Tipe Kepribadian Tergantung Dependent personalitiy, pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. commit to user II - 38 d Tipe Kepribadian Bermusuhan Hostility personality, pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit. e Tipe Kepribadian Kritik Diri Self Hate per sonalitiy, pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. 4 Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya. 5 Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. commit to user II - 39 Ada beberapa tekanan yang membuat orang usia tua menarik diri dari kehidupan sosial Psikologi : 208 : a Bila masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mulai lepas dari peranan dan aktivitas yang telah dijalaninya selama ini. b Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik serta mental, membuat seseorang terlalu memikirkan diri sendiri secara berlebihan. c Orang – orang yang lebih muda dari mereka, cenderung menjauhi mereka. d Pada saat kematian semakin mendekat, orang sepertinya ingin membuang hal yang bagi dirinya tidak bermakna lagi. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil. Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita budaya ketimuran masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara peduli dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar. commit to user II - 40 b. Kebutuhan Hunian pada Usia Lanjut Menurut konsep univer sal design dalam Deutsche Industrie Nor m dijelaskan bahwa seorang lansia memerlukan ruangan yang lapang atau barrier free. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam pergerakan atau aksesibilitas dalam rumah. Aspek fisik rumah tempat Lansia memiliki banyak kebutuhan dalam hidupnya agar dapat hidup dengan mandiri. Kebutuhan ini sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara 1991 yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi kebutuhab fisik dan kebutuhan non fisik. 1 Kebutuhan fisik physiological needs adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, dan fasilitas- fasilitas kesehatan. 2 Sedangkan kebutuhan non fisik non physiological needs adalah kebutuhan psikologis dan sosial seperti kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya. Di negara-negara maju, pelayanan kelompok lanjut usia dilakukan dalam ruangan khusus, bahkan rumah sakit khusus dan perkampungan khusus. Umumnya lanjut usia dihadapkan pada masalah hunian. Hunian mereka tidak lagi menunjang kegiatan mereka, hal ini terlihat pada : 1 Luasan ruang-ruang pada hunian ketika hunian tersebut ditempati beberapa keluarga 2 Lokasi kamar yang berjauhan dengan lokasi kamar mandi 3 Keadaan kamar mandi yang mempersulit 4 Peil lantai yang berbeda-beda 5 Penggunaan tangga commit to user II - 41 6 Alur sirkulasi hunian terhadap fasilitas-fasilitas di lingkungan sekitar Standar lokasi site hunian Lanjut usia menurut Time Saver Standard for Building , John Hancock Joseph De Chiara, 1985. Antara lain : 1 Permukaan tanah sebaiknya cenderung rata untuk memudahkan berjalan 2 Lokasi sebaiknya tidak berada ditempat dengan lalu lintas yang padat 3 Lokasi harus dekat dengan fasilitas umum 4 Fasilitas umum harus mudah dijangkau 5 Transportasi umum harus mudah didapatkan 6 Lokasi sebaiknya tidak berbatasan langsung dengan sekolah, tempat bermain anak atau remaja 7 Site mempunyai luasan yang cukup dengan area luar ruang yang cukup c. Psikologi Arsitektur 1 Pengertian dan Tujuan Psikologi Arsitektur Istilah Psikologi Arsitektur mengidentifikasikan arsitektur sebagai roh. Psikologi Arsitektur adalah sebuah bidang studi yang mempelajari hubungan antara lingkungan binaan dan perilaku manusia, dimana keduanya saling mempengaruhi satu terhdap yang lainnya. Lingkungan manusia baik yang alami, maupun yang binaan, memiliki pengaruh besar terhadap perasaan, perilaku, masalah – masalah kesehatan secara umum dan produktivitas. Psikologi arsitektur bertujuan untuk mengatasi masalah yang menyangkut interaksi manusia – lingkungan dalam commit to user II - 42 membuat, mengolah, menjaga, dan memperbaiki lingkungan sehingga mampu menciptakan perilaku yang diinginkan. 2 Model Dasar Psikologi Arsitektur Untuk memperkenalkan metode – metode desain arsitektur yang berorientasi pada kondisi psikologis manusia ke dalam hal – hal praktis, maka diperlukan sebuah model dasar dalam studi Psikologi Arsitektur , terdapat tiga fase, yaitu : analisa, sintesa, dan evaluasi Broadbant Ward, 1969 . Carter Lee 1974 memberikan informasi dasar tentang psikologi agar dapat dipakai dalam perancangan sebuah lingkungan. Informasi – informasi tersebut diidentifikasikan dalam tiga kategori, antara lain : a Aktivitas orang : kegiatan apa yang dilakukan, dimana dan bagaimana mereka melakukannya, bagaimana mereka berubah. b Penilaian yang terdiferensiensi : hirarki terhadap priortitas – prioritas yang ada, baik dari sudut pandang praktis maupun nilai. c Hubungan perilaku dan lingkungan : tidak hanya untuk mengrtahui reaksi – reaksi orang terhadap variable – variable arsitektur, tetapi juga untuk menemukan alasan – alasan terjadinya hubungan tersebut dalam sebuah perspektif interaktif. Dalam konteks ini, kontribusi psikologi terhadap proses desain arsitektur dapat dibedakan berdasarkan tahapan – tahapan perencanaan di bawah ini ; commit to user II - 43 a Ideasi Bilamana beberapa teori umum yang berasal dari riset – riset psikologi tentang karakteristik arsitektur dan perilaku yang digunakan. b Spesifikasi Bilamana pengaruh – pengaruh tertentu dapa diperoleh dari karakteristilk fisik lingkungan. c Penilaian Bilamana sebuah analisa dibuat dibuat terhadap bangunan yang sudah ada beserta efek – efek psikologisnya. Perkembangan yang cukup spesifik muncul dalam penelitian tentang implikasi - implikasi psikologis aspek – aspek fisiklingkungan, seperti aspek warna Johansson, 1952, cahaya alami buatan Tangenes, dkk., 1981 , dan suhu Lofsfedt, 1969 . 3 Hubungan Antara Manusia,Psikologi dan Arsitektur a Manusia dan Psikologi Perilaku mempunyai keterkaitan dengan kebutuhan. Perilaku yang terjadi biasanya dari keinginan untuk kebutuhan hidup. Beberapa ahli mengatakan bahwa perilaku terbentuk melalui pengalaman atau pelatihan yang terjadi akibat tuntutan memenuhi kebutuhan hidup yang kemudian membentuk hirarki kebutuhan dasar manusia. Bagi desain kebutuhan dasar dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana sebuah desain dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. commit to user II - 44 b Manusia dan Arsitektur Dalam terminologi arsitektur, alam sering diartikan sebagai iklim dan lingkungan. Manusia tidak dapat terlepas dari hukum – hukum alam. Iklim dan lingkungan menjadi faktor yang paling penting yang mempengaruhi perilaku manusia. Dalam bentuk komunal, perilaku kolektif dari sekelompok manusia yang secara bersama – sama merespon hukum alam tersebut diartikan sebagai kebudayaan. Kebudayaan manusia sangat dipengaruhi oleh iklim dan lingkunan dimana manusia itu berada. Dalam usaha bertahan hidup dan mengatasi hukum – hukum alam tersebut, manusia dengan pikiran dan tenaganya menciptakan berbagai bentuk tempat perlindungan, antara lain : i. Arsitektur terbuka Extrovert Architecture : tidak terlalu menutup diri terhadap alam dan sedikit melibatkan campur tangan manusia, misalnya rumah pohon dan susunan bebatuan. ii. Arsitektur Tertutup Introvert Architecture : usaha memisahkan diri dari alam dan banyak melibatkan campur tangan manusia, misalnya mendirikan tenda, membangun rumah dengan sedikit jendela, dan lain sebagainya. c Psikologi dan Arsitektur Psikologi arsitektur mampu menjadi sebuah kajian lintas disiplin yang dapat digambarkan sebagai sekeping mata uang logam yang memiliki dua sisi, sisi arsitektural menggambarkan aspek fisik buatan manusia dan sisi commit to user II - 45 psikologisnya menggambarkan aspek mental manusia. Setidaknya ada lima isu pokok yang erat menghubungkan kedua disiplin tersebut, yaitu : i. Kepribadian Faktor pewujud arsitektur bangsa : § Faktor eksternal : iklim dan lingkungan. § Faktor internal : karakter bangsa. ii. Arketipe Pada psikologi arketipe diartikan sebagai “ kesan primodial “ atau bentuk pemikiran universal yang ada pada setiap orang di segala jaman, sehingga mempunyai sebuah makna tertentu. Konsep kognitif yang dimiliki semua orang inilah yang disebut arketipe. iii. Anatomi fisik Hubungan arsitektur dan psikologi dapat dilihat dari susunan anatomis obyek studinya, yang keduanya terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kaki, badan, dan kepala. iv. Psikofisik Hasil intervensi manusi dengan lingkungannya mempunyai relasi yang erat dengan proses – proses mental psikologis manusia. Oleh sebab itu, arsitektur juga dapat menjadi tehnik rekayasa lingkungan untuk menciptakan perilaku – perilaku tertentu dari manusia. commit to user II - 46 v. Karakter gender Istilah maskulin dan feminism yang dipakai dalam kedua disiplin tersebut mengandung adanya keterkaitan yang erat. § Maskulin : sifat pria yang digambarkan sebagai kokoh, tegas dan keras. § Feminism : sifat wanita seperti lembuit, fleksibel dan ringkih. 4 Desain Dalam Perspektif Psikologi a Kesadaran Kesadaran desain arsitek adalah menguji dan menganalisis perilaku manusia dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik. b Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan memunculkan ide baru yang melibatkan proses pemikiran dan dedikasi. Kreativitas memerlukan kesabaran, keyakinan, dan keuletan usaha dan disiplin . c Nilai Nilai adalah perasaan yang unik dan subyektif dari individu, tetapi dapat menjadi karakteristik lingkungan sosial. d Kebutuhan ruang Ruang merupakan aspek yang paling berpengaruh pada tahap analisa dalam merancang penyelesaian sebuah masalah desain. commit to user II - 47 i. Ruang fisikal Dibuat untuk mengakomodasi perilaku – perilaku dasar manusia. Ruang fisikal terdiri dari ruang visual, visual barier, dan ruang persepsional. ii. Ruang psikososial Ruang psikososial dapat hadir dalam bentuk fisik dan visual. Yang terdiri dari : § Ruang personal : sebuah wilayah yang mengelilingi seseorang dimana orang lainnya tidak diharapkan masuk kecuali diundang. § Ruang teritorilitas : ruang untuk menyatakan diri, biasanya mengindikasikan adanya kepemilikan. 5 Tinjauan Ruang Secara Psikologis .Dengan pemikiran ini maka terdapat elemen ruang yang diatur dan elemen ruang yang tidak diatur. Namun demikian ruang-ruang ini pun dapat pula diatur dalam suatu tatanan Ilya fajar Maharika,1999. Secara lebih lugas tinjauan tata ruang dibedakan lagi menjadi tata ruang luar dan tata ruang dalam. a Tata ruang luar Diintrepestasikan sebagai unsur linier sebagai pengorganisir pembentuk utama untuk menyatukan deretan ruang dengan berbagai macam jalan yang menyertainya. Bagian kerja dari tata ruang luar akan meliputi : tata lansekap, tata massa, pola sirkulasi. Elemen- elemen ruang luar seperti, pohon, tanaman hias, kursi taman, lampu dan pedestrian perlu diperhatikan untuk tujuan mendukung proses rehabilitasi ruang luar termasuk commit to user II - 48 salah satu bagian dari terapi rekreatif, bagi reabilitan.Taman dapat merupakan lingkungan sosialisasi maupun privasi. Untuk kebutuhan ini dapat disediakan tempat duduk, dimana orang dapat duduk sambil menikmati alam dengan tata letak tempat duduk dan sosialisasi. b Tata Ruang Dalam Menurut Todd W.Kim ,tata ruang dalam didefinisikan sebagai suatu yang dapat mewadahi kegiatan yang spesifik yang bertalian dengan ukuran baik interior, organisasi atau hubungan ruang lingkup kerja yang terdapat pada tata ruang dalam akan berupa: proporsi, bentuk ruang, warna, tekstur, Tata letak dan bentuk furniture,pencahayaan Pemilihan aspek estetika bentuk seperti unsur rupa dan prinsip estetika yang tepat akan mendukung citra yang diharapkan muncul.Pengetahuan tentang karakter unsur-unsur rupa dan penerapan prinsip estetika akan sangat bermanfaat untuk memenuhi tujuan citra tersebut. Unsur-unsur rupa meliputi garis, bentuk dasar, bahan, motif, tekstur, dan warna. i. Psikologi warna Warna memiliki efek psikologis, efeknya berpengaruh terhadap pikiran, tubuh, emosi dan keseimbangan. Aplikasi warna pada sebuah ruang menghasilkan kesan perasaan yang semakin luas. Di commit to user II - 49 dalam terapi kesehatan, warna tertentu di gunakan untuk membantu pasien menjadi lebih cepat sembuh. § Suasana gelap : membawa ketenangan dan nafsu untuk tidur, meningkatkan daya konsentrasi dan meditasi. Tabel . II. 1. Arti warna secara psikologis Sumber : http:slidemaker.wordpress.com diunduh tanggal 5 Agustus 2011 pkl. 11.33 WIB commit to user II - 50 § Suasana cerah : memberi pengaruh hidup dan bahagia. § Warna gelap : memberi kesan menyempit, kokoh, berat dan menyusut. Membuat ruang secara optis terasa lebih rendah. § Warna cerah : member kesan menonjol dan mengembang, membuat ruang terasa lebih tinggi secara optis. ii. Tekstur Tekstur adalah halus kasarnya permukaan benda, baik yang dapat diraba maupun yang dapat dilihat. Tekstur kasar menimbulkan kesan maskulin.Tekstur halus mencerminkan hal-hal resmi dan anggun. Tekstur yang kasar dan tebal cenderung membuat ruangan lebih kecil dan sempit.Tekstur yang licin dan ringan menimbulkan kesan luas dan terang.Tekstur kasar membuat intensitas warna tampak lebih lemah dan redup. Tekstur licin membuat intensitas warna tampak lebih kuat. Gambar . II. 1. Macam tekstur Sumber : http:slidemaker.wordpress.com diunduh tanggal 5 Agustus 2011 pkl. 11.33 WIB commit to user II - 51 iii. Proporsi Skala Antropometri juga merefleksikan proporsi dan dimensi tubuh manusia serta karakteristik fisiologis lainnya yang berhubungan dengan kegiatan manusia yang berbeda – beda dan perancangan mikro lingkungan. Skala dalam arsitektur menunjukan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu yang ukurannaya sesuai bagi manusia.Ir.Rustam Hakim. § Skala ruang luar yaitu merupakan keberadaan bangunan dengan kondisi lingkungan ruang sekitarnya. Menurut Yoshinabu Ashihara dalam bukunya Eksterior Design In Architecture, perbandingan jarak pengamatD dengan tinggi bangunanH merupakan batas perubahan nilai dan kualitas ruang. ü DH h = 1: keseimbangan ü 2 : jarak bangunan agak kebesaran. ü Untuk perletakan bangunan yang sama DH=1,2,3 paling sering dipergunakan. ü Tetapi bila melampaui DH=4, interaksi bersama mulai hilang dan interaksi di antara bangunan sukar dirasakan, kecuali kalau kita menyediakan beberapa pertalian struktural seperti lorong di luar ruangan. commit to user II - 52 iv. Garis Garis merupakan deretan titik yang menyambung dengan kerapatan tertentu, atau dapat pula berupa dua buah titik yang dihubungkan. Garis terbagi menjadi dua, yaitu garis lurus dan garis lengkung yaitu garis lurus terbagi menjadi garis vertikal, horizontal, dan diagonal. § Garis vertikal mengekspresikan kekuatan, keagungan,kejantanan dan sifat resmi, serta mempunyai kecenderungan menunjukkan ketinggian ruang. Oleh karena itu penggunaan garis vertikal pada ruang berlangit-langit rendah dapat menimbulkan kesan ruang yang tinggi. § Garis horisontal memberikan kesan tenang,istirahat,cenderung melebarkan ruang, bersifat informal. § Garis diagonal menimbulkan kesan gerak,membuat mata bergerak terus mengikutinya. d. Sisi Penting Psikologi Arsitektur bagi Lansia Lansia memiliki kebutuhan psikologi yang tinggi pada tempat tinggalnya seperti panti jompo. Kebutuhan psikologis lansia tersebut perlu dipenuhi karena bila tidak maka dapat menimbulkan pengaruh negatif seperti stress yang sangat membebani kehidupan lansia. Namun sebaliknya bila kebutuhan psikologis lansia diperhatikan dan dipenuhi akan memberikan kebahagiaan pada kehidupannya. Sedangkan kualitas psikologi pada arsitektur dan lingkungan terbangun secara umum adalah commit to user II - 53 1 Untuk memperlihatkan bagaimana semuanya berbeda berhubungan dengan empat dasar dimensi emosional, aktivasi, perhatian, evaluasi dan kontrol Mikellides, et all 1980: 99. 2 Susunan lingkungan termasuk pohon, tempat bermain fasilitas yang memuaskan dalam kontak hubungan sangat diperlukan. 3 Lokasi lingkungan adalah memfasilitasi kontak pasif mengunggulkan pertemanan sebagai hasil dari penggunaan jalur yang umum seperti orientasi dapur dengan mempertimbangkan ruang semi-privat. 4 Sensori stimuli dari lingkungan dapat digunakan untuk menciptakan kontak Mikellides, et all 1980: 192. Keamanan dalam bangunan berkaitan dengan lansia dapat teraplikasi pada semua sisi arsitektur. Keamanan secara fisik menunjukkan aksi yang bertujuan melindungi dan dalam menjaga kondisi yang memungkinkan keamanan dalam kebutuhan kesehariannya. Contoh keamanan fisik pada prakteknya, seperti bangunan tanpa tangga, tersedianya elevator, kmwc yang aman, parkir dengan cahaya yang memadai, dan lain-lain. II. 1. 1. 11. Deskripsi Partial Relevansi Kondisi Lanjut Usia Terhadap Esensi Rancang Bangun a. Aktivitas Aktivitas yang ditekankan dalam eksplorasi kutub Kondisi Usia Lanjut ini adalah aktivitas para lanjut usia dalam menjalani dan menghabiskan usia senjanya dengan hidup yang bahagia lahir batin dan tetap produktif. commit to user II - 54 commit to user II - 55 Diantara beberapa aktifitas yang dilaksanakan pada kegiatan, yaitu pemeriksaan kesehatan yang meliputi pengukuran tekanan darah, pengukuran kadar guda darah dan kadar asam urat dalam darah, senam sehat, penyuluhan kesehatan “diabetes mellitus kencing manis”, dan Pemberian Makanan Tambahan PMT yang terdiri dari telur dan buah. 3 Rekreasi Outbound Wisata Kampung Berupa paket wisata ekotour ecotourism di Kampung Cikidang. Aktifitas yang ditawarkan berupa kemasan program lintas alam trekking kampung, naik delman, permainan kampung, masak nasi liwet. 4 Berkebun bercocok tanam Berkebun dapat menghilangkan stres dengan berbagai alasan, termasuk membawa kita ke dalam sinar matahari dan udara segar, menciptakan lingkungan yang lebih indah. Gbr. II. 6. Berkebun Sumber : www.google.com Gbr. II. 7. Bercocok tanam Sumber : www.google.com Gbr. II. 5. Area rekreasi Sumber : www.google.com commit to user II - 56 commit to user II - 57 Selain membantu anda menciptakan hadiah yang indah untuk diri sendiri dan orang lain, merajut memberikan anda kesempatan untuk meringankan stres. Gerakan yang berulang- ulang dapat membuat anda dapat memberikan jalan keluar dari perasaan gugup. 7 Kesenian menyanyi, drama, keroncong, dll Langgamnya yang mendayu-dayu, tidak seperti jenis musik lain yang berirama menghentak serta lebih dinamis, membuatnya lebih banyak diminati kalangan dewasa serta kaum tua dibandingkan para mudanya. Dari ragam alat musiknya, irama yang mengalun lembut serta cengkok khas penyanyinya yang tidak gampang untuk ditirukan, menjadikan ciri khas tersendiri dari musik keroncong. 8 Siraman rohani pengajian, mendengarkan ceramah, dll Gbr. II. 12. Merajut Sumber : www.google.com Gbr. II. 13. Orkes keroncong Sumber : www.google.com Gbr. II. 14. Melakukan shalat Sumber : www.google.com Gbr. II. 15. Pengajian Sumber : www.google.com commit to user II - 58 Sikap budaya dan agama terhadap kematian mempengaruhi bagaimana individu dari usia tertentu memandang kematian. Pandangan agama yang dianut oleh lansia akan mempengaruhi bagaimana lansia memandang dan bersikap terhadap kematian. Meski sejumlah studi telah menunjukkan bahwa orang yang beragama cenderung terlihat lebih berbahagia, Olahraga lansia Aktivitas Psikis Fisik Bertani Memasak Bercocok tanam Membatik Pengrajin Lanjut usia Membuat topeng Berkesenian Beribadah Membuat Berkreativitas Rekreasi Kedamaian Ketenangan Kebahagian Bertemu dengan keluarga Sumber : Analisa pribadi commit to user II - 59 Aktivitas – aktivitas seperti pengrajin, membatik, memasak, menjahit, kegiatan membuat topeng, membuat gerabah, berkebun adalah aktivitas – aktivitas yang dapat dilakukan para lansia untuk mengisi masa – masa tua mereka dan untuk meningkatkan produktivitas dalam diri lansia. Agar para lansia dapat tetap mandiri dan dapat tetap beraktivitas walaupun fisik mereka sudah tidak seperti saat muda lagi. b. Perwadahan peruangan Aspek fisik pada hunian lanjut usia sangat dipengaruhi akan banyaknya kebutuhan para lansia agar dapat hidup mandiri. Tentunya ruang – ruang yang sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam pergerakan atau aksesibilitas rumah. Gbr. II. 16. Open space Sumber : www.google.com Gbr. II. 17. Masjid Sumber : Dok. Pribadi Gbr. II. 18. Puskesmas Sumber : Dok. Pribadi commit to user II - 60 Sedangkan untuk mendukung produktivitas untuk para lanjut usia dibutuhkan ruang – ruang penunjang yang memperhatikan kebutuhan lanjut usia berdasarkan kemampuan , niat dan bakat dari masing – masing lanjut usia. Antara lain ruang untuk workshop, ruang pameran, ruang pertunjukan, perpustakaan, kebun, dan ruang komunal. Dalam kegiatan spiritual diperlukan wadah yang nyaman dan tenang, seperti masjid, ruang untuk pengajian, dll. c. Permassaan Karena lanjut usia memerlukan wadah yang aksesibel, nyaman serta aman. Komposisi massa yang tepat untuk bangunan hunian lansia adalah cluster atau linier dan bertingkat rendah agar Sumber : Analisa pribadi Lanjut usia Kebutuhan Workshop Fitness center Gerai – gerai penjualan Perwadahan Outdoor area Gallery Perpustakaan Area outbond r. komunal t. ibadah Hunian r. service r. makan r. pengelola commit to user II - 61 dapat meminimalisir penggunaan tangga dan peil lantai. Penataan antar massa dihubungkan dengan sirkulasi yang aksesibel bagi lanjut usia. d. Ekspresi, manifestasi, dan misi Hunian pada lansia harus dapat menampilkan ekspresi bangunan yang nyaman dan sehat. Agar dapat memberikan Penataan rumah yang cluster pada hunian lansia. Sirkulasi yang cenderung datar, memudahkan para lansia dalam beraktivitas dan memberikan sirkulasi yang aksesibel. Gbr. II. 19. Sirkulasi di sebuah perkampungan Sumber : www.google.com Skema.II. 3. Permassaan Sumber : Analisa pribadi Permassaan Penanda warna, tulisan, dll Psikologi Aksesibilitas Kegiatan dipusatkan agar mempermudah Jarak antar bangunan berdekatan Dekat dengan fasilitas kesehatan, sosial Meminimalisir penggunaan tangga Ramp bertekstur Penggunaan hand rail Kenyamanan Keamanan Kemudahan commit to user II - 62 kenyamanan dan kemudahan bagi lansia yaitu dengan mementingkan aksesibilitas dan psikologi pada lansia. Penataan hunian lansia yang horisontal linier dapat memudahkan aksesibilitas dengan adanya jarak bangunan yang relatif berdekatan dan meminimalisir penggunaan tangga. Karena wadah yang digunakan untuk lansia diharapkan dapat memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan serta dapat memenuhi kebutuhan lansia dan menampung seluruh aktivitas dari lansia. e. Korelasi interaksi 1 Aspek fisik a Walaupun kondisi fisik dari lansia sudah terbatas, namun lansia masih dapat melakukan aktivitas dan masih tetap produktif. Adanya fasilitas kesehatan, social, produktivitas, dan rekreasi yang memadai bagi lansia. b Lansia memerlukan hunian yang aksesibel dan sesuai dengan psikologi lansia. 2 Aspek non fisik a Kebanyakan lansia menginginkan masa tua yang tenang, damai dan bahagia. b Lansia cenderung tidak ingin membebani orang lain , minimal untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari. c Beberapa lansia yang hidup terpisah dengan keluarga yang biasanya disebabkan karena kondisi anak dan menantu yang sangat sibuk dan kurangnya perhatian terhadap orang tua. Namun, kondisi orang tua lansia yang memilih untuk hidup commit to user II - 63 terpisah dengan anak keluarga tidak selamanya berdampak negatif terhadap hubungan antara anak dan orang tua. Dengan adanya komunikasi,perhatian dan silahturahmi yang terjaga dengan baik antara anak dan orang tua, maka tetap dapat mempererat hubungan keluarga walaupun mereka hidup terpisah. d Sikap budaya dan agama terhadap kematian mempengaruhi bagaimana individu dari usia tertentu memandang kematian. Pandangan agama yang dianut oleh lansia akan mempengaruhi bagaimana lansia memandang dan bersikap terhadap kematian. 3 Building suppor t : Banyaknya kebutuhan pada lanjut usia, menyebabkan kebutuhan hunian yang aksesibel dan nyaman untuk dihuni. Fasade bangunan yang tepat untuk orang lanjut usia adalah dengan menggunakan konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi, Indonesia beriklim tropis dengan suhu : 20°C – 31°C. Dimana pengaruhnya adalah pada tingkat kenyamanan berada dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara dalam rumah, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis. commit to user II - 64 II. 2. MEKANISME PERKAMPUNGAN II. 2. 1. Kajian Perkampungan II. 2. 1. 1. Pemahaman tentang Perkampungan Perkampungan merupakan bagian dari kesatuan desa. Kampung merupakan struktur birokrasi dan administrasi yang berada di wilayah kelurahan. Th. M. Metz, 1939. Mangkunegaran. Analisis Sebuah Kajian Jawa. Rotterdam : NV Nijgh dan Van Ditmar . Terjadinya masyarakat Kampung tersusun dari sejumlah individu-individu dan keluarga-keluarga, sehingga terbentuk suatu masyarakat yang menetap di suatu wilayah. http:kawakib06.multiply.comjournalitem4, diunduh tanggal 21 maret 2011 pkl. 19.45 WIB Kampung merujuk pada pengertian Darwis Khudori dalam bukunya Menuju Kampung Pemerdekaan 2002 : 8 , kampung merupakan satu – satunya jenis permukiman yang bisa menampung golongan penduduk Indonesia yang tingkat perekonomian dan pendidikannya paling rendah meskipun tidak tertutup bagi penduduk berpenghasilan dan berpendidikan tinggi . Bahwa di setiap kampung ada organisasi sosial bentukan pemerintah atau warga kampung sendiri yang mengatur dan mengawasi tata tertib kehidupan bermasyarakat warga kampung yang bersangkutan. Masalah yang selalu muncul adalah penduduk kampung yang heterogen memiliki kepentingan yang beragam. II. 2. 1. 2. Pola Kehidupan Sosial Pola kehidupan sosial individu sebagai warga masyarakat dari anak kecil sampai orang tua mengalami perubahan. Pada mulanya lingkungan masyarakat adalah keluarga. Selanjutnya keluarga akan commit to user II - 65 berkembang menjadi warga masyarakat yang makin luas yaitu masyarakat di luar keluarga. a. Kehidupan Sosial Dalam Keluarga Setiap masyarakat keluarga selalu terdapat “ hirarki “ meskipun kadang – kadang tidak tampak dengan jelas. Sebagaimana adat Jawa pada umumnya kepala keluarga bertanggung jawab mencari nafkah, namun tidak berarti bahwa ia bebas dari pekerjaan rumah lainnya. Istri sebagai ibu rumah tangga mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ada juga istri yang membantu suami mencari nafkah.Tugas dan kewajiban anak pada dasarnya adalah sekolah serta belajar di rumah. b. Kehidupan Sosial di luar Keluarga Kehidupan sosial di luar keluarga sesungguhnya merupakan kehidupan sosial dari masyarakat dengan kehidupan yang berbeda – beda. Tenggang rasa dalam kehidupan ini lebih diperlukan bila dibandingkan dengan kehidupan dalam keluarga. Dalam kehidupan bermasyarakat yang luas ini khususnya di daerah pedesaan orang harus menanggalkan derajat, pangkat atau kekayaan agar dihargai oleh masyarakat yang lain. Kepribadian akan lebih mendapat sorotan atau mendapat penghargaan dari warga masyarakat. Sifat ingin menang yang mungkin terdapat dalam keluarga tidak dapat diterapkan dalam masyarakat luas. commit to user II - 66 II. 2. 1. 3. Ciri – Ciri Fisik Kampung Kampung mempunyai beberapa ciri fisik, antara lain : a. Penataan hunian yang tidak teratur, karena pada dasarnya hunian muncul atas kehendak masing – masing orang dan bukan dalam waktu yang bersamaan. b. Mempunyai ruang komunal yang muncul seiring dengan perkembangan kampung c. Fasilitas – fasilitas sosial yang menyatu dengan hunian d. Ruang terbuka yang cukup e. Sirkulasi kampung cenderung tegas dan majemuk f. Jarak bangunan yang rapat memberikan kenyamanan tersendiri pada penghuni g. Meskipun tingkat hunian padat namun aspek – aspek privasi masih terjaga, bukan berdasarkan penataan ruang tapi muncul dari kotak sosial yang terjadi antara penghuni h. Kontak sosial sering terjadi pada jalur – jalur sirkulasi yang padat i. Warna suasana kampung sering didominasi oleh mata pencaharian Triana Muhimmatul Choiriyah. 2009. Tugas Akhir. Kampung Vertikal sebagai upaya peremajaan permukiman. commit to user II - 67 II. 2. 1. 4. Preseden Dari paparan di atas dapat lebih dijelaskan melalui preseden di bawah ini : a. Kampung Naga Kampung wisata Kampung Naga secara administratif terletak di kampung Legok Dage, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Terletak persis di samping jalan raya Tasikmalaya-Garut dari rute Tasikmalaya-Bandung, membuat kampung ini mudah dicapai 1 Pelaku : a Dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan Ieluhumya. b wisatawan 2 Aktivitas : a Sekelompok warga sedang memilah- milah semacam tanaman akar herbal yang diambil dari kebun. b Selain dari pertanian, penduduk Kampung Naga juga membuat kerajinan anyam-anyaman dari akar-akar dan bambu untuk dijual. Banyak sekali produknya, antara lain tas, Gbr. II. 20. Jalan utama menuju Kampung Naga Sumber : www.google.com Gbr. II. 21. me milah akar tanaman obat Sumber : www.google.com commit to user II - 68 topi, gelang-gelang, kalung, hingga sandal. Suvenir khas ini dijual di beberapa rumah dan bisa ditemukan di kios-kios souvenir di pelataran parkir. 3 Perwadahan : a Di depan rumah biasanya terdapat semacam teras atau serambi kecil yang digunakan untuk melakukan aktivitas dan berinteraksi dengan sesama penduduk b Di setiap rumah tidak terdapat kamar mandi. Aktivitas MCK dilakukan di pemandian umum yang terdapat di bagian depan kampung yang dekat dengan sungai. c Terdapat kolam-kolam di sekitar pemandian yang digunakan untuk beternak ikan. d Kandang-kandang kambing dan sapi juga berada di depan sehingga tidak mengganggu perkampungan. e Di bagian paling atas terdapat sebuah lapangan dan masjid agung. Terdapat sebuah bedug unik yang terbuat dari sebatang kayu yang dilubangi tengahnya. Gbr.II. 23. Masjid Agung Sumber : www.google.com Gbr.II. 22. toko souvenir Sumber : www.google.com commit to user II - 69 4 Permassaan : Rumah-rumah panggung berderet rapi memanjang dari barat ke timur. Setiap rumah menghadap ke utara atau selatan. 5 Interaksi : Interaksi dengan alam : Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat. Interaksi konstruksi : Setiap rumah harus terbuat dari kayu, dengan dinding dari anyaman bambu, beratap ijuk atau daun nipah, dan dikapur dengan warna putih. http:jengjeng.matriphe.com II. 2. 1. 5. Deskripsi Partial Relevansi Mekanisme Perkampungan Terhadap Esensi Rancang Bangun a. Aktivitas Aktivitas yang ditekankan dalam eksplorasi kutub Mekanisme Perkampungan ini adalah aktivitas masyarakat pribumi di perkampungan tersebut serta aktivitas dari para pengunjung atau pendatang. Gbr. II. 24. deretan rumah Sumber : www.google.com commit to user II - 70 Kegiatan pada perkampungan yang dilakukan antara lain adalah bertani, bersosialisasi, memilah-milah semacam tanaman akar herbal yang diambil dari kebun, berprofesi sebagai pengrajin, berwisata kampung, beribadah, pedagang dan pengusaha serta didukung sarana dan prasarana yang telah ditentukan. Kehidupan harmoni yang eksotik inilah yang menjadi daya tarik ini yang membuktikan bahwa Tradisi dan Modernisasi dapat berdampingan dan terpelihara dengan baik. Selain menawarkan Gbr. II. 25. Kegiatan berkebun Sumber : www.google.com Perkampungan Masyarakat pribumi Pendatang Aktivitas Tradisi modernisasi Beribadah Bertani Bercocok tanam Berdagang Pengrajin Bersosialisasi Membatik Berwisata kampung Pengusaha Membangun rumah Memasak Skema . II. 4. Aktivitas perkampungan Sumber : Analisa pribadi commit to user II - 71 keindahan dan pesona alam, seperti pegunungan, sungai, kebun dan indahnya hamparan petak sawah yang menjalin indah, flora dan faunanya serta kombinasi antara kegiatan alami pedesaan. Aktivitas – aktivitas di atas adalah aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat - masyarakat di perkampungan maupun pedesaan. Aktivitas tersebut dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup dan tingkat sosial masing – masing keluarga di perkampungan. b. Perwadahan peruangan Sebuah perkampungan memerlukan suatu kondisi lingkungan yang baik yang dapat memberikan dampak yang baik pula untuk masyarakat yang tinggal di dalamnya. Membutuhkan ruang komunal untuk bersosialisasi antar masyarakat, fasilitas – fasilitas sosial dan Gbr. II. 26. Pengrajin rotan Sumber : www.google.com Gbr. II. 28. Kegiatan memasak Sumber : www.google.com Gbr. II. 27. Kegiatan membatik Sumber : www.google.com Gbr. II. 29. Kegiatan menjahit Sumber : www.google.com Gbr. II. 30. Kegiatan membuat topeng Sumber : www.google.com Gbr. II. 31. Kegiatan pengrajin gerabah Sumber : www.google.com commit to user II - 72 commit to user II - 73 d. Jenis – jenis perkampungan : 1 Perkampungan wisata 2 Perkampungan adat 3 Perkampungan tradisional Gbr.II. 38. Kampung Batik Laweyan Sumber : www.google.com Gbr. II. 36. Kampung Naga Sumber : www.google.com Gbr. II. 37. Kampung Baduy Sumber : www.google.com commit to user II - 74 4 Perkampungan budaya 5 Perkampungan perkotaan 6 Perkampungan industri 7 Perkampungan etnis e. Korelasi interaksi 1 Aspek fisik : a Penataan hunian yang tidak teratur b Terdapat semacam teras untuk melakukan aktivitas dan berinteraksi c Tidak memiliki batas yang tegas antara kampung yang satu dengan kampung yang lain, misal tidak terdapat pagar dinding berbatasan dengan alam d Mempunyai ruang komunal untuk kegiatan bersama e Memiliki open space Gbr.II. 39. Rumah Tembi Yogyakarta Sumber : www.google.com Gbr.II. 40. Kampung Cina Sumber : www.google.com commit to user II - 75 f Jarak antar bangunan yang rapat saling berdekatan g Sirkulasi kampung cenderung tegas dan majemuk h Menyatu dengan alam 2 Aspek non fisik : a Kuatnya rasa tenggang rasa dan kekeluargaan yang sangat tinggi dalam kehidupan sosial di masyarakat perkampungan b Masyarakat perkampungan masih ada yang memiliki adat istiadat yang kuat dengan mempertahankan hidup sederhana c Masyarakat perkampungan hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesehajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang kuat d Kehidupan harmoni yang eksotik, dimana tradisi dan modernisasi dapat berdampingan dan terpelihara dengan baik e Memegang budaya lokal yang lekat f Keserasian dengan alam memberikan kesejukan dan kedamaian bagi masyarakat di perkampungan 3 Persiapan, stimulan, interaksi antar kutub Dari uraian aspek fisik dan non fisik di atas, kampung merupakan kelompok rumah yang merupakan bagian dari kota yang biasanya dihuni orang berpenghasilan rendah. Terjadinya masyarakat Kampung tersusun dari sejumlah individu-individu dan keluarga-keluarga, sehingga terbentuk suatu masyarakat yang menetap di suatu wilayah. Dalam merancang sebuah perkampungan perlu memperhatikan jenis aktivitas yang diwadahi, jenis masyarakat pelaku aktivitas, kebutuhan masyarakat pada kampung tersebut, commit to user II - 76 serta kondisi lingkungan sekitar. Sebuah perkampungan merupakan interaksi antara kondisi fisik dan non fisik yang terdapat dalam suatu perkampungan. Perkampungan yang menyatu dengan alam dapat memberikan kenyamanan dan kedamaian bagi masyarakat yang ada di dalamnya. II. 2. 1. 6. INTERAKSI ANTARA KONDISI LANJUT USIA di PERKAMPUNGAN a. Aspek aktivitas Bangunan yang akan ditancang mempunyai dua fungsi utama, yaitu : 1 Sebagai wadah yang menampung kebutuhan – kebutuhan para usia lanjut. Dari fungsi ini muncul aktivitas lansia yang terkait dengan kesehatan, kerohanian, sosialisasi, rekreasi, dan kreativitas. Berikut beberapa aktivitas yang dapat dilakukan para lanjut usia : a Senam lansia b Posyandu lansia Pelayanan kesehatan c Rekreasi d Berkebun bercocok tanam e Workshop f Kreativitas melukis, membuat kerajinan, dll g Kesenian menyanyi, drama, keroncong, dll h Siraman rohani pengajian, mendengarkan ceramah, dll 2 Sebagai wadah yang mampu menyalurkan dan menciptakan produktivitas para lanjut usia. commit to user II - 77 commit to user II - 78 commit to user II - 79 2 Ruang – ruang untuk lansia antara lain : Aspek fisik pada hunian lanjut usia sangat dipengaruhi akan banyaknya kebutuhan para lansia agar dapat hidup mandiri. Tentunya ruang – ruang yang sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam pergerakan atau aksesibilitas rumah. Sedangkan untuk mendukung produktivitas untuk para lanjut usia dibutuhkan ruang – ruang penunjang yang memperhatikan kebutuhan lanjut usia berdasarkan kemampuan , niat dan bakat dari masing – masing lanjut usia. Antara lain ruang untuk workshop, ruang pameran, ruang pertunjukan, perpustakaan, kebun, dan ruang komunal. Dalam kegiatan spiritual diperlukan wadah yang nyaman dan tenang, seperti masjid, ruang untuk pengajian, dll. c. Aspek permassaan Massa berupa bangunan horisontal dan lahan terbuka yaitu massa dengan fisik bangunan yang menyatu dengan alam. Massa ini digunakan untuk menampung aktivitas perkampungan lansia yang membutuhkan penyesuaian dengan iklim setempat dan menyatu dengan alam sekitar dan struktur yang kokoh untuk mendukung fungsi Gbr. II. 47. Amphiteathre Sumber : www.google.com Gbr. II. 48. Ramp Sumber : www.google.com commit to user II - 80 dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan. Untuk meminimalisir masuknya sinar matahari ke dalam bangunan maka massa ini diletakkan pada sisi utara dan selatan. d. Aspek korelasi interaksi 1 Struktur konstruksi a Sistem struktur dalam bangunan adalah sistem bangunan horisontal dengan mempertimbangkan fungsi perkampungan dan fungsi ruang untuk lansia. Gbr.II. 50. Kampung pedesaan Sumber : www.google.com Gbr. II. 52. Struktur konstruksi Sumber : www.google.com commit to user II - 81 b Bahan bangunan perkampungan adalah bahan bangunan yang aman, dan nyaman untuk dihuni para lanjut usia 2 Utilitas a Perkampungan dan ruang untuk lansia membutuhkan jaringan utilitas tertentu b Untuk perkampungan meliputi : § Perencanaan penghawaan dan pencahayaan alami § Pengolahan limbah perkampungan agar tidak mencemari lingkungan § Saluran sanitasi dan drainase Jaringan air bersih beberapa dapat berasal dari pompa dapat juga berasal dari PDAM. Mengambil cahaya siang di ketinggian Gbr. II. 53. Pencahayaan penghawaan alami Sumber : www.google.com commit to user II - 82 Sedangkan untuk ruang untuk lansia jaringan utilitas yang disediakan antara lain: a Sistem pencahayaan alami b Sistem drainase dan sanitasi yang baik terutama untuk lansia yang sudah tidak produktif tidak potensial e. Aspek produktivitas Dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat produkivitas lanjut usia yang masih dalam kondisi produktif. Agar dapat meningkatkan kinerja dan perekonomian, karena orang lanjut usia cenderung menginginkan hidup mandiri, tidak membebani hidup orang lain. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan kegiatan kreativitas seperti menyulam, membatik, ketrampilan, pengrajin, melukis, mematung, dll , kegiatan bertani, bercocok tanam, berkebun. Penyediaan sarana produktivitas antara lain : 1 Penyediaan ruang workshop Pengrajin rotan yang ikut mendapat keuntungan seiring meningkatnya permintaan. Gbr. II. 55. Ruang untuk work shop Sumber : www.google.com Gbr. II. 54. Water tower Sumber : Dok. Pribadi commit to user II - 83 2 Penyediaan ruang display pameran 3 Penyediaan gerai – gerai penjualan Suvenir khas ini dijual di beberapa rumah dan bisa ditemukan di kios-kios suvenir di pelataran parkir. 4 Penyediaan ruang terbuka dan lahan pertanian. Gbr. II. 58. Gerai – gerai penjualan Sumber : www.google.com Gbr.II. 59. Open space Sumber : www.google.com Gbr. II. 60. Lahan pertanian Sumber : www.google.com Gbr. II. 57. R. pameran outdoor Sumber : www.google.com penjualan Gbr. II. 56. R. pameran indoor Sumber : www.google.com penjualan commit to user III - 84

BAB III TINJAUAN SOLO RAYA Dan KABUPATEN KARANGANYAR Sebagai