commit to user
B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum Magang Perusahaan ini dilakukan oleh mahasiswa dengan tujuan:
a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman dengan mengenali kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang peternakan secara luas.
b. Meningkatkan pemahaman kepada mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan penerapannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa dalam terjun ke masyarakat.
c. Agar mahasiswa memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman kerja yang praktis yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan serta
memecahkan masalah yang ada dalam kegiatan di bidang peternakan. d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi
terkait dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.
2. Tujuan khusus a. Mengetahui secara langsung kondisi umum Peternakan Sapi Potong di
CV. Agrobiz Abadi Jaya. b. Mengetahui segala aspek yang terkait dengan kegiatan yang ada di
Peternakan CV. Agrobiz Abadi Jaya. c. Mengetahui manajemen pemeliharaan sapi potong yang diterapkan di
CV. Agrobiz Abadi Jaya.
commit to user
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyediaan Bakalan Sapi Potong
Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang harus diperhitungkan secara matang. Dalam pengembangananya ternak potong memerlukan bibit
yang tersedia secara kontinyu, dalam hal ini perusahaan harus benar-benar mempertimbangkan aspek bibit. Bilamana ketersedian bibit kurang maksimal
maka yang akan ditimbulkan adalah terhentinya usaha sapi potong ini. Dalam hal ini maka akan sangat merugikan bagi para pengusaha Akoso, 1996.
Penilaian keadaan individual sapi potong yang akan dipilih sebagai sapi potong bibit atau bakalan, pada prinsipnya berdasarkan pada umur,
bentuk luar tubuh, daya pertumbuhan, dan temperamen. Bila mungkin sangat dianjurkan mengetahui sejarah sapi yang berkaitan dengan penyakit. Namun
secara praktis, pada umumnya dipergunakan dalam penilaian individual adalah mengamati bentuk luar, yakni bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-
bagian tubuh, normal tidaknya pertumbuhan organ kelamin, dan dari sudut silsilah tidak terlepas dari factor genetik sapi potong Murtidjo, 1990.
Bibit sapi impor yang didatangkan ke Indonesia mempunyai keuntungan dan kerugian, keuntungannya adalah peningkatan produktifitas
dapat diperoleh dengan cepat bila ternak cocok pada kondisi lingkungan lokal karena ternak dari luar negeri dapat diseleksi dan mempunyai sifat-sifat yang
baik dan tidak dimiliki populasi ternak asli atau lokal, sedangkan kerugiannya dari segi biaya yang mahal sehingga sulit untuk meningkatkan jumlah ternak
impor dengan cepat begitu juga dengan penyesuaian ternak yang memerlukan waktu dan biaya Williamson dan Payne, 1993.
Jenis-jenis sapi diIndonesia dibagi menjadi 2 yaitu sapi lokal dan impor. Sapi lokal seperti sapi ongole, sapi Bali dan sapi Madura sedangkan
sapi impor seperti sapi Limousin, sapi Brahman, sapi Simmental, sapi Angus dan ada jenis baru yang biasa disebut sapi Brahman cross yang merupakan
hasil silangan dari sapi lokal Bos Sondaicus dengan sapi impor. Sapi
3
commit to user
Brahman cross diantaranya sapi Brahmosin, Simbrah, dan Brangus. Sapi Limousin memiliki ciri badan besar, pendek, berwarna merahcoklat dan
pertambahan berat badan baik mencapai 1,6 kghari. Sapi Brahman memiliki badan yang cukup besar, berpunuk, berwarna putih keabu-abuan, berat badan
mencapai 800 pada sapi jantan. Sedangkan sapi Simmental mewmiliki badan besar, berat badan mencapai 1100 kg untuk sapi jantan, berwarna merah
kecoklatan dan putih pada bagian kepala Warwick et al., 1983. Pemilihan sapi potong bakalan yang akan dipelihara, akan tergantung
pada selera petani ternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Namun secara umum yang menjadi pilihan petani ternak adalah sapi potong yang pada
umumnya dipelihara di daerah atau lokasi peternakan dan yang paling mudah pemasarannya. Wilayah Indonesia cukup banyak dikenal sapi potong lokal,
jenis sapi potong impor, maupun sapi peranakan atau hasil silangan yang dikembangkan lewat kawin suntik inseminasi buatan Murtidjo, 1990.
B. Tatalaksana Penyediaan Pakan