Kurikulum Berparadigma Integrasi dan Interkoneksi

KKNI Prodi Fisika |6 7. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 86 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi; 9. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi; 10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81 Tahun 2014 tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi dan Setifikasi Profesi Pendidikan Tinggi; 11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi; 12. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 22 Tahun 2014 tentang Statuta Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama No. 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 22 Tahun 2014 tentang Statuta Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga; 13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 154 Tahun 2014 tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi; 14. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia No. 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;

D. Kurikulum Berparadigma Integrasi dan Interkoneksi

Kurikulum Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknonologi UIN Sunan Kalijaga berbasis KKNI dan SN-Dikti menganut paradigma keilmuan integrasi- interkoneksi. Paradigma keilmuan tersebut terimplementasi dalam capaian pembelajaran, bahan kajian, dan strategi pembelajaran. Paradigma keilmuan integrasi-interkoneksi didasarkan atas 5 landasan, yakni teologis, filosofis, kultural, sosiologis, dan Program Studiikologis. Kelima landasan tersebut dijelaskan sebagai berikut. KKNI Prodi Fisika |7 1. Landasan Teologis Landasan teologis dalam hal ini bersumber dari nash al-qur an dan al- hadits. Baik al-qur an maupun al-hadits, keduanya sangat memperhatikan tpengembangan ilmu pengetahuan termasuk ilmu fisika. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah Q.S. Ali-Imran: 190-191. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal 190. yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka 191. Ayat tersebut memberikan perintah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan termasuk ilmu fisika. Hal tersebut termaktub dalam penggalan ayat . Pengembangan ilmu pengetahuan termasuk ilmu fisika harus didasarkan atas keimanan dan ditujukan untuk optimalisasi amal kebaikan, sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al-mujadilah ayat ke-11. Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Trilogi iman, ilmu, dan amal jika dipadukan maka akan melahirkan kehidupan yang sempurna kaffah. Selain itu, jika iman, ilmu, dan amal terpadu dalam kehidupan, maka akan membawa kesuksesan di dunia dan akherat. KKNI Prodi Fisika |8 2. Landasan Filosofis Kehidupan manusia bersifat kompleks dan multidimensi. Keberadaan beragam disiplin ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu alam termasuk ilmu fisika, hakikatnya adalah upaya manusia untuk memahami kompleksitas dan dimensi- dimensi hidup manusia. Namun, jika manusia mencukupkan diri dengan salah satu disiplin ilmu saja, maka dapat dikatakan sebagai tidak bijaksana. Merasa cukup dengan salah satu disiplin ilmu saja merupakan sikap yang eksklusif-arogan, karena satu disiplin ilmu itu hanyalah mewakili satu sisi saja dari kompleksitas kehidupan manusia. Berdasarkan perspektif inilah maka UIN Sunan Kalijaga mengkonstruksi suatu paradigma keilmuan baru, yakni paradigma keilmuan integrasi-interkoneksi. Paradigma keilmuan yang tidak merasa puas hanya dengan mendalami satu disiplin ilmu, namun juga mengkaji disiplin ilmu lain. Paradigma ini mengharapkan terjadinya tegur-sapa antara satu ilmu dengan ilmu lain, sehingga kehidupan yang kompleks dan multidimensi ini dapat dipahami dengan baik. Jika kehidupan dapat dipahami dengan baik, maka peningkatan kualitas hidup baik aspek material maupun spiritual dapat diraih. 3. Landasan Kultural Pendidikan Islam di Indonesia pasti berhadapan dengan persoalan kesenjangan budaya yakni kesenjangan antara budaya lokal Indonesia dengan budaya agama dan ilmu pengetahuan. Budaya lokal Indoensia dalam batas-batas berbeda dengan kebudayaan Arab tempat Islam diturunkan. Budaya lokal Indonesia juga berbeda dengan budaya barat tempat ilmu pengetahuan dikembangkan. Dengan demikian, pengembangan pendidikan di Indonesia tidak mungkin mengabaikan budaya lokal. Dengan kata lain, budaya lokal sebagai basis kultural harus dijadikan sebagai basis pengembangan ilmu pengetahuan termasuk ilmu fisika. Apabila basis kultural Indonesia tidak dijadikan basis pengembangan ilmu pengetahuan maka akan terjadi elitisme ilmu, sehingga ilmu pengetahuan kurang berfungsi dalam kehidupan nyata. KKNI Prodi Fisika |9 4. Landasan Sosiologis Secara sosiologis, masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku, bangsa, budaya, dan agama. Keragaman ini seringkali melahirkan berbagai macam konflik yang mengancam integrasi bangsa. Secara teologis-normatif, tidak ada agama dan budaya yang membenarkan perilaku agresif terhadap orang lain, bahkan menanamkan perilaku hidup rukun dan damai. Akan tetapi kerukunan dan kedamian yang didambakan terancam oleh pandangan yang merasa paling benar truth claim terhadap kelompok lain. Lahirnya truth claim dan prasangka sosial yang mengganggu hubungan antara agama dan kelompok mayarakat seringkali berawal dari penafsiran keagaamaan secara harfiah, lepas dari konteks kekinian. Penafsiran keagamaan yang harfiah tidak jarang melahirkan lulusan Perguruang Tinggi Keagaman Islam PTKI yang oleh sebagian masyarakat dipandang tidak mampu menyelesaikan masalah di masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena PTKI cenderung mengembangkan rumpun matakuliah keislaman yang terpisah dari konteks keragaman masyarakat Indonesia dan konteks global serta perkembangan Ipteks. UIN Sunan Kalijaga menata kembali struktur keilmuan yang integratif- interkonektif sesuai dengan tuntunan keragaman dan dinamika masyarakat. Paradigma integrasi-interkoneksi ilmu yang ditawarkan UIN Sunan Kalijaga hakikatnya berusaha untuk melakukan penyadaran secara sosial bahwa ranah ilmu-ilmu agama, ranah ilmu-ilmu alam, ilmu sosial maupun ranah ilmu-ilmu humaniora, memiliki signifikansinya sendiri-sendiri, dan apabila masing-masing entitas saling terkait, maka akan menghasilkan pembacaan holistik yang sangat berguna bagi peradaban. Paradigma ini secara implisit berusaha menghindari kepicikan sosial yang merasa benar sendiri, penting sendiri, dan menyalahkan, merendahkan, bahkan menafikan yang lain. 5. Landasan Program Studiikologis Kompleksitas kehidupan manusia harus dibaca secara terpadu dan menyeluruh meliputi hadlarah al-nash, hadlarah al- ilm, dan hadlarah al- falsafah. Dengan kata lain kompleksitas kehidupan manusia tidak boleh dibaca secara parsial. Jika kompleksitas kehidupan manusia dibaca secara parsial, maka akan berakibat pada perpecahan kepribadian. KKNI Prodi Fisika |10 Apa yang diyakini hadlarah al-nash seharusnya tidak berbeda dengan apa yang dianggap benar secara keilmuan hadlarah al- ilm. Begitu pula, apa yang dianggap benar secara keilmuan hadlarah al- ilm seharusnya tidak bertentangan dengan realita hadlarah al-falsafah. Oleh karenanya, kompleksitas kehidupan manusia harus dibaca secara terpadu dan menyeluruh.

E. Struktur Kurikulum 1. Profil Lulusan dan Diskripsi