PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN AWAL BERBEDA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010-2011

(1)

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN AWAL

BERBEDA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS BINA MULYA BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2010-2011 Oleh

LEO CHARLI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) interaksi antara kemampuan awal siswa dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar siswa,

2) perbedaan penguasaan konsep siswa antara yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD), 3) perbedaan penguasaan konsep melalui pembelajaran kooperatif pada siswa yang berkemampuan awal tinggi, 4) perbedaan penguasaan konsep melalui pembelajaran kooperatif pada siswa yang berkemampuan awal rendah.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dan menggunakan rancangan eksperimen faktorial 2x2. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung, dengan sampel siswa kelas X1 dan X3, berjumlah 80 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen tes. Analisis data menggunakan analisis varians dua arah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat interaksi antara kemampuan awal siswa dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar siswa dengan nilai P-value 0,051, (2) rata-rata penguasaan konsep siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan nilai P-value 0,490 dan perbedaan rata-rata sebesar 4,75, (3) rata-rata penguasaan konsep siswa yang berkemampuan awal tinggi dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan perbedaan rata-rata 0,25 , (4) rata-rata penguasaan konsep siswa yang berkemampuan awal rendah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan perbedaan rata-rata 9,75 .

Kata kunci: kooperatif tipe STAD, kooperatif tipe Jigsaw, penguasaan konsep kimia.


(2)

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada interaksi antara kemampuan awal siswa dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar siswa. Hal ini berarti peningkatan prestasi belajar siswa ditentukan oleh penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan kemampuan awal.

2. Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep siswa antara yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Rata-rata penguasaan konsep siswa yang belajar

melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep siswa yang berkemampuan awal tinggi menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD. Rata-rata penguasaan konsep siswa yang berkemampuan awal tinggi dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi daripada dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sehingga, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa yang berkemampuan awal tinggi.


(3)

4. Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep siswa yang berkemampuan awal rendah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Jigsaw. Rata-rata penguasaan konsep siswa yang berkemampuan awal rendah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tepat untuk meningkatkan rerata penguasaan konsep siswa yang berkemampuan awal rendah dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

5.2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, ada implikasi peningkatan penguasaan konsep kimia. Implikasi tersebut adalah:

Upaya pemilihan pembelajaran dalam penggunaannya dengan mengakomodasi karakteristik siswa. Karakteristik siswa hendaknya diinput sejak awal tahun ajaran baru, kemudian digunakan guru untuk membuat desain pembelajaran yang diinginkan berdasarkan materi yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebaiknya digunakan pada kelas yang siswanya berkemampuan awal tinggi dan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebaiknya digunakan pada kelas yang siswanya berkemampuan awal rendah.


(4)

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru hendaknya melakukan tes penguasaan konsep tidak hanya pada akhir pembelajaran (postest) namun juga dilakukan di awal pembelajaran (pretest). 2. Kelas dengan keadaan siswa yang berkemampuan awal tinggi, guru hendaknya

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

3. Kelas dengan keadaan siswa yang berkemampuan awal rendah, guru hendaknya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(5)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai di dalam masyarakat dimana dia hidup (V.Good dalam Arif Rohman, 2009 : 11). Pendidikan juga merupakan proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu, bagi kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (Crow-and Crow dalam Arif Rohman, 2009 : 6)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional Indonesia dijelaskan penyelenggaraan pendidikan diselenggarakan secara


(6)

interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativiatas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik ,melalui proses perencanaan, pelaksanaan

pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien.

Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan penentu kemajuan bangsa. Kemajuan kehidupan suatu bangsa sangat tergantung pada keterampilan dan pengetahuan warga negaranya. Oleh karena itu kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan.

Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah memiliki fungsi dan peranan yang sangat strategis dalam pembentukan generasi di masa depan yang trampil, bertakwa dan memiliki pengetahuan yang berwawasan lingkungan. Siswa diharapkan di masa depan sebagai generasi penerus akan lebih meningkatkan kualitas lingkungan untuk kepentingan hajat hidup orang banyak.

Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, berbagai pihak telah berupaya dengan berbagai cara, seperti meningkatkan sarana dan prasarana belajar, perbaikan kurikulum dan peningkatan mutu para pendidik. Penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan sangat banyak mengalami masalah-masalah, baik dalam hal pemerataan pendidikan, kesempatan belajar dan kurangnya sarana dalam pendidikan serta kurangnya sumber belajar yang tersedia dan pemanfaatannya dalam membantu pelaksanaan proses pembelajaran.


(7)

Salah satu alternatif pemecahan masalah pendidikan tersebut, yaitu melalui penerapan teknologi pembelajaran, yaitu dengan memberdayakan sumber sumber belajar, yang dirancang, dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan pembelajaran.

Sumber belajar merupakan komponen dalam sistem pembelajaran yang

merupakan sumber-sumber belajar yang dirancang terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemanfaatan dan dikombinasikan menjadi sistem pembelajaran yang lengkap untuk mewujudkan keterlaksanaan dalam proses belajar yang bertujuan dan terkontrol. (Miarso dalam Bambang Warsita, 2008 : 210)

Sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang menggunakan sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jadi, pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga aspek afektif dan psikomotor. Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia di SMA Bina Mulya Bandar Lampung, diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata tes ulangan siswa materi pokok hukum-hukum dasar kimia pada tahun pelajaran 2009-2010 yaitu 45,56. Nilai tersebut berasal dari 35 siswa dan yang memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 42,85%. Perolehan nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan


(8)

Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru dan sekolah.

Kriteria Ketuntasan Minimal sekolah adalah 80% siswa telah mencapai nilai ≥ 60.

Pada tahun pelajaran 2009-2010 penyampaian materi hukum-hukum dasar kimia dilakukan dengan metode ceramah yang disertai latihan, serta guru belum

memperhatikan kemampuan awal siswa. Dengan metode tersebut aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan dan mencatat materi yang diberikan oleh guru, sehingga siswa kurang aktif untuk belajar. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab perolehan nilai penguasaan konsep kimia siswa tidak mencapai ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan sekolah.

Adanya kendala tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan diharapkan terjadinya peningkatan prestasi belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran kimia adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam Pembelajaran kooperatif ada model pembelajaran secara berkelompok, dan untuk menyelesaikan suatu masalah siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.

Pada pembelajaran berkelompok siswa diharapkan mampu meningkatkan prestasi dan kemampuan secara sosial. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah salah satu contoh pembelajaran berkelompok dimana tipe STAD sebelum pembentukan kelompok siswa diberikan terlebih dahulu materi yang akan didiskusikan bersama kelompok, tetapi pada tipe Jigsaw sebelum pembelajaran dibentuk kelompok terlebih dahulu


(9)

dan adanya tim ahli yang dijelaskan oleh guru, sehingga secara umum sama-sama dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam kegiatan pembelajaran, prestasi belajar merupakan suatu persoalan atau keadaan yang selalu menjadi bahan pemikiran, tidak hanya para ahli pendidikan dan pemerintah tetapi juga kepala sekolah beserta guru yang bertanggung jawab langsung dalam pelaksanaan kegiatan operasional pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperlihatkan oleh siswa setelah mereka mengikuti proses

pembelajaran.

Materi pokok hukum-hukum dasar kimia terdiri dari sub materi hukum Lavoiser, hukum Proust, hukum Dalton, dan hukum Gay-Lussac. Karakteristik materi pokok hukum-hukum dasar kimia merupakan materi kimia yang bersifat makroskopik (dapat di eksperimenkan) dan bersifat mikroskopik (tidak dapat dieksperimenkan).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diduga bahwa hasil belajar tidak saja ditentukan oleh faktor eksternal namun juga internal siswa, misalnya kemampuan awal siswa dalam belajar sangat mempengaruhi perolehan peningkatan prestasi belajar kimia. Karena secara nyata siswa memiliki kompetensi untuk berbuat sesuatu yang baik selama maupun setelah pembelajaran. Kemampuan awal siswa akan menimbulkan optimisme sehingga siswa mampu menyikapi setiap persoalan yang dihadapi khususnya ketika mereka menghadapi pelajaran kimia.

Perbedaan kemampuan awal mengakibatkan perbedaan kemampuan untuk mengelaborasi informasi baru untuk membangun struktur kognitif. Pengetahuan


(10)

tentang tingkat kemampuan awal diperlukan oleh guru untuk menentukan pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajarannya di kelas. Dengan memahami tingkat kemampuan awal, guru dapat membantu siswa memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa. Adakalanya satu materi tertentu memerlukan prasyarat pengetahuan sebelumnya. Jika pengetahuan prasyarat ini belum dikuasai dan guru sudah melanjutkan pada materi berikutnya bisa dipastikan bahwa siswa akan kesulitan mengikuti pelajaran. Hal ini bisa dideteksi melalui perilaku siswa. Siswa yang tidak dapat mengikuti materi yang sedang dibahas oleh guru

cenderung berperilaku menyimpang seperti melamun, menulis, atau menggambar yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran, berbicara sendiri atau kegiatan-kegiatan lain yang tidak terkait dengan isi pembelajaran.

Sungguhpun demikian, penerapan pembelajaran kooperatif bisa saja mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa yang berbeda-beda karakteristiknya. Pada pembelajaran kooperatif terdapat interaksi antar siswa dalam kelompok, bisa saja penerapan pembelajaran kooperatif tersebut

dipengaruhi oleh kondisi latar belakang siswa, siswa dengan kemampuan awal yang tinggi cenderung lebih mudah menyelesaikan tugas dengan baik, sementara siswa yang berkemampuan awal rendah cenderung akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya.

Model pembelajaran kooperatif yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif,


(11)

dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 orang secara heterogen dan bekerja sama, saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi, sangat beralasan untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Guru belum memperhatikan kemampuan awal siswa dalam pelajaran kimia. 2. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia khususnya materi

hukum-hukum dasar kimia di kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung. 3. Para guru belum tepat dalam memilih dan menggunakan pendekatan / strategi

pembelajaran.

4. Dominasi guru masih sangat tinggi dalam kegiatan pembelajaran.

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghilangkan bias dalam penelitian ini dan mengefektifkan proses, peneliti memberikan rambu-rambu pengkajian sebagai berikut :


(12)

2. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia khususnya materi

hukum-hukum dasar kimia di kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung.

3. Para guru belum tepat dalam memilih dan menggunakan pendekatan / strategi pembelajaran.

1.4Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar siswa?

2. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep siswa antara yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD?

3. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran tipe STAD pada siswa yang berkemampuan awal tinggi?

4. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan yang belajar melalui pembelajaran tipe Jigsaw pada siswa yang berkemampuan awal rendah?


(13)

1.5Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Interaksi antara kemampuan awal siswa dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar siswa.

2. Perbedaan penguasaan konsep siswa antara yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa berkemampuan awal tinggi.

4. Perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa berkemampuan awal rendah.

1.6Manfaat penelitian

1.6.1 Secara Teoritis

Hasil penelitian secara teoritis dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, Khususnya bagi Teknologi Pendidikan dalam kawasan design.

1.6.2 Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk :

1. Guru, dapat memberikan gambaran perbedaan prestasi belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD dalam


(14)

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia siswa SMA kelas X.

2. Peneliti, memberikan wawasan yang positif untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.


(1)

dan adanya tim ahli yang dijelaskan oleh guru, sehingga secara umum sama-sama dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam kegiatan pembelajaran, prestasi belajar merupakan suatu persoalan atau keadaan yang selalu menjadi bahan pemikiran, tidak hanya para ahli pendidikan dan pemerintah tetapi juga kepala sekolah beserta guru yang bertanggung jawab langsung dalam pelaksanaan kegiatan operasional pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperlihatkan oleh siswa setelah mereka mengikuti proses

pembelajaran.

Materi pokok hukum-hukum dasar kimia terdiri dari sub materi hukum Lavoiser, hukum Proust, hukum Dalton, dan hukum Gay-Lussac. Karakteristik materi pokok hukum-hukum dasar kimia merupakan materi kimia yang bersifat makroskopik (dapat di eksperimenkan) dan bersifat mikroskopik (tidak dapat dieksperimenkan).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diduga bahwa hasil belajar tidak saja ditentukan oleh faktor eksternal namun juga internal siswa, misalnya kemampuan awal siswa dalam belajar sangat mempengaruhi perolehan peningkatan prestasi belajar kimia. Karena secara nyata siswa memiliki kompetensi untuk berbuat sesuatu yang baik selama maupun setelah pembelajaran. Kemampuan awal siswa akan menimbulkan optimisme sehingga siswa mampu menyikapi setiap persoalan yang dihadapi khususnya ketika mereka menghadapi pelajaran kimia.

Perbedaan kemampuan awal mengakibatkan perbedaan kemampuan untuk mengelaborasi informasi baru untuk membangun struktur kognitif. Pengetahuan


(2)

tentang tingkat kemampuan awal diperlukan oleh guru untuk menentukan pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajarannya di kelas. Dengan memahami tingkat kemampuan awal, guru dapat membantu siswa memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa. Adakalanya satu materi tertentu memerlukan prasyarat pengetahuan sebelumnya. Jika pengetahuan prasyarat ini belum dikuasai dan guru sudah melanjutkan pada materi berikutnya bisa dipastikan bahwa siswa akan kesulitan mengikuti pelajaran. Hal ini bisa dideteksi melalui perilaku siswa. Siswa yang tidak dapat mengikuti materi yang sedang dibahas oleh guru

cenderung berperilaku menyimpang seperti melamun, menulis, atau menggambar yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran, berbicara sendiri atau kegiatan-kegiatan lain yang tidak terkait dengan isi pembelajaran.

Sungguhpun demikian, penerapan pembelajaran kooperatif bisa saja mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa yang berbeda-beda karakteristiknya. Pada pembelajaran kooperatif terdapat interaksi antar siswa dalam kelompok, bisa saja penerapan pembelajaran kooperatif tersebut

dipengaruhi oleh kondisi latar belakang siswa, siswa dengan kemampuan awal yang tinggi cenderung lebih mudah menyelesaikan tugas dengan baik, sementara siswa yang berkemampuan awal rendah cenderung akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya.

Model pembelajaran kooperatif yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif,


(3)

dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 orang secara heterogen dan bekerja sama, saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi, sangat beralasan untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Guru belum memperhatikan kemampuan awal siswa dalam pelajaran kimia. 2. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia khususnya materi

hukum-hukum dasar kimia di kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung. 3. Para guru belum tepat dalam memilih dan menggunakan pendekatan / strategi

pembelajaran.

4. Dominasi guru masih sangat tinggi dalam kegiatan pembelajaran.

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghilangkan bias dalam penelitian ini dan mengefektifkan proses, peneliti memberikan rambu-rambu pengkajian sebagai berikut :


(4)

2. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia khususnya materi

hukum-hukum dasar kimia di kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung.

3. Para guru belum tepat dalam memilih dan menggunakan pendekatan / strategi pembelajaran.

1.4Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar siswa?

2. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep siswa antara yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD?

3. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran tipe STAD pada siswa yang berkemampuan awal tinggi?

4. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan yang belajar melalui pembelajaran tipe Jigsaw pada siswa yang berkemampuan awal rendah?


(5)

1.5Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Interaksi antara kemampuan awal siswa dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar siswa.

2. Perbedaan penguasaan konsep siswa antara yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa berkemampuan awal tinggi.

4. Perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa berkemampuan awal rendah.

1.6Manfaat penelitian

1.6.1 Secara Teoritis

Hasil penelitian secara teoritis dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, Khususnya bagi Teknologi Pendidikan dalam kawasan design.

1.6.2 Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk :

1. Guru, dapat memberikan gambaran perbedaan prestasi belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD dalam


(6)

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia siswa SMA kelas X.

2. Peneliti, memberikan wawasan yang positif untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NHT PADA MATERI IKATAN KIMIA, TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA(PTK PADA SISWA KELAS X2 SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TP 2010 - 2011)

1 8 49

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 TANJUNG RAYA KABUPATEN MESUJI

0 26 245

PERBEDAAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL BERBEDA PADA SISWA SMPN 19 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 10 16

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 11 53

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 50

PERSEPSI SISWA TENTANG PROSES PEMBELAJARAN YANG DILAKUKAN OLEH GURU BERLATAR BELAKANG NON PKn DI SMA BINA MULYA KEDATON BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 67

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

5 63 29

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

0 2 58

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN MAPLE.

0 1 45

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW.

0 0 66