2
1. PENDAHULUAN
Hasil belajar matematika mempunyai peran dalam pencapaian tujuan. Tanpa adanya hasil belajar maka guru tidak akan mengetahui seberapa tingkat keberhasilan siswa.
Menurut Purwanto 2011: 23 mengatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar
merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan mengajar yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan adanya perubahan sikap atau tingkah
laku. Bentuk keberhasilan siswa tidak hanya dilihat pada tingkat pemahamannya saja, melainkan perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa juga termasuk hasil belajar.
Mungkin dalam perubahan sikap, tingkah laku maupun keterampilan. Karena dengan kegiatan belajar yang diikuti siswa, siswa perlahan akan membentuk suatu perubahan
karakter pada dirinya sendiri. Banyak inovasi yang telah dilakukan guru, sekolah, dan pemerintah agar hasil
belajar matematika siswa dapat mencapai hasil yang maksimal, namun hasil belajar matematika Indonesia tahun 2012 berdasarkan survei
PISA Program for International Student Assessment
menempati posisi terendah yaitu nomor 64 dari 65 negara. Sedangkan secara nasional, nilai rata-rata ujian nasional matematika siswa SMPMTs
tahun pelajaran 20142015 yaitu 56,28 dengan nilai terendah 2,00 dan nilai tertinggi 100,00.
Terdapat berbagai faktor penyebab keberhasilan belajar matematika siswa salah satunya yang paling mendasar yaitu cara guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran, cara penyampaian materi yang dinilai kurang tepat sehingga berdampak pada hasil belajar matematika siswa. Pembelajaran matematika dengan ceramah sampai
saat ini masih mendominasi, sehingga siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa cenderung bosan dan jenuh selama pembelajaran dikarenakan saat guru masuk
kelas langsung mendorong siswa untuk mengikuti alur pembelajaran yang disampaikan guru. Guru tanpa terdahulu untuk mengenalkan konsep-konsep matematika yang akan
3
dipelajari maka siswa menjadi bingung dan kurang tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Solusi mendasar yang ditawarkan dari permasalahan tersebut yaitu guru dituntut untuk mampu menciptakan suatu model pembelajaran kreatif yang dapat membantu
siswa untuk memahami setiap materi. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan kreatifitas siswa sehingga siswa dapat menciptakan ide-ide dari setiap materi
pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika yaitu model pembelajaran berbasis peta konsep.
Pembelajaran dengan menerapkan peta konsep siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar, tidak merasa jenuh, dan aktifitas siswa semakin meningkat yaitu siswa
mampu mengkomunikasikan apa yang ditemukan dan dapat menyelesaikan soal-soal dengan baik Kelen, 2015. Sedangkan menurut Juliarti, dkk 2012 bahwa penerapan
model pembelajaran peta konsep ternyata dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa walaupun belum mencapai nilai maksimal yang telah ditetapkan pada indikator serta
sebanyak 70,10 mahasiswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode peta konsep sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar mahasiswa. Sehingga dengan penerapan pembelajaran yang tepat dapat mendorong siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar dan hasil belajar siswa pun
menjadi lebih meningkat sesuai harapan guru. Faktor penyebab lain rendahnya hasil belajar matematika saat ini adalah
pentingnya pengembangan kemampuan komunikasi matematika siswa. Padahal telah dijelaskan dalam permen nomor 23 tahun 2006 bahwa tujuan pembelajaran matematika
poin keempat adalah agar siswa mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Sehingga
siswa dituntut untuk mengubah suatu permasalahan ke dalam bentuk matematika secara lisan maupun tertulis. Menurut Depdiknas dalam Agustyaningrum, 2011 disebutkan
bahwa komunikasi matematika merupakan kesanggupan atau kecakapan siswa untuk
4
menyatakan dan menafsirkan gagasan matematis secara lisan, tertulis, atau mendemontrasikan apa yang ada dalam persoalan matematika.
Komunikasi matematika menurut Fajri 2013 adalah kemampuan pemahaman tentang konsep matematika yang dipelajari siswa, sehingga guru harus mendorong
siswanya agar mampu berkomunikasi untuk menjabarkan kontruksi solusi hasil penjabaran logis dari permasalahan matematika yang timbul. Komunikasi matematika
terdiri dari komunikasi tulisan dan lisan. Komunikasi tulisan berupa penggunaan kalimat atau kata-kata, gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses
berpikir siswa. Sedangkan komunikasi lisan dapat terjadi karena interaksi antara beberapa individu, misalnya dalam kegiatan diskusi kelompok.
Komunikasi matematika sangat diperlukan siswa dalam memahami setiap materi yang disampaikan oleh guru.
Principle and Standarss for School Mathematics
NCTM menyebutkan bahwasanya standar kemampuan yang harus dikuasai siswa adalah
mengekspresikan ide-ide matematika secara jelas dan koheren, menggunakan bahasa matematika dalam berbagai ekspresi matematia, meningkatkan pengetauan matematika,
serta mengkomunikasikan pemikiran matematika kepada siswa lain. Menurut Mahmudi 2009 bahwa proses komunikasi matematika dengan memanfaatkan masalah terbuka
dan dirancang dengan baik akan mendorong siswa memahami materi matematika dengan baik. Siswa terdorong untuk mengeksplorasi ide-ide atau gagasan yang relevan
dan lebih kompeten dalam memahami konsep-konsep matematika.Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran diperlukan langkah untuk mendorong siswa agar dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika. Berdasarkanpermasalahandiatas,
tujuanpenelitianiniadalah untuk1
menganalisis dan menguji pengaruh pembelajaran berbasis peta konsep terhadap hasil belajar matematika, 2 menganalisis dan menguji pengaruh komunikasi matematika
terhadap hasil belajar matematika, 3 menganalisis dan menguji interaksi antara pembelajaran berbasis peta konsep dan komunikasi matematika terhadap hasil belajar
matematika.
5
2. METODE