IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN Implementasi Model Pembelajaran Numbered Heads Together Berbasis Alat Peraga Pada Materi Lingkaran Ditinjau Dari Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

NUMBERED HEADS TOGETHER BERBASIS ALAT PERAGA PADA MATERI LINGKARAN DITINJAU DARI KOMUNIKASI MATEMATIKA

SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

ULIYA FATHUL IZZA A410130118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

1

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

NUMBERED HEADS TOGETHER BERBASIS ALAT PERAGA PADA MATERI LINGKARAN DITINJAU DARI KOMUNIKASI MATEMATIKA

SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji: (1) pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Numbered Head Together berbasis alat peraga terhadap hasil belajar matematika, (2) pengaruh yang signifikan antara komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika, (3) interaksi antara model pembelajaran Numbered Heads Together berbasis alat peraga dan komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika. Jenis penelitian ini berdasarkan pendekatannya kuantitatif dengan desain penelitiannya menggunakan desain quasi experimental. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII B, VIII C, dan VIII D SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Ajaran 2016/2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode angket, metode tes, dan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Dengan taraf signifikansi 5% diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga terhadap hasil belajar matematika dengan FA = 146,058. (2) Terdapat

pengaruh yang signifikan antara komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika dengan FB = 47,339. (3) Tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran dan komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika dengan FAB = 1,557.

Kata Kunci: alat peraga, hasil belajar matematika, komunikasi matematika, numbered heads together.

Abstract

This study aimed to analyze and examine: (1) a significant influence of the application of learning model Numbered Head Together based teaching aids to the mathematics learning outcomes, (2) a significant influence of mathematics communication on the mathematics learning outcomes, (3) the interaction between the learning model Numbered Heads Together based teaching aids and communication of mathematics on mathematics learning outcomes. This type of research is based on a quantitative approach to research design using a quasi-experimental design. The population in this study were students of class VIII B, VIII C, and VIII D SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Year 2016/2017. The sampling technique used in this study is a random cluster sampling technique. Data collection techniques in this study is a questionnaire, test methods, and methods of documentation. Data analysis techniques used in this study is a two-way analysis of variance with different cells. With a significance level of 5% was concluded that: (1) There is a significant influencet of the application of the learning model Numbered Heads Together based teaching aids to the mathematics learning outcomes by FA =


(6)

2

146.058. (2) There is a significant influence of mathematics communication on mathematics learning outcomes with FB = 47.339. (3) There is no interaction

between the learning model and communication of mathematics on mathematics learning outcomes with FAB = 1.557.

Keywords: mathematics communication, numbered heads together, teaching aids, mathematics learning outcomes.

1. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar untuk pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (Djumali, 2013: 35). Setiap orang dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki akhlak mulia, kecerdasan, keterampilan, serta pemikiran yang lebih baik melalui pendidikan. Menurut Djumali (2013: 123) jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal. Pada pendidikan formal siswa dibekali berbagai macam mata pelajaran, salah satunya yaitu matematika.

Matematika memiliki peran penting bagi kehidupan serta dapat menunjang teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya sehingga siswa diharapkan memiliki penguasaan matematika. Penguasaan matematika siswa yang baik dapat dipengaruhi oleh pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang berlangsung secara optimal akan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.

Pada hakikatnya hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2010: 3). Bidang kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, bidang afektif berkenaan dengan sikap, dan bidang psikomotorik berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Menurut Purwanto (2011: 23) hasil belajar adalah perubahan perilaku akibat proses pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan. Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku akibat proses pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Namun kenyataannya hasil belajar matematika cenderung belum sesuai harapan. Secara internasional, hasil survei internasional TIMSS (Trends in


(7)

3

Mathematics and Science Study) yang dilaksanakan setiap 4 tahun sekali oleh lembaga IEA (International Association for The Evaluation of Educational Achievement) menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi matematika siswa di Indonesia masih di bawah rata-rata internasional. Pada tahun 2007 Indonesia menduduki posisi 36 dari 49 negara, sedangkan pada tahun 2011 Indonesia menduduki posisi 38 dari 42 negara dengan skor rata-rata 386 dimana rata-rata TIMSS berkisar di skor 500. Secara nasional, rendahnya hasil belajar matematika dapat dilihat dari rata-rata hasil Ujian Nasional Matematika SMP/MTs tahun pelajaran 2014/2015 yang hanya mencapai 56,28 dengan rentang nilai antara 0 sampai 100.

Hasil belajar matematika yang cenderung belum sesuai harapan dapat bersumber dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari diri siswa, antara lain motivasi, minat, kemampuan komunikasi matematika, kemampuan pemecahan masalah, penalaran matematika. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri siswa, antara lain model pembelajaran, gaya mengajar guru, fasilitas belajar, lingkungan belajar, lingkungan keluarga.

Salah satu faktor internal yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa matematika adalah komunikasi matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Astuti (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan komunikasi matematika dengan hasil belajar siswa. Dengan demikian semakin tinggi komunikasi matematika maka semakin tinggi pula hasil belajar matematika. Menurut Tinungki (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika memiliki korelasi yang signifikan dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI. Dengan pembelajaran kooperatif yang digunakan di kelas, siswa diharapkan untuk membantu satu sama lain, untuk saling mengemukakan gagasan, untuk mempertajam pengetahuan yang mereka miliki pada saat ini, dan untuk mengatasi kesenjangan dalam pemahaman di antara siswa. Dengan demikian, komunikasi matematika dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat menjadikan hasil belajar siswa baik pula.


(8)

4

Komunikasi matematika merupakan salah satu faktor yang ada dalam diri siswa yang diperlukan dalam pembelajaran matematika. Pengembangan komunikasi pada siswa menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam KTSP. Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 140) salah satu tujuan pembelajaran matematika tersebut yaitu siswa dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Arifin, dkk (2014) yang menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika dalam pembelajaran matematika sangat perlu untuk dikembangkan. Hal ini karena melalui komunikasi matematika siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan.

Begitu pula dalam proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru di kelas. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Numbered Heads Together. Numbered Heads Together merupakan model pembelajaran yang diperkenalkan oleh Spancer Kagan yang dapat mengaktifkan siswa, dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen, guru memberikan penomoran pada siswa, guru memberikan suatu permasalahan, setelah itu guru menunjuk salah satu nomor untuk menjawab pertanyaan.

Hasil penelitian Qurniawati (2013) menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan media kartu pintar dan kartu soal dapat membantu siswa dalam memahami konsep materi hidrokarbon, sehingga metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) efektif untuk meningkatkan prestasi belajar. Hasil penelitian Supratman (2016) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif NHT lebih baik dari siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif TGT.

Model pembelajaran yang diimbangi dengan penggunaan alat peraga yang tepat juga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa. Menurut Setiawan (2014) alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Penggunaan alat peraga yang


(9)

5

tepat dalam pembelajaran dapat menarik perhatian siswa dan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran sehingga pembelajaran lebih efektif. Ying (2015) dalam penelitiannya memaparkan bahwa siswa yang memiliki pengalaman dengan alat peraga memiliki koneksi kuat antara pengetahuan, sikap, dan perilaku, menyiratkan bahwa alat peraga bisa membantu siswa dalam menghubungkan tiga domain dengan satu sama lain melalui pengalaman.

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji: (1) pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Numbered Head Together berbasis alat peraga terhadap hasil belajar matematika, (2) pengaruh yang signifikan antara komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika, (3) interaksi antara model pembelajaran Numbered Heads Together berbasis alat peraga dan komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika.

2. METODE

Jenis penelitian ini berdasarkan pendekatannya kuantitatif dengan desain penelitiannya menggunakan desain quasi experimental. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII B, VIII C, dan VIII D SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Ajaran 2016/2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelas yang diambil dari 3 kelas, yaitu kelas VIII C dengan 38 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D dengan 38 siswa sebagai kelas kontrol.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode angket, metode tes, dan metode dokumentasi. Metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat komunikasi matematika siswa. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Tes diberikan dalam bentuk pilihan ganda setelah mendapat perlakuan dengan model pembelajaran Numbered Heads Together berbasis alat peraga dan model pembelajaran secara konvensional. Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa kemudian di uji keseimbangan kemampuan awal guna menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada


(10)

6

penelitian ini, data awal yang digunakan yaitu Ujian Akhir Semester (UAS) pada semester gasal.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 5%. Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukakan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan metode Liliefors dengan taraf signifikasi 5% digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikasi 5% digunakan untuk menguji apakah sampel mempunyai variansi yang sama atau tidak. Uji komparasi ganda dengan metode scheffe dilakukan jika hasil analisis variansi menunjukkan H0 ditolak.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan tingkat signifikansi 5% memutuskan bahwa H0A ditolak, H0B ditolak, dan H0AB diterima. Rangkuman

hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Sumber JK dK RK Fobs Ftabel

Model Pembelajaran (A) 6841,673 1 6841,673 146,058 3,987 Komunikasi Matematika (B) 4434,878 2 2217,439 47,339 3,137

Interaksi (AB) 145,905 2 72,953 1,557 3,137

Galat (G) 3278,947 70 46,842

Total (T) 14701,403 75

Berdasarkan perhitungan pada tabel 1 dapat dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika. (2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika. (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan komunikasi matematika terhadap hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis variansi, menunjukkan H0A dan H0B ditolak, artinya perlu dilakukan uji

lanjut untuk mengetahui perbedaan rerata antar baris dan rerata antar kolom dengan metode scheffe (Budiyono, 2009: 215–217). Berikut disajikan rangkuman rerata antar sel dan rerata marginal pada tabel 2 sebagai berikut.


(11)

7

Tabel 2 Rangkuman Rerata Antar Sel dan Rerata Marginal Model Pembelajaran Komunikasi Matematika Rerata

Marginal Tinggi Sedang Rendah

NHT berbasis alat peraga 73,125 66,544 56,818 65,496 Konvensional 56,944 45,536 33,594 45,358 Rerata marginal 65,035 56,034 45,206

Pada hipotesis pertama memutuskan bahwa H0A ditolak, artinya terdapat

pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika. Karena dalam penelitian ini terdapat dua model pembelajaran maka tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda antar baris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik, cukup membandingkan rerata marginal dari masing-masing model pembelajaran (Budiyono, 2009). Dari tabel 2 diketahui rerata marginal model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga sebesar 65,496 sedangkan model pembelajaran konvensional sebesar 45,358. Berdasarkan pada nilai rerata marginal tersebut terlihat bahwa rerata marginal model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga lebih besar dari pada rerata marginal model pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika.

Hasil tersebut didukung di lapangan bahwa siswa dengan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga terlihat lebih antusias dan aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga memungkinkan siswa untuk saling bertukar pikiran atau saling bekerja sama untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapkan dengan cara berdiskusi kelompok. Pada model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga, guru memanggil nomor yang dimiliki siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya secara acak. Pada tahap itu siswa harus siap jika nomor yang dimilikinya dipanggil untuk mempresentasikan hasil diskusinya, sehingga siswa akan bersungguh-sungguh dalam kegiatan diskusi.


(12)

8

Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyaksikan benda konkret secara langsung sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi, meningatkan ketrampilan dalam menggunakan alat peraga, menumbuhkembangkan sikap teliti, kerjasama, serta bertanggung jawab. Pada pembelajaran ini interaksi antara murid dan guru memberikan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.

Sedangkan pada model pembelajaran konvensional siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran karena pembelajaran didominasi oleh guru tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi idenya. Pembelajaran ini menyebabkan siswa merasa bosan karena pembelajaran didominasi dengan mendengarkan penjelasan dari guru. Akibatnya, proses pembelajaran berlangsung kurang maksimal.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subadi (2013) yang menyatakan bahwa dengan penggunaan alat peraga interaksi dengan lingkungan terjadi, sehingga anak menjadi percaya diri dan bertanggung jawab dengan hasil temuannya. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika serta memberikan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. Joseph (2015) juga menjelaskan bahwa penggunaan alat peraga sebagai alat pedagogi telah meningkatkan tingkat pemahaman siswa dan perkembangan otak, motivasi minat dan tingkat prestasi akademik mereka. Menurut Lince (2016) pada penelitiannya yang berjudul Creative Thinking Ability to Increase Student Mathematical of Junior High School by Applying Models Numbered Heads Together menyatakan bahwa kemampuan berpikir siswa yang menerima pembelajaran model Numbered Heads Together lebih baik dari pada siswa yang menerima pembelajaran konvensional.

Pada hipotesis kedua memutuskan bahwa H0B ditolak, artinya terdapat

pengaruh yang signifikan antara komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika. Untuk mengetahui pengaruh tingkat komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika perlu dilakukan uji komparasi ganda rerata antar kolom dengan menggunakan metode scheffe.


(13)

9

Tabel 3 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Antar Kolom

H0 H1 Fobs 2F0,05;2;70 Keputusan

22,155 6,273 H0 ditolak 80,748 6,273 H0 ditolak 32,141 6,273 H0 ditolak

Berdasarkan hasil uji komparasi ganda rerata antar kolom dengan menggunakan metode scheffe dan dengan melihat rerata marginalnya diperoleh kesimpulan bahwa (1) siswa yang memiliki tingkat komunikasi matematika yang tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan tingkat komunikasi matematika yang sedang, (2) siswa yang memiliki tingkat komunikasi matematika yang tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan tingkat komunikasi matematika yang rendah, dan (3) siswa yang memiliki tingkat komunikasi matematika yang sedang mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan tingkat komunikasi matematika yang rendah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi matematika dengan hasil belajar matematika siswa. Hal tersebut didukung di lapangan bahwa siswa yang memiliki komunikasi matematika tinggi cenderung aktif dalam proses pembelajaran, aktif dalam kegiatan diskusi, serta berani mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Siswa yang memiliki komunikasi matematika sedang juga cenderung aktif dalam pembelajaran dan diskusi, akan tetapi pada saat mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas masih malu-malu. Siswa yang memiliki komunikasi matematika rendah cenderung pasif dalam kegiatan diskusi serta mereka tergolong siswa yang suka membuat kegaduhan pada proses pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tinungki (2015) yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran kooperatif yang digunakan di kelas, siswa diharapkan untuk saling membantu, untuk saling mengemukakan gagasan, untuk mempertajam pengetahuan yang mereka miliki pada saat ini, dan untuk mengatasi kesenjangan dalam pemahaman di antara siswa. Dengan demikian


(14)

10

komunikasi matematika dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat menjadikan hasil belajar siswa baik pula.

Pada hipotesis ketiga memutuskan bahwa H0AB diterima, artinya tidak terdapat

interaksi antara model pembelajaran dan komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika. Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan dalam gambar profil efek variabel model pembelajaran sebagai berikut.

30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80

Tinggi Sedang Rendah

R e ra ta H a si l B e la ja r Komunikasi Matematika Eksperimen Kontrol

Gambar 1 Grafik Profil Efek Variabel Model Pembelajaran dan Komunikasi Matematika

Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa profil kelas yang dikenai perlakuan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga dan profil kelas yang dikenai model pembelajaran konvensional tidak berpotongan. Dari gambar 4.5 juga dapat disimpulkan bahwa rerata untuk kelas yang dikenai model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga lebih tinggi dibandingkan dengan rerata untuk kelas yang dikenai model pembelajaran konvensional, baik pada tingkat komunikasi matematika tinggi, sedang, ataupun rendah. Budiyono (2009: 222) menyatakan bahwa ada atau tidaknya interaksi dapat diduga dari grafik profil variabel-variabel bebasnya. Jika profil variabel bebas pertama dan profil variabel bebas kedua tidak berpotongan, maka kecenderungannya tidak ada interaksi di antara mereka, dan sebaliknya.


(15)

11

Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan hipotesis ketiga ini mungkin dapat disebabkan karena faktor dari dalam diri siswa, diantaranya siswa belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga, siswa tidak jujur dalam mengisi angket dan dalam mengerjakan tes hasil belajar matematika.

4.PENUTUP

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan taraf signifikasi 5% maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga terhadap hasil belajar matematika dengan FA =

146,058. (2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika dengan FB = 47,339. (3) Tidak terdapat interaksi

antara model pembelajaran dan komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika dengan FAB = 1,557.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. T., Kartono, dan Sutarto H. 2014. “Kefektifan Strategi Pembelajaran React

Pada Kemampuan Siswa Kelas VII Aspek Komunikasi Matematis.” Jurnal Kreano 5 (1): 91-98.

Astuti, Anggraini dan Leonard. 2015. “Peran Komunikasi Matematika Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa.” Jurnal Formatif 2 (2): 102-110.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.

Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS PRESS. Djumali dkk. 2013. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media.

Joseph, Ohwojero C. 2015. “Teaching Aids a Special Pedagogy Tool of Brain Development in School Children, Interest and Academic Achievement to

Enhance Future Technology.” Journal of Education and Practice 6 (29): 92-101.

Lince, Ranak. 2016. “Creative Thinking Ability to Increase Student Mathematical of

Junior High School by Applying Models Numbered Heads Together.”

Journal of Education and Practice 7 (6): 206-212.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Qurniawati, Annik, Sugiharto, dan Agung N. C. Saputro. (2013). “Efektivitas Metode Pembelajran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)


(16)

12

dengan Media Kartu Pintar dan Kartu Soal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester Genap SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.” Jurnal Pendidikan Kimia 2 (3): 166-174.

Setiawan, Irvan. 2014. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pecahan Siswa Kelas III SD Negeri Bendungan III dengan Alat Peraga.” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5 (3): 214-226.

Subadi. 2013. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Alat Peraga Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Metode STAD pada

Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Bagi Siswa.” Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang 1 (1): 11-18.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supratman. 2016. “Comparative Study of The Students’ Math Learning Outcomes

Taught Using Type of Cooperative Learning Method Numbered Heads Together (NHT) and Games Team Tournament (TGT) to Students Class VII

SMPN 1 Baula.” Journal of Mathematics Education 1 (2): 46-54.

Tinungki, Georgina M. 2015. “The Role of Cooperative Learning Type Team Assisted Individualization to Improve the Students’ Mathematics Communication Ability in the Subject of Probability Theory.” Journal of Education and Practice 6 (32): 27-31.

Ying, Chyi C. dkk. 2015. “The Effectiveness of Teaching Aids for Elementary Students’ Renewable Energy Learning and an Analysis of Their Energy

Attitude Formation.” International Journal of Environmental & Science Education 10 (2): 219-233.


(1)

7

Tabel 2 Rangkuman Rerata Antar Sel dan Rerata Marginal Model Pembelajaran Komunikasi Matematika Rerata

Marginal Tinggi Sedang Rendah

NHT berbasis alat peraga 73,125 66,544 56,818 65,496 Konvensional 56,944 45,536 33,594 45,358 Rerata marginal 65,035 56,034 45,206

Pada hipotesis pertama memutuskan bahwa H0A ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika. Karena dalam penelitian ini terdapat dua model pembelajaran maka tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda antar baris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik, cukup membandingkan rerata marginal dari masing-masing model pembelajaran (Budiyono, 2009). Dari tabel 2 diketahui rerata marginal model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga sebesar 65,496 sedangkan model pembelajaran konvensional sebesar 45,358. Berdasarkan pada nilai rerata marginal tersebut terlihat bahwa rerata marginal model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga lebih besar dari pada rerata marginal model pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika.

Hasil tersebut didukung di lapangan bahwa siswa dengan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga terlihat lebih antusias dan aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga memungkinkan siswa untuk saling bertukar pikiran atau saling bekerja sama untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapkan dengan cara berdiskusi kelompok. Pada model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga, guru memanggil nomor yang dimiliki siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya secara acak. Pada tahap itu siswa harus siap jika nomor yang dimilikinya dipanggil untuk mempresentasikan hasil diskusinya, sehingga siswa akan bersungguh-sungguh dalam kegiatan diskusi.


(2)

8

Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyaksikan benda konkret secara langsung sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi, meningatkan ketrampilan dalam menggunakan alat peraga, menumbuhkembangkan sikap teliti, kerjasama, serta bertanggung jawab. Pada pembelajaran ini interaksi antara murid dan guru memberikan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.

Sedangkan pada model pembelajaran konvensional siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran karena pembelajaran didominasi oleh guru tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi idenya. Pembelajaran ini menyebabkan siswa merasa bosan karena pembelajaran didominasi dengan mendengarkan penjelasan dari guru. Akibatnya, proses pembelajaran berlangsung kurang maksimal.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subadi (2013) yang menyatakan bahwa dengan penggunaan alat peraga interaksi dengan lingkungan terjadi, sehingga anak menjadi percaya diri dan bertanggung jawab dengan hasil temuannya. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika serta memberikan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. Joseph (2015) juga menjelaskan bahwa penggunaan alat peraga sebagai alat pedagogi telah meningkatkan tingkat pemahaman siswa dan perkembangan otak, motivasi minat dan tingkat prestasi akademik mereka. Menurut Lince (2016) pada penelitiannya yang berjudul Creative Thinking Ability to Increase Student Mathematical of Junior High School by Applying Models Numbered Heads Together menyatakan bahwa kemampuan berpikir siswa yang menerima pembelajaran model Numbered Heads Together lebih baik dari pada siswa yang menerima pembelajaran konvensional.

Pada hipotesis kedua memutuskan bahwa H0B ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika. Untuk mengetahui pengaruh tingkat komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika perlu dilakukan uji komparasi ganda rerata antar kolom dengan menggunakan metode scheffe.


(3)

9

Tabel 3 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Antar Kolom

H0 H1 Fobs 2F0,05;2;70 Keputusan

22,155 6,273 H0 ditolak 80,748 6,273 H0 ditolak 32,141 6,273 H0 ditolak Berdasarkan hasil uji komparasi ganda rerata antar kolom dengan menggunakan metode scheffe dan dengan melihat rerata marginalnya diperoleh kesimpulan bahwa (1) siswa yang memiliki tingkat komunikasi matematika yang tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan tingkat komunikasi matematika yang sedang, (2) siswa yang memiliki tingkat komunikasi matematika yang tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan tingkat komunikasi matematika yang rendah, dan (3) siswa yang memiliki tingkat komunikasi matematika yang sedang mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan tingkat komunikasi matematika yang rendah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi matematika dengan hasil belajar matematika siswa. Hal tersebut didukung di lapangan bahwa siswa yang memiliki komunikasi matematika tinggi cenderung aktif dalam proses pembelajaran, aktif dalam kegiatan diskusi, serta berani mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Siswa yang memiliki komunikasi matematika sedang juga cenderung aktif dalam pembelajaran dan diskusi, akan tetapi pada saat mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas masih malu-malu. Siswa yang memiliki komunikasi matematika rendah cenderung pasif dalam kegiatan diskusi serta mereka tergolong siswa yang suka membuat kegaduhan pada proses pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tinungki (2015) yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran kooperatif yang digunakan di kelas, siswa diharapkan untuk saling membantu, untuk saling mengemukakan gagasan, untuk mempertajam pengetahuan yang mereka miliki pada saat ini, dan untuk mengatasi kesenjangan dalam pemahaman di antara siswa. Dengan demikian


(4)

10

komunikasi matematika dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat menjadikan hasil belajar siswa baik pula.

Pada hipotesis ketiga memutuskan bahwa H0AB diterima, artinya tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika. Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan dalam gambar profil efek variabel model pembelajaran sebagai berikut.

30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80

Tinggi Sedang Rendah

R

e

ra

ta

H

a

si

l

B

e

la

ja

r

Komunikasi Matematika

Eksperimen

Kontrol

Gambar 1 Grafik Profil Efek Variabel Model Pembelajaran dan Komunikasi Matematika

Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa profil kelas yang dikenai perlakuan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga dan profil kelas yang dikenai model pembelajaran konvensional tidak berpotongan. Dari gambar 4.5 juga dapat disimpulkan bahwa rerata untuk kelas yang dikenai model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga lebih tinggi dibandingkan dengan rerata untuk kelas yang dikenai model pembelajaran konvensional, baik pada tingkat komunikasi matematika tinggi, sedang, ataupun rendah. Budiyono (2009: 222) menyatakan bahwa ada atau tidaknya interaksi dapat diduga dari grafik profil variabel-variabel bebasnya. Jika profil variabel bebas pertama dan profil variabel bebas kedua tidak berpotongan, maka kecenderungannya tidak ada interaksi di antara mereka, dan sebaliknya.


(5)

11

Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan hipotesis ketiga ini mungkin dapat disebabkan karena faktor dari dalam diri siswa, diantaranya siswa belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga, siswa tidak jujur dalam mengisi angket dan dalam mengerjakan tes hasil belajar matematika.

4.PENUTUP

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan taraf signifikasi 5% maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran numbered heads together berbasis alat peraga terhadap hasil belajar matematika dengan FA = 146,058. (2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika dengan FB = 47,339. (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan komunikasi matematika terhadap hasil belajar matematika dengan FAB = 1,557.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. T., Kartono, dan Sutarto H. 2014. “Kefektifan Strategi Pembelajaran React Pada Kemampuan Siswa Kelas VII Aspek Komunikasi Matematis.” Jurnal Kreano 5 (1): 91-98.

Astuti, Anggraini dan Leonard. 2015. “Peran Komunikasi Matematika Terhadap

Prestasi Belajar Matematika Siswa.” Jurnal Formatif 2 (2): 102-110.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.

Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS PRESS. Djumali dkk. 2013. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media.

Joseph, Ohwojero C. 2015. “Teaching Aids a Special Pedagogy Tool of Brain

Development in School Children, Interest and Academic Achievement to

Enhance Future Technology.” Journal of Education and Practice 6 (29):

92-101.

Lince, Ranak. 2016. “Creative Thinking Ability to Increase Student Mathematical of

Junior High School by Applying Models Numbered Heads Together.” Journal of Education and Practice 7 (6): 206-212.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Qurniawati, Annik, Sugiharto, dan Agung N. C. Saputro. (2013). “Efektivitas Metode Pembelajran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)


(6)

12

dengan Media Kartu Pintar dan Kartu Soal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hidrokarbon Kelas X Semester Genap SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.” Jurnal Pendidikan Kimia 2 (3): 166-174.

Setiawan, Irvan. 2014. “Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pecahan

Siswa Kelas III SD Negeri Bendungan III dengan Alat Peraga.” Jurnal

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5 (3): 214-226.

Subadi. 2013. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Alat Peraga Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Metode STAD pada

Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Bagi Siswa.” Jurnal Pendidikan

Ekonomi IKIP Veteran Semarang 1 (1): 11-18.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supratman. 2016. “Comparative Study of The Students’ Math Learning Outcomes Taught Using Type of Cooperative Learning Method Numbered Heads Together (NHT) and Games Team Tournament (TGT) to Students Class VII

SMPN 1 Baula.” Journal of Mathematics Education 1 (2): 46-54.

Tinungki, Georgina M. 2015. “The Role of Cooperative Learning Type Team

Assisted Individualization to Improve the Students’ Mathematics Communication Ability in the Subject of Probability Theory.” Journal of Education and Practice 6 (32): 27-31.

Ying, Chyi C. dkk. 2015. “The Effectiveness of Teaching Aids for Elementary

Students’ Renewable Energy Learning and an Analysis of Their Energy

Attitude Formation.” International Journal of Environmental & Science


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PETA KONSEP PADA MATERI LINGKARAN DITINJAU DARI Implementasi Pembelajaran Matematika Berbasis Peta Konsep Pada Materi Lingkaran Ditinjau Dari Komunikasi Matematika Kelas VIII SMP Negeri 2 Banyudono.

0 2 16

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PETA KONSEP PADA MATERI LINGKARAN DITINJAU DARI Implementasi Pembelajaran Matematika Berbasis Peta Konsep Pada Materi Lingkaran Ditinjau Dari Komunikasi Matematika Kelas VIII SMP Negeri 2 Banyudono.

0 2 16

PENDAHULUAN Implementasi Pembelajaran Matematika Berbasis Peta Konsep Pada Materi Lingkaran Ditinjau Dari Komunikasi Matematika Kelas VIII SMP Negeri 2 Banyudono.

0 3 6

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN Implementasi Model Pembelajaran Numbered Heads Together Berbasis Alat Peraga Pada Materi Lingkaran Ditinjau Dari Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

0 4 16

PENDAHULUAN Implementasi Model Pembelajaran Numbered Heads Together Berbasis Alat Peraga Pada Materi Lingkaran Ditinjau Dari Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

0 2 7

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL Implementasi Pembelajaran Matematika Melalui Model Problem Based Learning Berbasis Numbered Heads Together Ditinjau Dari Penalaran Matematis Siswa (Penelitian Eksperimen pada Kelas VII Semester Genap MTs

0 5 18

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS MULTIMEDIA DITINJAU DARI Implementasi Pembelajaran Matematika Melalui Model Discovery Learning Berbasis Multimedia Ditinjau Dari Kreativitas Matematika Siswa Kelas VIII SMP Ne

0 2 12

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS MULTIMEDIA DITINJAU DARI Implementasi Pembelajaran Matematika Melalui Model Discovery Learning Berbasis Multimedia Ditinjau Dari Kreativitas Matematika Siswa Kelas VIII SMP Ne

0 3 20

PENDAHULUAN Implementasi Strategi Pembelajaran Nht (Numbered Head Together) Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Pokok Bahasan Lingkaran Ditinjau Dari Keaktifan Siswa (Eksperimen Model Pembelajaran Matematika Di Kelas Viii Smp Muhammadiyah 7 Colomadu).

0 0 8