Analisis Kesetaraan Jender dalam Tingkat Upah pada Pekerja di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010

ANALISIS KESETARAAN JENDER DALAM TINGKAT UPAH PADA PEKERJA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2010 TUGAS AKHIR FLORA SIPAYUNG 092407069
PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara

PERSETUJUAN

Judul
Kategori Nama NomorIndukMahasiswa Program Studi Departemen Fakultas

: ANALISIS KESETARAAN JENDER DALAM TINGKAT UPAH PADA PEKERJA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2010 : TUGAS AKHIR : FLORA SIPAYUNG : 092407069 : DIPLOMA III STATISTIKA : MATEMATIKA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2012

Diketahui DepartemenMatematika FMIPA USU Ketua,

Pembimbing,

Prof. Dr. Tulus, M.Si NIP. 19620901 198803 1 002

Dra. Elly Rosmaini, M.Si NIP.196005201985032002


Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN ANALISIS KESETARAAN JENDER DALAM TINGKAT UPAH PADA
KARYAWAN DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2012
TUGAS AKHIR Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Juni 2012 FLORA SIPAYUNG 092407069
Universitas Sumatera Utara

PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tiada hentinya memberikan nikmat amal, insani dan ilmu, serta semangat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis tidak terlepas dari perhatian, bimbingan, fasilitas dan dorongan serta bantuan berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati serta rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Elly Rosmaini, M.Si, sebagai Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
2. Bapak Drs. Faigiziduhu Bu’ulolo, M.Si dan Bapak Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi D3 Statistika FMIPA USU yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis untuk menyelesaiakan penulisan Tugas Akhir ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
3. Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Dra. Mardiningsih, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU yang telah mendukung proses penyelesaian Tugas Akhir ini kepada penulis sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
4. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc sebagai Dekan FMIPA USU yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengambil data pada salah satu instansi sehubungan dengan rencana judul Tugas Akhir ini.
5. Bapak/Ibu dosen Departemen Matematika dan D3 Statistika FMIPA USU yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
6. Orang Tua tersayang yang telah memberi dorongan dan motivasi kepada penulis. serta khusus kepada Amudi Pandapotan Saragih yang sedang kuliah tingkat III di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta, terima kasih atas doa, perhatian, motivasi dan semangatnya.
7. Teman-teman statistika B.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar dapat dimanfaatkan bagi kemajukan ilmu pengetahuan demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi pembaca dan banyak pihak.

Medan, Juni 2012
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB 1 BAB 2

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah 1.2 IdentifikasiMasalah 1.3 BatasanMasalah 1.4 TujuandanManfaatPenelitian
1.4.1 Tujuan 1.4.2 Manfaat 1.5 MetodologiPenelitian 1.5.1 Sumber Data 1.5.2 AnalisadanEvaluasi Data 1.6 TinjauanPustaka 1.7 SistematikaPenulisan
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Jender
2.1.1 KonsepJender 2.1.2 KesetaraandanKeadilanJender 2.1.3 Perbedaan Tingkat Upah 2.2 KajianTeori 2.3 Analisa Regresi 2.3.1 Regresi Linier Sederhana 2.3.2 Regresi linier berganda 2.3.3 Pengujian Regresi Linear Ganda 2.3.4 Koefisien Determinasi

Halaman
ii
iii

iv
vi
viii
ix
1 3 4 4 4 5 5 6 6 7 8
10
10 11 13 15 17 18 19 21 23

Universitas Sumatera Utara

BAB 3

2.3.5 Analisa Korelasi (Corelation) 2.3.6 KesalahanStandarEstimasi 2.3.7 Hipotesis
TINJAUAN UMUM TEMPAT RISET
3.1 SejarahSingkatPropinsi Sumatera Utara 3.2 LokasidanKeadaanGeografis Sumatera Utara 3.3 klim 3.4 Pemerintahan

BAB 4

ANALISA DAN EVALUASI


4.1 Analisis output padakaryawanlaki-laki 4.1.1 Ujiregresi linier ganda 4.1.2 Koefisienkorelasi linier ganda 4.1.3 Koefisienkorelasi
4.2 Analisis output padakaryawanperempuan 4.2.1 Ujiregresi linier ganda 4.2.2 Koefisienkorelasi linier ganda 4.2.3 Koefisienkorelasi

BAB 5

IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 PengertianImplementasiSistem 5.2 Pengenalan SPSS 5.3 Langkah – langkah Pengolahan Data dengan SPSS 5.3.1 Pengolahan data untuk jenis kelamin Laki-laki 5.3.2 Pengolahan data untuk jenis kelamin Perempuan

BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan 6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

24 25 26
28 33 34 35
36 36 37 38 42 42 43 44

49 50 51 51 65
80 81

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Deskripsi Statistika pekerja laki-laki

Tabel 5.2 Model Summary (b) pekerja laki-laki

Tabel 5.3 ANOVA (b) pekerja laki-laki

Tabel 5.4 Coefficients (a) pekerja laki-laki

Tabel 5.5 Tabel 5.6

Korelasi antara jumlah upah laki-laki dengan jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan sektor pertanian dan usia produktif Deskripsi Statistika pekerja perempuan

Tabel 5.7 Model Summary (b) pekerja perempuan


Tabel 5.8 ANAVA (b) pekerja perempuan

Tabel 5.9 Coefficients (a) pekerja perempuan

Tabel 5.10

Korelasi antara jumlah upah perempuan dengan jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan sektor pertanian dan usia produktif

Halaman 60 61 61 61 63
75 76 76 76 76

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Tampilan Pengaktifan SPSS 16.0 Gambar 5.2 Tampilan Jendela Data View dalam SPSS 16.0 Gambar 5.3 Tampilan Jendela Pengisian Variabel View Gambar 5.4 Tampilan Jendela Pengisian Data View Gambar 5.5 Kotak Dialog Linier Regression Gambar 5.6 Kotak dialog Linier Regression Plots Gambar 5.7 Kotak dialog Linier Regression Plots Gambar 5.8 Kotak dialog Linier Regression Option Gambar 5.9 Kotak dialog Bivariate Correlations Gambar 5.10 Tampilan Pengaktifan SPSS 16.0 Gambar 5.11 Tampilan Jendela Data View dalam SPSS Gambar 5.12 Tampilan Jendela Pengisian Variabel View Gambar 5.13 Tampilan Jendela Pengisian Data View Gambar 5.14 Kotak Dialog Linier Regression Gambar 5.15 Kotak dialog Linier Regression Plots Gambar 5.16 Kotak dialog Linier Regression Plots Gambar 5.17 Kotak dialog Linier Regression Option Gambar 5.18 Kotak dialog Bivariate Correlations

Halaman 52 53 57 58 59 59 60 61 63 66 67 71 72 73 73 74 75 77

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan modal pembangunan. Tersedianya tenaga kerja yang cukup merupakan nilai tambah bagi kegiatan pembangunan di suatu negara. Indonesia merupakan Negara yang berstruktur umur “penduduk muda”, yang berarti tersedia penduduk usia muda lebih banyak daripada “usia tua”. Keadaan ini menjadikan tenaga kerja sebagai salah satu faktor pendukung pembangunan.
Oleh karena itu dalam pembangunan Bangsa dan Negara ini, kita sebagai masyarakat Indonesia dituntut untuk menempah keterampilan, kemandirian dan ketaatan serta taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sejak dini sehingga diperoleh sumberdaya manusia yang berkualitas yang sangat diutamakan sebagai tenaga pembangunan. Dalam perencanaan pembangunan tenaga kerja memegang peranan yang sangat penting. Tanpa tenaga kerja tidak akan mungkin proses pembangunan dapat dilaksanakan. Perencanaan pembangunan dibuat berdasarkan tenaga kerja yang tersedia dan berkualitas. Sehingga faktor kekuatan dari manusia mungkin merupakan unsure yang sangat penting dalam pembangunan.
Universitas Sumatera Utara

Tenaga kerja yang tersedia terdiri dari laki-laki dan perempuan, dalam kenyataanya perbedaan jenis kelamin tersebut sering berdampak pada pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan. Peran perempuan sering diidentikkan dengan pekerjaan dalam rumah tangga (sektor domestik), sedangkan laki-laki diidentikkan dengan bekerja di luar rumah (sektor publik). Jumlah penduduk perempuan yang lebih besar daripada penduduk laki-laki seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja untuk mempercepat proses pembangunan yang terjadi di Indonesia. Namun, dengan adannya pembedaan peran tersebut berakibat pada terhambatnya peran serta perempuan dalam kegiatan ekonomi.
Modernisasi yang terus berlangsung telah menyebabkan terjadinya perubahan status perempuan dalam rumah tangga dan masyarakat. Jika sebelumnya perempuan hanya berada dalam sektor domestik, saat ini perempuan mulai memasuki sektor publik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 116,5 juta orang (67,72 persen). Tidak menutup kemungkinan untuk tetap meningkatkan pembangunan di Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.
Seperti halnya di Propinsi Sumatera Utara, Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sumatera Utara pada Februari 2010 sebesar 69,38 persen atau mengalami penurunan sebesar 0,60 persen dibandingkan TPAK Februari 2009 sebesar 69.98 persen. TPAK penduduk perempuan pada Februari 2010 sebesar 56,59 persen atau sedikit menurun dibandingkan Februari 2009 sebesar 57,26 persen sedangkan TPAK penduduk laki-laki pada Februari 2010 sebesar 82,53 persen atau mengalami penurunan menjadi 0,53 persen dibandingkan Februari 2009 sebesar 83,06 persen (BPS Sumut, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai kesetaraan jender dalam tingkat upah pada pekerja. Oleh karena itu penulis mengambil judul : “Analisis kesetaraan jender dalam tingkat upah pada pekerja di propinsi Sumatera Utara tahun 2010”.
1.1 Identifikasi Masalah
Hal yang menjadi unsur penting dan sangat dibutuhkan dalam menjalankan rencana pembangunan adalah sumber daya manusia. Dari hal di atas maka diperlukan tenaga-tenaga yang terampil dan terdidik yang berkualitas untuk mewujudkan rencana pembangunan tersebut.
Dari latar belakang di atas dapat dilihat bahwa kesenjangan yang terjadi antara pekerja laki-laki dan perempuan terjadi bukan semata-mata karena kurangnya peran serta perempuan di dalam kegiatan ekonomi, namun karena berbagai faktor yang menyebabkan kurangnya kesempatan bagi pekerja perempuan untuk mendapatkan kesetaraan dengan pekerja laki-laki dalam hal penerimaan upah/gaji.
Perbedaan human capital inilah yang mendorong terjadinya kesenjangan antara lakilaki dan perempuan yang kemudian berpengaruh terhadap tingkat upah dan juga kesejahteraan pekerja perempuan.
1.2 Batasan Masalah
Universitas Sumatera Utara


Agar sasaran yang ingin dicapai penulis tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka penulis melakukan pembatasan terhadap permasalahan yang diuraikan di atas. Batasan permasalahan di atas yaitu membahas tentang perbandingan upah yang diterima oleh pekerja laki-laki dan perempuan di propinsi sumatera utara tahun 2010. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan
Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat upah pada
pekerja di propinsi sumatera utara. 2. Untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi tingkat upah
pada pekerja di propinsi sumatera utara.
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi tentang tingkat upah yang diterima pekerja di propinsi
sumatera utara serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Memberikan gambaran sebagai pendekatan yang akan terjadi di masa yang akan
datang mengenai kesetaraan jender dalam tingkat upah. 3. Khusus bagi penulis, penulisan ini mempunyai tujuan yaitu sebagai wadah penerapan
ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis selama perkuliahan.
Universitas Sumatera Utara

4. Sebagai acuan bagi perusahaan atau instansi tempat bekerja agar memberikan kompensasi yang tidak membedakan jender, agar terjadi keadilan dalam hal kesejahteraan para pekerja.
1.4 Metodologi Penelitian
Metode pengumpulan data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya yaitu : 1. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulakn oleh orang yang berkepentingan atau
yang memakai data tersebut. Data yang diperoleh seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan peneliti. Dalam metode pengumpulan data primer, peneliti/observer melakukan sendiri observasi dilapangan maupun dilaboratorium. Pelaksanaannya dapat berupa survey atau percobaan (eksperimen). 2. Data sekunder yaitu data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data tersebut. Data sekunder pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pelengkap atau diproses lebih lanjut. Data sekunder didapat dari hasil penelitian dari beberapa sumber seperti BPS, Mass media, Lembaga pemerintah atau swasta dan sebagainya.
Adapun data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data BPS yaitu data hasil survei angkatan kerja nasional tahun 2010.
1.4.1 Sumber Data
Universitas Sumatera Utara


Sumber data tugas akhir ini, menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara di jalan Asrama No. 179 Medan yaitu data ketenagakerjaan yang dihasilkan dari Suvei.

1.4.2 Analisa dan Evaluasi Data

Data yang digunakan, dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linier berganda. Analisis ini bertujuan untuk melihat pengaruh dan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dalam hal ini yang bertindak sebagai variabel dependen adalah variabel upah pekerja, Sedangkan yang bertindak sebagai variabel independen adalah jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan sektor pertanian dan usia produktif. Pengolahan data penelitian ini menggunakan program computer Microsoft Word 2007 dan SPSS versi 16.

1.5 Tinjauan Pustaka

Teori penunjang yang digunakan untuk mewujudkan tulisan ini dikutip dari buku Metode Statistika Edisi keenam (Sudjana) yang diterbitkan oleh Tarsito Bandung yang mana di dalam buku tersebut disebutkan bahwa persamaan analisis korelasi dan analisis regresi sebagai berikut:

Rumus

korelasi

sederhana

:

���������


=

��� ∑ ������− (∑ ���)(∑ ���) �{��� ∑ ���2−(∑ ���)2}{��� ∑ ���2−(∑ ���)2}

Universitas Sumatera Utara

Rumus

korelasi

ganda

:

������1���2���

=

�������1���2+������2���2− 2������1���������2���������1���2

1− ������1���22

Persamaan penduga regresi linier berganda adalah :

���� = ��� � ���1���1��� � ���2���2��� � … � ������������

Persamaan penduga regresi linier berganda dengan empat variabel bebas adalah :

���� = ��� � ���1���1 � ���2���2 � ���3���3 � ���4���4

1.6 Sistematika Penulisan
BAB 1 : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, tujuan, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini berisi tentang tinjauan teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini.

BAB 3 : TINJAUAN UMUM TEMPAT RISET
Pada bab ini penulis memaparkan sejarah dan struktur organisasi tempat riset, yaitu Propinsi Sumatera Utara.

BAB 4 : ANALISIS DATA

Universitas Sumatera Utara

Bab ini berisi tentang cara menggunakan penganalisaan dan pengolahan data yang diperoleh dari rumus yang telah ditentukan oleh penulis. BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini berisi tentang penggunaan program yang dipakai untuk mengolah data, yaitu program SPSS 16. BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sebagai akhir dari penulisan tugas akhir.
Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Jender 2.1.1 Konsep Jender
Gender – selanjutnya disebutkan jender berasal dari bahasa latin yaitu “genus”, berarti tipe atau jenis. Jender pertama kali diperkenalakan oleh Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis.
Universitas Sumatera Utara

Ann Oakley ( 1972) memperkenalkan jender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia. Sehingga jender bisa didefinisikan sebagai perbedaan tingkah laku (behavioural differences) antar jenis kelamin yang merupakan hasil bentukan masyarakat (socially constructed). Sifatnya bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan melainkan diciptakan oleh masyarakat melalui sebuah budaya yang panjang. Oleh karenanya jender berubah dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain, bahkan antar kelas yang satu dengan yang lainnya.
Ada tiga ruang lingkup substansi karakteristik jender dalam pemaknaan yang mudah dipahami. Pertama, jender sebagai pembedaan peran, hak dan kewajiban, kuasa dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat. Pembedaan ini bukan kodrat melainkan konstruksi manusia belaka. Kedua, jender tak sama dan dapat berubah-ubah setiap daerah atau komunitas masyarakat, tergantung dari dinamika budaya dan perkembangan masyarakat dalam komunitas tersebut. Ketiga,jender adalah sebuah pisau analisis untuk membedah kasus agar dapat dimengerti lebih mendalam hubungan sebab akibat yang menghasikan sebuah realita yang berkaitan dengan perempuan dan laki-laki.
2.1.2 Kesetaraan dan Keadilan Jender
Masalah kesetaraan dan keadilan jender tidak dapat dipisahkan dari proses perjuangan hakhak asasi manusia, yaitu Declaration of Human Rights, yang salah satunya mengenai hak-hak perempuan. Hal ini mendorong kaum perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya untuk berjuang memperbaiki status, peranan dan kedudukannya dalam keluarga dan masyarakat.
Yang dimaksudkan dengan kesetaraan dan keadilan jender yakni :
Universitas Sumatera Utara

1. Kesetaraan jender adalah perempuan dan laki-laki yang memiliki status yang sama serta memiliki kondisi yang sama dalam pemenuhan hak-haknya sebagai manusia dan mewujudkan kemampuan untuk berperan aktif dalam pembangunan.
2. Keadilan jender merupakan proses yang adil terhadap perempuan dan laki-laki. Agar supaya proses untuk menghentikan hal-hal yang secara sosial dan menurut sejarah menghambat perempuan dan laki-laki untuk bisa berperan dan menikmati hasil dan peran yang dimainkan. Keadilan jender menghantarkan pada kesetaraan jender.
Masalah kesetaraan dan keadilan jender bukan saja menjadi perhatian dari kaum perempuan tetapi juga menarik perhatian Edward Wilson yang membagi perjuangan kaum perempuan secara sosiologis menjadi dua kelompok besar yakni :
a. Konsep Nurture
Perbedaan laki-laki dan perempuan pada hakekatnya adalah hasil konstruksi social budaya sehingga menghasilkan tugas dan peran yang berbeda. Perbedaan itu menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran kontribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konstruksi social menempatkan laki-laki pada kelas borjuis dan perempuan pada kelas proletar.
b. Konsep Nature
Perbedaan laki-laki dan perempuan adalah kodrat, sehingga harus diterima. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi bahwa diantara kedua jenis tersebut diberikan tugas dan
Universitas Sumatera Utara

peran yang berbeda. Ada peran dan tugas yang dapat dipertukarkan tetapi ada yang tidak bisa karena memang berbeda dari kodrat alamiahnya.
2.1.3 Perbedaan Tingkat Upah
Sistem pengupahan di suatu negara biasanya didasarkan pada falsafah dan teori yang dianut oleh negara itu. Sistem pengupahan pada prinsipnya haruslah (Simanjuntak, 1989)
1. Mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, jadi mempunyai fungsi social.
2. Mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang. 3. Memuat pemberian insentif yang mendorong peningkatan produktivitas kerja dan
pendapatan.
Adanya proses marginalisasi peran terhadap kaum perempuan turut menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat upah pada laki-laki dan perempuan. Menurut Scott (Azus, 1995) ada empat dimensi marginalisasi:
1. Penyingkiran perempuan dari pekerjaan produktif yakni semua bentuk partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, yang menghasilkan upah dan nilai tambah.
2. Pemusatan perempuan pada pinggiran pasar kerja. Pinggiran dalam hal ini sering diartikan sebagai sektor informal. Namun ada juga yang menyamakan dengan sektor sekunder yakni sektor yang dicirikan dengan ketidakstabilan kerja, upah rendah dan kondisi kerja kurang baik.
Universitas Sumatera Utara

3. Marginalisasi sebagai pelebaran ketimpangan ekonomi antara laki-laki dan perempuan yang indikasinya adalah perbedaan upah serta ketidaksamaan akses pada berbagai keuntungan dan fasilitas kerja.
Kenyataan yang dihadapi dunia kerja saat ini bahwa meskipun semakin banyak perempuan yang masuk ke sector publik, tetapi status dan nasib perempuan relatif tidak mengalami perubahan. Barbara Bergmann menyatakan, menurut kaum tradisi kaum wanita/golongan minoritas telah terkucil dari jabatan tertentu. Sebagai akibatnya kaum wanita/golongan minoritas mengumpul pada suatu jabatan tertentu yang terbatas jumlahnya, sehingga menurunkan nilai upah pada jabatan itu di bawah garis yang semestinya tidak terjadi jika tidak ada diskriminasi jabatan.
Sedangkan menurut Departemen Tenaga Kerja RI, perbedaan upah/pendapatan pekerja disebabkan oleh 2 hal yakni :
a. Perbedaan modal pekerja (differing human capital), yaitu perbedaan pada diri pekerja dalam hal umur, pendidikan, kemampuan, latar belakang keluarga dan kualitas pendidikan.
b. Perbedaan kecenderungan pekerjaan (differing human preference ), yaitu kecenderungan seseorang pada pekerjaan yang dipilihnya. Misalnya seseorang lebih senang jadi pegawai negeri karena ada jaminan hari tuanya.
2.2 Kajian Teori
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pada teori-toeri di atas dan penelitian-penelitian terdahulu, perbedaan jender turut mempengaruhi terjadinya perbedaan upah antar pekerja. Selain itu terdapat juga faktorfaktor lain yang mempengaruhi variasi upah pekerja. Karena keterbatasan data maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mencari faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat upah adalah variabel jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan sektor pertanian dan Usia produktif.
a. Jumlah Jam Kerja
Di dalam kondisi persaingan antar pekerja, pekerja akan memperoleh upah sebesar marginal produk yang dihasilkannya. Semakin panjang waktu bekerja individu, maka semakin banyak marginal produk yang dihasilkannya, sehingga upah yang dibayarkan akan semakin tinggi (Anker dan Hein, 1986). b. Lapangan Pekerjaan sektor pertanian
Keterampilan yang berbeda-beda antara individu menyebabkan beragamnya jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan keterampilan yang tinggi menyebabkan upah yang dibayarkan kepada individu berbeda dengan individu lain yang melakukan pekerjaan lain yang membutuhkan keterampilan lebih rendah (Bogue, 1969).
Sebagai negara perkembangan, pertanian tetap sebagai lapangan kerja utama dalam menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk Sumatera Utara yang
Universitas Sumatera Utara

bekerja pada sektor pertanian menjadi 50,90 persen. Hal ini dikarenakan, sektor ekspor utama dari Sumatera Utara berupa Crude Palm Oil (CPO), hasil dari perkebunan sawit. sektor lain yang mengalami peningkatan persentase juga adalah sektor transportasi (0,13 poin), keuangan (0,03 poin), jasa kemasyarakatan (2,76 poin) dan sektor lainnya yang terdiri dari sektor pertambangan, listrik dan air (0,42 poin)(Sumatera utara dalam angka, BPS)
c. Usia produktif Ananta dalam Sobeno (2003) mengatakan bahwa antara penghasilan dan umur
mempunyai hubungan yang parabolik, yang titik maksimum berada pada umur 40 tahun. Artinya bila pola hidup seseorang individu selama siklus hidupnya mengikuti yang dialami oleh masyarakat lain yang berbeda umurnya dengan individu tersebut, maka individu tersebut akan memperoleh penghasilan maksimum ketika umurnya mencapai 40 tahun. Dimana usia produktif adalah berada pada batasan umur 15-50 tahun (Sumatera utara dalam angka, BPS )
2.3 Analisa Regresi
Dalam ilmu statistika, teknik yang umum digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua atau lebih variabel adalah analisis regresi. Regresi pertama-tama dipergunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia telah melakukan studi tentang kecenderungan tinggi badan anak. hasi studi tersebut merupakan suatu kesimpulan
Universitas Sumatera Utara

bahwa kecenderungan tinggi badan anak yang lahir terhadap orang tuanya adalah menurun (regress) mengarah pada tinggi badan rata-rata penduduk. Istilah regresi pada mulanya bertujuan untuk membuat perkiraan nilai satu variabel (tinggi badan anak) terhadap satu variabel yang lain (tinggi badan orang tua). Pada perkembangan selanjutnya, analisis regresi dapat digunakan sebagai alat untuk membuat perkiraan nilai suatu variabel dengan menggunakan beberapa variabel lain yang berhubungan dengan variabel tersebut. (Algifari, 2000. Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi, Edisi Kedua, Yogyakarta : BPFE halaman 1 dan 2)
Pada dasarnya dalam suatu persamaan regresi terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) yang dinyatakan dengan X dan variabel terikat (dependent variable) yang biasa dinyatakan dengan Y. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang nilainya bergantung dari nilai variabel lain (variabel bebas) dan variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh. Bila variabel bebas diketahui maka variabel terikatnya dapat diprediksi besarnya. Prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam membangun suatu persamaan regresi adalah bahwa antara variabel terikat dengan variabel bebas mempunyai sifat hubungan sebab-akibat (hubungan kausalitas).
2.3.1 Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linear sederhana terdiri dari satu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Atau dengan kata lain variabel yang di analisis terdiri dari satu variabel prediktor dan satu variabel kriterium. Model regresi linear sederhana adalah:
Universitas Sumatera Utara

��� � ��� � ������ � ���

dimana :

Y = Variabel terikat (dependent variable)

X = Variabel bebas (independent variable)

a = Konstanta (intercept)

b = Kemiringan (slope)

e = Pengamatan variabel gangguan atau error

Koefisien-koefisien regresi a dan b dapat dihitung dengan rumus :

a=

� ∑ ������ � � ∑ ������2 � – � ∑ ��������∑ ������������ � ��� ∑ ������2− �∑ �������2

b=

����∑ ������������ �− �∑ ��������∑ ������ � ��� ∑ ������2− �∑ �������2

Jika koefisien b terlebih dahulu dihitung, maka koefisien a dapat dihitung dengan rumus :

a = ���� - b����

dengan ���� dan ���� masing-masing rata-rata untuk variabel-variabel X dan Y.

2.3.2 Regresi linier berganda
Regresi linear ganda (Multiple Regression) berguna untuk mencari pengaruh atau untuk meramalkan dua variabel prediktor atau lebih terhadap variabel kriteriumnya. Suatu persamaan regresi linier yang memiliki lebih dari satu variabel bebas X dan satu variabel
Universitas Sumatera Utara

terikat Y akan membentuk suatu persamaan regresi yang baru, disebut persamaan regresi linier berganda (multiple regression). Model persamaan regresi linier berganda hampir sama dengan model regresi linier sederhana, letak perbedaannya hanya pada jumlah variabel bebasnya.

Secara umum, model regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

��� � ���0 � ���1���1 � ���2���2 � ���3���3 � ⋯ � ������������ � ��� atau

dimana :

��� � ���0 � ���1���1 � ���2���2 � ���3���3 � ⋯ � ������������

Y = Variabel terikat (dependent variable)

Xn = Variabel bebas (independent variable) ���0 atau ���0 = Konstanta regresi

βn atau bn = Koefisien regresi variabel bebas Xn

ε = Pengamatan variabel gangguan atau error

Model untuk taksiran dari persamaan regresi linier berganda atas X1, X2, X3, ..., Xn sebagai variabel bebasnya adalah sebagai berikut :
���� � ���0 � ���1���1 � ���2���2 � ���3���3 � … � ������������

dimana :

atau ���� � ���0 � ���1���1 � ���2���2 � ���3���3 � ⋯ � ������������

Universitas Sumatera Utara

Y� = Nilai taksiran bagi variabel Y ���0 = Taksiran bagi parameter konstanta ���0 ���1, ���2, ���3, ������ = Taksiran bagi parameter koefisien regresi ���1, ���2, ���3, … , ������ Koefisien-koefisien b0, b1, hingga b3 dapat dihitung dengan menggunakan rumus : � ������ � ������0 � ���1 � ���1��� � ���2 � ���2��� � ⋯ � ������ � ��������� � ���1��������� � ���0 � ���1��� � ���1 � ���12��� � ���2 � ���1��� ���2��� � ⋯ � ������ � ���1������������ � ���2��������� � ���0 � ���2��� � ���1 � ���1������2��� � ���2 � ���22��� � ⋯ � ������ � ���2������������
……………… � ��������������� � ���0 � ��������� � ���1 � ���1������������ � ���2 � ���2��� ��������� � ⋯ � ������ � ������2��� dengan b1, b2, ..., bk adalah koefisien yang ditentukan berdasarkan data hasil pengamatan.
2.3.3 Pengujian Regresi Linear Ganda
Uji regresi linear ganda perlu dilakukan karena untuk mengetahui apakah sekelompok variabel bebas secara bersamaan mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebas.
Pada dasarnya pengujian hipotesa tentang parameter koefisien regresi secara keseluruhan atau pengujian persamaan regresi dengan menggunakan statistik F yang dirumuskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara

F

=

���������������/��� ���������������/����−���−1�

dengan :

F = Statistik F yang menyebar mengikuti F dengan derajat bebas V1 = k dan V2 = n-k-1

JKreg = Jumlah Kuadrat Regresi = ���1 ∑ ���1��������� � ���2 ∑ ���2��������� � ⋯ � ������ ∑ ������������������ (x1i = X1i - ����1, x2i = X2i - ����2, ..., xki = Xki - �������, yi = Yi -����), dengan derajat kebebasan
(dk) = k

JKres = Jumlah Kuadrat Residu (sisa) = ∑������� � ��������2, dengan derajat kebebasan (dk) = (n-k-1)

Dalam pengujian persamaan regresi terutama menguji hipotesis tentang parameter koefisien regresi secara keseluruhan melibatkan intercept serta k buah variabel penjelasan sebagai berikut :
��� � ���0 � ���1���1 � ���2���2 � ���3���3 � ⋯ � ������������ � ��� dengan persamaan penduganya adalah :
���� � ���0 � ���1���1 � ���2���2 � ���3���3 � ⋯ � ������������ dimana : ���0, ���1, ���2, ���3, ������ merupakan penduga bagi parameter koefisien regresi ���0, ���1, ���2, ���3, … , ������ Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pengujian hipotesa ini adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

a. H0 : ���1=���2= . . . =������=0 H1 : Minimal satu parameter koefisien regresi yang tidak sama dengan 0 (nol)
b. Pilih taraf nyata ����) yang diinginkan c. Hitung statistik Fhit dengan menggunakan salah satu dari formula diatas d. Keputusan : H0 : Fhitung � Ftabel, maka Ho ditolak ; dk = n-k-1
H0 : Fhitung � Ftabel, maka Ho diterima ; dk = n-k-1

2.3.4 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan R2 untuk pengujian regresi linear berganda yang mencakup lebih dari dua variabel adalah untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel-variabel bebas (X) yang ada di dalam model persamaan regresi linear berganda secara bersama-sama. Maka R2 akan ditentukan dengan rumus, yaitu :

R2

=

��������������� ∑ ������2

Dimana :

JKreg = Jumlah kuadrat regresi
Harga R2 yang diperoleh sesuai dengan variansi yang dijelaskan masing-masing variabel yang tinggal dalam regresi. Hal ini mengakibatkan variansi yang dijelaskan penduga yang disebabkan oleh variabel yang berpengaruh saja (yang bersifat nyata).

Universitas Sumatera Utara

2.3.5 Analisa Korelasi (Correlation)

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel (bivariate correlation) atau lebih dari dua variabel (multivariate correlation) dalam suatu penelitian. Untuk menentukan seberapa besar hubungan antarvariabel tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan rumus koefisien korelasi.

Adapun rumus untuk menghitung korelasi antara X dan Y adalah:

ryx �

n ∑in=0 Xi Yi � �∑ni=0 Xi��∑ni=0 Yi� �{n ∑in=0 Yi2 � �∑ni=0 Yi�2}{n ∑in=0 Yi2 � �∑ni=0 Yi�2}

dimana : ryx : Koefisien korelasi antara variabel Y dan X Xi : Koefisien variabel bebas Xi Yi : Koefisien variabel terikat Yi

Besarnya nilai koefisien korelasi (r) selalu terletak antara -1 dan 1, sehingga nilai r tersebut dapat ditulis : 1 d r d 1. Jika r = +1, maka terdapat korelasi positip sempurna antara X dan Y artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya jika r = -1, maka terdapat korelasi negatip sempurna antara X dan Y artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y rendah. Sedangkan jika r = 0, berarti tidak ada korelasi antara X dan Y. (Sujana, 2001. Metode Statistik. Bandung : Tarsito. Hal. 369)

Universitas Sumatera Utara

Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. 0,00-0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah 2. 0,21-0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah 3. 0,41-0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat 4. 0,71-0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat 5. 0,91-0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali 6. 1 berarti korelasi sempurna

2.3.6 Kesalahan Standar Estimasi

Untuk mengetahui ketepatan persamaan estimasi dapat digunakan kesalahan standar estimasi (standard error of estimate). Besarnya kesalahan standar estimasi menunjukkan ketepatan persamaan estimasi untuk menjelaskan nilai variabel tidak bebas yang sesungguhnya. Semakin kecil nilai kesalahan standar estimasi, makin tinggi ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk menjelaskan nilai variable tidak bebas sesungguhnya. Sebaliknya, semakin besar nilai kesalahan standar estimasi, makin rendah ketepatan persamaan estimasi yang dihasilkan untuk menjelaskan nilai variable tidak bebas sesungguhnya. (Algifari, 2000. Analisa Regresi Teori, Kasus dan Solusi, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE. Hal. 17) Kesalahan standar estimasi (kekeliruan baku taksiran) dapat ditentukan dengan rumus :

š

������,1,2,...,k

=

� ¦(Yi Yi )2 n  k 1

Universitas Sumatera Utara

/
dimana Yi adalah nilai data sebenarnya dan Yi adalah nilai taksiran.
2.3.7 Hipotesis
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka digunakan statistik t (uji t). Adapun rumus untuk uji t adalah sebagai berikut : t = ����������(���−2)
�1−������2���
dimana : rxy = Hasil dari koefisien korelasi X dan Y n = Banyak data
Pengambilan keputusan menggunakan angka pembanding ttabel dengan dk untuk distribusi t diambil (n - 2). Kriteria pengujian ditentukan dengan bentuk Ho sebagai berikut : H0 : bi = 0 dimana i = 1, 2, ...k ( variabel bebas Xi tidak berpengaruh terhadap Y ) H1 : bi ≠ 0 dimana i = 1,2, ....k ( variabel bebas Xi berpengaruh terhadap Y )
Keputusan : H0 : thitung � ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima H0 : thitung � ttabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak
Universitas Sumatera Utara

atau jika tingkat signifikansi di bawah 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 : Tidak ada pengaruh antara jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan sektor pertanian
dan usia produktif terhadap upah yang diterima oleh pekerja. H1 : Ada pengaruh antara jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan sektor pertanian dan
usia produktif terhadap upah yang diterima oleh pekerja.
BAB 3 TINJAUAN UMUM TEMPAT RISET
3.5 Sejarah Singkat Propinsi Sumatera Utara
Awalnya, sewaktu Indonesia masih dijajah Belanda, Sumatera Utara dikenal dengan nama Gouverment Van Sumatera yang meliputi seluruh bagian pulau Sumatera dan dikepalai oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di Medan. Pada tanggal 15 April 1948 pemerintah
Universitas Sumatera Utara

atau jika tingkat signifikansi di bawah 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 : Tidak ada pengaruh antara jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan sektor pertanian
dan usia produktif terhadap upah yang diterima oleh pekerja. H1 : Ada pengaruh antara jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan sektor pertanian dan
usia produktif terhadap upah yang diterima oleh pekerja.
BAB 3 TINJAUAN UMUM TEMPAT RISET
3.5 Sejarah Singkat Propinsi Sumatera Utara
Awalnya, sewaktu Indonesia masih dijajah Belanda, Sumatera Utara dikenal dengan nama Gouverment Van Sumatera yang meliputi seluruh bagian pulau Sumatera dan dikepalai oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di Medan. Pada tanggal 15 April 1948 pemerintah
Universitas Sumatera Utara

menetapkan undang-undang No 10 Tahun 1948 tentang penetapan provinsi di sumatera. Tanggal 15 April kemudian menjadi hari jadi Provinsi Sumatera Utara.
Awal tahun 1949 diadakan reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Dengan keputusan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Mei 1949 Nomor 22/Pem/PDRI jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan, selanjutnya dengan ketetapan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Desember 1949 dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli atau Sumatera Timur yang kemudian dikenal dengan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan ini dicabut dan kembali dibentuk Provinsi Sumatera Utara.
Di Provinsi Sumatera Utara bayak terdapat suku bangsa. Ada Batak, Nias, dan Melayu. Namun, suku Batak merupakan etnis mayoritas. Semua dapat hidup dengan berdampingan. Kehidupan masyarakat di Kota Medan kebanyakan berdagang, baik dari suku Batak maupun suku lainnya. Susunan masyarakat Sumatera Utara adalah berdasarkan geneologis teritorial seperti Batak Toba, Mandailing dan Nias. Sedangkan suku Melayu berdasarkan teritorial. Bila ditinjau dari garis keturunan maka suku Batak dan Nias adalah patrilinial, sedang suku Melayu adalah parental (keturunan kedua belah pihak bapak dan ibu).
Pada tanggal 7 Desember 1956 diundangkanlah Undang-Undang No. 24 Tahun 1956 yaitu Undang-Undang tentang pembentukan daerah otonomi Propinsi Aceh dan perubahan peraturan pembentukan Propinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan Undang-Undang darurat No. 7 tahun 1956, Undang-Undang darurat No.8 tahun 1956, Undang-Undang darurat No. 9 tahun 1956, peraturan pemerintah pengganti
Universitas Sumatera Utara

undang-undang No. 4 tahun 1964, Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 17 Kabupaten/kota.tetapi dengan terbitnya undang-undang No.1 2 tahun1998, tentang pembentukan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), undang-undang No.4 Tahun 2001 tentang pembentukan Kota Padangsidimpuan, Undangundang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Humbang Hasundutan, dan Pakpak Bharat, serta Undang-undang No. 36 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Serdang Bedagai, dan pada tahun 2007 dibentuk Kabupaten Batubara melalui Undang-undang No. 5 Tahun 2007, kemudian pada tanggal 10 Agustus 2007 disahkan Undang-undang No. 37 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara, Undang-undang No. 38 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas. Pada tahun 2008 kembali diterbitkan Undang-undang No. 22 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Undang-undang No. 23 tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara, Undang-undang No. 45 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara, Undang-undang No. 46 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Barat dan Undang-undang No. 47 Tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunung Sitoli, dengan demikian wilayah Propinsi Sumatera Utara pada juli 2009 sudah menjadi 25 Kabupaten dan 8 Kota.
Adapun kabupaten/kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
a) Wilayah Kabupaten :
1. Nias 2. Mandailing Natal (Madina) 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah
Universitas Sumatera Utara

5. Tapanuli Utara 6. Toba Samosir 7. Labuhan Batu 8. Asahan 9. Simalungun 10. Dairi 11. Karo 12. Deli Serdang 13. Langkat 14. Nias Selatan 15. Humbang Hasundutan 16. Pakpak Bharat 17. Serdang Bedagai 18. Samosir 19. Batu bara 20. Padang lawas utara 21. Padang lawas 22. Labuhan batu selatan 23. Labuhan batu utara 24. Nias utara 25. Nias barat
b) Wilayah Kota :
1. Sibolga 2. Tanjung Balai

Universitas Sumatera Utara

3. Pematang Siantar 4. Tebing Tinggi 5. Medan 6. Binjai 7. Padang Sidempuan 8. Gunung sitoli
Seiring dengan pemberlakuan Undang-undang No.22 tentang Otonomi daerah, maka pengaturan rumahtangga daerah telah berada pada kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota. Berkaitan denga hal ini Pemerintah Propinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan Peraturan daerah (Perda) Nomor 3 tanggal 31 juli 2011 untuk membentuk Dinas-dinas sebagai teknis didalam melaksanakan tugas dan fungsi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.
Adapun Dinas-Dinas tersebut adalah :
1. Dinas Pertanian 2. Dinas Peternakan 3. Dinas Pemuda dan Olah Raga 4. Dinas Pendidikan 5. Dinas Kesehatan 6. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 7. Dinas Kehutanan 8. Dinas Perikanan dan Kelautan 9. Dinas Kesejahteraan dan Sosial 10. Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman 11. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Universitas Sumatera Utara

12. Dinas Perhubungan 13. Dinas Perkebunan 14. Dinas Pendapatan 15. Dinas Bina Marga 16. Dinas Pengairan 17. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 18. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 19. Dinas Pertambangan dan Energi 20. Dinas Komunikasi dan Informasi
3.6 Lokasi dan Keadaan Geografis Sumatera Utara Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Daerah Istimewa Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera Barat dan sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Luas daratan Propinsi Sumatera Utara adalah 71.680 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, kepulauan Batu-batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian Barat maupun bagian Timur pantai Pulau Sumatera.
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur.
3.7 Iklim Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Propinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Propinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bias mencapai 31,80, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bias mencapai 14,20. Suhu maksimum rata-rata berada pada kisaran 33,40��� � 33,90��� dan suhu minimum rata-rata berada pada kisaran 22,60��� � 22,80��� dengan penguapan berada pada kisaran 2,4 mm/h – 4,7 mm/h.
3.8 Pemerintah
Otonomi daerah yang telah bergulir selama satu dasawarsa, sejak tahun 2001, secara langsung maupun tidak langsung membawa pengaruh yang cukup luas pada tata cara kehidupan masyarakat, baik secara nasional maupun lokal. Kondisi ini telah memberikan suatu kesadaran baru bahwa diperlukan upaya untuk mengarahkan dan mengisi otonomi dengan berbagai tindakan nyata yang lebih proaktif.
Universitas Sumatera Utara

Penyelenggaraan otonomi daerah disambut masyarakat dengan usulan pembentukan wilayah administrasi baru. Selama periode 2002-2010, wilayah administrasi setingkat kabupaten telah bertambah 12 wilayah administrasi dari 13 kabupaten menjadi 25 kabupaten, setingkat kota bertambah 1 wilayah administrasi dari 7 kota menjadi 8 kota, setingkat kecamatan bertambah dari 326 wilayah administrasi menjadi 417 wilayah administrasi, dan setingkat desa/kelurahan bertambah dari 5.340 wilayah administrasi menjadi 5744 wilayah administrasi.
Terbentuknya daerah baru diharapkan akan lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, terbentuknya wilayah administrasi baru hingga setingkat desa/kelurahan merupakan perwujudan dari pengakuanakan keberadaan masyarakat dan akan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dengan akses yang lebih mudah dijangkau masyarakat.

BAB 4 ANALISIS DAN EVALUASI

4.1. Analisis Output pada pekerja Laki-laki 4.1.1. Uji Regresi Linier Ganda

Universitas Sumatera Utara

Perumusan hipotesa :

H0 : E1 E 2 E3 0 ( X1, X2, X3 tidak mempengaruhi Y)

H1 : Minimal ada satu parameter koefisien regresi yang tidak sama dengan nol atau mempengaruhi Y.

Dengan

: H0 diterima jika Fhit ≤ Ftab. H0 ditolak Jika Fhit > Ftab.

Tabel 4.1 Data Rata-rata Upah Pekerja Laki-laki serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, diantaranya Jumlah Jam Kerja Perminggu, Lapangan Pekerjaan Sektor Pertanian dan Usia Produktif.

Kabupaten/Kota Rata-rata upah

Nias 1.178.105

Mandailing Natal 1.317.778

Tapanuli Selatan 1.425.522

Tapanuli Tengah 1.139.330

Tapanuli Utara 1.568.013

Toba Samosir 1.802.985

Labuhan Batu 1.204.082

Asahan

1.133.771

Jumlah jam kerja perminggu
37,23 39,06 43,37 36,11 47,29 53,02 35,46 39,76

Lapangan pekerjaan sektor Pertanian 39444
58633
70102
38089
80510
107250
41015
26775

Usia Produktif
27561 56007 73559 27097 91002 30151 213541 23022

Universitas Sumatera Utara

Simalungun

1.265.032

Dairi

1.583.693

Karo

2.189.873

Deli Serdang

1.376.084

Langkat

1.036.432

Nias Selatan

1.460.677

Humbang

1.623.515

Hasundutan

Pakpak Bharat 1.228.013

Samosir

1.332.158

Serdang Bedagai 1.055.669

Batubara

1.122.352

Padang Lawas 1.048.059

Utara

Padang Lawas 1.206.819

Labuhan Batu 1.346.679

Selatan

Labuhan Batu 1.204.031

Utara

Nias Utara

1.280.095

Nias Barat

1.299.726

Sibolga

1.251.261

Tanjung Balai 1.317.939

Pematang Siantar 1.439.603

Tebing Tinggi 1.526.893

Medan

1.743.391

Binjai

1.345.366

Padangsidimpuan 1.712.126

Gunung Sitoli 1.379.407

37,25 51,67 54,2 33,4 29,79 37,99
52,18
42,76 33,85 32,9 42,24
32,36
35,7
34,04
35,45
44,05 38,6 34,39 39,54 43,49 46,54 52,97 39,91 52,7 39,99

46304 84056 108687 64583 12977 75223
101539
43838 64800 22918 25987
19911
37330
60203
38298
40767 50653 1277 5327 2901 1148 14103 4787 9048 19151

47341 96380 231000 66459 83383 25227
124000
40293 28576 14441 17029
14003
35184
66165
62671
48021 52004 46131 62466 76005 84523 365036 65490 134001 68002

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil pengolahan komputer melalui SPSS untuk hasil regresi ini, dari tabel 5.3 ANOVA(b) terbaca nilai ���ℎ��������������� = 39,812. Sementara itu, dari tabel distribusi F dengan derajat bebas (dk) pembilang = k-1 = 3, derajat bebas (dk) penyebut = n-k-1= 29, tarf nyata atau α = 0.05, diperoleh (����������1,���2�) = ������������������ = 2,93. Karena Fhit lebih besar daripada Ftab (39,812 > 2,93) maka H0 ditolak. Hal ini berarti persamaan regresi linier berganda Y atas X1, X2, X3 bersifat signifikan atau ini berarti bahwa jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan sektor pertanian dan usia produktif pada pekerja laki-laki bersama- sama mempengaruhi jumlah upah yang diterima pekerja laki-laki di propinsi Sumatera Utara tahun 2010.
Atau jika dilihat dari perbandingan nilai Signifikannya, dari tabel 5.3 (ANOVA(b)) dijelaskan bahwa nilai Sig < α = 0,000 < 0,05 , maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya bahwa jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan sektor pertanian dan usia produktif pada laki-laki bersama- sama mempengaruhi jumlah upah yang diterima pekerja laki-laki di propinsi Sumatera Utara. Atau ada hubungan linier pada model regresi berganda.
4.1.2. Koefisien Korelasi Linier Ganda
Berdasarkan table 4.2 ( model Summary ) diperoleh nilai koefisien determinasi ����2 ) sebesar 0,805 dan nilai koefisien korelasinya ( R ) sebesar 0,897. Nilai tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap perubahan variabel dependent. Artinya 89,7% jumlah upah pekerja laki-laki di propinsi Sumatera Utara dipengaruhi oleh ketiga faktor yang di analisis jam kerja perminggu, lapangan pekerjaan setor pertanian dan usia produktif, sedangkan 10,3% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Koefisien Korelasi
I. Korelasi antara Variabel Y dengan Xi
1. koefisien korelasi antara jumlah upah laki-laki (Y) dengan jam kerja perminggu (X1) Berdasarkan table 4.5 (Corelations) diperoleh bahwa antara variabel jumlah upah laki-laki dengan jam kerja perminggu memiliki korelasi sebesar 0,841. Artinya jam kerja perminggu (X1) memiliki korelasi atau hubungan yang sangat kuat terhadap jumlah upah pekerja laki-laki di propinsi Sumatera Utara. Dan antara jam kerja perminggu dengan jumlah upah pekerja laki-laki disebut substansial dan searah dimana jika jam kerja perminggu tinggi, maka jumlah upah pekerja lakilaki akan tinggi, dan demikian sebal