Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2007-2009. Responden remaja dianggap
mewakili audiens karena remaja dalam film televisi adalah sebagai target audiens utama
primary audience
. Remaja selalu mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara teoritis.
9
Selain itu responden tersebut juga dianggap ideal karena sangat memungkinkan terkena
terpaan. Pemilihan responden juga didasarkan atas pertimbangan waktu dan biaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dijadikan acuan untuk dikaji lebih lanjut, yaitu:
1. Bagaimanakah tingkat kepuasan yang diharapkan responden GS dari
menonton “FTV siang” di SCTV dan “Sinema Siang” di RCTI ? 2.
Bagaimana pola penggunaan media di kalangan responden dalam menyaksikan “FTV siang” di SCTV dan “Sinema Siang” di RCTI ?
3. Bagaimanakah tingkat kepuasan yang diperoleh responden GO setelah
menyaksikan “FTV siang” di SCTV dan “Sinema Siang” di RCTI? 4.
Apakah terdapat kesenjangan antara kepuasan yang diharapkan responden GS dengan kepuasan yang diperoleh responden GO dari menyaksikan
FTV Siang di SCTV dan Sinema Siang di RCTI ? 5.
Media manakah yang lebih mampu memuaskan kebutuhan responden lewat “FTV siang” di SCTV dan “Sinema Siang” di RCTI ?
9
http:dewey.petra.ac.idjiunkpe_dg_5051.html . diakses 17112009. 22:43 WIB
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang diharapkan GS di kalangan
mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS dalam menonton “FTV siang” di SCTV dan “Sinema Siang” di RCTI.
2. Untuk mengetahui pola penggunaan media televisi yaitu SCTV dan RCTI di
kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS. 3.
Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang diperoleh responden GO setelah menonton “FTV siang” di SCTV dan “Sinema Siang” di RCTI.
4. Untuk mengetahui kesenjangan antara kepuasan yang diharapkan responden
GS dengan kepuasan yang diperoleh responden GO dari menyaksikan FTV Siang di SCTV dan Sinema Siang di RCTI.
5. Untuk mengetahui media mana yang lebih mampu memuaskan kebutuhan
responden lewat tayangan film televisinya.
D. Kerangka Teori dan Pemikiran
Peradaban manusia terus bergerak maju. Dahulu manusia hanya mengenal pola komunikasi tatap muka komunikasi interpersonal dan
komunikasi kelompok sebagai satu-satunya cara berkomunikasi, bertukar pikiran serta informasi. Tetapi setelah terjadi revolusi komunikasi, yaitu perkembangan
teknologi komunikasi yang begitu pesat, maka cara orang berkomunikasi juga telah berubah. Laju revolusi telah memperkenalkan komunikasi massa sebagai
pola baru berkomunikasi pada masyarakat. Beberapa karakteristik yang terdapat dalam pola komunikasi massa, yaitu:
1. Komunikator terlembagakan, komunikator dalam komunikasi massa adalah
media massa. 2.
Pesan bersifat umum, komunikasi massa itu bersifat terbuka sehingga pesan yang disampaikannya pun ditujukan untuk semua orang.
3. Komunikannya anonim dan heterogen.
4. Menimbulkan keserempakan, jumlah komunikan yang dicapainya relatif
banyak dan tidak terbatas. 5.
Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan, dalam komunikasi massa pesan harus disusun sedemikian rupa bardasarkan sistem tertentu dan
disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. 6.
Komunikasi massa bersifat satu arah, tidak terjadi pengendalian arus informasi. Stimulus alat indera terbatas pada komunikasi massa, stimulus alat
indera bergantung pada jenis media massa. 7.
Umpan balik tertunda, yakni
feedback
tidak terjadi secara langsung
delayed feedback
.
10
Secara konkritnya, Little John mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan
messages
dan mengirimkan kepada publik. Kemudian melalui proses tersebut, sejumlah pesan
akan digunakan atau dikonsumsi
audience.
11
Dari definisi tersebut tergambar bahwa komunikasi massa menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan
komunikasi, pesan-pesan itu kemudian dikirimkan oleh media untuk dikonsumsi
10
Elvinaro Ardianto Lukiyati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007, h. 7.
11
Redi Panuju, Sistem Komunikasi Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997, h. 117.
oleh publik. Ini berarti proses komunikasi massa berhenti ketika pesan telah dikirim oleh media dan dikonsumsi masyarakat. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa sifat pesan dalam komunikasi massa adalah terbuka, satu arah, dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa.
Lain halnya dengan Jalaluddin Rachmat yang merangkum definisi- definisi komunikasi massa dari para ahli. Komunikasi massa diartikan sebagai
jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang
sama yang dapat diterima secara serentak dan sesaat.
12
Definisi menurut Jalaluddin Rachmat tersebut mengemukakan karakteristik komunikan secara
khusus, yakni anonim dan heterogen. Artinya, pesan tidak hanya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu melainkan untuk semua orang, sehingga pesan dapat
diterima komunikan secara serentak simultan pada waktu yang sama dan didistribusikan kepada khalayak secara terus menerus dalam jarak waktu yang
tetap, misalnya harian, mingguan, dwi-mingguan, atau bulanan. Jalaluddin juga menyebutkan bahwa dalam komunikasi massa, pesan dikirim melalui media
sebagai salurannya. Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi
massa pada dasarnya hanya bisa berlangsung melalui media. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar
dilapangan luas yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Begitu pentingnya media bagi saluran
12
Jalaluddin Rachmat, M.Sc, P sikologi Komunikasi. Remaja Rosda Karya, Bandung, 1996, h. 189.
komunikasi massa karena media dalam komunikasi massa berperan sebagai komunikator.
13
Sebagai komunikator berarti media merupakan syarat mutlak bagi saluran komunikasi massa.
Lebih jelas menurut Nurudin, media massa adalah alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada
audience
yang luas dan heterogen.
14
Audiens dalam hal ini adalah pengguna media yang terdiri dari individu-individu yang selalu berhubungan dan tidak bisa lepas dari media.
Fungsi media massa sendiri secara khusus bagi individu dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Informasi
· Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia ·
Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum ·
Memperoleh rasa damai melalui penambahan ilmu pengetahuan 2.
Identitas Pribadi ·
Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi ·
Menemukan model perilaku ·
Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain dalam media 3.
Integrasi dan Interaksi sosial ·
Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial
13
Ada 5 karakteristik yang dipunyai oleh media sebagai komunikator dalam komunikasi massa, yaitu: a. daya saing competitiveness, b. ukuran dan kompleksitas size and complexity, c.
industrialisasi industrializa tion, d. spesialisasi specialization, dan e. perwakilan representation. Selengkapnya baca Nurudin, Komunikasi Massa, Cespur, Malang, 2004, h. 89.
14
Ibid, h. 8.
· Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki
· Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial
4. Hiburan
· Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan
· Bersantai
· Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis
· Mengisi waktu
15
Sedangkan peran media massa secara umum menurut Dennis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa yaitu:
1.
Jendela
pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan memungkinkan kita mampu memahami apa yamg terjadi di sekitar diri kita, tanpa campur tangan
pihak lain atau memihak. 2.
Juru bicara
yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa atau hal terpisah dan kurang jelas.
3.
Pembawa
atau
pengantar
informasi dan pendapat. 4.
Jaringan interaktif
yang menghubungkan pengirim dengan penerima melalui berbagai macam umpan balik.
5.
Papan penunjuk jalan
yang secara aktif menunjukan arah, memberikan bimbingan atau instruksi.
6.
Penyaring
yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberi perhatian khusus dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya, baik secara sadar dan
sistematis maupun tidak.
15
Ibid, h. 72.
7.
Cermin
yang memantulkan citra masyarakat terhadap masyarakat itu sendiri, biasanya pantulan citra itu mengalami perubahan distorsi karena adanya
penonjolan terhadap segi yang dilihat oleh para anggota masyarakat, atau seringkali pula segi yang ingin mereka hakimi atau cela.
8.
Tirai
atau
penutup
yang menutupi kebenaran demi mencapai tujuan propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan
escapism.
16
Media massa pada perkembangannya terbagi atas dua bagian yaitu, media massa elektronik televisi, radio, film, komputer dan internet, dan media
massa cetak koran, majalah, dan sejenisnya. Tetapi pada prinsipnya media massa merupakan satu institusi yang melembaga dan berfungsi untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak sasaran agar
well informed
tahu informasi.
17
Upaya penyampaian informasi melalui media cetak, audio, dan audiovisual, masing-masing memiliki kelebihan serta kelemahan. Penyebabnya,
menurut JB Wahyudi dalam bukunya “
Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak” ,
dikarenakan sifat fisik masing-masing media, seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.2 Sifat Fisik Media
Jenis Media Sifat
Cetak -
Dapat dibaca dimana dan kapan saja -
Dapat dibaca berulang-ulang
16
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, 1996, h. 53.
17
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, h. 98.
- Daya rangsang rendah
- Pengolahan bisa mekanik, bisa
elektris -
Biaya relatif rendah -
Daya jangkau terbatas
Radio -
Dapat didengar bila siaran -
Dapat didengar kembali bila diputar kembali
- Daya rangsang rendah
- Elektris
- Relatif murah
- Daya jangkau besar
Televisi -
Dapat disengar dan dilihat bila ada siaran
- Dapat didengar dan dilihat kembali
bila diputar kembali -
Daya rangsang sangat tinggi -
Elektris -
Sangat mahal -
Daya jangkau besar
Sumber : Morissan, M.A., Manajemen Media Penyiaran.
18
Di antara media, baik cetak maupun elektronik, televisi adalah media yang memiliki kontribusi paling besar dalam memenuhi kebutuhan manusia di
banding media lainnya. Hasil penelitian di Inggris pada tahun 1990, sembilan puluh persen orang-orang yang dimintai pendapatnya, mengatakan bahwa mereka
mendapatkan berita dari televisi, dan sebagian besar mereka percayai.
19
Ini berarti
18
Morisan, M.A., Manajemen Media Penyiaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, h. 11.
19
Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, Jalasutra, Yogyakarta, 2008, h. 5.
menandakan bahwa terpaan televisi terhadap audiensnya jauh mengungguli media massa lain.
Ada beberapa tipe dan jenis televisi, namun televisi yang dimaksud di sini adalah televisi siaran
television broadcast
yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan karakteristik yang dimiliki komunikasi massa.
20
Televisi sebenarnya merupakan barisan media yang paling belakang hadir, namun televisi sebagai media baru langsung merebut tempat di hati
masyarakat. Di era komunikasi dan informasi seperti sekarang ini, peran televisi sebagai media massa bahkan begitu dominan dalam menggiring opini publik.
Menurut Robert K. Avery dalam bukunya “
Communication and the Media
” dan Sanford B. Wienberg dalam “
Message – a Reader in Human Communication
”, posisi dan peranan televisi di masyarakat terbagi dalam tiga fungsi yaitu:
1.
The surveillance of the environment,
yang berarti bahwa media televisi berperan sebagai pengamat lingkungan.
2.
The correlation of part of society in responding to the environment,
yaitu media televisi mengadakan korelasi antar informasi data yang diperoleh
dengan kebutuhan khalayak sasaran karena komunikator lebih menekankan pada seleksi, mengevaluasi dan interpretasi.
3.
The transmission of the social heritage from one generation to the next,
yaitu media TV berperan menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
21
20
Onong Uchjana Efendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Mandar Maju, Bandung, 1993, h. 21.
Begitu kuatnya pengaruh televisi dalam mempengaruhi khalayak di sebabkan oleh beberapa karakteristik televisi. Pertama, ditinjau dari stimulus alat
indera, televisi memiliki kelebihan, yaitu dapat didengar sekaligus dapat dilihat
audiovisual
. Sehingga, masyarakat memperoleh gambaran yang lengkap tentang informasi yang disampaikan. Berbeda dengan radio yang penyampaian
informasinya hanya melalui indera pendengaran, dan surat kabar dengan indera penglihatan.
Kedua, televisi sebagai komunikator yang menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, menerapkan konsep
think in pictures
berpikir dalam gambar. Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses
think in pictures
. Pertama, visualisasi
visualization
, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, objek-
objek tertentu disusun sedemikian rupa sehingga menjadi gambar yang jelas dan mengandung suatu makna. Kedua, tahap penggambaran
picturization
, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga
kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Kemudian karakteristik ketiga, pada media televisi pengoperasian siaran
lebih kompleks. Untuk menayangkan program siaran berita yang dibawakan dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan sepuluh orang. Hal ini disebabkan
peralatan yang digunakan untuk operasional televisi lebih banyak dan lebih rumit. Oleh karena itu proses produksi harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil
21
Wawan Kusnadi, Op. Cit. h. 53.
dan terlatih, sehingga tidak heran jika hasil yang dicapai lebih sempurna dari media lain.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, ketatnya persaingan pada industri ini semakin terasa akibat banyaknya kompetitor yang bermunculan. Sehingga
perencanaan yang matang perlu dilakukan untuk mencapai keberhasilan. Menurut Morissan, keberhasilan media penyiaran khususnya televisi, ditopang oleh tiga
pilar utama yaitu program, pemasaran dan teknik. Dari ketiga pilar utama tersebut, program atau acara merupakan faktor yang paling penting dan menentukan dalam
mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun televisi.
22
Program atau “acara” didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai
bentuk. Pada media televisi, program di bagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Program
Informasi, yang terdiri dari;
hard news, soft news.
2. Program hiburan, yang terdiri dari; musik, drama, permainan
game show
, pertunjukan. Baik program informasi maupun program hiburan memiliki karakteristik dan kelebihan masing-
masing. Akan tetapi di era industri-media seperti sekarang ini, kelebihan program hiburan dalam menarik perhatian khalayak selalu mendapat tempat tersendiri bagi
media televisi. Televisi adalah media massa elektronik. Lebih jauh menurut Nurudin,
fungsi hiburan bagi media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibanding dengan fungsi-fungsi yang lain. Pasalnya masyarakat memang masih
menjadikan televisi sebagai media hiburan. Maka tidak heran jika pada jam-jam
22
Morissan, Op.Cit, h. 199.
prime time
biasanya disajikan program-program hiburan.
23
Ini sangat berbeda dengan media cetak yang menempatkan fungsi informasi pada posisi paling atas.
Tetapi media cetak-pun juga tetap menjalankan fungsi hiburan pada hari libur. Pentingnya aspek hiburan juga diakui Charles R Wright, yang dirangkum dalam
tabel berikut.
Tabel 1.3 Aktivitas Komunikasi Massa: Hiburan
Masyarakat Individu
Subkelompok Tertentu
Mis: Kel. Politik
Kebudayaan
Fungsi
Disfungsi Pelepasan lelah
bagi kelompok- kelompok massa
Mengalihkan publik:
menghindarkan aksi sosial
Pelepas lelah
Meningkatkan kepastian,
Memperendah cita rasa.
Memungkinkan pelarianpengasi
ngan diri Memperluas
kekuasaan. Mengendali
kan bidang kehidupan
Memperlemah estetik:
‘budaya pop”
Sumber: Charles R Wright, 1988.
24
Program hiburan memang selalu mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat. Salah satu program hiburan yang selalu diminati masyarakat adalah
film televisi
movie television
.
23
Nurudin, Komunikasi Massa, Cespur, Malang, 2004, h. 66.
24
Ibid, h. 68.
Film televisi dalam bahasa inggris disebut sebagai
Television Movie
. Film televisi merupakan jenis film yang dibuat stasiun televisi ataupun rumah
produksi, dalam bentuk program televisi yang berdurasi antara 120 menit sampai 180 menit, dengan tema yang beragam seperti remaja, tragedi kehidupan, cinta
dan agama. Film layar lebar yang ditayangkan di televisi bukanlah film televisi. Karena film televisi merupakan film yang didesain khusus untuk layar kaca dan
merupakan genre film tersendiri diluar film layar lebar.
25
Tetapi pada perkembangannya banyak film televisi yang diangkat menjadi film layar lebar
ataupun sebaliknya dimana film layar lebar dibuat versi film televisinya. Program hiburan televisi ini biasanya di sajikan untuk pemirsa usia
remaja kelas atas, ini terlihat dari tokoh utama yang biasanya diceritakan berstatus mahasiswa. Tetapi walaupun target utamanya remaja, film televisi juga ditonton
oleh penonton dari segala usia, karena cerita yang menarik dan unik. Pada saat menonton televisi, audiens terkena terpaan pesan dari acara
televisi yang ditayangkan, sehingga terjadi hubungan antara media dan khalayak. Marshal McLuhan mengatakan bahwa televisi dapat merangsang alat indera,
mengubah persepsi dan akhirnya mempengaruhi perilaku.
26
Perubahan inilah yang disebut efek komunikasi massa. Efek pesan media massa dari penayangan
program film televisi meliputi : 1.
Efek kognitif yaitu efek yang terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi pemirsa. Berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.
25
http:id.wikipedia.orgwikiFilm_televisi diakses 15052010. 20:14 WIB
26
Jalaluddin Rachmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996, h. 249.
2. Efek afektif yaitu terjadinya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi,
atau yang dibenci pemirsa. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap, atau nilai.
3. Efek behavioral yaitu munculnya perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi
pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.
27
Menurut Prof. Dr. R. Ma’rat dari Universitas Padjajaran Unpad Bandung, acara televisi pada umumnya memang mempengaruhi sikap,
pandangan, persepsi dan perasaan para penonton; ini adalah hal yang wajar. Jadi, bila ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona atau latah,
bukanlah sesuatu yang istimewa. Alasannya, salah satu pengaruh psikologis dari televisi ialah seakan-menghipnotis penonton, sehingga mereka seolah hanyut
dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang dihidangkan televisi.
28
Lebih lanjut, efek media massa sangat dipengaruhi oleh penerimaan atau persepsi masing-masing individu. Mengenai penerimaan media massa, masing-
masing individu seringkali memberikan tanggapan yang berbeda walaupun pesan yang disampaikan pada media pada dasarnya sama. Hal ini sesuai dengan teori
perbedaan individu yang beranggapan bahwa setiap orang menanggapi isi media massa berdasarkan kepentingan mereka, disesuaikan dengan kepercayaan serta
nilai-nilai sosial mereka. Oleh karena tiap-tiap individu tidak sama perhatian, kepentingan, kepercayaan maupun nilai-nilainya, maka dengan sendirinya
selektivitas mereka terhadap isi komunikasi juga berbeda.
27
Ibid, h.219.
28
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, h. 122.
Perbedaan motivasi, hasil belajar, kepribadian perilaku dan sebagainya menyebabkan perbedaan selektivitas seseorang terhadap isi media
attention selective
. Perbedaan dalam persepsi
perception selective
menyebabkan adanya perbedaan dalam bagaimana seseorang menginterpretasi dan merespon stimuli
media massa. Jadi prinsip mengenai
selective recall
sangat berhubungan dengan tingkat perhatian dan persepsi mereka. Sedangkan dalam
selective action
dapat dijelaskan bahwa tidak setiap individu akan berlaku sama ketika mendapat terpaan
dari media.
29
Semua respon tersebut tergantung pada pengaruh variabel kognitif, kelas sosial, dan subkultur serta hubungan sosial diantara mereka.
Dari situ jelaslah bahwa televisi digunakan khalayak sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Apabila keinginan dan kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi maka akan timbul suatu kepuasan. Asumsi bahwa khalayak aktif dalam mencari kepuasan melalui media massa, menimbulkan suatu pendekatan baru
dalam penelitian komunikasi, yaitu pendekatan tentang kebutuhan individu terhadap pesan-pesan media berdasarkan asas kegunaan dan kepuasan yang di
sebut
Uses and Gratification Theory
.
Uses and Gratification Theory UG was first developed in research in the effectiveness of radio communication in the 1940s. UG is largely
intended to identify the psychological needs that motivate the use of a particular medium to gratify those needs.
30
Teori Kegunaan dan Kepuasan UG pertama kali dikembangkan pada penelitian tentang efektivitas komunikasi di radio pada tahun 1940-an.
Teori UG ini lebih lanjut dimaksudkan untuk mengidentifikasi kebutuhan psikologis yang menjadi motivasi penggunaan media tertentu untuk
memuaskan kebutuhan tersebut.
29
http:rezanades.blog.friendster.com . diakses 16062010. 13:09 WIB
30
Echo Huang, “ Use and gratification in e-consumers” , Internet Research, Vol. 18, Iss. 4; pg.
405, Bradford, 2008
Menurut teori ini, khalayak ramai bukanlah dianggap sebagai penerima atau korban pasif media massa. Para pendukung perspektif ini secara terbuka
menyatakan bahwa orang secara aktif menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan tertentu yang dapat dispesifikasikan. Jadi, perpektif ini
menjadi suatu imbangan yang penting dan realistis dengan menekankan bagaimana khalayak mempengaruhi secara positif pengalaman media mereka
sendiri. Bukannya menanyakan apa yang media lakukan terhadap orang-orang
what do media do the people
, para peneliti “kegunaan dan kepuasan” justru membalikan pertanyaan itu menjadi: apa yang orang lakukan dengan media
what do people do to media
? Katz, 1977
31
. Inilah yang kemudian dinamakan khalayak aktif.
Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevich,
Uses and Gratification
meneliti 1 sumber sosial dan psikologis dari 2 kebutuhan, yang melahirkan 3 harapan-harapan dari 4 media massa atau
sumber-sumber lain 5 perbedaan pola terpaan media atau keterlibatan dalam kegiatan lain, dan menghasilkan 6 pemenuhan kebutuhan dan 7 akibat akibat
fatal lain, bahkan seringkali akibat-akibat yang tidak dikehendaki.
32
Berikut rumusan asumsi dasar dari teori
Uses and Gratification
menurut Katz, Blumer, dan Gurevich:
1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari
penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
31
Ibid, h.107.
32
Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, h. 65.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan
kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. 3.
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari
rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui media konsumsi media amat bergantung pada perilaku
khalayak bersangkutan. 4.
Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya, seseorang dianggap cukup mengerti untuk
melaporkan kepentingan dan motiv pada situasi-situasi tertentu. 5.
Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti dahulu orientasi khalayak. Blumer dan Katz, 1974:22
33
Berdasarkan asumsi-asumsi diatas dapat dijelaskan pula bahwa pada dasarnya orang menggunakan media karena didorong oleh motif sosial dan
psikologi. Motif-motif tersebut menimbulkan harapan-harapan tertentu dari media massa, sehingga muncul sikap yang konsisten dalam menggunakan media massa.
Menurut Abu Ahmadi, motif adalah “sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu itu berbuat
sesuatu”.
34
Sedangkan menurut James Lull, definisi motif adalah impuls atau
33
Jalaluddin Rachmat, Psikologi Komunikasi, Op.Cit, h. 205.
34
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, h. 192.
dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif atau perilaku ke arah pemuasan kebutuhan.
35
Macam-macam motif pada individu, menurut R.S. Woorworth dan D.G. Margius, terbagi dalam klasifikasi sebagai berikut :
1. Motif kebutuhan organis, yang meliputi kebutuhan untuk makan, minum,
bernafas, seksual, berbuat dan beristirahat. 2.
Motif darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk memburu.
Dorongan ini timbul karena perangsang dipelajari. 3.
Motif-motif obyektif yang mencakup kebutuhan untuk eksplorasi, kebutuhan untuk melakukan manipulasi, kebutuhan untuk menaruh minat. Motif ini
timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar sosial dan non sosial secara efektif.
36
Begitu pula dalam mengkonsumsi media, manusia didorong oleh motif- motif tertentu. Lebih lanjut, Greenberg menjabarkan motif yang mendorong
manusia untuk menggunakan media massa melalui 7 item pokok pencarian kepuasan, seperti yang dikutip oleh Dimmick dkk, sebagai berikut :
1. Motif Pengetahuan Knowledge Motive
- Menonton televisi karena ingin menambah pengetahuan.
2. Motif Kegunaan Pribadi Interpersonal Utility Motive
- Menonton televisi karena memanfaatkan fungsi komunikasi.
35
James Lull, Media Komunikasi Kebudayaan Suatu Pendekatan Global, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1998.
36
M. Muchjiddin Dimjati, Psikologi Anak dan Remaja, Aksara Indonesia, Yogyakarta, 2000, h. 143.
- Menonton televisi untuk berkumpul bersama temankeluarga.
3. Motif Pelepasan Diversion Motive
- Menonton televisi untuk mengisi waktu luang.
- Menonton televisi untuk melupakan persoalan yang dihadapi.
4. Motif Relaksasi Relaxation Motive
- Menonton televisi untuk rileks atau santai.
5. Motif Hiburan Entertainment Motive
- Menonton televisi semata-mata untuk mencari hiburan.
37
Motif memang digunakan sebagai pendorong perilaku untuk memenuhi kebutuhan. Namun perlu diketahui juga bahwa jumlah kebutuhan yang dapat
dipenuhi oleh media belum disepakati, sebagaimana para ahli komunikasi mempunyai pendapat yang bermacam-macam. Kendati demikian ada beberapa
ahli yakni Katz, Gurevitch, dan Hass dapat sekiranya lengkap mengklasifikasikan kebutuhan manusia terhadap media yaitu :
1. Kebutuhan kognitif yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-
usaha untuk memperkuat informasi, pengetahuan tentang lingkungan kita. 2.
Kebutuhan afektif, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat
keindahan, kesenangan, dan emosional.
37
John Dimmick, Jean Dobos, Charles Lin, The Nice and Media Industries A Uses and Gratification Approach to Measuring Competitive Superiority,
Department of Communication, The Ohio State University, 1985, p.10.
3. Kebutuhan integratif personal yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan
dengan usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, status pribadi.
4. Kebutuhan integratif sosial yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-
usaha untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman-teman, dan dengan alam sekelilingnya.
5. Kebutuhan akan pelarian yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat diri
untuk melarikan diri dari kenyataan, melepaskan ketegangan dan kebutuhan akan hiburan.
38
Uses and Gratification Theory
adalah salah satu teori komunikasi dimana titik berat penelitian dilakukan pada pemirsa sebagai penentu pemilihan pesan dan
media. Teori ini kemudian berkembang menjadi empat model pendekatan yaitu
model Katz, model Windahl, model Rosengreen, dan model Palmgreen.
39
1. Model Katz, Blumer, dan Gurevich 1947
Model yang dikembangkan oleh Katz dkk ini menitikberatkan pada faktor- faktor sosial psikologis yang memunculkan suatu kebutuhan akan penggunaan
media massa. Faktor psikologis dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Situasi atau kondisi psikologis dan sosial menimbulkan ketegangan dan pertentangan, karena itu individu mengkonsumsi media.
b. Situasi atau kondisi psikologis dan sosial menciptakan kesadaran akan
adanya masalah-masalah yang membutuhkan perhatian dan informasi.
38
Alo Liliweri, Memahami Peranan Komunikasi Massa dalam Masyarakat, Citra Aditya, Bandung, 1991, h. 137.
39
Prahastiwi Utari, Uses and Gratification Theory materi kuliah, Jurusan Ilmu Komunikasi UNS, Solo.
c. Situasi atau kondisi psikologi dan sosial menawarkan kesempatan-
kesempatan peningkatan taraf hidup dalam memuaskan kebutuhan- kebutuhan tertentu yang semuanya dapat dipenuhi oleh media massa.
d. Situasi atau kondisi psikologi dan sosial memberikan dukungan dan
penguatan pada nilai-nilai tertentu melalui konsumsi media yang selaras. e.
Situasi atau kondisi psikologi dan sosial menyajikan sejumlah harapan yang telah diketahui melalui materi-materi media tertentu.
Pandangan Katz, Blumer dan Gurevich dapat dijelaskan dengan bagan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Model
Uses and Gratification
Katz, Blumer, dan Gurevich
40
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa khalayak memilih saluran media dan jenis isi karena termotivasi oleh kebutuhan sosial dan psikologisnya.
Sehingga mendorong timbulnya pencarian kepuasan dengan tindakan mengkonsumsi media massa. Penggunaan media massa tentunya mengakibatkan
terciptanya suatu tingkat kepuasan tertentu pada diri khalayak walaupun terdapat konsekuensi lain yaitu berupa efek yang teramati media.
2. Model Mark Levy dan S. Windahl 1984
Pendekatan ini menekankan pada khalayak aktif dalam melakukan aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kabutuhan mereka melalui penggunaan
media massa. Aktivitas-aktivitas tersebut terbagi dalam tiga tahap: a.
Before exposure
sebelum terpaan b.
During exposure
saat terpaan c.
After exposure
setelah terpaan Tahap-tahap tersebut dapat disederhanakan yaitu sebelum menggunakan
media
pre activity
, selama aktivitas
duractivity
, dan paska aktivitas
post activity
, tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut:
40
Ibid.
Faktor Psikososial
Kebutuhan Pemuasan
Kebutuhan Harapan
Terhadap Media
Pola Penggunaan
Media Konsekuensi
Gambar 1.2 Model
Uses and Gratification
Mark Levy dan S. Windahl
41
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa tahap
pre activity
menunjukan pada aktivitas khalayak sebelum menggunakan media massa. Dengan kata lain
khalayak mencari informasi tentang media mana yang sekiranya dapat memenuhi kebutuhannya. Tahap yang kedua adalah
duractivity,
yaitu menunjukan pada intensitas penggunaan media dan perilaku khalayak saat
terpaan. Tahap ketiga yaitu
post activity
dimana menunjuk pada perilaku khalayak setelah terkena terpaan media. Hal ini terlihat apabila pesan yang
diterima dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya sehingga khalayak mampu mengkomunikasikan pesan tersebut dalam interaksi sosialnya.
3. Model Rosengreen dkk 1985
Model ini memandang bahwa kebutuhan-kebutuhan dasar manusia dalam tingkatan yang rendah maupun tinggi, berinteraksi dengan berbagai karakteristik
intra dan ekstra individual serta struktur masyarakat sekitarnya dimana termasuk struktur media. Interaksi menghasilkan berbagai kombinasi masalah individu,
41
Ibid
Exposure
Duractivity
Gratification Obtained Gratification Sought
Post Activity Pre Activity
baik yang terasa maupun yang tidak terasa serta cara-cara penyelesaiannya. Kombinasi antara masalah dan penyelesaian ini menghasilkan berbagai motif
sebagai upaya pencarian kepuasan, dan menghasilkan berbagai pola konsumsi media dan berbagai perilaku lain. Hasil-hasil ini memberikan berbagai pola
kepuasan dan non kepuasan yang mungkin mempengaruhi karakteristik intra dan ekstra individu secara struktur media, sosial, politik, kebudayaan dalam
masyarakat.
42
Itulah yang oleh Rosengreen disebut model
Media Gratifikasi Umum.
4. Model Palmgreen dkk 1985
Model ini memandang bahwa model-model terdahulu kurang akurat dalam mengukur perbedaan antara apa yang dicari khalayak dengan apa yang mereka
peroleh dari media. Oleh karena itu, Phillip Palmgreen dkk kemudian membuat model untuk mengukur kesenjangan
discrepancy
antara kepuasan yang dicari
Gratification Sought
dengan kepuasan yang diperoleh
Gratification Obtained
yang disebut sebagai
expectance-value theory
teori pengharapan nilai. Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang dicari audiens dari
media ditentukan oleh sikap audiens terhadap media, kepercayaan audiens tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada audiens, dan evaluasi
audiens tentang bahan tersebut.
43
Sebagai contoh, jika seseorang percaya bahwa program misteri, menyediakan informasi tentang hal-hal supranatural dan dia
senang terhadap sesuatu yang berbau metafisis, maka dia akan mencari kepuasan
42
Ibid.
43
http:kuliahkomunikasi.com200806teori-komunikasi-massacomment-page-1 . diakses
16062010. 13:21 WIB
terhadap kebutuhannya tersebut dengan menyaksikan program misteri. Sebaliknya, seseorang percaya bahwa program misteri menyediakan suatu
pandangan hidup yang tidak realistis dan dia tidak menyukai hal seperti itu, maka dia akan menghindari untuk melihatnya.
Pada perkembangannya, model
Uses and Gratification
versi Palmgreen dkk ini muncul sebagai model yang paling akurat
dalam memprediksi atau menjelaskan terpaan media dan program unggulan.
Of the various uses and gratifications models proposed, the discrepancy model proposed by Palmgreen and Rayburn,17 which took into
account the differences between GS and GO, emerged as a strong predictor of media exposure and program choice-even stronger than the traditional
demographic correlates of viewership.
44
Dari berbagai macam model teori
Uses and Gratifications
yang ada, model kesenjangan milik Palmgreen dan Rayburn, yang memperhitungkan
selisih antara GS dan GO, muncul sebagai model yang paling akurat dalam memprediksi atau menjelaskan terpaan media dan program unggulan-
bahkan lebih kuat dari pendekatan korelasi demografis tradisional.
Gratification
Sought
GS adalah kepuasan yang dibayangkan akan
diterima seseorang jika ia menggunakan media massa tertentu. Sedangkan
Gratification Obtained
GO adalah kepuasan yang diterima seseorang setelah ia menggunakan media massa tersebut.
Dalam GS dianggap tidak ada perbedaan mengenai jenis dan bentuk media massa, tetapi lebih kepada harapan-harapan khalayak yang diwujudkan lewat
pengalaman mereka terhadap berbagai bentuk media massa. Sementara itu
44
Arun Vishwanath, “ The 360° News Experience: Audience Connections with the Ubiquitous News Organization” ,
Journalism and Mass Communication Quarterly, Spring, Vol. 85, Iss. 1; pg. 7, Columbia, 2008.
dalam GO, materi favorit yang diberikan media massa tertentu dianggap tidak mempunyai perbedaan dari individu satu dengan lainnya.
Model Palmgreen ini memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara kepuasan yang dicari dan kepuasan yang diperoleh diantara khalayak satu
dengan yang lain, sehingga dapat menggambarkan mana khalayak yang fanatik menggunakan media dan mana yang tidak.
45
Secara jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.3 Model
Uses and Gratification
Palmgreen dkk
Dari gambar tersebut dapat diterangkan bahwa terdapat umpan balik dari kepuasan yang diperoleh ke aspek psikologis kepercayaan dan evaluasi dari
perilaku medianya. Kepercayaan dan evaluasi mempengaruhi pencarian kepuasan. Setiap konsumsi media akan menghasilkan suatu persepsi mengenai
kepuasan tertentu yang diperoleh
gratification obtained
Bedasarkan keunggulan dari karakteristik teori
Uses and Grtification
dari Palmgreen yang dirasa cukup sesuai dengan penelitian mengenai program acara
televisi yakni film televisi, maka peneliti menggunakannya untuk mengetahui sejauh mana kesenjangan kepuasan yang dimiliki oleh pemirsa dari kedua media
tersebut.
45
Ibid.
Perceived gratification
obtained Media
consumption Gratification
sought Beliefs
Evaluations
Dalam penelitian ini
gratification sought
diukur melalui motif-motif apa yang dimiliki responden sebelum menonton kedua film televisi tersebut FTV
siang dan Sinema Siang. Hal tersebut sama artinya dengan harapan yang ingin dicarikan kepuasannya melalui kedua media, yaitu SCTV dan RCTI. Harapan
dan motif-motif sangat mempengaruhi bagaimana mereka menggunakan media
media use
terutama dalam menonton televise, hingga pula mempengaruhi kepuasan yang mereka peroleh
gratification obtained
. Sementara itu
gratification obtained
diketahui setelah mereka, dalam hal ini Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2007-
2009, menyaksikan kedua film televisi tersebut. Apabila terdapat perbedaan antara harapan dan kepuasan yang diperoleh setelah menonton kedua film
televisi tersebut maka telah terjadi kesenjangan kepuasan atau disebut sebagai
gratification discrepancy.
Adanya suatu kesenjangan kepuasan ini dapat dijadikan gambaran sejauh mana media tersebut dapat memenuhi kebutuhan bagi responden dalam
menonton FTV siang di SCTV atau Sinema siang di RCTI.
E. Definisi Konsepsional dan Definisi Operasional