Persentase Pembentukan Tunas Tunas

commit to user 31 perubahan sejalan dengan waktu, antara lain karena: i hilangnya hormon pertumbuhan yang diperlukan; ii hilangnya potensi morfogenetik, dan iii perubahan tekstur morfologis dari jaringan jaringan yang ”friable”. Semua perubahan tersebut akan menurunkan daya regenerasi jaringan Thorpe, 1984. Menurut Raharja dan Wiryanta 2003, tunas merupakan ranting muda yang baru tumbuh atau calon tanaman baru yang tumbuh dari bagian tanaman. Pada eksplan tunas aksilar ditandai dengan adanya tonjolan berwarna kehijauan pada ketiak daun.

1. Persentase Pembentukan Tunas

Kemunculan tunas merupakan tanda suatu keberhasilan dalam kultur jaringan. Kemunculan tunas pada semua perlakuan eksplan lengkeng dapat dihitung persentase pembentukannya sehingga dapat diketahui berapa persen tunas yang muncul dari semua perlakuan pada penelitian ini. Persentase pembentukan tunas eksplan lengkeng dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Persentase pembentukan tunas eksplan lengkeng karena pengaruh penambahan IBA dan kinetin pada umur 120 HST IBA Kinetin 0 ppm 0,5 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 0 ppm 33,3 0,5 ppm 33,3 1 ppm 2 ppm 33,3 3 ppm 33,3 33,3 Keterangan : = persentase pembentukan tunas Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak semua perlakuan mampu memunculkan tunas. Dari semua perlakuan hanya lima kombinasi perlakuan yang mampu memunculkan tunas yaitu pada perlakuan kinetin 0,5 ppm dikombinasikan dengan IBA 3 ppm B5K1, perlakuan kinetin commit to user 32 1 ppm yang dikombinasikan dengan IBA 0,5 ppm B2K2 dan 2 ppm B4K2, serta perlakuan kinetin 3 ppm dengan penambahan IBA 0 ppm B1K4 dan 3 ppm B5K4. Masing-masing perlakuan tersebut mampu memunculkan tunas 33,3. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa pada konsentrasi kinetin yang semakin tinggi mampu merangsang pembentukan tunas. Hal ini sesuai dengan penjelasan Wattimena et al. 1991 bahwa pada konsentrasi sitokinin yang tinggi mendorong tumbuhnya tunas, sebaliknya dapat menghambat pembentukan akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Maruyama et al. 1997 yang melaporkan bahwa sitokinin pada konsentrasi tinggi menghambat pembentukan akar pada Guazuma crinita Mart. Pada semua perlakuan kinetin 0 ppm dan 2 ppm tidak mampu untuk memunculkan tunas eksplan lengkeng. Faktor yang mungkin menyebabkan eksplan lengkeng tidak mampu memunculkan tunas yaitu hormon endogen yang dihasilkan pada eksplan belum cukup mampu untuk menginduksi terbentuknya tunas; media; dan kombinasi konsentrasi yang digunakan kurang tepat. Hal ini didukung oleh pernyataan Nugroho dan Sugito 2002, medium terbaik untuk pembentukan plantlet melon adalah MS dengan tambahan kombinasi NAA dan kinetin perbandingan 3:3. Pembentukan tunas lengkeng ini membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga kandungan ion mineral dalam media makin lama akan semakin habis. Seiring dengan penyerapan ion mineral pada media, pH media meningkat sehingga tidak sesuai lagi dengan kebutuhan bahan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hendaryono dan Wijayani 1994, jika eksplan sudah mulai tumbuh maka pH dalam lingkungan kultur jaringan umumnya akan naik apabila nutrien habis terpakai. Senyawa fosfat dalam media kultur jaringan mempunyai peran yang penting dalam menstabilkan pH. Keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro baik melalui penggandaan tunas, organogenesis maupun embriogenesis somatik sangat dipengaruhi oleh genotip dan eksplan, jenis media dasar, serta jenis dan commit to user 33 konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan Monnier, 1990; Liz dan Levicth, 1997 cit. Kosmiatin et al., 2005. Hal ini menunjukkan bahwa sitokinin termasuk kinetin dan auksin termasuk IBA berperanan saling melengkapi dalam menginduksi tunas.

2. Saat Muncul Tunas