Pengaruh self-regulated learning dan koping kultural trehdap stres dalam menghadapi tugas perkuliahan pada mahasiswa di fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGARUH SELF REGULATED LEARNING DAN KOPING
KULTURAL TERHADAP STRESS DALAM MENGHADAPI
TUGAS PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS
PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

OLEH :
Bintang Mayudia
NIM: 206070004165

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M

ABSTRAK

(A)
(B)

(C)
(D)

Fakultas Psikologi
Mei 2011
Bintang Mayudia
Pengaruh Self Regulated Learning Dan Koping Kultural Terhadap Stress dalam
Menghadapi Tugas Perkuliahan Pada Mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Jakarta
(E) 104 Halaman + lampiran
(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self regulated learning dan koping
kultural terhadap stress pada mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Mahasiswa
dalam kehidupan perkuliahan mempunyai tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang
diberikan oleh dosen. Tugas-tugas yang banyak dan bertumpuk membuat mahasiswa
menjadi stress. Menurut Prof. Dr. Sutardjo (2005), stress adalah respon organisme untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung. Tuntutan-tuntutan ini bisa
jadi berupa hal-hal yang faktual saat itu, bisa jadi juga hal-hal yang baru mungkin akan
terjadi, tetapi dipersepsi secara aktual. Setiap individu mempunyai cara untuk mengatasi
stress tersebut, dan disini peneliti menggunakan subjek mahasiswa yang berketurunan dari
budaya Jawa, dimana setiap etnik mempunyai koping kultural. Koping kultural terbagi
menjadi tiga, Dikutip dalam jurnal Benkuo (2006), “Development of the cross-cultural

coping scale: collective, avoidance, and engagement coping”, Skala coping lintas-budaya,
instrumen berbasis skenario, dikembangkan dalam tiga studi. analisis faktor eksplorasi
dengan remaja Kanada Cina, menunjukkan struktur tiga-faktor: Kolektif (collective
coping), Penghindaran (avoidance coping), dan Keterlibatan (engagement coping).
Mengatur diri dalam pengerjaan tugas-tugas agar mahasiswa menjadi disiplin, terkait
dengan teori-teori self-regulation yang memfokuskan pada bagaimana pebelajar
menggerakkan, mengubah, dan mempertahankan kegiatan belajar baik secara sendiri
maupun pada lingkungan sosialnya, dalam konteks instruksional informal maupun formal
(Zimmerman & Schunk, 1989).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan metode korelasi dan multiple regression. Subyek yang diambil dalam
penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan berusia 18-25 tahun yang kuliah di fakultas
Psikologi UIN Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Dalam pengambilan sampel try out digunakan 38 responden sedangkan fieldtest
50 responden. Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu menggunakan skala. Adapun
skala Indipendent Variabel (IV 1) yaitu self regulated learning yang berdasarkan indikator
dari Zimmerman (1989) yang berjumlah 29 item dengan nilai alpha cronbach 0.849 dan
independent variable (IV 2) yaitu koping kultural yang berdasarkan indikator dari Ben Kuo
(2006) yang berjumlah 21 item dengan nilai alpha cronbach sebesar 0.818. Sedangkan
dependent variabel (DV) skala stress berdasarkan indikator dari Santrock (1996) yang

berjumlah 40 item dengan nilai alpha cronbach sebesar 0.822.
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson
didapatkan signifikansi sebesar 0.000 maka (dimana 0.000 < 0,01). Hal ini berarti hipotesis
nihil (Ho) ditolak dan Ha diterima yaitu ada hubungan yang sangat signifikan antara self
iv

regulated learning dan koping kultural terhadap stress pada mahasiswa di fakultas psikologi
UIN Jakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dalam uji regresi diketahui koefisien
determinasi R Square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0.570 atau 57%. Hal ini berarti self
regulated learning dan koping kultural memberikan sumbangsih sebesar 57%. Dengan
demikian 43% sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain selain self regulated learning dan
koping kultural. Sedangkan hasil regresi pada demografi pada self regulated learning dan
koping kultural yaitu jenis kelamin, hanya memberikan 2% bagi perubahan variabel stress.
(G) Daftar bacaan 24 (1983-2009)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Self Regulated Learning Dan Koping Kultural Terhadap Stress dalam Menghadapi
Tugas Perkuliahan Pada Mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta”.
Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala
perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada :
1.

Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Jahja Umar, Ph.D, seluruh
dosen dan seluruh staf karyawan fakultas yang telah banyak membimbing dalam
menuntut ilmu di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

2.

Bapak Abdul Rahman Shaleh, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan yang sangat berarti dengan segenap kesabarannya, sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan dengan maksimal.


3.

Ibu Rena Latifa, M.Psi, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan
arahan, bimbingan, dan masukan yang teramat bermanfaat dalam penyelesaian
penelitian ini.

vi

4.

Untuk kedua orangtuaku Ayah Syarifuddin Ucok Nasution dan Mama Yulianti, serta
abang-kakak-adikku, Bayu Helmahdhie, Bulan Oktrima, dan Bumi Yurazly, sumber
inspirasi, semangat, kasih sayang serta doa yang telah kalian berikan kepada peneliti
untuk selalu meneruskan perjuangan ini agar mencapai yang terbaik. Semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan dan menganugerahkan kebahagiaan kepada keluargaku
tercinta.

5.

Pembimbing Akademik ibu Yunita Faela Nisa, M.Si yang telah membimbing peneliti

selama perkuliahan ini.

6.

Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan
banyak pengetahuan dan pelajaran selama penulis mengikuti kuliah, staff akademik, dan
petugas perpustakaan yang dengan ikhlas selalu melayani penulis.

7.

Untuk Eko Agung Gumilar terima kasih atas segala bantuan, sumber inspirasi semangat
dan doanya.

8.

Sahabat-sahabat terbaikku Dennhys, Ismi, Amel, Dita, Puput, Ita, Sara, Dedeh, Dewi,
Iha, Rere, Bunga, semoga tak pernah putus tali silaturahmi yang selama ini terjalin.

9.


Teman-teman seperjuangan dalam bimbingan skripsi, Sukma, Deni, terimakasih telah
membantu penulis dalam setiap kesempatan. Semoga perjuangan kita tidak pernah siasia.

10.

Kepada teman-teman mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Jakarta, yang telah
menyempatkan waktunya dan bersedia menjadi responden.

11.

Teman-teman Fakultas Psikologi Non Reguler Angkatan 2006, Vera, Ilmi, Anwar,
Netha, terima kasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan kepada peneliti.

vii

12.

Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, karena dukungan
dan pengertian mereka sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya doa
yang dapat penulis panjatkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis semoga

mendapatkan balasan pahala berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari dengan segala semua kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki
dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengucapkan
maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai mana
mestinya, terutama untuk peneliti sendiri.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih sekali lagi untuk semua pihak yang sudah
membantu penyelesaian laporan penelitian ini. Wassalam.

Jakarta, 17 Mei 2011
Penulis

viii

PENGARUH SELF REGULATED LEARNING DAN KOPING KULTURAL TERHADAP
STRESS DALAM MENGHADAPI TUGAS PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS
PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Bintang Mayudia
Nim : 206070004165

Dibawah Bimbingan
Pembimbing II

Pembimbing I

Abdul Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 197208231999031002

Rena Latifa, M.Psi
NIP. 198209292008012004

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2011

i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH SELF REGULATED LEARNING DAN KOPING
KULTURAL TERHADAP STRESS DALAM MENGHADAPI TUGAS PERKULIAHAN
PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA”, telah dujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (Satu) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 6 Juni 2011
Sidang Munaqosyah
Dekan /

Pembantu Dekan Bidang

Ketua Merangkap Anggota

Akademis/Merangkap Anggota


Jahja Umar, Ph.D

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

NIP. 130855522

NIP. 195612231983032001
Anggota

S. Evangeline I. Suaidy, M.Si,Psi
NIP. 150 411 217

Abdul Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 197208231999031002

Rena Latifa, M.Psi
NIP. 198209292008012004
ii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Bintang Mayudia
Nim

: 206070004165

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Self Regulated Learning dan
Koping Kultural Terhadap Stress dalam Menghadapi Tugas Perkuliahan Pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” adalah benar merupakan karya saya

sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun
kutipan-kutipan dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya
dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika
ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 14 Juni 2011

BINTANG MAYUDIA
Nim : 206070004165
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………………….

i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………..

ii

HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………………….. iii
ABSTRAKSI ……………………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………. xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………… xv
BAB 1

BAB 2

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 9
1.2 Pembatasan Masalah .......................................................................... 10
1.3 Perumusan Masalah ............................................................................ 11
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 11
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 12
1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................... 12
LANDASAN TEORI ................................................................................... 14
2.1 Stress ................................................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Stress ...................................................................... 14
2.1.2 Gejala Stress ............................................................................. 17
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Stress ………………….. 17
2.1.4 Sumber-sumber Stress ……………………………………… 22
2.2 Self Regulated Learning...................................................................... 26
2.2.1 Pengertian Self Regulation ……………… ............................ 26
2.2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Self Regulation ......... 27
2.2.3 Aspek-aspek dalam Self Regulation ……………………….. 29
2.2.4 Karakteristik Self Regulation ………………………………. 31
2.3 Coping .................................................................................................. 32
2.3.1 Pengertian Coping ................................................................... 32
2.3.2 Proses Coping .......................................................................... 33
2.3.3 Dimensi Coping ..................................................................... 34
2.3.4 Fungsi-fungsi Coping ……………………………………… 39
2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi Coping ………... 39s
2.4 Koping Kultural .................................................................................. 41
2.4.1 Faktor-faktor dalam Koping Kultural .................................... 42
2.5 Mahasiswa ........................................................................................... 51
2.5.1 Pengertian Mahasiswa ………………………………………. 51
ix

2.6
2.7
BAB 3

BAB 4

2.5.2 Tugas Mahasiswa …………………………………………… 52
Kerangka Berpikir ............................................................................... 52
Hipotesis …………………………………………………………... 55

METODE PENELITIAN .............................................................................. 58
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 58
3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...................................... 58
3.1.2 Variabel Penelitian ................................................................ 59
3.2 Populasi dan Sampel ......................................................................... 61
3.3 Instrumen Penelitian ........................................................................... 62
3.3.1 Instrumen Pengambilan Data ............................................... 62
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 65
3.3.3 Teknik Uji Instrumen ............................................................ 66
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................ 68
3.5.1 Persiapan Penelitian .............................................................. 68
3.5.2 Pengujian Alat Ukur .............................................................. 68
3.5.3 Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 72
3.5.4 Pengolahan Data .................................................................... 72
PRESENTASI DAN ANALISA DATA ...................................................... 73
4.1 Gambaran Umum Responden ........................................................... 73
4.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................... 73
4.2 Hasil Uji Statitik ................................................................................ 74
4.2.1 Hasil Uji Regresi .................................................................... 74
4.2.1.1 Hasil Uji Regresi Aspek Self Regulation
dan Koping Kultural .......................................................... 74
4.2.1.2 Hasil Uji Regresi Demografi Self Regulation
dan Koping Kultural ……………………………………. 80

BAB 5 KESIMPULAN DISKUSI & SARAN ………………………………………... 81
5.1
Kesimpulan ………………………………………………………... 81
5.2
Diskusi ................................................................................................ 82
5.3 Saran .................................................................................................... 86
5.3.1 Saran Teoritis............................................................................ 86
5.3.2 Saran Praktis ............................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 88

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Blue Print Skala Try Out Self Regulated Learning .......................

63

Tabel 3.2

Blue Print Skala Try Out Koping Kultural ....................................

64

Tabel 3.3

Blue Print Skala Try Out Stress .....................................................

65

Tabel 3.4

Skor untuk Pernyataan Favorable dan Unfavorable .....................

66

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ..................................................

67

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Skala Self Regulated Learning .......................

69

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Skala Koping Kultural.....................................

70

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Skala Stress ....................................................

71

Tabel 4.1

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………………………

73

Table 4.2

Hasil Uji Regresi Aspek Self Regulated Learning
dan Koping Kultural ……………………………………………

74

Table 4.3

Anova (b) ........................................................................................

75

Tabel 4.4

Coefficients (a) ...............................................................................

76

Tabel 4.5

Model Summary Aspek Kolektif ....................................................

77

Tabel 4.6

Model Summary Aspek Avoidance ................................................

77

Tabel 4.7

Model Summary Aspek Engagement ............................................

78

Table 4.8

Model Summary Aspek Kognitif ……………………………….

78

Table 4.9

Model Summary Aspek Motivasi ……………………………….

79

Table 4.10

Model Summary Aspek Perilaku ...................................................

79

Table 4.11

Model Summary Aspek Jenis Kelamin ..........................................

80

xiii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Kerangka Berpikir Penelitian Pengaruh Self Regulation Dan Koping Kultural
Terhadap Stress Pada Mahasiswa ………………………………………… 55

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Angket Try Out

Lampiran 4

Skoring Self Regulated Learning Try Out

Lampiran 5

Skoring Koping Kultural Try Out

Lampiran 6

Skoring Stress Try Out

Lampiran 7

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 8

Angket Field Tes

Lampiran 9

Skoring Self Regulated Learning Field Tes

Lampiran 10 Skoring Koping Kultural Field Tes
Lampiran 11 Skoring Stress Field Tes
Lampiran 13 Hasil Uji Regresi Aspek Kolektif dari Variabel Koping Kultural dengan Stress
Lampiran 14 Hasil Uji Regresi Aspek Avoidance dari Variabel Koping Kultural dengan Stress
Lampiran 15 Hasil Uji Regresi Aspek Engagement dari Variabel Koping Kultural dengan
Stress
Lampiran 16 Hasil Uji Regresi Aspek Kognitif dari Variabel Self Regulated Learning dengan
Stress
Lampiran 17 Hasil Uji Regresi Aspek Motivasi dari Variabel Self Regulated Learning dengan
Stress
Lampiran 18 Hasil Uji Regresi Aspek Perilaku dari Variabel Self Regulated Learning dengan
Stress
Lampiran 19 Hasil Uji Regresi Demografi Jenis Kelamin dengan Stress

xv

BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini, penulis memaparkan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan, manfaat, yang diangkat untuk di jadikan penelitian.

1.1

LATAR BELAKANG MASALAH
Kewajiban mahasiswa dalam perkuliahan adalah mengerjakan tugas-tugas

yang diberikan oleh dosen berupa tugas-tugas deadline kelompok maupun
individu, presentasi di depan kelas, hingga pengerjaan UTS dan UAS yang
membuat stress.
Stress sebagai penderitaan jasmani, mental, atau emosional yang
diakibatkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda
pribadi seseorang individu. Definisi ini dapat diterjemahkan ke dalam suatu model
perkembangan dan pelepasan stress yang berdasarkan premis bahwa interpretasi
atas suatu peristiwa (event) adalah apa yang menimbulkan baik konsekuensi
positif ataupun konsekuensi negative. Stress adalah suatu kondisi ketegangan
yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang
terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungannya. Adapun menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai
suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan
atau penghalang.

1

Stress dalam kadar ringan dapat membuat Anda berpikir dan berusaha
dalam menjawab tantangan hidup sehari-hari. Stres dalam kadar ringan juga dapat
menjadi motivasi untuk menjadi seseorang yang lebih baik dan stress dapat
membuat hidup menjadi lebih penuh ‘warna’. Namun stres yang berlebihan dan
berkepanjangan akan menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh kita.. Stress
adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stress
(stressor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk
menanganinya (coping) (Santrock, 1996).
Menurut Lazarus & Folkman (1984), stress merupakan hubungan antara
individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi
kekuatannya dan mengancam kesehatannya. Faktor-faktor yang dapat ditimbulkan
oleh stress pada mahasiswa adalah salah satunya stressor (kondisi-kondisi yang
menyebabkan stress disebut stressor) psikologis seperti takut, cemas, khawatir
tidak lulus, marah, kecewa. Sumber stress bagi mahasiswa dalam perkuliahan
biasanya adalah tugas, kuis, ujian, tidak lulus mata kuliah, hingga sidang.
Makin tinggi dorongannya untuk berprestasi, makin tinggi tingkat
stressnya dan makin tinggi juga produktivitas dan efisiensinya. Stress dalam
jumlah tertentu dapat mengarah ke gagasan-gagasan yang inovatif dan keluaran
yang konstruktif.
Respon individu dalam penanganan untuk meminimalkan peristiwa stress,
biasa disebut dengan coping. Setiap individu mempunyai strategi coping yang
berbeda-beda jika sedang mengalami stress dalam menghadapi tugas-tugas

2

perkuliahan yang menumpuk. Adanya perbedaan dampak stress pada diri individu
disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik masing–masing individu.
Perbedaan karakteristik individu akan menentukan respon individu
terhadap sumber stress, sehingga respon individu dapat berbeda pada stimulus
yang menjadi sumber stress yang sama. Coping adalah suatu tindakan merubah
kognitif secara konstan dan merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi
tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber
daya yang dimiliki individu. Menurut Taylor (1991), efektivitas coping tergantung
dari keberhasilan pemenuhan coping task. Individu tidak harus memenuhi semua
coping task untuk dinyatakan berhasil melakukan coping dengan baik.
Kaitannya dengan itu, perbedaan dampak stress pada diri individu
disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik masing–masing individu. Dan
dalam menghadapi stress, setiap individu mempunyai coping stress. Selain pada
karakteristik individu tersebut, tapi juga bisa karakteristik individu berdasarkan
keturunan pada suatu daerah tertentu. Misalnya coping stress pada karakteristik
orang Jawa. Disini, penulis mengambil subjek mahasiswa dari komunitas Jawa
dikarenakan oleh daerah Jawa yang identik dengan orang-orang yang mempunyai
tutur kata yang halus, sikap yang lemah lembut, pekerja keras, rajin, cepat
tersugesti dan senang dengan kebersamaan dalam sebuah kelompok atau
bergotongroyong (Anne Ahira, dalam web nya)
Selain itu, suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang
berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7%
penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain di ketiga propinsi tersebut,
3

suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara.
Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon
(Wikipedia, suku Jawa, diambil 2010).
Berdasarkan data dari Fakultas Psikologi UIN Jakarta, diperoleh 1081
mahasiswa dari angkatan 2006 sampai 2010. Dari 1081 ada 30% mahasiswa yang
berasal dari Jawa dan keturunan Jawa.
Orang Jawa seringkali beranggapan tidak ada yang dapat dilakukan untuk
mengubah hidup ini. Dan dalam cara pandang terhadap waktu lebih melihat ke
masa sekarang dan masa lalu. Kultur Jawa mendorong kepada cara berpikir yang
reflektif, orang lain mungkin saja tidak dapat menyadari betapa dalamnya seorang
Jawa terlibat dalam pemikirannya sendiri karena pemikiran tersebut tidak
ditunjukkan oleh bahasa tubuhnya (Chandra J.S, (2004) dalam web Kerajaan
Pane).
Nerimo ing pandum adalah salah satu konsep hidup yang dianut oleh orang
Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah dengan segala
keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa memang meyakini bahwa
kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat ditentang begitu saja (Web
Anne Ahira, 2010).
Di kutip dari Anne Ahira dalam web nya menyebutkan bahwa, pola
kehidupan orang Jawa memang unik. Jika kita mencoba untuk menelusuri pola
hidup orang Jawa, maka ada banyak nilai positif yang kita dapatkan. Bagi orang
Jawa, Tuhan telah mengatur jatah penghidupan bagi semua makhluk hidupnya,
termasuk manusia.
4

Bagi orang Jawa hidup dan kehidupan itu sama dengan kendaraan. Dia
akan membawa kita pada tujuan yang pasti. Orang Jawa memposisikan diri
sebagai penumpang. Kendaraan atau hiduplah yang membawa mereka menuju
kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak membawa kendaraan tersebut,
melainkan dibawa oleh kendaraan (Anne Ahira, 2010).
Seperti air di dalam saluran sungai, jika mereka mengalir biasa, maka
kondisinya aman dan nyaman. Tetapi ketika alirannya dipaksa untuk besar, maka
aliran sungai tersebut tidak aman lagi bagi kehidupan. Orang Jawa memahami hal
tersebut sehingga menerapkan konsep hidup jangan ngoyo. Ngoyo artinya
memaksakan diri untuk melakukan sesuatu. Jika kita memaksakan diri untuk
melakukan sesuatu, maka kemungkinan besar kita akan mengalami sesuatu yang
kurang baik, misalnya kita akan sakit. Rasa sakit terjadi karena ada pemaksaan
terhadap kemampuan sesungguhnya yang kita miliki (Anne Ahira, 2010). .
Pada konteks lainnya, nerimo ing pandum bagi orang Jawa berarti
melakukan

kegiatan hidup secara bersama-sama. Nerimo

ing pandum

memungkinkan bagi kita untuk secara bersama-sama menghadapi hidup. Bekerja
bersama-sama berarti berupaya untuk berbagi suka dan duka.
Kita harus mengakui bahwa kehidupan orang Jawa memang begitu
spesifik. Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, bahkan yang ada di dunia,
orang Jawa mempunyai pola hidup yang berbeda. Kebiasaan hidup secara
berkelompok menyebabkan rasa diri mereka sedemikian dekat satu dengan
lainnya, sehingga saling menolong merupakan sebuah kebutuhan (Anne Ahira,
2010).
5

Mereka selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yang
membutuhkan pertolongan. Bahkan dengan segala cara mereka ikut membantu
seseorang keluar dari permasalahan, apalagi jika sesaudara atau sudah menjadi
teman. Orang Jawa terkenal dengan stereotip sifatnya yang lemah lembut, sopan,
dan halus. Namun masyarakat Jawa tidak suka berterus terang, tidak bersifat
terbuka. Mereka lebih suka menyembunyikan perasaan mereka terhadap suatu hal.
Ini dikarenakan orang suku Jawa mengutamakan keharmonisan dan tepa selira
(tenggang rasa) . (Anne Ahira, 2010).
Namun tidak semua orang suku Jawa suka menyembunyikan perasaannya.
Masyarakat di daerah pesisir lebih terbuka daripada nonpesisir. Beberapa wilayah
di Jawa Timur juga mempunyai sifat yang lebih ekspresif, terus terang, dan
egaliter (Anne Ahira, 2010).
Dalam kehidupan perkuliahan, dari hasil survey yang peneliti lakukan,
mahasiswa mengatasi masalahnya dengan nilai-nilai atau sikap budaya Jawa yang
ditanamkan oleh orangtua kepada mereka, misalnya legowo (sabar) jika dosen
tidak masuk, sopan santun terhadap dosen, tepa salira dalam bergaul,
mengutamakan keharmonisan dengan teman-teman dan lingkungan, nrimo ing
pandum yang penting sudah berusaha dalam mengerjakan tugas-tugas dan ujian
semester.
Dikutip dari Ben kuo (2006), pengaruh budaya pada coping telah terlibat
secara konseptual di - stress coping literatur untuk beberapa waktu, penelitian
empiris di salib-budaya yang dihadapi telah memperoleh momentum baru-baru
ini. Dua dekade terakhir menyaksikan pertumbuhan yang signifikan di penelitian
6

dan basis pengetahuan budaya dan coping, serta panggilan meningkat oleh sarjana
lebih kepada budaya-dan-informasi kontekstual dalam mengatasi paradigma
stress. Senada dengan Jefrey P. Burrock (2001), yang membahas mengenai coping dan
beragam etnisitas, antara Korea Amerika, Amerika Filipina, dan Kaukasia Amerika.

Dimana, masing-masing etnis memandang stress sebagai hal yang berbeda. Ada
yang menyebutnya sebagai tantangan, kerugian, dan ancaman.
Agar koping kultural dapat berjalan selaras untuk mengatasi stress pada
mahasiswa, maka diperlukanlah self regulated learning. Dimana self regulated
learning merupakan pengaturan diri pada mahasiswa dalam belajar. Untuk
meningkatkan self regulated learning individu harus belajar teknik-teknik yang
membantu tubuh dan pikiran untuk menjadi tenang, agar individu mampu
mengontrol emosi-emosinya dan mengatasi gangguan dan pengalihan perhatian.
Dikutip dari Istilah untuk diatur sendiri dapat digunakan untuk
menggambarkan pembelajaran yang dipandu oleh metakognisi (berpikir tentang
seseorang berpikir), aksi strategis (perencanaan, monitoring, dan mengevaluasi
kemajuan pribadi terhadap standar), dan motivasi untuk belajar (Butler & Winne,
1995; Winne & Perry, 2000; Perry, Phillips, & Hutchinson, 2006; Zimmerman,
1990; Boekaerts & Corno, 2005). Secara khusus, pelajar diatur sendiri adalah
sadar akan kekuatan dan kelemahan akademis mereka, dan mereka memiliki
repertoar strategi yang mereka tepat diterapkan untuk mengatasi tantangan seharihari tugas akademik. Pelajar ini memegang keyakinan tambahan tentang
kecerdasan (berlawanan dengan pandangan tetap intelijen) dan atribut
keberhasilan atau kegagalan untuk faktor (misalnya, usaha dikeluarkan pada
7

tugas, menggunakan strategi efektif) dalam kendali mereka (Dweck & Leggett,
1988; Dweck, 2002). Akhirnya, siswa yang belajar diatur sendiri percaya bahwa
kesempatan untuk mengambil tugas-tugas yang menantang, praktek belajar
mereka, mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang materi pelajaran,
dan usaha mengerahkan akan menimbulkan keberhasilan akademis (Perry et al,
2006).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
menjalani proses pendidikannya, salah satunya adalah kemampuan self regulated
learning. Kemampuan self regulated learning meliputi kemampuan siswa dalam
mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, membagi waktu antara
belajar dan bermain, kemampuan mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan.
Kemampuan ini tidak dapat berkembang dengan sendirinya. Dibutuhkan suatu
lingkungan yang kondusif agar anak dapat mengembangkan kemampuan self
regulated learning. Lingkungan yang kondusif seperti hubungan yang baik antara
orang tua dan anak atau guru dan anak akan mendukung perkembangan self
regulated learning karena dalam hubungan yang kondusif, maka akan tercipta
suatu keterbukaan yang diperlukan untuk melaksanakan proses diskusi dan
evaluasi.
Siswa dapat diajarkan untuk menjadi pelajar yang mandiri, diatur lebih
dengan mengakuisisi spesifik strategi yang sukses baik bagi mereka dan yang
memungkinkan mereka untuk meningkatkan mereka kontrol atas perilaku mereka
sendiri dan lingkungan. Kebanyakan peneliti setuju bahwa belajar terbaik terjadi
ketika seseorang mengamati dengan hati-hati dan mempertimbangkan sendiri
8

perilaku dan bertindak atas apa yang telah ia pelajari. Ini berarti bahwa siswa
belajar untuk mengurangi perilaku negatif dan meningkatkan perilaku positif.
Oleh karena itu, mahasiswa yang diatur sendiri harus belajar untuk terus bertanya
pada diri sendiri "Apakah strategi ini bekerja untuk saya dalam situasi ini "Dalam
rangka

mengatur

diri,

siswa

harus

mengalihkan

fokus

mereka?

dari

membandingkan kinerja mereka untuk rekan diri-perbandingan, dan dari yang
reaktif menjadi pelajar proaktif. Tujuan kegiatan langsung, dan siswa harus
belajar bahwa ada cara yang berbeda untuk mencapai tujuan, dan bagaimana
untuk memilih cara terbaik untuk menyelesaikan tugas tertentu. Dalam banyak
kelas, guru menganggap sebagian besar tanggung jawab untuk proses
pembelajaran dan siswa dapat mulai bergantung pada ini model pembelajaran.
Dikutip dari Darmayanti (2008), teori-teori self regulated learning
memfokuskan pada bagaimana pebelajar menggerakkan, mengubah, dan
mempertahankan kegiatan belajar baik secara sendiri maupun pada lingkungan
sosialnya, dalam konteks instruksional informal maupun formal (Zimmerman &
Schunk, 1989). Ajisuksmo (1996) memperjelas bahwa self-regulated learning
terjadi bila siswa secara sistematis mengarahkan perilaku dan kognisi mereka ke
arah pencapaian tujuan belajar. Pebelajar yang memiliki kemampuan selfregulated learning akan menunjukkan karakteristik memiliki tujuan, bersifat
strategis dan persisten dalam belajar (Purdie, Hattie, & Douglas (1996). Selfregulated learning merupakan aspek penting dari prestasi akademik mahasiswa
(Hofer,Yu, & Pintrich, 1998; Pintrich & De Groot, 1990). Hasil berbagai studi
terdahulu yang dilakukan oleh Pintrich dan De Groot (1990), Schunk dan
9

Zimmerman (1994), Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Wolters, 1998),
mengungkapkan bahwa pebelajar yang lebih sadar dan menerapkan kontrol yang
lebih besar terhadap proses kognitif cenderung lebih sukses hasil belajarnya.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, menarik kiranya untuk meneliti lebih
lanjut tentang Pengaruh Self Regulated Learning dan Koping Kultural terhadap
Stres dalam Menghadapi Tugas Perkuliahan Pada Mahasiswa di Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.

1.2

PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1.2.1 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi untuk meneliti tentang Pengaruh Self Regulated
Learning dan Koping Kultural Terhadap Stress dalam Menghadapi Tugas
Perkuliahan pada Mahasiswa. Adapun Variabel-variabel yang terkait dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Stress adalah suatu keadaan dimana beban yang dirasakan seseorang tidak
sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu. Stress dapat
terjadi karena adanya tekanan hidup dan konflik kebutuhan atau konflik
tujuan.

Dalam

menghadapi

stress,

seseorang

dapat

mengadakan

penyesuaian diri secara efektif, yaitu mengarahkan tindakannya pada
sasaran tertentu untuk mengatasi sebab-sebab stress (Suprapti Slamet,
2005).

10

2.

Koping Kultural adalah Proses mengelola tuntutan (internal atau
eksternal) yang ditaksir sebagai beban karena di luar kemampuan diri
individu berdasarkan karakteristik budaya. Budaya yang penulis jadikan
penelitian disini adalah dari masyarakat Jawa.

3.

Self Regulated Learning adalah siswa yang secara metakognitif,
motivasional dan behavioural merupakan peserta aktif dalam proses
belajar mereka sendiri (Zimmerman, 1989).

4.

Mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun yang berasal dari Jawa asli
yang pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan dan keturunan
orangtua dari Jawa yang sudah lama menetap di Jakarta.

1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang akan dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
1.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Self-Regulated Learning dan
Koping Kultural terhadap stress dalam menghadapi tugas perkuliahan pada
mahasiswa ?

2.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara kognisi terhadap stress dalam
menghadapi tugas perkuliahan pada mahasiswa ?

3.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap stress
dalam menghadapi tugas perkuliahan pada mahasiswa ?

4.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara perilaku terhadap stress
dalam menghadapi tugas perkuliahan pada mahasiswa ?

11

5.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara kolektif koping terhadap
stress dalam menghadapi tugas perkuliahan pada mahasiswa ?

6.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara penghindaran koping
terhadap stress dalam menghadapi tugas perkuliahan pada mahasiswa ?

7.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara keterlibatan koping terhadap
stress dalam menghadapi tugas perkuliahan pada mahasiswa ?

8.

Apakah ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap stress
dalam menghadapi tugas perkuliahan pada mahasiswa ?

1.3

TUJUAN
Sesuai dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas, tujuan dari

penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan
antara Self-Regulated Learning dan Koping Kultural terhadap stress dalam
menghadapi tugas perkuliahan pada mahasiswa ?
1.4

MANFAAT
Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat memberi kontribusi

pemikiran, baik bersifat teoritis maupun praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
teori-teori psikologi klinis khususnya dengan teori stress dan koping, dan
psikologi social mengenai self regulated learning serta menjadi bahan rujukan dan
pembanding bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis

12

Dapat menambah wawasan pengetahuan yang bermanfaat, mengetahui
bagaimana individu yang beraneka ragam budaya (salah satunya adalah budaya
Jawa) dalam menghadapi stress.

1.5

SISTEMATIKA PENULISAN
Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada pedoman penyusunan dan

penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1

: Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB 2

: Kajian Pustaka

Pada bab ini dijelaskan teori-teori mengenai definisi Stress, gejala-gejala stress ,
faktor-faktor yang mempengaruhi stress, sumber stress, pengertian self regulated
learning, faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning, aspek-aspek
self regulated learning, karakteristik self regulated learning, pengertian koping,
proses koping, dimensi koping, faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping,
koping kultural, pengertian mahasiswa, tugas mahasiswa, kerangka berpikir dan
hipotesis penelitian.
BAB 3

: Metodologi Penelitian

Meliputi metode dan pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi
operasional variabel,definisi konseptual, populasi dan sampel, teknik pengambilan
13

sampel, teknik pengumpulan data, teknik uji instrumen, teknik analisa data dan
prosedur penelitian.
: Presentasi Dan Analisis Data

BAB 4

Meliputi gambaran umum responden penelitian, uji persyaratan, kategorisasi, dan
uji hipotesis.
BAB 5

: Kesimpulan, Diskusi Dan Saran

BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini, akan di jelaskan teori-teori mengenai stress, self regulated learning,
coping dan koping kultural, serta mahasiswa yang digunakan dalam penelitian.

2.1

STRESS

2.1.1 Pengertian Stress
Stress bukanlah sesuatu yang mudah di definisikan. Pada awalnya, istilah
stress diambil begitu saja dari ilmu fisika. Pada saat itu manusia diperkirakan
kurang lebih serupa dalam satu dan lain hal dengan obyek fisika, misalnya logam,
yang mampu menahan kekuatan dari luar namun pada satu titik akan kehilangan
14

kekuatannya bila dihadapkan pada suatu tekanan yang lebih besar. Namun, tidak
seperti logam, remaja dapat memikirkan dan mempertimbangkan, juga
mengalami, begitu banyak situasi social yang dapat membuat upaya
mendefinisikan stress menjadi lebih kompleks dalam ilmu psikologi dibandingkan
dalam ilmu fisika (Hobfoll, 1989 dalam Santrock 1996).
Pada remaja, apakah stress merupakan suatu ancaman dan tantangan yang
ditempatkan oleh lingkungan pada diri mereka, seperti ketika kita mengatakan,
“Dunia Sally begitu penuh dengan tekanan, sampai membuatnya kewalahan?”.
Apakah stress merupakan respon remaja terhadap ancaman dan tantangan seperti
ini, seperti ketika kita mengatakan, “Bob tidak mampu menangani masalah dalam
hidupnya dengan baik; ia mengalami begitu banyak tekanan dan sehingga
seakan-akan badannya jatuh berantakan?” karena perdebatan mengenai apakah
stress merupakan kejadian yang mengancam dunia remaja atau merupakan reaksi
terhadap kejadian seperti itu masih terus berlanjut, maka definisi terbaik untuk
stress adalah sebagai berikut: Stress adalah respon individu terhadap keadaan
atau kejadian yang memicu stress (stressor), yang mengancam dan mengganggu
kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping) (Santrock, 1996).
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau
sulit. Stress membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenaline yang
berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan
manusia. Stres yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir
dan berusaha lebih berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat
menjawab tantangan hidup sehari-hari. Stres ringan bisa merangsang dan
15

memberikan rasa lebih bergairah dalam kehidupan yang biasanya membosankan
dan rutin. Tetapi stress yang terlalu banyak dan berkelanjutan, bila tidak
ditanggulangi, akan berbahaya bagi kesehatan.
Stress adalah suatu keadaan dimana beban yang dirasakan seseorang tidak
sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu. Stress dapat terjadi
karena adanya tekanan hidup dan konflik kebutuhan atau konflik tujuan. Dalam
menghadapi stress, seseorang dapat mengadakan penyesuaian diri secara efektif ,
yaitu mengarahkan tindakannya pada sasaran tertentu untuk mengatasi sebabsebab stress (Suprapti Slamet, 2005). Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko,
1997:200). Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungannya.
Adapun menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu
kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu
kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau
penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka
stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau
psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri
seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan tugas sebagai mahasiswa.
Dikutip dari Jurnal Therapeutic Recreation Journal, Stres telah
didefinisikan oleh berbagai peneliti, salah satu definisi yang paling umum
digunakan dalam memeriksa stress dan hubungannya dengan coping yang
diberikan oleh Holmes dan Rahe (1967). Mereka menyatakan bahwa stres
16

mengacu pada setiap tuntutan lingkungan, sosial, atau internal yang memerlukan
individu untuk menyesuaikan / nya pola perilaku yang biasa. penyesuaian ini
memerlukan sumber daya fisik dan psikologis, serta berbagai strategi atau teknik
untuk mengatasi. Jika stres menumpuk, sumber daya individu dapat menjadi
habis, meningkatkan kemungkinan penyakit, cedera, dan / atau psikologis (Thoits,
1995).
Menurut Prof. Dr. Sutardjo (2005), Stress adalah respon organisme untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung. Tuntutan-tuntutan
ini bisa jadi berupa hal-hal yang faktual saat itu, bisa jadi juga hal-hal yang baru
mungkin akan terjadi , tetapi dipersepsi secara aktual.
Disini penulis merujuk stress menurut Santrock (1996), dimana stress
adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stressor,
yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya.
2.1.2 Gejala Stress
Untuk mengetahui apakah diri individu mengalami stress, Sunaryo (2004,
dalam Khairanis 2006) mengemukakan dapat dilihat dari gejala-gejalanya, baik
fisik maupun psikis.
a. Gejala Fisik, diantaranya sakit kepala, sakit lambung (maag), hypertensi,sakit
jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia (sulit tidur), mudah letih, keluar
keringat dingin, kurang selera makan, dan sering buang air kecil.
b. Gejala Psikis, diantaranya gelisah,atau cemas, kurang dapat berkonsentrasi
belajar/bekerja, sikap apatis (masa bodoh), ungkam seribu bahasa, malas
belajar/bekerja, sering melamun, sering marah-marah, atau bersikap gresif baik
17

secara verbal, seperti kata-kata kasar, dan menghina maupun non verbal,
seperti menempeleng, menendang, membanting pintu, dan memecahkan
barang-barang.
c. Gejala perilaku, yang gejalanya seperti meningkatnya penggunaan rokok,
alkohol, dan obat-obatan, tingkah laku yang ceroboh dan terkadang
membahayakan diri sendiri, dan yang paling ekstrim adalah keinginan untuk
bunuh diri.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stress
Dalam Santrock (1996) menjelaskan faktor yang mempengaruhi
stress,yaitu :
1. Faktor Lingkungan.
Banyak faktor, baik besar maupun kecil yang dapat menghasilkan stress
dalam kehidupan remaja. Kejadian sehari-hari yang membuat stress seperti tugas
sekolah dan pekerjaan yang berlebihan, merasa frustasi karena kondisi keluarga
yang tidak menyenangkan, atau hidup dalam kemiskinan, juga dapat
menghasilkan stress. Situasinya yang membuat stress adalah :
a.

Beban yang terlalu berat
Istilah yang sering digunakan untuk beban yang terlalu berat di masa kini

adalah burnout; perasaan tidak berdaya, tidak memiliki harapan, yang
disebabkan oleh stress akibat pekerjaan yang sangat berat. Burnout membuat
penderitanya

merasa

sangat

kelelahan

secara

fisik

dan

emosional

(Pines&Aronson, 1988). Di sejumllah kampus, burnout akibat kuliah adalah
alasan yang paling umum yang membuat para mahasiswa berhenti sebelum
18

mereka memperoleh gelar, dan jumlahnya mencapai 25 persen di beberapa
kampus.
b.

Konflik
Konflik terjadi ketika remaja harus mengambil keputusan dari dua atau

lebih stimulus yang tidak cocok. Ada tiga tipe konflik utama, yaitu;
- Konflik mendekat/mendekat (approach/approach conflict), terjadi bila
individu harus memilih antara dua stimulus atau keadaan yang sama-sama
menarik. Konflik ini adalah konflik yang tingkat stresnya paling rendah
dibandingkan dua tipe konflik lainnya karena dua pilihannya memberikan
hasil yang positif.
- Konflik menghindar/menghindar (avoidance/avoidance conflict), terjadi
ketika individu harus memilih antara dua stimulus yang sama-sama tidak
menarik. Dan sebenarnya ingin menghindari keduanya, namun mereka harus
memilih salah satunya.
- Konflik mendekat/menghindar (approach/avoidance conflict), terjadi bila
hanya ada satu stimulus atau keadaan namun memiliki karakteristik yang
positif dan juga negative. Dalam situasi seperti ini, sering kali merasa
bimbang sebelum mengambil keputusan. Ketika waktunya untuk mengambil
keputusan semakin dekat, kecenderungan untuk menghindar biasanya
semakin mendominasi (Miller, 1959).
c.

Frustasi
Frustasi adalah situasi lain yang juga dapat menyebabkan stress pada

mahasiswa. Frustasi (frustration) adalah situasi apa pun dimana pun individu tidak
19

dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kegagalan dan kehilangan adalah dua hal
yang terutama membuat frustasi.
2. Faktor kepribadian – pola tingkah laku tipe A
Apakah aspek-aspek kepribadian remaja berhubungan dengan stress dan
kesehatan remaja? Beberapa tahun belakangan ini, para peneliti memusatkan
perhatian mereka pada apa yang disebut dengan pola tingkah laku tipe A, (type A
behavior pattern) sekelompok karakteristik—rasa kompetitif yang berlebihan,
kemauan keras, tidak sabar, mudah marah, dan sikap bermusuhan—yang
dianggap berhubungan dengan masalah jantung. Individu yang bermusuhan dan
pemarah sering diberi label “reactor panas”, yang berarti mereka memiliki reaksi
fisiologis yang kuat terhadap stress—detak jantungnya meningkat, pernafasannya
menjadi semakin cepat, dan otot-ototnya menegang, yang pada akhirnya
mengakibatkan penyakit jantung. Peneliti di bidang pengobatan behavioral,
Redford Williams, percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk
mengendalikan kemarahannya dan untuk lebih mengembangkan rasa percaya
kepada orang lain, yang menurutnya akan mengurangi resiko terkena penyakit
jantung.
3. Faktor kognitif
Kebanyakan dari kita menganggap stress sebagai kejadian yang
merupakan akibat dari lingkungan yang menempatkan tuntutan pada diri kita,
misalnya kehilangan catatan di kelas, dibentak oleh seorang teman, gagal di salah
satu ujian, atau terlibat dalam kecelakaan mobil. Tidak semua orang melihat suatu
kejadian yang sama akan menimbulkan stress. Oleh sebab itu, sampai tingkat
20

tertentu, apa yang dilihat sebagai sesuatu yang menimbulkan stress tergantung
pada bagaimana mereka menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara
kognitif. Pandangan ini telah dikemukakan dengan sangat jelas oleh peneliti
bernama Richard Lazarus (1966, 1990, 1993). Penilaian kognitif adalah istilah
yang digunakan Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap
kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya,
mengancam, atau menantang dan keyakinan mereka apakah mereka memiliki
kemampuan untuk menghadapi suatu kejadian dengan efektif.
Menurut pandangan Lazarus, berbagai kejadian dinilai melalui dua langkah:
a. Penilaian primer (primary appraisal), mengartikan apakah suatu kejadian
mengandung bahaya atau menyebabkan kehilangan, menimbulkan suatu
ancaman akan bahaya di masa yang akan datang atau tantangan yang harus
dihadapi.
b. Penilaian sekunder (secondary appraisal), mengevaluasi potensi atau
kemampuan mereka dan menentukan seberapa efektif potensi atau
kemampuan mereka dapat digunakan untuk menghadapi suatu kejadian.
4. Faktor sosial-budaya
Beberapa diantara faktor-faktor sosial-budaya yang menyebabkan stress
adalah stress akulturatif dan status sosial ekonomi;
a. Stress akult