Pengaruh attachment style dan dukungan sosial terhadap kecemasan menghadapi menarche pada remaja awal

PENGARUH ATTACHMENT STYLE DAN DUKUNGAN
SOSIAL TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI
MENARCHE PADA REMAJA AWAL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh:

Eka Febrina Herdiyanti
NIM : 107070001883
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011
i

PENGARUH ATTACHMENT STYLE DAN DUKUNGAN
SOSIAL TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI
MENARCHE PADA REMAJA AWAL

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:

Eka Febrina Herdiyanti
NIM : 107070001883
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr.Risatianti Kolopaking, M.Psi, Psi

Yufi Adriani, M.Psi
NIP: 19820918 200901 2006

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
1432 H/ 2011 M
ii

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH ATTACHMENT STYLE DAN DUKUNGAN
SOSIAL TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA
REMAJA AWAL” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Desember 2011.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 7 Desember 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Ketua

Pembantu Dekan/ Sekretaris

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP: 19561223 198303 2 001


Jahja Umar, Ph.D
NIP: 130 885 522

Anggota :

Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psi
NIP: 19730328 200003 2 003

Dr.Risatianti Kolopaking, M.Psi., Psi

Yufi Adriani M.Psi
NIP: 192820918 200901 2 00

iii

PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Eka Febrina Herdiyanti


NIM

: 107070001883

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Attachment Style
dan Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Menghadapi Menarche pada
Remaja Awal” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan
tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang
ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam
daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan UndangUndang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, November 2011

Eka Febrina Herdiyanti
NIM : 107070001883

iv


MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil”
(Mario teguh)
“Duduklah bersama orang-orang bijak, baik mereka itu musuh atau mereka
itu kawan. Sebab, akal bertemu dengan akal”
(Imam Ali)
“Engkau yg hatinya dekat dengan Tuhan, tak perlu mengeluh, karena
Tuhan mendengar doa dan pintamu bahkan jauh sebelum engkau berdoa
dan meminta”
(Mario Teguh)

“Perubahan tidak akan datang jika kita menanti untuk orang lain dan
waktu lain. Kita adalah orang-orang yang dinanti. Kita adalah perubahan
yang selama ini kita cari”
(Barack Obama)
PERSEMBAHAN:


Skripsi ini ku persembahkan untuk Mama, Papa, Adikku tersayang
serta semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, masukan
dan doa.

v

ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Desember 2011
C) Eka Febrina Herdiyanti
D) Pengaruh Attachment Style dan Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan
Menghadapi Menarche pada Remaja Awal
E) xiv + 82 Halaman + 38 Lampiran
F) Pada remaja putri yang mengalami menarche, akan mengalami kondisi psikologis
seperti cemas, stres, takut, depresi karena perubahan fisik yang terjadi selama
menarche. Fenomena karena perubahan fisik tersebut dari remaja putri yang
mengalami menarche yang menyebabkan timbulnya kecemasan menghadapi
menarche.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa besar attachment style

dan dukungan sosial terhadap kecemasan menghadapi menarche pada remaja
awal.
Metode penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Responden dalam
penelitian ini adalah remaja putri SMPN 1 Serpong yang berumur 13-16 tahun
dan telah mengalami menarche (menstruasi setahun atau kurang dari setahun).
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecemasan
menghadapi menarche dan dukungan sosial yang dibuat model Likert dan
attachment style yang diadaptasi dari RSQ (Relationship Scale Questionnaire).
Hasil yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan attachment style yang terdiri dari secure attachment style, fearfulavoidant attachment style, preoccupied attachment style, dismissing attachment
style dan dukungan sosial yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan informasi dan dukungan integrasi sosial terhadap
kecemasan menghadapi menarche.
Pengaruh bersama antara attachment style dan dukungan sosial dengan
kecemasan menghadapi menarche adalah tidak signifikan dengan nilai R square
menjadi 0.06, artinya sebesar 6% variabel dalam penelitian ini mempengaruhi
kecemasan menghadapi menarche, sementara 94% sisanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor diluar dari penelitian ini.
vi


Oleh sebab itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti dan
menganalisa pengaruh variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi
kecemasan menghadapi menarche selain yang ada pada independent variable
pada penelitian ini, melakukan penelitian yang lebih luas,dan melakukan
pengambilan data yang lebih terkontrol.
G) Kata kunci : Kecemasan menghadapi menarche, Attachment style, Dukungan
Sosial
H) 35 buku + 6 artikel ilmiah

vii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’ alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ Pengaruh Attachment Style dan Dukungan Sosial Terhadap
Kecemasan Menghadapi Menarche pada Remaja Awal”. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar sarjana psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1.
2.
3.

4.

5.
6.

Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si, Pembantu Dekan I, beserta seluruh jajaran
dekanat lainnya.
Dr. Risatianti Kolopaking M.Psi, Psi, sebagai Dosen Pembimbing I, terima kasih
atas bimbingan, arahan, masukan dan waktu yang telah diluangkan ditengah
kesibukan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Yufi Adriani, M.Psi, sebagai Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen
Pembimbing Akademik, terima kasih atas segala bimbingan, arahan, masukan,
serta waktu yang telah diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan
skripsi. Berkat dukungan secara moril dari ibu dari awal penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Seluruh dosen dan staf akademik fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Kepala sekolah SMPN 1 Tangerang Selatan, Bapak Drs. Hermayandana, M.pd,
yang telah memberikan izin kepada saya untuk mengadakan penelitian, serta para
guru dan Staf Tata Usaha, khususnya Guru-guru pengajar, IbuIsmi, Ibu
Ratnawati, Pak Yosia cimi, Pak Erwin dan yang lainnya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
menyebarkan angket penelitian.
viii

7.

8.

9.


10.

11.

12.
13.

Kedua orang tua tercinta, terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang selalu
tercurah, perhatian, motivasi yang selalu ada disaat saya putus asa, dukungan
moril maupun materil, serta doa yang tak henti-hentinya kalian panjatkan kepada
Allah SWT, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adik saya, Fathidan Dwi Wanda, yang sedikit nakal namun sayang dengan
kakaknya yang terkadang usil ini. Memberikan semangat kepada saya dan selalu
menghibur di kala sedang gundah dan jenuh.
Sahabat-sahabat seperjuangan saya, Pury, Fadila, Muti, Ana, Etna, Yuni, Ami,
Tya, Ema, dan teman-teman kelas A angkatan 2007 lainnya yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk dukungan, semangat, bantuan,
saran dan hiburan dikala saya sedang jenuh mengerjakan skripsi. Senang rasanya
bisa melewati masa-masa kuliah bersama kalian.
Keluarga kedua saya di kaskus, yang tetap menghibur saya, meskipun saya
sedang tidak online, kalian terus menyemangati saya di luar. Terima kasih atas
saran-saran yang membangun selama saya mengerjakan skripsi.
Sahabat-sahabat terbaik saya, Irma, Ari, Nilam (model) yang menyemangati saya
selalu, Meskipun jarang bertemu, tapi akhirnya saya bisa juga menyusul kalian
menyelesaikan studi saya.
Kekasih saya, Denan, yang selalu menyemangati saya dari hari ke hari. Terima
kasih atas doa dan dukungannya.
Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk
segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan,
pleh karena itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Demikian skripsi ini disusun, semoga dapat
bermanfaat bagi semua.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Jakarta, November 2011

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan Pembimbing …….....……………………………..
ii
Lembar Pengesahan .….………………….....………….………………… iii
Lembar Pernyataan………………………………………………………… iv
Motto dan Persembahan…………………………………………………… v
Abstrak .….……………………………………….………...............…..
vi
Kata Pengantar .….……………………………………….…………..... viii
Daftar Isi .….……………………………………….…………..............
x
Daftar Tabel .….……………………………………….………….........
x ii
Daftar Gambar .…………………………………………….………….. xiii
Daftar Lampiran
.….……………………………………….………….. xiv
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …...…………......................………..
1.2 Pembatasan Masalah …………………………………..
1.3 Perumusan Masalah ….......……......................………..
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian………………………………….
1.4.2 Manfaat Penelitian…………………………………
1.5 Sistematika Penulisan …..……….................………..
KAJIAN TEORI
2.1 Menarche
2.1.1 Pengertian Menarche…………………………….
2.1.2 Pengertian Kecemasan Menghadapi Menarche…
2.1.3 Penyebab Kecemasan Pada Remaja ............……..
2.14 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon
Kecemasan .........................………………………
2.2 Attachment style
2.2.1 Pengertian Attachment .......................….....……..
2.2.2 Pembantukkan attachment Behavior ......…....…..
2.2.3 Model Mental Kelekatan .......................................
2.2.4 Attachment Style ....................................................
2.2.5 Attachment Style pada Remaja……………………
2.3 Dukungan Sosial
2.3.1 Pengertian Dukungan Sosial .........…....................
2.3.2 Jenis Dukungan Sosial ......................……......…..
2.3.3 Sumber Dukungan Sosial .....................................
2.3.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan
Sosial..............................................
2.4 Remaja Awal
2.4.1 Ciri-ciri Remaja……………………………….

1
7
9
9
10
11
13
14
16
16
18
19
21
22
25
28
30
31
31
33
x

BAB III

BAB IV

BAB V

2.5 Kerangka Berpikir…......................................………..
2.6 Hipotesis …......................................…………………
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ….....................………..
3.2 Definisi Variabel, Definisi Konseptual dan Definisi
Operasional
3.2.1 Definisi Variabel …..……….................…..
3.2.2 Definisi Operasional Variabel………………...
3.3 Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi
…...................................................
3.3.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.........
3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Skala Kecemasan Menghadapi Menarche…….
3.5.2 Skala Attachment Style……………………………
3.5.3 Skala Dukungan Sosial……………………….
3.6 Uji Alat Ukur (Tahap Try Out)……………………..
3.7 Uji Validitas………………………………………..
3.8 Uji Reliabilitas………………………………………
3.9 Metode Analisis Data
3.9.1 Metode Analisis Data Pengujian Hipotesis Mayor
3.9.2 Metode Analisis Data Pengujian Hipotesis Minor
3.10 Prosedur Penelitian……………………………………
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Deskriptif ....................................................
4.2 Data Skor Skala Penelitian
4.2.1 Data Skor Skala Kecemasan Menghadapi
Menarche………………………………………..
4.2.2 Data Skor Skala Attachment Style………………….
4.2.3 Data Skor Skala Dukungan Sosial………………
4.3 Uji Hipotesis
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian…………..
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan …..........................…....................……..
5.2 Diskusi
…..........…................................….......…..
5.3 Saran
5.3.1 Saran Metodologis ................................................
5.3.2 Saran Praktis ........................................................

36
38
40
40
41
41
42
42
45
46
47
48
49
52
56
58
58

60
65
67
68
69
76
76
81
82

DAFTAR PUSTAKA
xi

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1

Tabel Skor Skala Likert ..................….......………............

44

Tabel 3.2

Blue Print Skala Kecemasan Menghadapi Menarche ……..

46

Tabel 3.3

Blue Print Skala Attachment Style …………………………….

47

Tabel 3.4

Blue Print Skala Dukungan Sosial …………………………….

48

Tabel 3.5

Validitas Item Hasil Try Out Variabel Kecemasan
Menghadapi Menarche ............…..…………….

50

Tabel 3.6

Validitas Item Hasil Try Out Variabel Attachment Style…..

51

Tabel 3.7

Validitas Item Hasil Try Out Variabel Dukungan Sosial…..

52

Tabel 3.8

Hasil Reliabilitas Alat Ukur………………………………..

54

Tabel 4.1

Karakteristik Siswa…………………….. ………………....

61

Tabel 4.2

Karakteristik Orang Tua Siswa…………………………….

62

Tabel 4.3

Kategorisasi Skor Skala Kecemasan Menghadapi Menarche

66

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor Skala Attachment Style……………………

67

Tabel 4.5

Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial…………………

68

Tabel 4.6

Analisis Regresi Mayor ......................................…………..

70

Tabel 4.7

Koefesien Regresi…………………………………………..

72

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir ..................………………..

36

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

: Kuesioner Penelitian

xiv

Lampiran 2

: Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 3

: Reliabilitas dan Validitas Skala Kecemasan
Menghadapi Menarche Hasil Try Out
Reliabilitas dan Validitas Skala Attachment Style
Hasil Try Out
Reliabilitas dan Validitas Skala Dukungan Sosial
Hasil Try Out
Reliabilitas dan Validitas Skala Kecemasan Menghadapi
Menarche Pasca Try Out
Reliabilitas dan Validitas Skala Attachment Style
Menarche Pasca Try Out
Reliabilitas dan Validitas Skala Dukungan Sosial
Pasca Try Out
Hasil Analisis Regresi

xiv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Di zaman sekarang ini, menstruasi bukan lagi hal yang tabu bagi para remaja.
Menstruasi pertama merupakan pertanda seorang anak memasuki masa remaja.
Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan
seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke dewasa yang
ditandai dengan percepatan perkembangan fisik , mental, sosial dan emosional
(Monks, 1982). Masa ini biasanya diawali dengan pubertas. Pada remaja putri
pubertas biasanya ditandai dengan menstruasi pertama atau menarche.
Pubertas pada remaja putri diliputi peristiwa haid pertama yang disebut
menarche (Ganong, 2008). Menurut kamus kedokteran (2005) menarche yaitu
pembentukkan atau permulaan fungsi menstruasi. Sedangkan menurut Sarwono
(2002), menarche adalah tahap perkembangan fisik ketika alat reproduksi manusia
mencapai kematangannya. Masa pematangan ini biasanya berlangsung kurang
lebih dua tahun dan dihitung mulai haid yang pertama pada wanita . Menarche
biasanya timbul pada remaja awal. Remaja awal adalah masa remaja dengan
rentang usia 13 tahun – 16 tahun (Hurlock, 1980).
Remaja putri yang mengalami menarche cepat di indikasikan sebagai
responden yang hidup di kota besar, status sosial ekonomi yang sangat mampu,
memiliki orang tua dengan pendidikan tinggi, rumah yang sangat memadai,

1

mempunyai fasilitas lengkap di rumah antara lain: komputer, TV kabel dan
internet. Usia menarche mempunyai hubungan yang signifikan dengan
karakteristik kelahiran. Remaja putri yang terlahir relatif gemuk dan panjang
(berat lebih dari 3 kg, dan tinggi lebih dari 49 cm) cenderung enam bulan lebih
cepat mendapatkan menarche di bandingkan dengan remaja putri yang terlahir
gemuk dan pendek (lebih dari 3 kg dan kurang dari 49 cm) (Adair ,2001).
Di Hungaria usia menarche turun dengan sebesar 2.6 bulan per sepuluh
tahun dengan regresi linier (Bagga & Kulkarni, 2000). Di Indonesia sendiri, usia
menarche mengalami penurunan 0,145 tahun/dekade. Kondisi kesehatan dan
kekayaan umum di Indonesia meningkat dalam enam dekade terakhir ini yang
sangat besar pengaruhnya pada usia menarche. Hasil statistik menunjukkan usia
menarche mengalami penurunan dari rata-rata usia 14 tahun menjadi rata-rata usia
12-13 tahun (Hendrawati & Glinka, 2003).
Pada remaja putri yang mengalami menarche, akan mengalami kondisi
psikologis seperti cemas, stres, takut, depresi karena perubahan fisik yang terjadi
selama menarche. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Brooks-Gunn &
Ruble terhadap 639 anak perempuan terlihat jelas reaksinya terhadap menarche.
Mereka mendeskripsikan reaksi kecewa, sedikit terkejut dan sedikit gembira atau
positif saat menghadapi menstruasi pertama (dalam Santrock, 2003).
Kecemasan yang terjadi akibat perubahan psikis serta fisiologis yang
membuat seorang remaja yang mengalami haid menjadi murung, dan nampak
kurang bergairah. Menurut Hurlock (1990) kecemasan adalah bentuk perasaaan
2

khawatir, gelisah dan perasan-perasaan lain yang tidak menyenangkan. Sedangkan
Sue (2010) kecemasan diartikan sebagai ketakutan atau rasa takut yang timbul
pada situasi yang belum terjadi. Kecemasan menghadapi menarche merupakan
perasaan khawatir , gelisah serta perasaan yang tidak menyenangkan selama
mengalami haid pertama kali.
Remaja putri yang mengalami kematangan dan mengalami pubertas
biasanya tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk
memperoleh rasa aman. Oleh karena itu, remaja putri memerlukan simpati dan
perhatian dari keluarga inti dalam mengalami berbagai tugas yang dialaminya
(Hurlock, 1999). Perubahan keadaan fisik mempengaruhi sikap dan perilaku.
Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima remaja oleh orang tua,
kakak, adik, guru serta teman-teman maka semakin besar harapan sosial pada
periode ini, serta semakin besar akibat psikologis dari perubahan yang terjadi
(Hurlock, 1999). Menurut berbagai sumber, bagi sebagian perempuan, menstruasi
atau haid seringkali pengalaman yang traumatis, kekhawatiran atau keprihatinan
terhadap menstruasi (Hurlock, 1999).
Mengingat banyaknya efek yang terjadi baik psikologis dan fisiologis pada
saat mengalami menarche yang dapat menimbulkan kecemasan, remaja putri
perlu mendapatkan dukungan sosial seperti informasi bagaimana menghadapi
menarche agar tidak menimbulkan kecemasan.
Dukungan sosial ini bisa bersumber dari keluarga, teman, guru dan
lainnya. Seperti yang diuraikan diatas, attachment style dan dukungan sosial
3

berperan dalam menghadapi kecemasan menghadapi menarche. Setelah
mewawancarai 60 remaja putri usia 13-16 tahun di kecamatan Setu, Serpong, 48
diantaranya mengindikasikan bahwa mereka memiliki pengetahuan yang cukup
tentang menstruasi, memiliki attachment yang baik dengan orang-orang sekitar
mereka seperti orang tua dan teman-teman serta mendapatkan dukungan sosial
yang bersumber dari teman-teman dan keluarga sehingga mampu mengurangi
kecemasan mereka. Dukungan sosial dari keluarga khusunya bersumber dari Ibu.
Menurut Berk (2005), attachment adalah suatu ikatan afeksional yang
kuat, yang ditujukan pada orang-orang tertentu dalam kehidupan yang membuat
individu merasa senang dan bahagia ketika berinteraksi dengan mereka dan
merasa nyaman didekat mereka pada saat tertekan. Menurut Bowlby dan
Ainsworth (dalam Santrock, 2003) menyebutkan attachment style terbagi ke
dalam dua kelompok besar yaitu secure attachment dan insecure attachment,
individu yang mendapatkan secure attachment adalah percaya diri, optimis, serta
mampu membina hubungan dekat dengan orang lain, sedangkan individu yang
mendapatkan insecure attachment adalah menarik diri, tidak nyaman dalam
sebuah kedekatan, memiliki emosi yang berlebihan, dan sebisa mungkin
mengurangi ketergantungan terhadap orang lain.
Sedangkan menurut Bartholomew (dalam Baron & Byrne, 2003)
attachment style merupakan kecenderungan perilaku lekat individu yang terdiri
dari dimensi positif dan negatif pada dua sikap dasar, yaitu sikap dasar mengenai
self dan sikap dasar mengenai orang lain.
4

Batholomew (dalam Baron & Byrne, 2003) membagi empat jenis
attachment syle , yaitu secure attachment dimana individu tidak mudah marah,
memiliki hubungan yang hangat dengan orang tua mereka, tidak mengatribusikan
permusuhan dengan orang lain. Berbeda dengan fearful-avoidant attachment style,
preocuupied attachment style, dan dismissing attachment style dimana individu
yang diantaranya memiliki self image dan self evaluation yang negatif terhadap
orang lain sehingga individu sulit berinteraksi dengan ornag lain atau
berhubungan dekat dengan orang lain.
Selain attachment style , dukungan sosial juga membantu mengatasi
kecemasan pada siswa. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih
(2009), Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,

tentang bagaimana

penyuluhan tentang menstruasi memberikan informasi kepada siswi kelas VI SDN
Mangkubumen Lor no.15 Surakarta yang memberikan dampak positif bagi
mereka dan mengurangi tingkat kecemasannya. Dapat dilihat disini bagaimana
dukungan berupa informasi membantu mengurangi tingkat kecemasan siswa.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Utami (2008) tentang
hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi menarche pada
remaja putri prapubertas dengan karakterisik usia 9-13 tahun. Hasilnya
menunjukkan tidak adanya hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan
menghadapi menarche. Namun disini peneliti ingin mencoba kembali penelitian
yang dilakukan oleh mahasiswi UII jurusan psikologi tersebut dengan sampel

5

yang berbeda yaitu remaja putri yang telah mengalami menarche (dengan status
menarche setahun atau kurang dari setahun).
Menurut Baron & Byrne (1997), dukungan sosial adalah rasa nyaman
secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh para sahabat dan keluarga kepada
orang yang menghadapi stres. Dengan dukungan sosial, orang cenderung untuk
ada dalam keadaan kesehatan fisik yang lebih baik dan dapat mengatasi stres yang
dialaminya. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan
sosial dapat menurunkan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan
kecemasan.

Sedangkan menurut Sarafino (1998) dukungan sosial adalah

kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh individu dari
orang lain, dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan
atau kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di
lingkungan menjadi dukungan sosial atau tidak, tergantung pada sejauh mana
individu merasakan hal tersebut sebagai dukungan sosial.
Berdasarkan uraian serta fenomena diatas, bagaimana attachment dan
dukungan sosial mampu mengurangi kecemasan pada saat menarche. Attachment
style yang aman (secure attachment style) tentunya menimbulkan rasa aman dan
nyaman. Secure attachment style membuat orang tersebut

merasakan amat

berharga, penuh dorongan , dukungan sosial serta penuh kasih sayang . Sedangkan
fearful-avoidant attachment style, preoccupied attachment style dan dismissing
attachment style menimbulkan rasa tidak nyaman dalam sebuah kelekatan,
sehingga membuat anak memiliki persepsi yang selalu curiga kepada orang lain,
6

menghindar dan merasa cemas . Sehingga, dalam hal ini, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul pengaruh attachment style dan dukungan
sosial dengan kecemasan menghadapi menarche pada remaja awal.
1.2

Pembatasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih terarah dan tidak meluas,

maka peneliti memberikan batasan penelitian sebagai berikut :
1. Kecemasan menghadapi menarche
Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan menurut Sue (2010) yaitu
emosi dasar manusia yang menghasilkan reaksi tubuh untuk mempersiapkan
seseorang untuk “bertahan atau lari”. Kecemasan juga diartikan sebagai ketakutan
atau rasa takut yang timbul pada situasi yang belum terjadi.
Sehingga untuk kecemasan menghadapi menarche, adalah ketakutan atau rasa
takut yang timbul pada situasi saat menghadapi menarche yang meliputi aspek
kognitif, afektif, motorik dan somatik. Untuk mengukur kecemasan menghadapi
menarche, peneliti menggunakan skala model Likert yang indikatornya diambil
dari kecemasan menurut Sue (2010) yaitu komponen kognitif, afektif, motorik dan
somatik.

2. Attachment style
7

Menurut Bartholomew & Griffin (dalam Baron & Byrne, 2003) juga membagi
gaya kelekatan menjadi empat tipe, yaitu :
1. Gaya kelekatan aman (secure attachment)
2. Gaya kelekatan takut dan Menghindar (Fearful- Avoidant Attachment
style)
3. Gaya Kelekatan Terpreokupasi (Preocuupied Attachment style)
4. Gaya Kelekatan Menolak (Dismissing Attachment Style)
Attachment style atau gaya kelekatan diukur dengan alat ukur yang diadaptasi dari
RSQ (Relationship Scale Questionaire) yang dikembangkan oleh Bartholomew
dan Griffin (dalam Baron & Byrne, 2003).
3. Dukungan sosial
Sarafino (1998) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan,
perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh individu dari orang lain,
dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan atau
kelompok. Dukungan yang dimaksud adalah dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi. Dukungan sosial
diukur dengan menggunakan skala model Likert dengan indikator menurut
Sarafino (1998) menggunakan 4 dari 5 jenis dukungan sosial yaitu dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan dukungan integrasi
sosial.
8

4. Remaja awal
Remaja awal yang dimaksud adalah remaja dengan rentang usia 13 tahun – 16
tahun (Hurlock, 1980).
1.3

Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh attachment style terhadap kecemasan menghadapi
menarche pada remaja awal?
2. Bagaimana pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan menghadapi
menarche pada remaja awal?
3. Bagaimana pengaruh dukungan sosial dan attachment style terhadap
kecemasan menghadapi menarche pada remaja awal?
1.4

Tujuan dan Manfaat penelitian

1.4.1

Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum
a) Untuk mengukur pengaruh attachment style dan dukungan sosial terhadap
kecemasan menghadapi menarche pada remaja awal.
2) Tujuan Khusus

9

a) Untuk mengukur pengaruh secure attachment style terhadap kecemasan
menghadapi menarche pada remaja awal.
b) Untuk mengukur pengaruh fearful-avoidant attachment style terhadap
kecemasan menghadapi menarche pada remaja awal.
c) Untuk mengukur pengaruh preoccupied attachment style terhadap
kecemasan menghadapi menarche pada remaja awal.
d) Untuk mengukur pengaruh dismissing attachment style terhadap
kecemasan menghadapi menarche pada remaja awal.
e) Untuk mengukur pengaruh dukungan emosional terhadap kecemasan
menghadapi menarche pada remaja awal.
f) Untuk mengukur pengaruh dukungan emosional terhadap kecemasan
menghadapi menarche pada remaja awal.
g) Untuk mengukur pengaruh dukungan penghargaan terhadap kecemasan
menghadapi menarche pada remaja awal.
h) Untuk mengukur pengaruh dukungan informasi terhadap kecemasan
menghadapi menarche pada remaja awal.
i) Untuk mengukur pengaruh dukungan integrasi sosial terhadap kecemasan
menghadapi menarche pada remaja awal.
1.4.2

Manfaat Penelitian
10

Secara praktis, penelitian dapat menjadi pengalaman bagi penulis dalam
menerapkan penelitian ini serta berguna bagi masyarakat khususnya para remaja
tentang menarche. Bagi masyarakat, khususnya para remaja, penelitian ini dapat
memberikan manfaat tentang bagaimana peran dukungan sosial serta attachment
style mengurangi kecemasan menghadapi menarche.
1.5

Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan
Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah atau alasan
yang menyebabkan peneliti memilih topik penelitian. Kemudian juga terdapat
perumusan masalah yang ingin diteliti, tujuan diadakannya penelitian, manfaat
yang diharapkan dapat diperoleh melalui hasil penelitian, dan sistematika
penulisan penelitian.
BAB II Kajian Teori
Bab ini berisi teori yang dipakai sebagai dasar dalam melaksanakan
penelitian. Teori yang terdapat dalam kajian teori terbagi menjadi dua bagian,
yakni kajian teori mengenai mengenai ingatan jangka pendek dan metode
mnemonic. Selain itu, pada bab ini juga berisi kerangka berpikir dan hipotesis.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi pendekatan dan metode penelitian; variabel penelitian yang
meliputi variabel terikat, variabel bebas, dan variabel sekunder; populasi dan
sampel serta teknik pengambilan sampel; instrument penelitian; rancangan
penelitian; prosedur penelitian; dan metode analisis data.
BAB IV Hasil dan Analisis Penelitian
11

Bab ini berisi tentang gambaran umum subjek dan analisis data yang
diperoleh dari hasil penelitian.
BAB V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis
penelitian, diskusi, dan saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

12

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1

Kecemasan Menghadapi Menarche

2.1.1

Pengertian Menarche

Menurut kamus kedokteran (2005) menarche yaitu pembentukkan atau permulaan
fungsi menstruasi.
Sedangkan

menurut

Sarwono

(2002),

menarche

adalah

tahap

perkembangan fisik ketika alat reproduksi manusia mencapai kematangannya.
Menurut Kartono (2002) semakin muda usia remaja dan semakin belum siap
menerima peristiwa haid akan semakin terasa kejam dan mengancam pengalaman
menstruasi tersebut. Pengamatan secara psikoanalitis menunjukkan bahwa ada
reaksi-reaksi psikis tertentu pada saat haid pertama lalu timbul proses yang
disebut sebagai komplek kastrasi atau trauma genetalia .
Untuk mengukur kondisi menarche, Cauffman dan Steinberg (1996)
menyusun kuesioner dengan membagi kondisi menarche atau disebut sebagai
status menarche menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Premenarche, yaitu remaja yang belum mengalami menstruasi.
2. Menarche, yaitu remaja yang telah mengalami menstruasi setahun atau
kurang dari setahun.
3. Postmenarche, yaitu tahap dimana remaja telah mengalami menarche
selama lebih dari setahun
13

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil status menarche remaja awal pada tahap
kedua, yaitu yang sudah menginjak masa menstruasi kurang dari setahun.
2.1.2

Pengertian Kecemasan Menghadapi Menarche

Menurut Stuart (2002) kecemasan berasal dari bahasa Yunani yang berarti
menekan atau menindas dan istilah latin anxious yang mengandung arti
kesempitan

atau

keterbatasan

dan

biasanya

berhubungan

dengan

ketidaknyamanan. Selaras dengan ini, Hurlock (1990) juga mengatakan bahwa
kecemasan adalah bentuk perasaaan khawatir, gelisah dan perasan-perasaan lain
yang tidak menyenangkan.
Atkinson (1982) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi normal
dalam menghadapi situasi yang menekan. Sedangkan menurut Chaplin (2001),
kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan kekhawatiran
mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.
Sue, Sue & Sue (2010, hal.162) mendefinisikan “ anxiety is a
fundamental human emotion that produce bodiliy reactions that prepare us for
“fight or flight” ; anxiety is anticipatory; the dreaded event or situation has not
yet occurred”.
Dari definisi ini dapat diartikan bahwa kecemasan adalah emosi dasar
manusia yang menghasilkan reaksi tubuh untuk mempersiapkan seseorang untuk
“bertahan atau lari”. Kecemasan juga diartikan sebagai ketakutan atau rasa takut
yang timbul pada situasi yang belum terjadi.

14

Manifestasi kecemasan menurut Sue (2010) terjadi dalam empat hal, yaitu:
a) Kognitif
Kecemasan yang terwujud dalam pikiran seseorang seringkali memikirkan
tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
b) Motorik
Kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti
gemetar.
c) Somatik
Kecemasan terwujud dalam keadaaan mulut kering, tangan dan kaki
dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan
lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak
jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan darah.
d) Afektif
Kecemasan diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang
berlebihan.
Sehingga dapat disimpulkan, kecemasan menghadapi menarche adalah
ketakutan atau rasa takut yang timbul pada situasi saat menghadapi menarche
yang meliputi aspek kognitif, afektif, motorik dan somatik.
2.1.3

Penyebab Kecemasan Pada Remaja

Menurut Mighwar (2006), secara psikologis kecemasan tersebut merupakan
pengembangan-pengembangan negatif berbagai masalah sebelumnya yang
semakin menguat yang diakibatkan oleh tiga hal, yaitu:
15

1. Kurangnya pengetahuan sehingga kurang mampu menyesuaikan diri
dengan pertumbuhan dan perkembangannya serta tidak mampu menerima
apa yang dialaminya.
2. Kurangnya dukungan dari orang tua, teman sebaya atau lingkungan
masyarakat sekitar.
3. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan tekanan yang ada.
2.1.4

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan

Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
adalah :
a. Usia
Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia

semakin baik

tingkat emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi persoalan.
b. Status kesehatan jiwa dan fisik
Kelelahan fisik dan penyakit dapat menurunkan mekanisme pertahanan seseorang.
c. Nilai-nilai budaya dan spiritual
Budaya dan spiritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang. Religiusitas yang
tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif atas masalah yang dihadapi.

16

d. Pendidikan
Tingkat pendidikan rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut
mudah mengalami kecemasan, semakin tinggi tingkat pendidikannya akan
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
e. Mekanisme koping
Mekanisme

koping

digunakan

seseorang

saat

mengalami

kecemasan.

Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif sebagai penyebab
tersedianya perilaku patologis.
f. Dukungan sosial
Dukungan sosial dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana kehadiran orang
lain dapat membantu seseorang mengurangi kecemasan dan lingkungan
mempengaruhi area berpikir seseorang.
g. Tahap perkembangan
Pada tingkat perkembangan tertentu terdapa jumlah dan intensitas stressor yang
berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap perkembangan berbeda. Pada
tingkat perkembangan individu membentuk kemampuan adaptasi yang semakin
baik terhadap stressor.
h. Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi seseorang menghadapi stressor yang
sama.
17

i. Pengetahuan
Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan dapat digunakan
untuk mengatasi masalah.
2.2

Attachment Style

2.2.1

Pengertian Attachment

Kelekatan (attachment) pertama kali dikembangkan oleh Bowlby pada tahun 1958
yang mengatakan bahwa bayi mendemonstrasikan kedekatan mereka kepada
ibunya melalui beberapa tipe perilaku seperti menghisap, mengikuti, menangis,
dan tersenyum (Santrock, 2003).
Attachment menurut Berk (2005) adalah suatu ikatan afeksional yang kuat,
yang ditujukan pada orang-orang tertentu dalam kehidupan yang membuat
individu merasa senang dan bahagia ketika berinteraksi dengan mereka dan
merasa nyaman didekat mereka pada saat tertekan.
Herbert (dalam Mar’at, 2006) mengatakan kelekatan (attachment)
mengacu pada ikatan antara dua orang individu atau lebih, sifatnya adalah
hubungan psikologis yang diskriminatif dan spesifik, serta mengikat seseorang
dengan orang lain dalam rentang waktu dan ruang tertentu.
Myers (dalam Mar’at, 2006) mengatakan tidak ada tingkah laku sosial
yang lebih mencolok dibanding dengan kekuatan ini, dan perasaan saling cinta
antara bayi dan ibu ini disebut dengan kelekatan (attachment).

18

John Bowlby & Ainsworth (dalam Collin, 1996) mengatakan kelekatan
(attachment) merupakan ikatan emosional yang terus menerus ditandai dengan
kecenderungan untuk mencari dan memantapkan kedekatan terhadap tokoh
tertentu, khususnya ketika sedang berada dalam kondisi yang menekan.
Bowlby mengakui pentingnya mempelajari kelekatan pada masa dewasa
dan berpendapat bahwa fungsi dasar dari sistem kelekatan terus beroperasi di
masa hidup (Bowlby, dalam Collin 1996). Sistem kelekatan pada masa dewasa
akan diaktifkan setiap kali ada rasa aman ketika oran dewasa dihadapkan dengan
peristiwa yang mereka anggap stres atau mengancam. Mereka akan cenderung
menginginkan atau mencari orang lain yang tepat.
2.2.2

Pembentukan attachment behavior (tingkah laku lekat)

Monks & Knoers (2006) berpendapat bahwa attachment behavior atau tingkah
laku lekat

merupakan tinglah laku yang khusus bagi manusia, yaitu

kecenserungan dan keinginan seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang
lain, untuk mencari kepuasan dalam hubungannya dengan orang lain tersebut.
Schaffer (dalam Monks & Knoers, 2006) mengemukakan bahwa anak
pada waktu dilahirkan mempunyai semacam struktur kognitif yang spesifik yaitu
suatu struktur kognitif yang terarah pada jenisnya sendiri yang dapat menambah
keinginan untuk mempertahankan hidupnya.
Dalam tiga bulan yang pertama, akan timbul daya tarik terhadap manusia
pada umumnya, kemudian struktur kognitif tersebut berubah arah akibat
19

pengalaman dan belajar hingga anak lebih tertarik pada orang-orang tertentu saja.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Bowlby (dalam Gunarsa, 1997) bahwa
keterikatan anak dengan orang tua berkembang dari hal-hal yang tidak terarah,
sedikit demi sedikit menjadi lebih terarah dan tertentu.
Menurut Monks & Knoers (2006) ada dua macam tingkah laku yang
menyebabkan seseorang dipilih sebagai objek kelekatan atau figur lekat yaitu:
1. Sering mengadakan reaksi terhadap tingkah laku anak yang dimaksudkan
untuk mencari perhatian
2. Sering membuat interaksi secara spontan dengan anak
Berdasarkan hasil penelitian, Berk (2005) menemukan beberapa faktor yang
mempengaruhi secure attachment pada anak-anak, diantaranya:
1) Kesempatan untuk membangun kelekatan
2) Kualitas pengasuhan
3) Karakteristik bayi
4) Kondisi Keluarga
5) Model mental kelekatan orang tua

20

Bowlby (dalam Monks & Knoers, 2006) berpendapat bahwa timbulnya
kelekatan anak terhadap figur lekatnya adalah akibat dari aktifnya sejumlah
system tingkah laku (behavioral systems) yang membutuhkan kedekatan dengan
ibu. Bila anak ditinggalkan oleh ibu atau dalam keadaan takut, system tingkah
laku tadi segera menjadi aktif dan hanya bisa dihentikan oleh sentuhan, suatu atau
kehadiran ibu.
2.2.3

Model mental kelekatan

Bowlby (dalam Baron & Byrne, 2003) mengajukan bahwa pada saat
berlangsungnya interaksi antara bayi dan pengasuhnya tersebut, anak membentuk
kognisi yang terpusat pada dua sikap yang sangat penting (istilah Bowlby
terhadap sikap-sikap ini adalah model kerja atau working model atau dikenal juga
dengan istilah model mental kelekatan). Salah satu sikap dasar, adalah evaluasi
terhadap diri sendiri, disebut juga self esteem yaitu perilaku dan reaksi emosional
dari pengasuh kepada bayi bahwa ia dihargai, penting, individu yang dicintai atau
pada ujung ekstrem yang lainnya, relatif tidak berharga, tidak penting dan tidak
dicintai.
Sikap dasar kedua yang diperoleh bayi adalah aspek social self yang terdiri
dari belief dan harapan mengenai orang lain yang disebut kepercayaan
interpersonal (interpersonal trust). Gagasan umumnya adalah bahwa bayi
memperoleh pengalaman bahwa pengasuhnya dapat dipercaya, dapat diharapkan
dan dapat diandalkan atau relatif tidak dapat dipercaya, tidak diharapkan dan tidak
dapat diandalkan.
21

Selama bayi tumbuh dan berinteraksi dengan orang lain di dalam dan luar
keluarga, sikap dasar mengenai self tetap kosntan, sikap dasar mengenai pengasuh
digeneralisasikan kepada individu lain.
Jika Bowlby benar, jauh sebelum kita memperoleh keterampilan
berbahasa, kita mampu membentuk skema dasar mengenai diri kita sendiri dan
mengenai orang lain, skema yang membimbing perilaku interpersonal kita
sepanjang hidup kita. Sebagai akibatnya, interaksi kita dengan anggota keluarga,
orang asing, teman sebaya dan sahabat, pasangan romantis, dan pasangan hidup
hingga derajat tertentu dipengaruhi oleh apa yang kita pelajari pada awal masa
bayi (Baron & Byrne, 2003).
Dapat disimpulkan bahwa model mental kelekatan adalah kognisi yang
terpusat pada dua sikap penting yaitu sikap dasar terhadap diri sendiri yang terdiri
dari evaluasi terhadap diri sendiri dan sikap dasar terhadap orang lain yang terdiri
dari belief dan harapan mengenai orang lain. Model mental kelekatan ini akan
mempengaruhi perilaku individu sepanjang rentang kehidupan.
2.2.4

Attachment Style (Gaya Kelekatan)

Dengan adanya penekanan Bowlby (dalam Baron & Byrne, 2003) menganai dua
sikap dasar (mengenai self dan orang lain), diasumsikan berbagai aspek dari
perilaku interpersonal seseorang dipengaruhi oleh sejauh mana self -evaluation
seseorang adalah positif dan negatif dan sejauh mana orang lain dipersepsikan
sebagai positif (terpercaya) atau negatif (tidak dapat dipercaya). Bartholomew

22

(dalam Baron & Byrne), mengusulkan bahwa kedua dimensi tersebut harus
dipertimbangkan secara bersamaan.
Kombinasi yang terjadi dari sikap diri yang positif - negatif dan sikap
terhadap orang lain yang positif negatif membentuk gaya kelekatan. Menurut
Bartholomew (dalam Bartholomew & Shaver, 1998), attachment style atau gaya
kelekatan adalah kecenderungan perilaku lekat individu yang terdiri dari dimensi
positif dan negatif pada dua sikap dasar, yaitu sikap dasar mengenai self dan sikap
dasar mengenai orang lain. Bartholomew & Griffin (dalam Baron & Byrne, 2003)
juga membagi gaya kelekatan menjadi empat tipe, yaitu :
1. Gaya kelekatan aman (secure attachment)
Seseorang dengan gaya kelekatan aman memiliki self esteem yang tinggi
dan positif terhadap orang lain, sehingga ia mencari kedekatan interpersonal dan
merasa nyaman dalam hubungan. Selain itu gaya kelekatan ini dikenal dengan
orang yang bersahabat, responsif, dan penuh kasih sayang (Helmi,1999).
Contohnya orang dengan gaya kelekatan aman melaporkan memiliki
hubungan yang hangat dengan orang tua mereka dan mempersepsikan kehidupan
keluarga mereka dimasa lampau dan masa sekarang secara positif (Diehl dkk
dalam Baron & Byrne, 2003), dibandingkan gaya kelekatan yang lain, individu
dengan gaya kelekatan aman lebih tidak mudah marah, lebih tidak
mengatribusikan keinginan bermusuhan dengan orang lain dan mengharapkan
hasil positif dan konstruktif dari konflik (Mikulincer dalam Baron & Byrne,
2003).
23

Individu yang aman paling mampu membentuk hubungan yang berlangsung lama,
dengan komitmen dan memuaskan (Baron & Byrne, 2003).
2. Gaya kelekatan takut dan Menghindar (Fearful- Avoidant Attachment style)
Memiliki self esteem yang rendah dan negatif terhadap orang lain dengan
meminimalkan kedekatan interpersonal dan menghindari hubungan akrab, mereka
berharap dapat melindungi diri mereka dari rasa sakit karena ditolak. Individu
yang takut ditolak menggambarkan orang tua mereka secara negatif memendam
perasaan hostile dan marah tanpa menyadarinya (Baron & Byrne, 2003).
3. Gaya Kelekatan Terpreokupasi (Preocuupied Attachment style)
Memiliki ketidakkonsistenan antara self image dengan image mengenai
orang lain. Individu dengan gaya kelekatan ini mempunyai pandangan yang
negatif mengenai self yang dikombinasikan dengan harapan positif bahwa orang
lain akan mencintai dan menerima mereka.
Sebagai akibatnya, individu yang terpreokupasi mencari kedekatan dalam
hubungan (kadang-kadang kedekatan yang berlebihan), tapi mereka juga
mengalami kecemasan dan rasa malu karena merasa “tidak pantas” menerima
cinta dari orang lain (Lopez dkk dalam Baron & Byrne, 2003). Tekanan mengenai
kemungkinan ditolak terjadi secara ekstrem. Kebutuhan untuk dicintai dan diakui
ditambah adanya self critism mendorong terjadinya suatu depresi setiap kali
hubungan menjadi buruk (Baron & Byrne, 2003).

24

4. Gaya Kelekatan Menolak (Dismissing Attachment Style)
Memiliki self image yang sangat positif (kadang kala tidak realistis) dan
self description yang berbeda jauh dari gambaran orang lain tentang mereka
(Baron & Byrne, 2003), individu yang menolak melihat dirinya sebagai berharga,
independen dan sangat layak untuk mendapatkan hubungan yang dekat, orang lain
mungkin lebih melihat mereka secara lebih tidak positif dan mendeskripsikan
mereka sebagai tidak ramah dan terbatas ketrampilan sosialnya. Masalah
utamanya adalah mereka mengharapkan yang terburuk dari orang lain, sehingga
mereka mungkin saja merasa takut terhadap kedekatan yang jujur.
Dapat disimpulkan bahwa empat gaya kelekatan ini mempunyai kombinasi
aspek yang berbeda, secure attachment style mempunyai self evaluation yang
positif dan persepsi mengenai orang lain yang positif.
Fearful-avoidant attachment style mempunyai kombinasi self evaluation
yang negatif dan persepsi mengenai orang lain yang negatif, preoccupied dan
dismissing attachment style mempunyai kombinasi self evaluation yang positif
dan persepsi mengenai orang lain yang negatif.
Dalam penelitian ini, digunakan empat gaya kelekatan menurut
Bartholomew dan Griffin (dalam Baron & Byrne, 2003).
2.2.5

Attachment Style pada Remaja

Menurut Allen dan Land (dalam Pamela & Stefanie, 2003) para peneliti pakar
klinis setuju bahwa perubahan otonomi pada remaja berkembang dengan baik
dalam kondisi hubungan yang aman.
25

Pada perkembangan kelekatan sejak masa bayi sampai remaja seluruh pola
tingkah laku kelekatan berkembang sehingga dapat meramalkan tingkah laku pada
hubungan kelekatan yang baru di masa yang akan datang.
Hasil penelitian terakhir menunjukkan adanya kelanjutan dan ketetapan
skema kelekatan yang berkembang pada masa anak-anak, sesuai dengan pendapat
Lopez (dalam Pamela & Stefanie, 2003) bahwa skema kelekatan dan tingkah laku
yang terkait skema tersebut cenderung menimbulkan tanggapan dari lingkungan,
dimana tanggapan tersebut dapat memperkuat dan mempertahankan skema yang
sudah ada. Maksudnya adalah tingkah laku remaja dan situasi sosial tertentu
mencerminkan pola kedekatan individu yang bersifat tetap terhadap orang lain.
Lopez menekankan bahwa sekalipun model mental kelekatan berlangsung lama,
model mental tersebut tetap dipengaruhi oleh lingkungan dan perubahan yang
terjadi dalam perkembangan. Oleh karena itu, kelekatan yang tidak aman masih
dapat diubah dengan beberapa langkah perubahan yang efektif.
Ainsworth (dalam Collins, 1996) mengemukakan bahwa tidak hanya
pengalaman sosioemosional, tetapi juga faktor hormonal, neurofisiologi dan
perubahan kognitif yang mendasari perubahan proses kelekatan pada remaja. Ciri
lain dari perkembangan remaja adalah perubahan dalam self atau diri remaja, hal
ini sejalan dengan perkembangan kognitif remaja yang telah mencapai tahap
pemikiran operasional formal. Pada tahap ini remaja telah mampu memandang
sebuah hubungan secara lebih mendalam.

26

Mereka mampu memikirkan bentuk dasar pola kelekatan dirinya dan orang
lain, mengetahui perbedaan masing-masing pola kelekatan dan mampu
menyesuaikan tingkah laku mereka dalam menghadapi perbedaan pola kelekatan
tersebut (Allen dan Land dalam Pamela & Stefanie, 2003)
Menurut Greenberg (dalam Collin, 1996) hubungan pertemanan atau peer
menjadi bagian yang sangat penting, tetapi kelekatan (attachment) dengan orang
tua menjadi sumber utama dari rasa aman. Pada masa kanak-kanak, figur
kelekatan hanyalah orang tua namun ketika mereka beranjak remaja, figur
kelekatan mereka tidak hanya orang tua tetapi bisa juga teman, guru, maupun
pacar. Suatu penelitian menyatakan bahwa anak akan tetap memiliki hubungan
kedekatan dengan orang tuanya selama mereka hidup meskipun telah memiliki
kelekatan yang tahan lama dengan orang lain, misalnya teman, guru atau pacar
(Collin, 1996).
Menurut Collins (1996) dua perubahan utama pada kelekatan remaja
adalah perkembangan hubungan timbal balik dimana masing-masing individu
bertindak sebagai figure lekat bagi individu lainnya dalam hubungan tersebut,
Kemudian perubahan kedua adalah pergantian orang tua dengan orang lain (teman
sebaya, guru, saudara, dll) sebagai figur lekat utama. Saat anak tumbuh menjadi
remaja kemudian menjadi dewasa dan mencari otonomi atau kemandirian.
Ainsworth (dalam Pamela & Stefanie, 2003) menyatakan bahwa k