Analisa Kadar Fosfat dan Amonia pada Limah Cair Rumah Rumah Sakit secara Spektrofotometri UV-VIS
ANALISA KADAR FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
KARYA ILMIAH
SRI INDRIANI
092401101
PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(2)
ANALISA KADAR FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
Ahli Madya
Disusun oleh :
SRI INDRIANI
092401101
PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(3)
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA KADAR FOSFAT DAN AMONIA PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : SRI INDRIANI Nomor Induk Mahasiswa : 092401101 Program Studi : D3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui Oleh : Medan, Juni 2012
Diketahui/Disetujui Oleh: Disetujui Oleh: Ketua Program Studi D3 Kimia Dosen Pembimbing
( Dra. Emma Zaidar, M.Si ) ( Dr.Marpongahtun.M.Sc ) NIP. 195512181987012001 NIP. 196111151988032002
Diketahui/Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU
( Dr. Rumondang Bulan, M.S ) NIP. 195408301985032001
(4)
PERNYATAAN
ANALISA KADAR FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan,
SRI INDRIANI 092401101
(5)
PENGHARGAAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah serta anugerah-Nya penulis menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Tugas akhir ini diajukan sebagai syarat kelulusan program D3 Jurusan Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara, oleh karena ini dengan judul “Analisa Kadar Fosfat Pada Limbah Cair Rumah Sakit Secara Spektrofotometri UV-Visibel“ .
Dalam proses pembuatan tugas akhir ini, penulis telah mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga besar, khususnya Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak memberikan doa, bimbingan, saran, motivasi dan materi sampai selesainya karya ilmiah ini.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S, selaku ketua Departemen Kimia di FMIPA USU 3. Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc, selaku dosen pembimbing saya
4. Seluruh teman-teman Jurusan Kimia Analis FMIPA USU yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, khususnya angkatan 2010
Di dalam menyusun tugas akhir ini penulis telah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah. Untuk itu penulis dengan rendah hati menerima kritikan dan saran-saran yang bersifat membangun dari pembaca demi untuk menambah kesempurnaan tugas akhir ini. Dan untuk menutup kata pengantar penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, Juni 2012 Hormat saya
SRI INDRIANI 092401101
(6)
ANALISA KADAR FOSFAT DAN AMONIA PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
ABSTRAK
Telah dilakukan pengujian terhadap kadar senyawa Fosfat dan Amonia dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visibel. Pengujian senyawa Fosfat dilakukan dengan metode Asam Askorbat pada panjang gelombang 880 nm dan Amonia pada panjang gelombang 425 nm. Dari analisa diperoleh nilai kadar Fosfat sebesar 0,192 mg/L dan kadar Amonia sebesar 0,00013 mg/L. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa kadar senyawa Fosfat dan Amoia dalam Limbah Cair Rumah Sakit masih di bawah standar yang telah ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup yaitu kadar Fosfat 2 mg/L dan kadar Amonia 0,1 mg/L.
(7)
ANALYSISANDPHOSPHATECONTENTINLIQUID WASTEAMMONIA HOSPITALBY SPECTROPHOTOMETRYUV-VIS
ABSTRACT
Testinghas been doneon levels ofphosphatesandammoniacompoundsusingUV-visible spectrophotometer. Phosphatecompoundstestingconductedby the method ofascorbic acidat a wavelength of880 nmandammoniaat a wavelength of425nm. Values obtainedfrom theanalysis
ofphosphatecontentof0.192mg/Landammonialevelsof0.00013mg/L.The results
oftheseanalyzesshowedthat thelevels ofphosphatecompoundsinwastewaterandAmoiaHospitalis still belowthe standards setthelevels
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Air Limbah 4
2.1.1 Parameter Kualitas Limbah 4 2.1.2 Analisis Sifat-sifat Air Limbah 5 2.1.2.1 Sifat Fisik Air Limbah 6 2.1.2.2 Sifat Kimiawi Air Limbah 7 2.1.2.3 Sifat Biologi Air Limbah 8
2.2 Fosfat 8
2.2.1 Fosfat Dalam Air Limbah 8
2.3 Amonia 9
2.3.1 Amonia dalam Air Limbah 10
2.3 Spektrofotometri UV-Visibel 10
BAB 3 METODE PENELITIAN 15
3.1 Alat dan Bahan 15
3.1.1 Alat-alat 15
3.1.2 Bahan-bahan 15
3.2 Prosedur Analisa 16
3.2.1 Pembuatan Larutan 16 3.2.2 Pembuatan Larutan Standar Fosfat 17 3.2.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi 18 3.2.4 Penentuan Kadar Fosfat pada Air Limbah Rumah Sakit 18 3.2.5 Penentuan Kadar Amonia pada Air Limbah Rumah Sakit 19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20
4.1 Data Percobaan 20
4.2 Perhitungan 21
4.3 Pembahasan 24
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 25
(9)
5.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
(10)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Cair bagi Rumah Sakit 5 Tabel 4.1 Data Absorbansi Vs Konsentrasi Fosfat 20 Tabel 4.2 Hasil Analisa Fosfat pada Air Limbah Rumah Sakit 20 Tabel 4.3 Hasil Analisa Fosfat pada Air Limbah Rumah Sakit 20 Tabel 4.3 Perhitungan Metode Least Square 21 Tabel 4.4 Harga y baru untuk Larutan Standar Fosfat 22
(11)
ANALISA KADAR FOSFAT DAN AMONIA PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
ABSTRAK
Telah dilakukan pengujian terhadap kadar senyawa Fosfat dan Amonia dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visibel. Pengujian senyawa Fosfat dilakukan dengan metode Asam Askorbat pada panjang gelombang 880 nm dan Amonia pada panjang gelombang 425 nm. Dari analisa diperoleh nilai kadar Fosfat sebesar 0,192 mg/L dan kadar Amonia sebesar 0,00013 mg/L. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa kadar senyawa Fosfat dan Amoia dalam Limbah Cair Rumah Sakit masih di bawah standar yang telah ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup yaitu kadar Fosfat 2 mg/L dan kadar Amonia 0,1 mg/L.
(12)
ANALYSISANDPHOSPHATECONTENTINLIQUID WASTEAMMONIA HOSPITALBY SPECTROPHOTOMETRYUV-VIS
ABSTRACT
Testinghas been doneon levels ofphosphatesandammoniacompoundsusingUV-visible spectrophotometer. Phosphatecompoundstestingconductedby the method ofascorbic acidat a wavelength of880 nmandammoniaat a wavelength of425nm. Values obtainedfrom theanalysis
ofphosphatecontentof0.192mg/Landammonialevelsof0.00013mg/L.The results
oftheseanalyzesshowedthat thelevels ofphosphatecompoundsinwastewaterandAmoiaHospitalis still belowthe standards setthelevels
(13)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relative sedikit tetapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakan lingkungan kehidupan dan sumber daya.
Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industri. Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku industri maupun sebagai penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia oleh bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun dari kualitasnya. Beberapa criteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator, reduktor, mutagenic, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu.
Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun dan berbahaya pada suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan atau pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan nilai ambang batasnya. Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka waktu
(14)
relative singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka panjang cukup fatal bagi lingkungan (Ginting, 1992).
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber dosmetik (perkantoran, perumahan dan perdagangan), sunber industry, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan atau air hujan (Soeparman, 2001).
1.2 Permasalahan
Kadar fosfat dan ammonia dalam limbah cair Rumah Sakit Kota Medan sangat berpengaruh terhadap mutu lingkungan disekitar Rumah Sakit. Permasalahan yang ada:
1. Berapakah kadar senyawa fosfat dan Amonia dalam limbah cair Rumah Sakit yang dirtentukan dengan alat Spektrofotometer UV – Visibel.
2. Apakah senyawa Fosfat dan Amonia memenui standarisasi buangan air limbah menurut keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-58/MENLH/12/1995.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar senyawa Fosfat dan Amonia yang terkandung di air limbah Rumah sakit.
2. Untuk mengetahui perbandingan nilai kesesuaian kadar senyawa Fosfat dan Amonia pada baku mutu limbah cair Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
1.4 Manfaat
Sebagai informasi mengenai kandungan fosfat yang terdapat dalam air limbah Rumah Sakit yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup agar tidak mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup.
(15)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah
Limbah rumah sakit adalah semua limbah baik yang berbentuk padat maupun cair yang berasal dari kegiatan rumah sakit baik kegiatan medis maupun nonmedis yang kemungkinan besar mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif. Apabila tidak ditangani dengan baik, limbah rumah sakit dapat menimbulkan masalah baik dari aspek pelayanan maupun estetika selain dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan menjadi sumber penularan penyakit (infeksi nosokomial). Oleh karena itu, pengelolaan limbah rumah sakit perlu mendapatkan perhatian yang serius dan memadai agar dampak negatif yang terjadi dapat dihindari atau dikurangi. Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang bedah dan otopsi apabila tidak dikelola dengan baik atau langsung dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta mencemari lingkungan. Limbah cair nonmedis merupakan limbah rumah sakit yang berupa kotoran manusia seperti tinja dan air kemih (Chandra, 2007).
2.1.1 Parameter Kualitas Limbah
Berbagai parameter kualitas limbah cair yang penting untuk diketahui adalah bahan padat tersuspensi (Suspended Solids = SS), bahan padat terlarut (Dissolved Solids), kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD), Organisme coliform, pH, Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen = DO), nutrien (seperti Nitrogen dan fosfor), logam berat dan parameter
(16)
memenuhi standart buangan air limbah menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep 58/MENLH/12/1995 yaitu :
Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit
Parameter Satuan Inlet Air Limbah
Outlet Air Limbah
Standart
Suhu °C 38~40 <30 -
pH 6~9 6~9 6~9
BOD mg/L <300 <30 <30
COD mg/L <500 <80 <80
TSS mg/L <700 <30 <30
NH3 Bebas mg/L <7 <0,1 <0,1
PO4 mg/L <5 <2 <2
Total Coliform
MPN/100 ml - 40.000 40.000
Sumber : Soeparman, 2001
2.1.2 Analisis Sifat-Sifat Air Limbah
Sifat-sifat air limbah dapat di bedakan menjadi tiga bagian besar diantaranya: 1. Sifat Fisik
2. Sifat Kimiawi 3. Sifat Biologi
Adapun cara pengukuran yang dilakukan pada setiap jenis sifat tersebut dilaksanakan secara berbeda-beda sesuai dengan keadaannya. Analisis jumlah dan satuan biasanya di terapkan untuk penelahan bahan kimia, sedangkan analisis dengan menggunakan penggolongan banyak diterapkan apabila menganalisis kandungan biologisnya.
2.1.2.1 Sifat Fisik Air Limbah
Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan serta bau dan warna dan juga temperatur.
(17)
a. Suhu
Penyebabnya berasal dari kondisi udara sekitarnya, air panas yang dibuang kesaluran dari rumah maupun dari industri. Hal ini mempengaruhi kehidupan biologis kelarutan oksigen/gas lain. Juga kerapatan air, daya viskositas dan tekanan permukaan.
b. Kekeruhan
penyebabnya berasal dari benda-benda yang tercampur, seperti limbah padat, bahan organik yang halus dari buah-buahan asli, organisme kecil. Hal ini dapat memantulkan sinar, jadi mengurangi produksi oksigen yang dihasilkan tanaman. Mengotori pemandangan dan mengganggu kehidupan.
c. Warna
penyebabnya berasal dari benda terlarut seperti sisa bahan organik dari daun dan tanaman (kulit, gula), dan buangan industri. Umumnya hal ini tidak berbahaya dan berpengaruh terhadap kualitas keindahan air.
d. Bau
Penyebabnya berasal dari volatile, gas terlarut, hasil pembusukan bahan organik, dan minyak utama dari mikroorganisme. Hal ini merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah, untuk itu perlu adanya pengolahan.
e. Rasa
penyebabnya berasal dari bahan penghasil bau, benda terlarut dan beberapa ion. Hal ini mempengaruhi kualitas keindahan air.
(18)
f. Benda Padat
Penyebabnya berasal dari benda organik dan anorganik yang terlarut dan tercampur. Hal ini mempengaruhi jumlah organik padat, garam, juga merupakan petunjuk pencemaran atau kepekatan limbah yang meningkat (Sumestri, 1987).
2.1.2.2 Sifat Kimiawi Air Limbah
Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapat merugikan lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu, akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun. Adapun bahan kimia yang penting yang ada di dalam air limbah pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Bahan Organik
Air limbah dengan pengotor yang sedang, maka sekitar 75% dari benda-benda tercampur dari 40% dari zat padat yang dapat di saring adalah berupa bahan organik alami. Pada umumnya zat organik berisikan kombinasi dari karbon, hidrogen dan oksigen bersama-sama dengan nitrogen. Elemen lainnya yang penting seperti belerang, fosfor dan besi juga dapat dijumpai. Pada umumnya kandungan bahan organik yang dijumpai dalam air limbah berisikan 40 - 60% berupa karbohidrat serta 10% lainnya berupa lemak atau minyak.
- Bahan Anorganik
Beberapa komponen anorganik dari air limbah alami adalah sangat penting untuk peningkatan dan pengawasan kualitas air minum. Jumlah kandungan bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh formasi geologis dari asal air atau air limbah berasal (Sumestri, 1987).
(19)
2.1.2.3 Sifat Biologi Air Limbah
Pemeriksaan biologias di dalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah ada bakteri-bakteri patogen berada dalam air limbah. Keterangan biologis ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan sebagai air minum serta untuk keperluan kolam renang. Selain itu untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air (Sumestri,1987).
2.2 Fosfat
Tiga asam fosfat dikenal orang sebagai asam ortofosfat (H3PO4), asam pirofosfat (H4P2O7), dan asam metafosfat (HPO3). Ortofosfat adalah yang paling stabil dan paling penting. Larutan pirofosfat dan metafosfat berubah menjadi ortofosfat perlahan-lahan pada suhu biasa, dan lebih cepat apabila dididihkan. Asam ortofosfat adalah asam berbasa tiga, yang membentuk tiga deret garam : ortofosfat primer, misalnya NaH2PO4 ; ortofosfat sekunder , misalnya Na2PO4 ; dan ortofosfat tersier, misalnya Na3PO4.
( Vogel, 1979 )
2.2.1 Fosfat Dalam Air Limbah
Fosfor terdapat dalam air limbah sebagai fosfat dalam bentuk ortofosfat dan polifosfat. Dengan demikian unsur ini terdapat sebagai senyawa mineral dan senyawa organik. Walaupun sejumlah kecil fosfat terlarut terdapat dalam air alamiah, bila jumlahnya meningkat akan berbahaya terhadap kehidupan air. Analisis rutin hanya mengukur ortofosfat terlarut. Analisis untuk fosfat total, ortopolifosfat dan fosfat terendap, diselesaikan dengan mengubah polifosfat dan fosfat terendap menjadi ortofosfat oleh hidrolisis asam dengan pengujian ortofosfat secukupnya menggunakan metode kolorimetrik ( Jenie. 1993 ).
(20)
industri, kegunaan fosfat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan. Maka pada saat penggantian air ketel, buangan ketel ini menjadi sumber fosfat. Pengukuran kandungan fosfat dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya kadar fosfat sehingga tidak merangsang pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dalam air. Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi kelancaran arus air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan air akan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dan kesuburan tanaman lainnya (Agusnar, 2008).
2.3. Amonia
Ammonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya denyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau ammonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Kontak dengan fas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini menunjukan tidak adanya air pada bahan tersebut. Cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperature amat rendah (http://id.wikipedia.org/wiki/Amonia).
2.3.1. Amonia Dalam Air Limbah
Dalam bahan limbah, nitrogen dapat berada dalam bentuk-bentuk amonia tereduksi sampai senyawa nitrat teroksidasi. Konsentrasi tinggi dari berbagai bentuk nitrogen beracun terhadap fauna dan flora tertentu. Bentuk paling umum dari nitrogen yang ditemukan dalam air limbah adalah amonia, protein, nitrit dan nitrat. Polutan ini dapat diukur dengan metode nitrogen kjeldhl total. Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan tersebut. Keasaman air atau nilai pH nya sangat mempengaruhi apakah jumlah amonia yang ada akan bersifat racun atau tidak. Toksisitas amonia juga tergantung dari jumlah amonia yang masuk dalam sel tumbuhan atau hewan (Jenie,1993).
(21)
2.3 Spektrofotometri Ultraviolet dan Visible (UV-Vis)
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibanding fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding(Khopkar,2003)
Alat- alat instrumentasi spektrofotometer UV-Visible terdiri dari :
1. Sistem Optik
Pada umumnya konfigurasi dasar setiap spektrofotometer UV-Vis berupa susunan peralatan optik yang terkonstruksi sebagai berikut :
Keterangan :
SR = Sumber radiasi M = Monokromator SK = Sampel kompartemen D = Detektor
A = Amplifier atau penguat VD = Visual Display atau meter
(22)
Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer UV-Vis memegang fungsi dan peranan tersendiri yang saling terkait fungsi peranannya. Setiap fungsi dan peranan tiap bagian dituntut ketelitian dan ketepatan yang optimal. Sehingga akan diperoleh hasil pengukuran yang tinggi tingkat ketelitian dan ketetapannya.
Dilihat dari segi spektrofotometer dapat digolongkan tiga macam yaitu : 1. Sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam)
2. Sistem optik radiasi berkas ganda (double beam) 3. Sistem optik radiasi berkas terpisah (spliter beam)
Pertama kali spektrofotometer UV-Vis yang diperkenalkan untuk analisis adalah spektrofotometer UV-Vis dengan sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam). Kemudian dengan kemajuan elektronika mulai dipopulerkan spektrofotometer UV-Vis radiasi berkas ganda (double beam), dengan asumsi mengambil suatu keuntungan tidak terpengaruh penurunan intensitas radiasi berkas ganda adalah : tidak mungkin kedua kuvet yang dipakai adalah betul-betul identik, dan lagi intensitas yang menuju kedua kuvet juga tidak mungkin betul-betul sama.
Oleh karena itu pada era terakhir ini sistem optik spektrofotometer UV-Vis cenderung pengukurannya lebih baik dari sistem optik radiasi berkas ganda.
Sedangkan sistem optik radiasi berkas terpisah (spliter beam) pada prinsipnya adalah rumit sehingga memungkinkan terjadinya penurunan intensitas radiasi setelah melalui rangkaian sistem optik yang rumit dan panjang.
2. Sumber Radiasi
Beberapa macam sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer UV-Vis adalah lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri. Sumber radiasi Deuterium dapat dipakai pada daerah panjang gelombang 190 nm sampai 380 nm (daerah ultraviolet dekat), karena pada
(23)
rentangan panjang gelombang tersebut sumber radiasi deuterium memberikan pada spektrofotometer UV-Vis.
3. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis. Monokromator pada spektrofotometer UV-Vis biasanya terdiri dari susunan : celah (slot) masul-filter-prisma-kisi(grating)-celah keluar.
4. Sampel Kompartemen
Kuvet atau sel merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari pemakaiannya kuvet ada dua macam yang permanen terbuat dari bahan gelas leburan silika atau kuvet dispoble untuk satu kali pemakaian yang terbuat dari teflon atau plastik.
Ditinjau dari bahan yang dipakai membuat kuvet, ada dua macam yaitu : kuvet dari leburan silika (kuarsa) dan kuvet dari gelas. Kuvet dari leburan silika dapat dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif pada daerah pengukuran (380-1100 nm) karena bahan dari gelas mengabsorbsi radiasi UV.
Dianjurkan setiap kali memakai kuvet selalu dibersihkan dengan alkohol absolut atau direndam didalamnya. Memberikan permukaan kuvet yang basah harus dipakai kertas lensa yang bagus jangan sekali-kali memegang permukaan kuvet yang transparan.
5. Detektor
Detektor merupakan salah satu bagian dari spektrofotometer UV-Vis yang penting oleh sebab itu kualitas detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer UV-Vis. Fungsi detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer UV-Vis. Fungsi detektor didalam spektrofotometer adalah mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik.
(24)
1. Detektor harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi yang diterima, tetapi harus memberikan derau (nolse) yang sangat minimum.
2. Detektor harus mempunyai kemampuan untuk memberikan respon terhadap radiasi pada daerah panjang gelombang yang lebar (UV-Vis).
3. Detektor harus memberikan respon terhadap radiasi dalam waktu yang serempak. 4. Detektor harus memberikan jaminan terhadap respon kuantitatif dan sinyal elektronik
yang dikeluarkan harus berbanding lurus dengan sinyal yang diterima.
5. Sinyal elektronik yang diteruskan oleh detektor harus dapat diamplifikasikan oleh penguat (amplifier) ke recorder (pencatat).
6. Amplifier atau Penguat
Amplifier akan berguna untuk menguatkan informasi yang dibaca oleh detektor untuk selanjutnya diteruskan ke visual display.
7. Visual Display atau Meter
Berfungsi untuk menyampaikan informasi yang diperoleh dari pemeriksaan secara elektronik. Setiap bagian optik dari spektrometer UV-Vis memegang fungsi dan peranan tersendiri yang saling terkait fungsi dan peranannya. Setiap fungsi dan peranan dan bagian dituntut ketelitian dan ketepatan yang optimal. (Mulja.H.M., 1995).
(25)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1Alat
- Spektrofotometer UV-vis DR 4000 (HACH)
- Kuvet
- Botol aquadest
- Beaker Glass 250 ml pyrex
- Labu takar 100 ml dan 1000 ml pyrex
- Neraca analitik
- Spatula
- Pipet volume 10 ml
- Pipet tetes
- Tissue
- Gelas ukur 100 ml iwaki
- Erlenmeyer 250 ml
3.1.2Bahan
- Aquades
- H2SO4 5N
- K(SbO)C4H4O6.½H2O
- (NH4)6Mo7O24.4H2O
(26)
- Mineral Stabilizer
- Polyvinyl Alcohol
- Reagen Nessler
3.2.Prosedur Analisa
3.3.1 Pembuatan Larutan
Pembuatan Larutan Campuran
- Dimasukkan 50 ml H2SO4 5 N ke dalam beaker glass
- Ditambahkan 5 ml larutan Kalium Antimonil Tartat
- Ditambahkan 15 ml Ammonium Molibdat
- Ditambahkan 30 ml larutan Asam Askorbat
Pembuatan Kalium Antimonil Tartat (K(SbO)C4H4O6.½H2O)
- Dilarutkan 1,3715 gram Kalium Antimonil Tartat dalam 400 ml aquadest
- Dihomogenkan
Pembuatan Amonium Molibdat ((NH4)6Mo7O24.4H2O)
- Dilarutkan 20 gram Amonium Molibdat dalam 500 ml aquadest
- Dihomogenkan
Pembuatan Asam Askorbat (C6H8O6 0,1 M)
- Dilarutkan 1,76 gram Asam Askorbat dalam 100 ml aquadest
(27)
3.2.2 Pembuatan Larutan Standar Fosfat (PO4³־) 1. Pembuatan Larutan Standar PO4³־1000 ppm
Ditimbang 1,432 gr KH2PO4 kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 1 liter, diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.
2. Pembuatan Larutan Standar PO4³־100 ppm
Dipipet 10 ml larutan standar PO4³־1000 ppm kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.
3. Pembuatan Larutan Standar PO4³־10 ppm
Dipipet 10 ml larutan standar PO4³־100 ppm kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.
4. Pembuatan Larutan Standar PO4³־2 ppm
Dipipet 50 ml larutan standar PO4³־10 ppm kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 250 ml, diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.
5. Pembuatan Larutan Seri Standar PO4³־1 ppm
Dipipet 50 ml larutan standar PO4³־2 ppm kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.
6. Pembuatan Larutan Seri Standar PO4³־1,5 ppm
Dipipet 75 ml larutan standar PO4³־2 ppm kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.
(28)
7. Pembuatan Larutan Seri Standar PO4³־0,5 ppm
Dipipet 25 ml larutan standar PO4³־2 ppm kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml, diencerkan dengan aquades sampai garis tanda lalu dihomogenkan.
3.2.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi
- Dipipet masing-masing 50 ml larutan seri standar PO4³־0,5; 1; 1,5; 2 ppm dimasukkan kedalam 4 erlenmeyer 250 ml
- Ditambahkan 8 ml larutan campuran dan homogenkan
- Didiamkan selama ± 10 menit
- Masukan kuvet yang berisi blanko ke dalam spektrofotometer, tutup dan tekan tombol ZERO
- Keluarkan kuvet yang berisi blanko tadi, dan ganti dengan kuvet yang berisi sampel. Tutup dan baca konsentrasi fosfat yang terbaca di layar spektrofotometer pada panjang gelombang 880 nm.
- Dicatat masing-masing nilai absorbansi larutan
- Buat kurva kalibrasi absorbansi vs konsentrasi larutan standar fosfat
3.2.4 Penentuan Kadar Fosfat pada Air Limbah Rumah Sakit
- Dipipet 50 ml air limbah rumah sakit dan di masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml.
- Ditambahkan 8 ml larutan campuran dan homogenkan
- Didiamkan selama ± 10 menit
- Masukan kuvet yang berisi blanko ke dalam spektrofotometer, tutup dan tekan tombol ZERO
- Keluarkan kuvet yang berisi blanko tadi, dan ganti dengan kuvet yang berisi sampel. Tutup dan baca konsentrasi fosfat yang terbaca di layar spektrofotometer pada panjang gelombang 880 nm.
(29)
- Dicatat masing-masing nilai absorbansi larutan
- Hitung kadar fosfat dari sampel dengan metode Least square
3.2.5 Penentuan Kadar Amonia pada Air Limbah Rumah Sakit
- Pilih program analisa Low range amonia atau dengan menekan angka 2400
- Layar Spektrofotometer akan menampilkan tulisan : HACH PROGRAM : 2400 N, Ammonia Nessler
- Pipet 25 ml sampel kedalam erlenmeyer I
- Pipet 25 ml aquadest kedalam erlenmeyer II (sebagai blanko)
- Tambahkan 3 tetes Mineral Stanilizer kedalam masing-masing Erlenmeyer dan biarkan beberapa saat untuk pencampuran yang sempurna
- Tambahkan 3 tete Polyvinil Alcohol kedalam masing-masing Erlenmeyer dan biarkan beberapa saat untuk pencampuran yang sempurna
- Pipet 1 ml Reagen Nessler kedalam masing-masing Erlenmeyer dan biarkan beberapa saat untuk pencampuran yang sempurna
- Setelah 1 menit periode reaksi, pindahkan isi Erlenmeyer kedalam kuvet
- Masukkan kuvet yang berisi blanko kedalam spektrofotometer, tutup dan tekan tombol ZERO
- Keluarkam kuvet yang berisi blanko tadi, dang anti dengan kuvet yang berisi ampel. Tutup dan baca konsentrasi amonia yang terbaca di layar spektrofotometer.
(30)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan
Dari hasil percobaan absorbansi dari masing-masing larutan standart yang diukur dengan metode spektrofotometri UV-Visibel, dapat dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
Tabel 4,1 Data Absorbansi Vs Konsentrasi PO4³־
Konsentrasi PO4³־
(mg/L)
Absorbansi
0,5 0,229
1 0,460
1,5 0,691
2 0,926
Tabel 4.2 Hasil Analisa fosfat pada Air Limbah Rumah Sakit
Sampel Absorbansi Konsentrasi (mg/L)
Air limbah Rumah Sakit
0,085 0,191 mg/L 0,086 0,193 mg/L 0,086 0,193 mg/L
Tabel 4.3 Hasil Analisa Amonia pada Air Limbah Rumah Sakit
Sampel Konsentrasi (mg/L)
Air limbah Rumah Sakit
0,0001 mg/L 0,0001 mg/L 0,0002 mg/L
(31)
4.2. Perhitungan
a. Pembuatan larutan standar
100 ppm 10 ppm V1..N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2
V1.1000 = 100.100 V1.100 = 100. 10 V1 = 10 ml V1 = 10 ml
b. Pembuatan larutan seri standar
0,5 ppm 1 ppm V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2
V1.2 = 100. 0,5 ppm V1.2 = 100.1 ppm V1 = 25 ml V1 = 50 ml
1,5 ppm 2 ppm V1.N1 = V2.N2 V1.N1 = V2.N2
V1.2 = 100. 1,5 ppm V1.10 = 250. 2 ppm V1 = 75 ml V1 = 50 ml
Tabel 4.3 Perhitungan Metode Least Square
No x y x² y² xy
1 0,5 0,229 0,25 0,0524 0,1145
2 1 0,460 1 0,2116 0,46
3 1,5 0,691 2,25 0,4774 1,0365
4 2 0,926 4 0,8574 1,852
(32)
a = 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( x x n y x xy n Σ − Σ Σ Σ − Σ
= 2
) 5 ( ) 5 , 7 ( 4 ) 306 , 2 ( ) 5 ( ) 463 , 3 ( 4 − − = ) 25 ( ) 30 ( ) 53 , 11 ( ) 852 , 13 ( − −
= 0,4644
b =
2 2 2
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
x
x
n
xy
x
y
x
Σ
−
Σ
Σ
Σ
−
Σ
Σ
= 2
) 5 ( ) 5 , 7 ( 4 ) 463 , 3 ( ) 5 ( ) 306 , 2 ( ) 5 , 7 ( − − = ) 25 ( ) 30 ( ) 315 , 17 ( ) 295 , 17 ( − −
= - 0,004
b. Penentuan Nilai y baru Y = ax + b
Y1= 0,4644 (0,5) – 0,004 = 0,2282 Y2 = 0,4644 (1) – 0,004 = 0,4604 Y3 = 0,4644 (1,5) – 0,004 = 0,6926 Y4 = 0,4644 (2) – 0,004 = 0,9248
Tabel 4.4 Harga y baru untuk Larutan Standar Fosfat
Konsentrasi (x) (mg/l)
Adsorbansi (y)
0,5 0,2282
1 0,4604
1,5 0,6926
(33)
d. Mencari Nilai Regresi
r =
} ) ( ) ( }{ ) ( ) ( { ) ( ) ( ) ( 2 2 2 2 y y n x x n y x xy n Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = } ) 306 , 2 ( ) 5988 , 1 ( 4 }{ ) 5 ( ) 5 , 7 ( 4 { ) 306 , 2 ( ) 5 ( ) 463 , 3 ( 4 2 2 − − − =
)}
317636
,
5
(
)
3952
,
6
)}{(
25
(
)
30
{(
)
53
,
11
(
)
852
,
13
(
−
−
−
=)
077564
,
1
)(
5
(
322
,
2
=38782
,
5
322
,
2
= 1,0004
e. Perhitungan Untuk Sampel
a b y x= −
4644
,
0
)
004
,
0
(
085
,
0
1−
−
=
X
= 0,191 mg/L
4644
,
0
)
004
,
0
(
086
,
0
2−
−
=
X
= 0,193 mg/L
4644
,
0
)
004
,
0
(
086
,
0
3−
−
=
X
(34)
4.3 Pembahasan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan pada limbah cair Rumah Sakit diperoleh kadar fosfat 0,192 mg/L dan kadar Amonia adalah 0,00013 mg/L. Pada fosfat terjadinya kenaikan kadar fosfat pada limbah cair Rumah Sakit diakibatkan meningkatnya senyawa fosfor yang dilepaskan sebagai fungsi pemasukan protein. Adanya pemakaian deterjen sintetik yang meningkat, dapat mengakibatkan kadar fosfor dalam air limbah meningkat. Fosfor terdapat dalam air limbah sebagai fosfat dalam bentuk ortofosfat dan polifosfat. Apabila kadar fosfat meningkat diatas 2 mg/L maka akan dapat mengakibatkan bahaya pada kesehatan manusia dan kehidupan air. Sedangkan pada Amonia, meningkatnya konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan keracunan pada perairan, dan pada kesehatan manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru serta kematian. Toksisitas amonia tergantung dari jumlah amonia yang masuk dalam sel tumbuhan atau hewan. Oleh sebab itu dilihat pada spesifikasi Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dimana pada Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit kadar fosfat adalah 2 mg/L dan kadar amonia adalah 0,1 mg/L.
(35)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari analisa yang telah dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Visibel diperoleh kadar senyawa fosfat sebesar 0,92 mg/L dan kadar amonia sebesar 0,00013 mg/L. 2. Hal ini membuktikan bahwa kandungan senyawa Fosfat dan Amonia masih dibawah nilai standarisasi yang telah ditetapkan oleh KEPMENLH No.Kep-58/MENLH/12/1995.
5.2 Saran
- Sampel yang diterima dari konsumen sebaiknya langsung di analisa, karena penyimpanan sampel dapat mempengaruhi hasil analisa.
- Peralatan yang kurang memadai untuk menunjang analisa, sebaiknya segera di perbaiki agar proses analisa dapat berjalan lancar.
(36)
DAFTAR PUSTAKA
Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan. Terbitan Pertama. USU Press. Medan.
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ginting, P. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Amonia. Diakses pada tanggal 1 Juni 2012
Jenie, B. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Mulja, H.M. 1995. Analisis Instrumental. Cetakan Pertama. Surabaya: Universitas Airlangga Press.
Soeparman, H.2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sumestri, S. 1987. Metode Penelitian Air.Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Vogel, A.I. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: Penerbit Kalman Pustaka Utama.
(37)
(38)
Kurva Metode Least Square Analisa Kadar Fosfat pada Limbah Cair Rumah Sakit
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Adsorbansi (y)
2
(1)
d. Mencari Nilai Regresi r =
} ) ( ) ( }{ ) ( ) ( { ) ( ) ( ) ( 2 2 2 2 y y n x x n y x xy n Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ = } ) 306 , 2 ( ) 5988 , 1 ( 4 }{ ) 5 ( ) 5 , 7 ( 4 { ) 306 , 2 ( ) 5 ( ) 463 , 3 ( 4 2 2 − − − =
)}
317636
,
5
(
)
3952
,
6
)}{(
25
(
)
30
{(
)
53
,
11
(
)
852
,
13
(
−
−
−
=)
077564
,
1
)(
5
(
322
,
2
=38782
,
5
322
,
2
= 1,0004
e. Perhitungan Untuk Sampel
a b y x= −
4644
,
0
)
004
,
0
(
085
,
0
1−
−
=
X
= 0,191 mg/L
4644
,
0
)
004
,
0
(
086
,
0
2−
−
=
X
= 0,193 mg/L
4644
,
0
)
004
,
0
(
086
,
0
3−
−
=
X
(2)
4.3 Pembahasan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan pada limbah cair Rumah Sakit diperoleh kadar fosfat 0,192 mg/L dan kadar Amonia adalah 0,00013 mg/L. Pada fosfat terjadinya kenaikan kadar fosfat pada limbah cair Rumah Sakit diakibatkan meningkatnya senyawa fosfor yang dilepaskan sebagai fungsi pemasukan protein. Adanya pemakaian deterjen sintetik yang meningkat, dapat mengakibatkan kadar fosfor dalam air limbah meningkat. Fosfor terdapat dalam air limbah sebagai fosfat dalam bentuk ortofosfat dan polifosfat. Apabila kadar fosfat meningkat diatas 2 mg/L maka akan dapat mengakibatkan bahaya pada kesehatan manusia dan kehidupan air. Sedangkan pada Amonia, meningkatnya konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan keracunan pada perairan, dan pada kesehatan manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru serta kematian. Toksisitas amonia tergantung dari jumlah amonia yang masuk dalam sel tumbuhan atau hewan. Oleh sebab itu dilihat pada spesifikasi Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dimana pada Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit kadar fosfat adalah 2 mg/L dan kadar amonia adalah 0,1 mg/L.
(3)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari analisa yang telah dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Visibel diperoleh kadar senyawa fosfat sebesar 0,92 mg/L dan kadar amonia sebesar 0,00013 mg/L. 2. Hal ini membuktikan bahwa kandungan senyawa Fosfat dan Amonia masih dibawah nilai standarisasi yang telah ditetapkan oleh KEPMENLH No.Kep-58/MENLH/12/1995.
5.2 Saran
- Sampel yang diterima dari konsumen sebaiknya langsung di analisa, karena penyimpanan sampel dapat mempengaruhi hasil analisa.
- Peralatan yang kurang memadai untuk menunjang analisa, sebaiknya segera di perbaiki agar proses analisa dapat berjalan lancar.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan. Terbitan Pertama. USU Press. Medan.
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ginting, P. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Amonia. Diakses pada tanggal 1 Juni 2012
Jenie, B. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Mulja, H.M. 1995. Analisis Instrumental. Cetakan Pertama. Surabaya: Universitas Airlangga Press.
Soeparman, H.2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sumestri, S. 1987. Metode Penelitian Air.Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Vogel, A.I. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: Penerbit Kalman Pustaka Utama.
(5)
(6)
Kurva Metode Least Square Analisa Kadar Fosfat pada Limbah Cair Rumah Sakit
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Adsorbansi (y)