Mie Kering II. TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) TERHADAP KUALITAS MIE KERING SELAMA UMUR SIMPAN.

lain dari famili antioksidan karetenoid ini adalah kriptoxantin, alfa karoten, zeaxatin, lutien, dan lycopene. Kebanyakan dari nutrien ini tidak dikonversi menjadi vitamin A dalam jumlah yang signifikan. Sayuran berwarna hijau gelap dan orange-kuning merupakan sumber β-karoten yang baik Anonim d, 2003.

D. Mie Kering

Definisi mie menurut Standar Nasional Indonesia SNI adalah produk makanan kering yang terbuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan makanan yang diijinkan. Mie kering merupakan jenis mie yang kadar airnya telah dihilangkan atau ditekan seminimal mungkin sebelum dilakukan pemanasan. Setelah pemotongan, mie ini tidak langsung direbus tetapi dibiarkan dalam udara terbuka sehingga mie mengering dan kadar air yang terdapat dalam mie berkurang. Hal ini disebabkan karena adanya kontak dengan udara yang dapat mengikat air dalam bahan untuk menguap Fardiaz, 1997. Menurut Fardiaz 1997, mie kering dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Mie Kering Putih Dry White Noodle Mie kering jenis ini tidak diberi perlakuan perebusan atau penggorengan baik setelah pemotongan maupun sebelum pengkonsumsian. 2. Mie Goreng Instan Instant Fried Noodle Mie kering jenis ini diberi perlakuan pengeringan mie dengan cara digoreng dan bersifat higroskopis. Karbohidrat yang terdapat dalam bahan makanan merupakan kelompok nutrien sebagai sumber energi. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan seperti warna, tekstur, rasa dan sebagainya. Molekul amilosa terdiri dari 70 hingga 350 unit glukosa yang berikatan membentuk rantai lurus, kira-kira 20 dari pati adalah amilosa. Molekul amilopektin terdiri dari 350 hingga 100.000 unit glukosa yang berikatan membentuk struktur rantai bercabang Gaman dan Sherrington, 1994. Suspensi pati dalam air dipanaskan, air akan menembus lapisan luar granula sehingga granula ini mulai menggelembung. Ini terjadi saat temperatur meningkat dari 60 ºC menjadi 80 ºC, granula pati dapat menggelembung hingga volumenya 5 kali lipat dari volume semula. Ketika ukuran granula pati membesar, campurannya menjadi kental dan pada suhu kira-kira 85 ºC granula pati pecah dan isinya terdispersi merata keseluruh air disekelilingnya. Molekul berantai panjang mulai terurai dan campuran antara pati dengan air menjadi semakin kental membentuk sol. Pada pendinginan, apabila perbandingan pati dan air cukup besar maka molekul pati akan membentuk jaringan dengan molekul air yang terkurung di dalamnya sehingga terbentuk gel dan keseluruhan proses ini dinamakan gelatinisasi Gaman dan Sherrington, 1994. Gelatinisasi merupakan peristiwa dimana granula pati akan menyerap air dan membengkak saat dimasukkan ke dalam air panas, namun jumlah air yang terserap akan terbatas yaitu hanya mencapai 30 . Pembengkakan granula pati tidak dapat kembali ke bentuk semula. Suhu pada saat granula pati pecah disebut suhu gelatinisasi yang dapat dilakukan dengan penambahan air panas. Terjadinya translusi larutan pati tersebut biasanya diikuti dengan pembengkakan granula, apablia energi kinetik molekul-molekul air menjadi lebih kuat daripada daya tarik- menarik antar molekul pati dalam granula yang menyebabkan air dapat masuk dalam butir-butir pati. Hal inilah yang menyebabkan bengkaknya granula pati tersebut, sedangkan yang menyebabkan sifat transluten adalah adanya indeks refraksi butir-butir yang membengkak itu mendekati indeks refraksi air Winarno, 2002. Syarat mutu dari mie kering dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Syarat Mutu Mie Kering Persyaratan No. Kriteria Uji Satuan Mutu I Mutu II Keadaan 1.1. Bau - Normal Normal 1.2. Rasa - Normal Normal 1. 1.3. Warna - Normal Normal 2. Air bb Maks. 8 Maks. 10 3. Abu bb Maks. 3 Maks. 3 4. Protein N x 6,25 bb Min. 11 Min. 3 Bahan Tambahan Makanan 5. 5.1. Boraks - Tidak Boleh Ada Tidak Boleh Ada Cemaran Logam 6.1. Timbal Pb mgkg Maks. 10,0 Maks. 10,0 6.2. Tembaga Cu mgkg Maks. 40,0 Maks. 40,0 6.3. Seng Zn mgkg Maks. 0,05 Maks. 0,05 6. 6.4. Raksa Hg mgkg Cemaran Mikrobia 7.1. ALT kolonig Maks. 1,0 x 10 6 Maks. 1,0 x 10 6 7.2. E. coli APMg Maks. 10 Maks. 10 7. 7.3. Kapang kolonig Maks. 1,0 x 10 4 Maks. 1,0 x 10 4 Sumber : Anonim c, 1992.

E. Bahan-Bahan Pembuatan Mie Kering

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota L) pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio)

27 316 74

Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota) pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus)

9 129 68

Formulasi Sediaan Bedak Kompak Menggunakan Sari Wortel (Daucus carota L.) Sebagai Pewarna

223 786 79

Pengaruh Penambahan Ekstrak Wortel (Daucus Carota, L) Terhadap Bilangan Peroksida Dan Bilangan Asam Pada Minyak Goreng Bekas Selama Penyimpanan

0 51 121

KUALITAS MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) DAN KUALITAS MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) DAN SUBSITUSI TEPUNG BEKATUL.

0 3 15

I.PENDAHULUAN KUALITAS MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) DAN SUBSITUSI TEPUNG BEKATUL.

0 2 5

II.TINJAUAN PUSTAKA KUALITAS MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) DAN SUBSITUSI TEPUNG BEKATUL.

0 6 13

SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) TERHADAP KUALITAS MIE KERING SELAMA UMUR SIMPAN.

1 9 13

I. PENDAHULUAN PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) TERHADAP KUALITAS MIE KERING SELAMA UMUR SIMPAN.

0 2 7

V. KESIMPULAN PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) TERHADAP KUALITAS MIE KERING SELAMA UMUR SIMPAN.

1 8 29