Formulasi Sediaan Bedak Kompak Menggunakan Sari Wortel (Daucus carota L.) Sebagai Pewarna

(1)

FORMULASI SEDIAAN BEDAK KOMPAK

MENGGUNAKAN SARI WORTEL (

Daucus carota

L.)

SEBAGAI PEWARNA

SKRIPSI

OLEH: MAYA JUSTITIA

NIM 111524024

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI SEDIAAN BEDAK KOMPAK

MENGGUNAKAN SARI WORTEL (

Daucus carota

L.)

SEBAGAI PEWARNA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH: MAYA JUSTITIA

NIM 111524024

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN BEDAK KOMPAK

MENGGUNAKAN SARI WORTEL (

Daucus carota

L.)

SEBAGAI PEWARNA

OLEH:

MAYA JUSTITIA

NIM 111524024

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 06 Desember 2013

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001 NIP 195111021977102001

Pembimbing II, Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001 NIP 196106191991031001

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 195011171980022001 Medan, Januari 2014

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan sediaan bedak dengan menggunakan sari wortel sebagai pewarna. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan. Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Kepada ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Bapak Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku koordinator program Ekstensi Sarjana Farmasi USU yang telah memberikan arahan kepada penulis selama ini. Kepada seluruh dosen dan seluruh staf Fakultas Farmasi USU. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Adarimizi dan Ibunda Cut Yunidar atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dan untuk abang saya Brian. Untuk


(5)

sahabat-sahabat saya Dwinanda, Niki, Dina, Kakak Suci, Anita, Andriani, Erna, Yessy, Ami, Desy, Okti, Andre serta seluruh teman-teman kuliah angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka, untuk teman terdekat saya Fandy Utomo dan sahabat saya Mutia Afriendi yang selalu memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Januari 2014 Penulis,

Maya Justitia


(6)

FORMULASI SEDIAAN BEDAK KOMPAK MENGGUNAKAN SARI WORTEL (Daucus carota L.)

SEBAGAI PEWARNA ABSTRAK

Sediaan bedak kompak adalah sediaan kosmetika dekoratif dan perawatan kulit yang ditujukan untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit wajah, seperti menutupi bintik-bintik dan noda serta untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV matahari. Wortel mengandung beta karoten yang memberikan warna oranye dan dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami pengganti pewarna sintetik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan bedak kompak menggunakan pewarna alami dari sari wortel.

Zat warna sari wortel diperoleh dari wortel segar dengan menggunakan

juicer kemudian ditambahkan natrium metabisulfit, lalu dikering bekukan hingga diperoleh sari wortel seperti karamel. Formula bedak kompak terdiri dari seng oksida, kaolin, talkum, magnesium karbonat. Sediaan dibuat dengan menggunakan alat pencetak tablet secara manual dengan konsentrasi warna 7,5, 10, 12,5 dan 15%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik mencakup pemeriksaan homogenitas, uji poles, daya sebar, uji kekerasan, uji keretakan, uji stabilitas dan juga dilakukan uji angka lempeng total, uji iritasi serta uji kesukaan.

Variasi konsentrasi pewarna sari wortel 7,5, 10, 12,5 dan 15% menghasilkan warna berturut-turut, yaitu krem, oranye lemah, oranye muda dan oranye tua. Hasil uji homogenitas bedak menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen. Sediaan mudah dipoles dengan warna merata, kecuali pada konsentrasi 15% sukar dipoles. Daya sebar sediaan bedak kompak yang dibuat sesuai dengan daya sebar sediaan bedak kompak yang ada dipasaran. Hasil uji kekerasan bedak kompak dengan konsentrasi 7,5, 10, 12,5 dan 15% berturut-turut adalah dengan nilai rata-rata 0,38, 0,44, 0,45 dan 0,70 kg. Semua sediaan yang dibuat tidak mudah remuk dan pecah. Warna semua sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan selama 60 hari, pada hari ke 65 hingga hari ke 90 warna mengalami perubahan (tidak stabil). Bau dan bentuk semua sediaan yang dibuat stabil selama 90 hari. Sediaan tidak memenuhi persyaratan uji angka lempeng total dengan hasil yang diperoleh yaitu 1x105. Sediaan tidak menyebabkan iritasi. Kesimpulan yang diperoleh bahwa sari wortel dapat diformulasikan ke dalam bedak kompak dengan konsentrasi warna yang disukai yaitu konsentrasi 7,5, 10 dan 12,5%.


(7)

FORMULATION OF COMPACT POWDER USING CARROT JUICE (Daucus carota L.)

AS A COLOURANT ABSTRACT

The compact powder is a decorative and a skin care cosmetic intended to blot out the flaws on the skin, such as covering dark spots and blemishes and to protect the skin from exposure to UV rays of the sun. Carrot containing beta-carotene which can give away orange colour and can be used as a natural colourant replaces synthetic colourant. Purpose of this research was to formulated a compact powder using colourant from carrot juice.

The colourant of carrot juice was taken from fresh carrot using a juicer and then carrot juice added sodium metabisulfite, then in freeze drying until obtained carrot juice as a caramel. The formula of compact powder consist of zink oxide, light kaolin, talk, magnesium carbonas. The preparation were made by using a tool tablet mold manually with colour concentration of 7.5, 10, 12.5 and 15%. Examination of the preparation made covering physical quality inspection include examination of homogeneity, polishes test, powder spread test, hardness test, fracture test, stability test and well done total plate count test, irritation test and hedonic test.

Variation in the concentration of colourant used carrot juice 7.5, 10, 12.5 and 15% produced colour in a row, that is cream, orange weak, young orange and dark orange. The result of homogeneity of compact powder showing that the compact powder was homogenously well. The compact powder easily smeared with witness colour and didn’t clot when applied except at concentration of 15%, it was not easy smeared. Power spread of compact powder made same with power spread of compact powder on the market. The result of hardness test of compact powder at concentration 7.5, 10, 12.5 and 15% row is with on avarage 0.38, 0.44, 0.45 and 0.70 kg. All the preparation not easily broken and cracked. Colour of all the preparation that had not made difference for 60 days, but on 65 days to 90 day the preparation had made difference (unstable). The smell and all preparation shape are made stable for 90 days. The preparation was not qualify the requirement of total plate count test with the result was 1x105. The preparation didn’t cause irritation. The conclusion is that carrot juice can be formulated into compact powder with the colour preferrred concentration is the concentration of 7.5, 10 and 12.5%.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesis Penelitian ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Wortel ... 5

2.1.1 Sistematika tumbuhan ... 6

2.1.2 Kandungan kimia dan gizi ... 6

2.2 Beta Karoten ... 7

2.3 Kulit ... 7


(9)

2.5 Kosmetika Dekoratif ... 9

2.6 Bedak ... 10

2.7 Komponen Utama dalam Sediaan Bedak Kompak ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Alat dan Bahan ... 18

3.1.1 Alat-alat ... 18

3.1.2 Bahan-bahan ... 18

3.2 Penyiapan Sampel ... 19

3.2.1 Pengumpulan sampel ... 19

3.2.2 Determinasi sampel ... 19

3.2.3 Pengolahan sampel ... 19

3.3 Pembuatan sari wortel ... 19

3.4 Pembuatan Bedak Kompak dengan Sari Wortel sebagai Pewarna dalam Berbagai Konsentrasi ... 20

3.4.1 Formula ... 20

3.4.2 Formula yang dimodifikasi ... 20

3.4.3 Prosedur pembuatan pengikat ... 21

3.4.4 Prosedur pembuatan bedak kompak ... 22

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak ... 22

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas ... 22

3.5.2 Uji poles ... 23

3.5.3 Daya sebar ... 23


(10)

3.5.5 Uji keretakan ... 24

3.5.6 Uji stabilitas ... 24

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonict Test) ... 24

3.6.1 Uji iritasi ... 25

3.6.2 Uji kesukaan (Hedonict test) ... 25

3.7 Uji Angka Lempeng Total ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil Sari Wortel ... 28

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak ……… 28

4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Bedak Kompak ... 29

4.3.1 Hasil uji homogenitas bedak ... 29

4.3.2 Hasil uji poles bedak ... 29

4.3.3 Hasil uji daya sebar ... 29

4.3.4 Hasil uji kekerasan ... 31

4.3.5 Hasil uji keretakan ... 32

4.3.6 Hasil uji stabilitas ... 32

4.3.7 Hasil uji iritasi ... 34

4.3.8 Hasil uji kesukaan (Hedonict test) ... 35

4.3.9 Hasi uji angka lempeng total ... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 39


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Modifikasi formula sediaan bedak kompak menggunakan

sari wortel sebagai pewarna dalam berbagai konsentrasi ... 21 4.1 Warna yang dihasilkan ... 28 4.2 Data pemeriksaan daya sebar pada sediaan bedak kompak . 30 4.3 Data pemeriksaan kekerasan pada sediaan bedak kompak ... 31 4.4 Data pemeriksaan keretakan pada sediaan bedak kompak .... 32 4.5 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bentuk

sediaan ... 33 4.6 Data uji iritasi ... 35 4.7 Data nilai uji kesukaan (Hedonict test) ... 36


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil identifikasi tumbuhan ... 43

2. Bagan alir pembuatan sari wortel ... 44

3. Gambar tumbuhan wortel (Daucus carota L.) ... 45

4. Gambar wortel ... 46

5. Gambar alat freeze dryer ... 47

6. Gambar sari wortel dalam bentuk karamel ... 48

7. Perhitungan bahan ... 49

8. Gambar sediaan bedak kompak tanpa sari wortel ... 50

9. Gambar sediaan bedak kompak menggunakan sari wortel ... 51

10. Gambar warna yang dihasilkan ... 52

11. Gambar hasi uji homogenitas bedak ... 53

12. Gambar hasil uji poles bedak pada punggung tangan ... 54

13. Gambar hasil daya sebar bedak kompak ... 55

14. Gambar alat uji kekerasan ... 56

15. Format formulir uji kesukaan (Hedonict test) ... 57

16. Format surat pernyataan untuk iritasi ... 58

17. Gambar uji iritasi ... 59

18. Perhitungan hasil uji kesukaan (Hedonict test) ... 60


(13)

FORMULASI SEDIAAN BEDAK KOMPAK MENGGUNAKAN SARI WORTEL (Daucus carota L.)

SEBAGAI PEWARNA ABSTRAK

Sediaan bedak kompak adalah sediaan kosmetika dekoratif dan perawatan kulit yang ditujukan untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit wajah, seperti menutupi bintik-bintik dan noda serta untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV matahari. Wortel mengandung beta karoten yang memberikan warna oranye dan dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami pengganti pewarna sintetik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan bedak kompak menggunakan pewarna alami dari sari wortel.

Zat warna sari wortel diperoleh dari wortel segar dengan menggunakan

juicer kemudian ditambahkan natrium metabisulfit, lalu dikering bekukan hingga diperoleh sari wortel seperti karamel. Formula bedak kompak terdiri dari seng oksida, kaolin, talkum, magnesium karbonat. Sediaan dibuat dengan menggunakan alat pencetak tablet secara manual dengan konsentrasi warna 7,5, 10, 12,5 dan 15%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik mencakup pemeriksaan homogenitas, uji poles, daya sebar, uji kekerasan, uji keretakan, uji stabilitas dan juga dilakukan uji angka lempeng total, uji iritasi serta uji kesukaan.

Variasi konsentrasi pewarna sari wortel 7,5, 10, 12,5 dan 15% menghasilkan warna berturut-turut, yaitu krem, oranye lemah, oranye muda dan oranye tua. Hasil uji homogenitas bedak menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen. Sediaan mudah dipoles dengan warna merata, kecuali pada konsentrasi 15% sukar dipoles. Daya sebar sediaan bedak kompak yang dibuat sesuai dengan daya sebar sediaan bedak kompak yang ada dipasaran. Hasil uji kekerasan bedak kompak dengan konsentrasi 7,5, 10, 12,5 dan 15% berturut-turut adalah dengan nilai rata-rata 0,38, 0,44, 0,45 dan 0,70 kg. Semua sediaan yang dibuat tidak mudah remuk dan pecah. Warna semua sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan selama 60 hari, pada hari ke 65 hingga hari ke 90 warna mengalami perubahan (tidak stabil). Bau dan bentuk semua sediaan yang dibuat stabil selama 90 hari. Sediaan tidak memenuhi persyaratan uji angka lempeng total dengan hasil yang diperoleh yaitu 1x105. Sediaan tidak menyebabkan iritasi. Kesimpulan yang diperoleh bahwa sari wortel dapat diformulasikan ke dalam bedak kompak dengan konsentrasi warna yang disukai yaitu konsentrasi 7,5, 10 dan 12,5%.


(14)

FORMULATION OF COMPACT POWDER USING CARROT JUICE (Daucus carota L.)

AS A COLOURANT ABSTRACT

The compact powder is a decorative and a skin care cosmetic intended to blot out the flaws on the skin, such as covering dark spots and blemishes and to protect the skin from exposure to UV rays of the sun. Carrot containing beta-carotene which can give away orange colour and can be used as a natural colourant replaces synthetic colourant. Purpose of this research was to formulated a compact powder using colourant from carrot juice.

The colourant of carrot juice was taken from fresh carrot using a juicer and then carrot juice added sodium metabisulfite, then in freeze drying until obtained carrot juice as a caramel. The formula of compact powder consist of zink oxide, light kaolin, talk, magnesium carbonas. The preparation were made by using a tool tablet mold manually with colour concentration of 7.5, 10, 12.5 and 15%. Examination of the preparation made covering physical quality inspection include examination of homogeneity, polishes test, powder spread test, hardness test, fracture test, stability test and well done total plate count test, irritation test and hedonic test.

Variation in the concentration of colourant used carrot juice 7.5, 10, 12.5 and 15% produced colour in a row, that is cream, orange weak, young orange and dark orange. The result of homogeneity of compact powder showing that the compact powder was homogenously well. The compact powder easily smeared with witness colour and didn’t clot when applied except at concentration of 15%, it was not easy smeared. Power spread of compact powder made same with power spread of compact powder on the market. The result of hardness test of compact powder at concentration 7.5, 10, 12.5 and 15% row is with on avarage 0.38, 0.44, 0.45 and 0.70 kg. All the preparation not easily broken and cracked. Colour of all the preparation that had not made difference for 60 days, but on 65 days to 90 day the preparation had made difference (unstable). The smell and all preparation shape are made stable for 90 days. The preparation was not qualify the requirement of total plate count test with the result was 1x105. The preparation didn’t cause irritation. The conclusion is that carrot juice can be formulated into compact powder with the colour preferrred concentration is the concentration of 7.5, 10 and 12.5%.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang notifikasi kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Ditjen POM, 2010).

Kosmetik menjadi suatu kebutuhan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya berbagai macam produk kosmetik yang beredar, menyebabkan terjadinya peningkatan penggunaan kosmetik. Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada (Mitsui, 1997; Wasitaatmadja, 1997).

Bedak termasuk dalam kosmetika dekoratif yang ditujukan untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit wajah, misalnya untuk menutupi kulit wajah yang mengkilap (skin imperfection and shininess), permukaan kulit yang kurang merata, bintik atau bintil halus. Ada dua bentuk bedak, yaitu loose


(16)

powder (bedak bubuk) dan compact powder (bedak padat). Loose powder

(bedak bubuk) adalah bedak berupa bubuk halus, lembut, homogen sehingga mudah ditaburkan atau disapukan merata pada kulit wajah. Compact powder

(bedak padat) adalah bedak bubuk yang dipres menjadi bentuk cake, lembut, homogen dan mudah disapukan merata pada kulit dengan spon. Komposisi bedak padat ini mirip bedak bubuk tetapi ditambahkan bahan pengikat ke dalam komposisinya. Bahan-bahan pengikatnya (binders) memperbesar adhesinya pada kulit dan untuk membuat bedak dapat dipres menjadi kompak (Tranggono dan Latifah, 2007).

Zat warna dapat digunakan dalam formulasi kosmetik termasuk untuk sediaan bedak. Semua zat warna harus dipilih dengan hati-hati sebagai komposisi dalam formula supaya dapat bercampur homogen dengan bahan-bahan lainnya. Warna bedak harus serasi dengan warna kulit. Warna yang digunakan untuk bedak muka harus bercahaya dan tetap memberikan hasil yang bagus. Pewarna sintetis seperti Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik, berbahaya untuk sediaan kosmetik. Tahun 2006, pemerintah sudah mengeluarkan peringatan agar produk kosmetik yang mengandung Rhodamin B itu, tidak dipasarkan lagi (Young, 1972; Anonim, 2013).

Wortel merupakan sayuran umbi akar berwarna kuning-jingga tua. Wortel merupakan sumber beta-karoten yang merupakan bahan utama pembentuk vitamin A di dalam tubuh. Karoten merupakan pigmen yang memberikan warna jingga. Beta-karoten adalah salah satu dari sekitar 400


(17)

jenis gugus karotenoid yang telah ditemukan di alam yang memberikan warna jingga, kuning atau oranye. Konsentrasi beta-karoten dapat dipengaruhi oleh kepekatan warna pigmen (Khomsan, 2009; Hidayat dan saati, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin meneliti penggunaan zat warna sari wortel diformulasi sebagai sediaan bedak kompak dengan beberapa macam konsentrasi.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah zat warna sari wortel dapat dipakai sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak.

b. Apakah sediaan bedak kompak dengan zat warna sari wortel yang dibuat, stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar dalam waktu 90 hari. c. Apakah formulasi sediaan bedak kompak dengan zat warna sari wortel

dapat menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

a. Zat warna sari wortel dapat dipakai sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak.


(18)

b. Sediaan bedak kompak dengan zat warna sari wortel stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar dalam waktu 90 hari.

c. Sediaan bedak kompak dengan zat warna sari wortel tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk membuat sediaan bedak kompak dengan memakai zat warna dari sari wortel.

b. Untuk mengetahui kestabilan sediaan bedak kompak dengan zat warna sari wortel pada suhu kamar dalam waktu 90 hari.

c. Untuk mengetahui sediaan bedak kompak dengan zat warna sari wortel tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.5 Manfaat Penelitian

Untuk meningkatkan daya guna dari wortel sebagai pewarna alami dalam sediaan bedak kompak yang aman digunakan oleh masyarakat.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wortel

Wortel termasuk tanaman tak berkayu, hidup semusim, tinggi mencapai 1 meter, dapat hidup dengan baik di daerah dingin atau dataran tinggi. Batangnya pendek, basah, merupakan sekumpulan tangkai daun yang keluar dari ujung umbi bagian atas. Daun majemuk, tangkai melebar, ujung meruncing, pangkal berlekuk. Bunga membentuk seperti payung, memiliki mahkota berbentuk bintang, berwarna putih. Biji kecil, bulat, lonjong, warna putih. Akarnya akar tunggang menjadi besar berbentuk umbi, berdaging, warna kuning kemerahan (Sunanto, 2002).

Tumbuhan wortel membutuhkan sinar matahari dan dapat tumbuh pada semua musim. Bentuk wortel sangat beragam, itu dikarenakan perbedaan iklim dan kelembaban tanah di berbagai negara berbeda. Cahyono (2002), membedakan wortel menjadi tiga jenis yaitu, jenis Imperator, jenis Chantenay, dan jenis Nantes (Dwicahya, 2010).

Pembentukan karoten dipengaruhi oleh suhu dan optimum pada suhu 16-25ºC, dapat lebih rendah pada suhu di bawah atau di atas kisaran tersebut. Pembentukan pigmen terjadi setelah pertumbuhan umbi sehingga umbi muda berwarna pucat. Dengan pertumbuhan yang terus berlangsung, karoten terakumulasi dan mencapai konsentrasi maksimum setelah tanaman berumur sekitar 90-120 hari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).


(20)

Wortel dapat dipanen setelah 100 hari tergantung dari jenisnya. Pemanenan tidak boleh terlambat karena umbi akan semakin mengeras sehingga tidak disukai oleh konsumen. Wortel selain dikenal sebagai tanaman sayuran, tetapi juga bermanfaat sebagai tanaman berkhasiat obat yang dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit, tidak hanya itu wortel juga dapat di gunakan untuk kecantikan (Sunanto, 2002; Tim Penulis PS, 1992).

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Dalam sistematika tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 1995):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Apiales

Famili : Apiaceae Genus : Daucus

Spesies : Daucus carota, L. 2.1.2 Kandungan kimia dan gizi

Wortel merupakan sumber beta-karoten yang merupakan bahan utama pembentuk vitamin A di dalam tubuh, karena kandungannya mencapai 7.000 mikogram dalam 100 gram wortel. Kadar energi wortel relatif rendah sehingga baik bagi orang yang berdiet rendah kalori. Kandungan gizi lainnya dalam wortel diantaranya protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, kalsium, fosfor,


(21)

besi, natrium, kalium, vitamin A,D,E,K serta vitamin C. Kandungan kimia umbi akar wortel ini berupa alkaloid daukina, dausina, daukosterina, minyak atsiri, limonena, pirolidina. Sedangkan bijinya mengandung asam tiglat, azaron dan bisabol (Khomsan, 2009).

2.2 Beta Karoten

Karoten menghasilkan warna jingga sampai merah. β-karoten

mempunyai sifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak dan pelarut organik lainnya. Hal ini disebabkan karena karoten mempunyai struktur

nonpolar. β – karoten mempunyai sejumlah keistimewaan diantaranya sebagai

antioksidan yang dapat menyerang radikal bebas. β-karoten berfungsi sebagai prekursor vitamin A yang disebut sebagai provitamin A yang mempunyai kemampuan untuk dikonversikan menjadi vitamin A dua kali lebih besar

daripada jenis karoten lainnya. Diketahui bahwa dalam 1 μg karoten wortel segar terdapat 0,92 μg β-karoten (Hidayat dan Saati, 2006).

2.3 Kulit

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh, meliputi wilayah yang sangat besar. Kulit memiliki variasi ketebalan di berbagai bagian tubuh. Kulit yang paling tebal terdapat pada telapak kaki dan telapak tangan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif. Sel-sel kulit yang


(22)

tertipis terdapat dibagian wajah, hal ini penting diketahui untuk menggunakan kosmetik (Young, 1972; Wasitaatmadja, 1997).

Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu: 1) Lapis epidermis atau kutikel; 2) Lapis dermis (korium, kutis vera, true skin); dan 3) Lapis subkutis (hipodermis). Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama (Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997).

Dengan kemajuan teknologi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik. Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapis subkutis merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya (Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997).

2.4 Kosmetika

Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit, antara lain (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit, termasuk di dalamnya, yaitu: kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), kosmetik pelindung kulit dan kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling).


(23)

b. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan zat pewangi sangat besar.

2.5 Kosmetika Dekoratif

Kosmetik dekoratif untuk kulit, rambut dan pelengkap lainnya, misalnya bibir dan kuku yang ada di pasaran, bertujuan untuk meningkatkan atau melindungi dan menjaga kesehatan. Berbagai macam persiapan untuk meningkatkan dan mengubah penampilan serta menutupi cacat. Untuk kosmetika rias kulit wajah terdiri dari: a) Bedak (skin/face powder); b)

Compact rouge; c) Rouge cream; d) Fluid rouge; dan e) kamuflase (theater). Perbedaan antara kosmetika tersebut terletak pada bahan dasar dan zat warna. Konsentrasi zat warna dan bahan dasar akan menentukan bentuk dan daya rias suatu kosmetika rias (Butler, 2000; Wasitaatmadja, 1997).

Dalam kosmetik dekoratif, peran zat warna dan zat pewangi sangat besar. Tujuan penggunaan zat warna ini cendrung untuk menutupi hal-hal yang dapat mengurangi kecantikan, misalnya garis-garis penuaan ditutupi, rambut putih disemir, warna bibir dipersegar, kuku dicat, alis dan bulu mata dibuat lebih hitam dan lain-lain. Karena itu, dibutuhkan kosmetik dekoratif


(24)

dalam bentuk lipstik, rouge, bedak, maskara dan sebagainya (Tranggono dan Latifah, 2007).

Sedikit persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah warna yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan kulit tampak berkilau dan sudah tentu tidak merusak atau menganggu kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya. Kosmetika dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu (Tranggono dan Latifah, 1997):

1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, eye-shadow, pemerah pipi dan lain-lain.

2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengriting rambut dan preparat penghilang rambut.

2.6 Bedak

Bedak adalah jenis kosmetik yang telah digunakan sejak lama untuk tujuan membuat wajah agar lebih menarik dan menutupi bintik-bintik dan noda. Namun, seiring perkembangan zaman, tujuan utama bedak kini dapat menghapus kilau minyak karena keringat dan sebum dan menjaga riasan dapat bertahan lebih lama. Dengan penambahan warna seperti warna merah muda, bedak juga dapat digunakan untuk memberikan kesan halus untuk warna kulit atau efek yang sama seperti pewarna pipi (Mitsui,1997).


(25)

Suatu bedak harus mencapai efek cukup buram untuk dapat menutupi atau menyamarkan kekurangan pada kulit wajah, tapi hal ini tidak harus memberikan efek seperti topeng. Selain itu, bedak harus bersifat cukup tahan lama sehingga tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali. Hal-hal yang harus diperhatikan seperti warna dari kulit yang juga menggambarkan aktivitas biologis dari jaringan epidermis dan dapat merupakan indikasi bagi seorang wanita yang normal pada umumnya. Hidung yang merah, mungkin merupakan gambaran dari pembuluh darah. Titik merah pada pipi yang sangat merah, pancaran wajah yang pucat kekuningan, bintik-bintik hitam di bawah mata menunjukkan tanda-tanda tak bercahaya dan juga menunjukkan jalan hidup atau pola hidup dari orang tersebut (Balsam dan Sagarin, 1972).

Hampir semua orang memiliki kerutan dan garis-garis yang menunjukkan perubahan pada usia, tanda lahir yang kecil, pembesaran pori-pori, bekas jerawat, luka akibat lesi kulit dan sebagainya. Kekurangan-kekurangan inilah yang ingin ditutupi oleh seorang wanita agar penampilannya lebih menarik. Efek penutupan ini dapat dicapai dengan penggunaan bedak wajah, make-up cair (seperti foundation, blush on, eye shadow) dan tambahan lainnya (Balsam dan Sagarin, 1972).

Ada dua bentuk bedak wajah, yaitu: a. Bedak tabur (Loose powder)

Bedak tabur merupakan produk bedak berupa bubuk di mana hampir semua bahan baku serbuk dan tidak ada minyak digunakan. Bedak tabur dapat mengurangi kilau pada wajah akibat kulit wajah yang berminyak dan juga


(26)

mengurangi rasa lengket pada wajah serta menjaga riasan terlihat tetap baik dalam waktu lama dengan mengontrol pengeluaran keringat dan sebum di wajah. Pemakaian bedak tabur menggunakan puff agar bedak dapat tersebar merata pada wajah. Bahan baku dasar bedak tabur adalah talkum. Selain itu ditambahkan bahan-bahan lainnya seperti kaolin dan titanium oksida mempunyai kemampuan menutupi yang baik, zink stearat dan zink miristat untuk adhesi yang baik, serta kalsium karbonat dan magnesium karbonat untuk menyerap keringat dan sebum. Pigmen pewarna dan pigmen mutiara biasanya digunakan untuk meningkatkan warna kulit (Mitsui, 1997).

b. Bedak kompak (Compact powder)

Bedak kompak yang perkenalkan di Amerika pada tahun 1930 telah mencapai popularitasnya dikarenakan penggunaannya yang sangat mudah dan penyimpanan yang nyaman. Bedak kompak adalah bubuk yang dikompres menjadi padatan. Penggunaan bedak kompak biasanya dengan memakai spons bedak. Bedak kompak harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak mudah pecah atau patah dengan penggunaan normal (Butler, 2000).

Bahan baku dasar bedak kompak sama seperti bahan dasar bedak tabur namun, pada bedak kompak menggunakan pengikat agar bedak dapat dipress membentuk sebuah cake. Sifat dari pengikat yaitu, membantu dalam kompresi, adhesi dan mengembangkan pewarna. Jika tingkat pengikat yang terlalu besar, bedak akan semakin mengeras sehingga menyebabkan bedak menjadi sukar untuk dipoleskan pada wajah. Tingkat pengikat yang baik digunakan antara 3


(27)

hingga 10%, tergantung pada variabel formulasi. Pigmen pewarna dapat ditambahkan pada bedak kompak (Barel, et al., 2001).

Bentuknya sangat padat, digunakan setelah pemakaian alas bedak. Bahan-bahan yang terkandung di dalamnya membuat bedak jenis padat ini cepat menyerap sekaligus mengurangi minyak. Bentuknya beragam, tidak mudah tumpah hingga praktis dibawa kemanapun. Sebaiknya dioleskan tipis-tipis saja (Anonim, 2010).

2.7 Komponen Utama dalam Sediaan Bedak Kompak

Pada dasarnya bahan dasar yang terkandung dalam bedak kompak adalah identik dengan yang digunakan dalam bedak tabur. Namun, terdapat 2 karakteristik untuk bedak kompak yang mana tidak terdapat dalam bedak tabur, kemampuan mengikat dan mudah lepas. Dasar dari padatan bedak harus dapat dikempa dengan mudah, kemudian bersatu bersama dan tidak bergelombang atau retak di bawah kondisi penggunaan yang normal. Untuk mencapai kondisi ini bahan pengikat dibutuhkan. Bedak kompak juga harus memiliki sifat mudah lepas ketika digosokkan dengan spons bedak. Tekanan yang terlalu rendah akan menghasilkan padatan yang sangat mudah hancur; tekanan yang terlalu besar akan menghasilkan padatan yang keras yang mana tidak mudah terlepas (Anonim, 2010).


(28)

Komponen bedak yang digunakan adalah (Balsam dan Sagarin, 1972; Butler, 2000):

a. Talkum

Secara kimiawi, talkum adalah magnesium silikat (3MgO. 4SiO2.H2O).

Ini merupakan bahan dasar dari segala macam formulasi bedak modern, sifat dari talkum adalah mudah menyebar namun, mempunyai daya menutupi yang rendah. Untuk bedak wajah talkum harus putih, tidak berbau dan halus serta sifatnya yang sangat mudah menyebar adalah hal yang sangat dibutuhkan. Ukuran partikel dari talkum adalah salah satu kriteria untuk standar kualitasnya. Paling tidak 98% harus dapat melewati ayakan mesh 200 (tidak lebih besar dari 74 mikro).

b. Kaolin

Kaolin merupakan bahan dasar dari golongan silikiat. Kaolin memiliki kemampuan menutupi dan adhesi yang baik, dalam jumlah maksimal 25% kaolin dapat mengurangi sifat kilat talkum. Tidak semua aluminium silikat dapat diklasifikasikan sebagai kaolin, namun 3 kelompok di bawah ini secara khusus memiliki formula yang sama (Al2O3. 2SiO2.2H2O) dan dapat disebut

kaolin: nacrite, dickite, dan kaolinite. Karena kaolin higroskopis penggunaannya pada bedak wajah umumnya tidak melebihi 25%.

c. Zink oksida

Terdapat 2 bahan golongan oksida logam yang biasa digunakan dalam formulasi bedak wajah: zink oksida dan titanium dioksida. Penggunaan yang terlalu banyak bahan ini dapat menghasilkan efek seperti topeng dimana efek


(29)

ini tidak diinginkan namun, bila terlalu sedikit membuat bedak tidak dapat menempel pada tubuh. Diketahui bahwa zink oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan membantu menutupi kecacatan pada kulit. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan kulit kering. Seng oksida memiliki kecenderungan untuk mengepalkan partikel, oleh karena itu harus diayak sebelum pencampuran dengan bahan lain dalam formulasi.

d. Magnesium karbonat

Sifat yang baik dari magnesium karbonat membuat bahan ini biasa digunakan dalam bahan penyusun bedak. Magnesium karbonat memiliki sifat absorben yang baik dan terbukti memiliki sifat mendistribusi parfum yang baik. Penggunaan magnesium karbonat dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kulit kering.

e. Pengharum

Pengharum merupakan konstituen penting dari kebanyakan bedak wajah. Tingkat aroma bedak wajah harus tetap rendah. Karena luas permukaan bedak yang besar, oksidasi produk wewangian dapat sangat mudah terjadi. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan wewangian yang dirancang khusus mengandung bahan yang tidak mudah teroksidasi.

f. Zat warna

Bahan pewarna adalah dasar dari bedak wajah yang menampilkan nuansa bayangan yang diinginkan. Pewarna digunakan dalam variasi yang berbeda baik pigmen organik ataupun anorganik. Jumlah dari pewarna yang dibutuhkan tergantung besarnya derajat tipe yang digunakan dalam formula.


(30)

Bahan pengopak dari oksida dan transparansi dari talkum sangat mempengaruhi jumlah pewarna yang diinginkan.

g. Pengikat

Beberapa jenis bahan pengikat yang digunakan dalam bedak wajah adalah bervariasi dan banyak. Oleh karena itu, terdapat 5 tipe dasar pengikat yang digunakan (Balsam dan Sagarin, 1972):

1. Pengikat kering

Penggunaan dari pengikat kering seperti logam stearat (Zink atau Magnesium stearat) dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan bagi kompaknya bedak kompak.

2. Pengikat minyak

Minyak tunggal, seperti minyak mineral, isopropil miristat dan turunan lanolin, dapat digunakan untuk dicampurkan dalam formula sebagai pengikat. Penggunaan pengikat minyak ini banyak digunakan dalam formula bedak kompak.

3. Pengikat larut air

Pengikat larut air yang biasa digunakan umumnya adalah larutan gum seperti tragakan, karaya, dan arab. Penambahan pengawet penting dalam medium gum dan juga dalam semua larutan pengikat dari tipe ini untuk mengatasi pertumbuhan bakteri.

4. Pengikat tidak larut air

Pengikat tidak larut air digunakan secara luas dalam bedak kompak. Minyak mineral, lemak ester dari segala tipe dan turunan lanolin, dapat


(31)

digunakan dan dicampur dengan sejumlah air untuk membantu pembentukan bedak padat yang halus dan kompak. Penambahan bahan pembasah akan membantu untuk menyeragamkan distribusi kelembaban bedak.

5. Pengikat emulsi

Karena kesulitan tercapainya keseragaman penggunaan pengikat tidak larut air dalam bedak kompak, peneliti telah mengembangkan bahan pengikat emulsi yang sekarang telah banyak digunakan. Emulsi memberikan distribusi yang seragam baik pada fase minyak maupun fase air, dimana hal ini penting dalam pengempaan serbuk. Pengikat emulsi tidak akan kehilangan kelembaban secepat pengikat tidak larut air. Penggunaan minyak dalam bentuk emulsi bertujuan untuk mencegah penggumpalan yang dapat terjadi ketika minyak tunggal digunakan sebagai pengikat dalam bedak wajah.

h. Pengawet

Tujuan penggunaan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi produk selama pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana mikroorganisme dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaannya, baik dari tangan atau dari alat yang digunakan. Bahan- bahan yang digunakan harus menunjukkan terbebas dari mikroorganisme. Oleh karena itu, ditambahkan pengawet untuk menghindari kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan sari, pembuatan formula sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan dan uji kesukaan (Hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, neraca analitis, freeze dryer, mesin pengering, spatula, sudip, kaca objek, lumpang dan alu porselen, ayakan mesh 60 dan mesh 100, cawan penguap,

tissue, alat pencetak, alat penguji kekerasan (copley) dan wadah bedak kompak.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wortel (Daucus carota L). Bahan kimia yang digunakan antara lain: akuades, Seng oksida, kaolin, talkum, magnesium karbonat, oleum citri, nipagin, gliserol dan gom arab.


(33)

3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi tumbuhan dan pengolahan sampel.

3.2.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah wortel yang masih segar yang terdapat di Desa Sempa Jaya, Kecamatan Brastagi Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

3.2.2 Determinasi tumbuhan

Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU. Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 43.

3.2.3 Pengolahan sampel

Buah wortel yang masih segar dikumpulkan kemudian disortasi, dicuci hingga bersih, dikikis kulitnya. Setelah itu ditimbang berat wortel seluruhnya.

3.3 Pembuatan Sari Wortel

Buah wortel segar seberat 3 kg yang telah dicuci bersih, kemudian di

juice dengan juicer, didapat 750 ml sari wortel yang kedalamnya ditambahkan 0,1% Natrium metabisulfit di freeze drying selama 24 jam pada suhu -40ºC dengan tekanan 2 atm.


(34)

3.4 Pembuatan Bedak Kompak dengan Sari Wortel sebagai Pewarna dalam Berbagai Konsentrasi

3.4.1 Formula

Formula dasar yang dipilih pada pembuatan bedak kompak dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Formularium Kosmetika Indonesia, 1985):

R/ Seng oksida 16,7 g

Kaolin 33,5 g

Talkum 33,3 g

Magnesiumkarbonat 16,5 g

Zat warna q.s

Parfum q.s

3.4.2 Formula yang dimodifikasi

Dalam penelitian ini, formula standar dari Formularium Kosmetika Indonesia setelah dimodifikasi sebagai berikut:

R/ Seng oksida 16,7 g

Kaolin 33,5 g

Magnesium karbonat 16,5 g

Sari wortel x %

Parfum q.s

Nipagin 0,1 g

Pengikat q.s


(35)

Pengikat gom arab: Gom arab 5% Gliserol 5%

Air 90%

Keterangan x = 7,5%, 10%, 12,5%, 15%

Konsentrasi sari wortel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 7,5%, 10%, 12,5%, 15% dan blanko (tanpa zat warna). Modifikasi formula sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Modifikasi formula sediaan bedak kompak menggunakan sari wortel sebagai pewarna dalam berbagai konsentrasi

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula tanpa sari wortel

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 7,5% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 10% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 12,5% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 15%

3.4.3 Prosedur pembuatan pengikat

Gom arab dimasukkan ke dalam lumpang, lalu ditambahkan air sebanyak 1,5 kali dari berat gom arab. Di diamkan beberapa saat, kemudian digerus kencang sampai terbentuk mucilago. Setelah itu, ditambahkan gliserol sambil terus digerus. Ditambahkan sisa air lalu, digerus homogen.

Komposisi Sediaan

1 2 3 4 5

Seng oksida (g) 16,7 16.7 16,7 16,7 16,7

Kaolin (g) 33,5 33,5 33,5 33,5 33,5

Magnesium karbonat (g) 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5

Sari wortel (%) 0 7,5 10 12,5 15

Parfum (g) q.s q.s q.s q.s q.s

Nipagin (g) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Pengikat (g) 12 12 12 12 12


(36)

3.4.4 Prosedur pembuatan bedak kompak

Seng oksida digerus terlebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak mesh 60. Dimasukkan magnesium karbonat ke dalam lumpang. Ditambahkan kaolin dan seng oksida, lalu digerus homogen. Kemudian ditambahkan nipagin yang telah dihaluskan, digerus homogen (Massa I). Didalam lumpang yang lain, digerus zat warna sari wortel bersama talkum (Massa II). Dimasukkan massa II ke dalam massa I, dihomogenkan. Ditambahkan parfum lalu, digerus perlahan sampai homogen. Kemudian disemprotkan dengan sejumlah larutan pengikat secara perlahan-lahan dan digerus hingga homogen. Ayak dengan pengayak mesh 60. Masukkan ke dalam mesin pengering (dikeringkan kira-kira selama 10-20 menit). Kemudian diayak kembali dengan pengayak mesh 100. Dikempa lalu dimasukkan ke dalam wadah.

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan bedak kompak. Pemeriksaan mutu fisik meliputi: pemeriksaan homogenitas, uji poles, daya sebar, uji kekerasan, uji keretakan dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan.

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Pewarna pada bedak wajah harus dapat terdispersi secara homogen dalam dasar bedak. Tidak boleh ditemukan adanya warna yang tidak merata


(37)

pada bedak. Pemeriksaan homogenitas dapat dilakukan dengan menyebarkan bedak pada kertas putih dan dilihat homogenitasnya pada kaca pembesar. Jika warna pada dasar bedak menyebar secara merata, maka bedak dikatakan homogen (Butler, 2000).

3.5.2 Uji poles

Uji poles dapat dilakukan dengan mempoleskan sediaan bedak kompak dengan menggunakan aplikator yang benar. Pengompakan yang tidak benar akan mempengaruhi hasil dari parameter ini. Jika tekanan terlalu besar bedak kompak yang dihasilkan tidak dapat dipoles dengan mudah dan akan ada gaya adhesi yang cukup terhadap puff. Jika tekanannya terlalu rendah bedak kompak akan menjadi kurang kompak dan mempunyai kecendrungan menjadi remuk dan pecah (Butler, 2000).

3.5.3 Daya sebar

Sediaan dihaluskan terlebih dahulu lalu ditimbang sebanyak 0,5 gram dan diletakkan ditengah-tengah kaca ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur diameter sebarnya, setelah itu ditambah beban 50 gram dan dibiarkan selama 1 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Dilakukan terus-menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar sediaan (Garg, et al., 2002).

3.5.4 Uji kekerasan

Sediaan yang telah di buat di uji kekerasannya dengan menggunakan alat uji kekerasan (copley). Dihidupkan alat uji kekerasan dengan menekan


(38)

tombol on yang terdapat dibelakang alat. Diletakkan 1 sediaan uji coba terlebih dahulu lalu ditekan tombol new size, tujuannya agar alat selanjutnya dapat menyesuaikan ukuran sediaan yang akan diuji kekerasannya. Setelah itu, dibersihkan guard dengan kuas lalu, diletakkan sediaan yang akan diuji kekerasannya. Kemudian tekan tombol test, maka alat akan menampilkan nilai kekerasan dari sediaan.

3.5.5 Uji keretakan

Uji keretakan bedak kompak dilakukan dengan menjatuhkan bedak kompak pada permukaan kayu beberapa kali (2-3 kali) pada ketinggian 8-10 inci. Jika bedak kompak tidak rusak, menunjukkan bahwa kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa memberikan hal-hal yang tidak memuaskan (Butler, 2000).

3.5.6 Uji stabilitas

Uji ini meliputi parameter organoleptik yaitu dilakukan pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan bedak kompak dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, hari ke 7, hari ke 15 dan selanjutnya setiap 5 hari sekali hingga hari ke 90 (Anvisa, 2005).

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan, kemudian dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic test) terhadap sedian yang dibuat.


(39)

3.6.1 Uji iritasi

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan bedak kompak dengan maksud untuk mengetahui bahwa bedak yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi perlekatan atau penyentuhan pada kulit dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau perlekatan pada kulit (Ditjen POM, 1985).

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (open Test) pada lengan bagian bawah dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari selama dua hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya eritema diberi tanda (+), eritema dan papula (++), eritema, papula disertai pembentukan vesikula(+++), edema dan vesikula (++++) dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-) (Tranggono dan Latifah, 2007).

3.6.2 Uji kesukaan (Hedonic test)

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan yang dibuat. Jumlah panel uji kesukaaan makin besar semakin baik. Sebaiknya jumlah itu melebihi 20 orang panelis. Pengujian dilakukan dengan cara: setiap panelis mengoleskan masing-masing sediaan bedak


(40)

kompak yang dibuat pada kulit punggung tangannya lalu, memberikan penilaian terhadap masing-masing bedak kompak berdasarkan tekstur dan warna.

Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan penyapuan sediaan bedak kompak, homogenitas dan intensitas warna. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006) data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaan setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%, menggunakan rumus:

P (

Keterangan: P : tingkat kepercayaan : Nilai rata-rata

1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95% S : Simpangan baku

n : Banyaknya panelis Kriteria panelis (Soekarto, 1981):

1. Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih yang diambil secara acak sebanyak 30 orang panelis. Jumlah anggota panelis semakin besar semakin baik.

2. Berbadan sehat. 3. Tidak dalam tekanan.

4. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian organoleptik.


(41)

3.7 Uji Angka Lempeng Total

Pengujian angka lempeng total dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU.

Sebanyak 1 gram sediaan bedak kompak yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi 10 ml aquabides steril (pengenceran 1:10), sehingga diperoleh pengenceran 10-1. Dipersiapkan 4 buah tabung reaksi. Dipipet 1 ml pengenceran 10-1 lalu, dimasukkan ke dalam tabung reaksi I yang telah berisi 9 ml aquabides steril, diperoleh pengenceran 10-2. Kemudian dipipet 1 ml pengenceran 10-2 lalu, dimasukkan ke dalam tabung reaksi II yang telah berisi 9 ml aquabides steril, diperoleh pengenceran 10-3. Demikian seterusnya hingga diperoleh pengenceran 10-5. Setelah itu, dipipet 1 ml pengenceran 10-5 kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri. Lalu ditambahkan 8-10 ml media PCA (Plate Count Agar) yang suhunya 38-40ºC kemudian dihomogenkan. Diinkubasi selama 24-48 jam dengan suhu 37ºC. Dihitung jumlah koloni bakteri menggunakan Colony Counter.


(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Sari Wortel

Hasil sari berupa karamel berwarna orange sebanyak 64,49 gram yang diperoleh dari 3 kg wortel. Randemen yang diperoleh yaitu 2,15%.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak

Variasi konsentrasi pewarna sari wortel yang digunakan menghasilkan perbedaan warna pada sediaan bedak kompak. Bedak kompak dengan konsentrasi sari wortel 7,5% menghasilkan warna krem dan pada konsentrasi 10% menghasilkan warna oranye lemah, pada konsentrasi 12,5% menghasilkan warna oranye muda dan konsentrasi 15% menghasilkan warna oranye tua. Aroma bedak kompak adalah aroma khas dari oleum citri. Warna sediaan bedak kompak yang ada dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Warna yang dihasilkan

No Warna

1

2 3

4

Keterangan:

1. Warna krem

2. Warna oranye lemah 3. Warna oranye muda 4. Warna oranye tua


(43)

4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak 4.3.1 Hasil uji homogenitas bedak

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat homogen dan tidak ada ditemukan warna yang tidak merata pada saat ditaburkan pada kertas putih.

4.3.2 Hasil uji poles bedak

Sediaan bedak kompak menghasilkan pengolesan yang baik jika memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dipoleskan pada punggung tangan. Berdasarkan uji poles diperoleh hasil bahwa sediaan yang menghasilkan pengolesan yang baik adalah sediaan pada konsentrasi sari wortel 7,5, 10 dan 12,5%. Hal ini ditandai dengan satu sampai dua kali pengolesan sediaan telah memberikan warna yang intensif dan homogen saat dipoleskan pada kulit punggung tangan. Sedangkan, sediaan dengan konsentrasi sari wortel 15% tidak memberikan warna yang intensif dan sukar dipoleskan di kulit punggung tangan. Hal ini disebabkan tingkat zat warna sari wortel yang tinggi. Wortel mengandung gula yang cukup tinggi, dimana gula dapat berfungsi sebagai pengikat. Sehingga ketika ditambahkan pengikat gom arab membuat sediaan bedak kompak dengan konsentrasi zat warna sari wortel 15% ini semakin mengeras dan sukar dipoleskan pada kulit punggung tangan. Agar sediaan dapat dipoles maka jumlah pengikat harus diturunkan. Hasil uji poles dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 54.

4.3.3 Hasil uji daya sebar


(44)

membandingkan daya sebar bedak kompak yang menggunakan sari wortel sebagai pewarna dengan bedak kompak yang beredar dipasaran. Data hasil pemeriksaan daya sebar dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan bedak kompak

Sediaan keterangan Perlakuan (cm)

Nilai rata-rata

(cm)

1 2 3

1

Sebelum ditambah

pemberat 2,7 2,7 2,8 2,7

Setelah ditambah

pemberat 2,8 2,8 2,9 2,8

2

Sebelum ditambah

pemberat 2,7 2,7 2,7 2,7

Setelah ditambah

pemberat 2,8 2,8 2,8 2,8

3

Sebelum ditambah

pemberat 2,7 2,6 2,6 2,6

Setelah ditambah

pemberat 2,8 2,7 2,7 2,7

4

Sebelum ditambah

pemberat 2,8 2,8 2,8 2,8

Setelah ditambah

pemberat 2,9 2,9 2,9 2,9

5

Sebelum ditambah

pemberat 2,7 2,7 2,7 2,7

Setelah ditambah

pemberat 2,8 2,8 2,8 2,8

6

Sebelum ditambah

pemberat 2,9 2,9 2,9 2,9

Setelah ditambah

pemberat 3 3 3 3

Keterangan:

Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel

Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15%


(45)

Berdasarkan hasil pemeriksaan daya sebar yang telah dilakukan, daya sebar sediaan bedak kompak menggunakan zat warna sari wortel sesuai dengan daya sebar sediaan bedak kompak yang beredar di pasaran.

4.3.4 Hasil uji kekerasan

Masing-masing konsentrasi dari bedak kompak diuji kekerasannya menggunakan alat pengukur kekerasan (copley). Hasil uji kekerasan dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Data pemeriksaan kekerasan pada sediaan bedak kompak Sediaan Perlakuan ke 1

(kg)

Perlakuan ke 2 (kg)

Perlakuan ke 3 (kg)

Nilai rata-rata (kg)

1 0,34 0,32 0,34 0,34

2 0,38 0,37 0,40 0,38

3 0,49 0,40 0,45 0,44

4 0,43 0,47 0,45 0,45

5 0,69 0,70 0,73 0,70

6 0,36 0,34 0,36 0,35

Keterangan:

Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel

Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15%

Sediaan 6: Sediaan bedak kompak caring colours martha tilaar (blooming pink) Hasil uji kekerasan yang didapat terhadap sediaan bedak kompak dengan konsentrasi 7,5, 10, 12,5 dan 15% menunjukkan hasil yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi semakin meningkat tingkat kekerasan bedak. Hal ini disebabkan kandungan gula pada wortel, dimana gula dapat sebagai pengikat. Sehingga bedak dengan konsentrasi sari wortel tertinggi memiliki tingkat kekerasan yang besar pula. Kekerasan sediaan 1 dan 2 mendekati


(46)

5 di atas kekerasan sediaan yang ada dipasaran. Namun, kekerasan sediaan yang dibuat ini masih dapat digunakan.

4.3.5 Hasil uji keretakan

Pengujian keretakan sediaan bedak kompak dilakukan untuk mengetahui kekompakan dari sediaan. Hasil uji keretakan pada setiap sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Data pemeriksaan keretakan pada sediaan bedak kompak

Sediaan Dijatuhkan pada permukaan kayu dengan ketinggian 8-10 inci sebanyak 3 (tiga) kali

1 Tidak pecah

2 Tidak pecah

3 Tidak pecah

4 Tidak pecah

5 Tidak pecah

Keterangan:

Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel

Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15%

Menurut Butler (2000), Jika bedak kompak tidak rusak, menunjukkan bahwa kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa memberikan hal-hal yang tidak memuaskan. Dari hasil yang diperoleh maka, seluruh sediaan yang dibuat memenuhi persyaratan uji keretakan.

4.3.6 Hasil uji stabilitas

Uji stabilitas dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan selama penyimpanan. Hasil uji stabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.


(47)

Tabel 4.5 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bentuk sediaan Lama

pengamatan (Hari)

Pengamatan

Bentuk Warna Bau

Sediaan Sediaan Sediaan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 7 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 15 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 20 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 25 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 30 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 35 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 40 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 45 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 50 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 55 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 60 b b b b b p k ol om ot bk bk bk bk bk 65 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk

70 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk

75 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk

80 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk

85 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk

90 b b b b b p m m m m bk bk bk bk bk

Keterangan:

b : bentuk (baik) Sediaan 1: Formula tanpa sari wortel

bk : bau khas Sediaan 2: Formula dengan sari wortel 7,5% p : putih Sediaan 3: Formula dengan sari wortel 10% k : krem Sediaan 4: Formula dengan sari wortel 12,5% ol : oranye lemah Sediaan 5: Formula dengan sari wortel 15 om : oranye muda

ot : oranye tua m : memudar

Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Dari hasil pengamatan bentuk, didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan bedak kompak yang dibuat tidak terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan selama 90 hari pada penyimpanan suhu kamar. Dari hasil pengamatan warna, seluruh sediaan yang


(48)

dibuat tetap stabil selama penyimpanan pada suhu kamar selama 60 hari pengamatan. Pada hari ke 65 sampai hari ke 90 warna sediaan memudar. Dengan bertambahnya konsentrasi zat warna sari wortel, warna bedak yang dihasilkan semakin pekat. Bedak kompak dengan konsentrasi sari wortel 7,5% memberikan warna krem, konsentrasi 10% memberikan warna oranye lemah, konsentrasi 12,5% memberikan warna oranye muda dan konsentrasi 15% memberikan warna oranye tua. Perubahan warna yang terjadi pada bedak kompak pada hari ke 65 hingga hari ke 90 ini disebabkan kandungan beta karoten yang terdapat dalam wortel. Beta karoten sangat mudah teroksidasi dengan adanya cahaya, sehingga warna menjadi tidak stabil. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan warna yang disebabkan adanya cahaya, penyimpanan dilakukan dalam wadah gelap. Sedangkan bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan bedak kompak adalah bau khas dari parfum yang digunakan yaitu oleum citri. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan 90 hari pengamatan pada suhu kamar.

4.3.7 Hasil uji iritasi

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan bedak kompak pada kulit lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya eritema, edema, papula dan vesikula. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan bedak kompak yang dibuat tidak


(49)

menyebabkan iritasi. Data hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Data uji iritasi

No Pernyataan

Sukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Edema - - - -

2 Eritema dan Papula - - - - 3 Eritema, Papula dan

Vesikula

- - - - 4 Edema dan Vesikula - - - -

Keterangan:

- = Tidak ada reaksi + = Eritema

++ = Eritema dan papula

+++ = Eritema, papula dan vesikula ++++ = Edema dan vesikula

4.3.8 Hasil uji kesukaan (Hedonic test)

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan ditentukan untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rata-rata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%.

Setiap panelis diminta untuk mengoleskan masing-masing sediaan bedak kompak yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan bedak kompak, homogenitas dan intensitas warna dari bedak kompak saat dipoleskan. Panelis memberikan penilaian dengan mengisi kuesioner yang telah diberikan.


(50)

Tabel 4.7 Data nilai uji kesukaan (Hedonic test)

Panelis

Umur (tahun)

Sediaan

1 2 3 4 5

1 22 - 5 7 9 9

2 22 - 8 7 5 5

3 22 - 5 6 8 9

4 22 - 5 6 8 5

5 23 - 6 7 8 5

6 24 - 8 6 5 4

7 25 - 8 4 4 5

8 22 - 6 7 8 8

9 23 - 5 6 9 8

10 23 - 5 7 8 5

11 19 - 5 7 8 7

12 27 - 7 8 9 7

13 18 - 6 7 9 7

14 19 - 5 7 8 8

15 18 - 8 6 8 8

16 30 - 7 8 6 6

17 35 - 7 7 9 9

18 20 - 7 7 8 8

19 24 - 7 7 7 8

20 20 - 7 8 7 8

21 22 - 7 8 9 9

22 20 - 7 8 8 8

23 20 - 7 8 9 9

24 38 - 7 7 9 9

25 36 - 6 6 8 9

26 29 - 7 7 9 9

27 24 - 7 7 9 9

28 34 - 7 7 9 9

29 38 - 7 7 9 8

30 36 - 7 7 9 9

Total - 196 207 239 227

Keterangan:

Amat suka : 9 Agak suka : 6 Tidak suka : 3 Sangat suka : 8 Netral : 5 Sangat tidak suka : 2 Suka : 7 Agak tidak suka : 4 Amat sangat tidak suka : 1 Sediaan 1 : Formula tanpa sari wortel Tidak diuji : - Sediaan 2 : Formula dengan sari wortel 7,5%

Sediaan 3 : Formula dengan sari wortel 10% Sediaan 4 : Formula dengan sari wortel 12,5% Sediaan 5 : Formula dengan sari wortel 15%


(51)

Berdasarkan data uji kesukaan (Hedonic test) terhadap 30 orang panelis, diketahui bahwa ada tiga sediaan bedak kompak yang disukai, yaitu sediaan dengan konsentrasi 10, 12,5 dan 15%. Sediaan 4 yaitu bedak kompak konsentrasi zat warna sari wortel 12,5% dengan presentase kesukaan 7,49% panelis menyukai sediaan ini. Sediaan bedak kompak dengan konsentrasi zat warna sari wortel 12,5% mudah dipoles dan memberikan warna yang sesuai dengan warna kulit, sehingga banyak disukai kebanyakan panelis. Sediaan 5 yaitu bedak kompak dengan konsentrasi zat warna sari wortel 15% dengan presentase 7,01% panelis menyukai sediaan ini. Presentase kesukaan pada sediaan 3 yaitu dengan konsentrasi sari wortel 10% dengan presentase kesukaan 6,61% panelis menyukai warna sediaan ini. Panelis yang menyukai sediaan ini karena warna sediaan yang tidak terlalu gelap dan sesuai dengan warna kulit panelis yang berwarna coklat. Dan pada sediaan 2 yaitu bedak kompak dengan konsentrasi zat warna sari wortel 7,5% dengan presentase kesukaan 6,18% panelis agak menyukai warna sediaan ini. Panelis yang lebih memilih sediaan ini, memiliki kulit coklat muda dan warna dari sediaan ini dapat menyatu dengan warna kulit panelis yang berkulit coklat muda. Perhitungan hasil uji kesukaan (Hedonic test) pada Lampiran 18, halaman 60.

4.3.9 Hasil uji angka lempeng total

Pengujian angka lempeng total dilakukan pada bedak kompak yang telah melalui uji kesukaan (Hedonic test). Kemudian dipilih satu konsentrasi warna sediaan bedak kompak menggunakan sari wortel yang memiliki total nilai tertinggi dari uji kesukaan, yaitu konsentrasi 12,5% dan sediaan bedak


(52)

kompak tanpa pewarna sari wortel (blanko) untuk dilakukan pengujian angka lempeng total.

Setelah dilakukan pengujian diperoleh hasil bahwa sediaan bedak kompak tanpa pewarna sari wortel (blanko) memiliki nilai angka lempeng total 4x105 dan sediaan bedak kompak dengan konsentrasi warna sari wortel 12,5% memiliki nilai angka lempeng total 1x105. Menurut “Keputusan Direktur Jenderal Pengawas Obat Dan Makanan” tentang persayaratan cemaran mikroba pada kosmetika menyatakan bahwa persayaratan angka lempeng total pada sediaan rias wajah compact powder adalah 1x102.

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa sediaan bedak kompak tidak memenuhi persyaratan menurut Keputusan Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi ruang kerja dan bahan-bahan baku yang dipakai kurang memadai sehingga dapat memicu tumbuhnya mikroba pada sediaan bedak kompak. Hasil uji angka lempeng total pada Lampiran 19, halaman 64.


(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Zat warna sari wortel dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi sediaan bedak kompak. Semakin bertambah konsentrasi sari wortel yang digunakan dalam formula maka semakin bertambah pekat warna sediaan bedak kompak yang dihasilkan. Bedak dengan konsentrasi 7,5% berwarna krem, bedak dengan konsentrasi 10% berwarna oranye lemah, bedak dengan konsentrasi 12,5% berwarna oranye muda dan bedak dengan konsentrasi 15% berwarna oranye tua.

b. Hasil penentuan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat stabil, tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna dan bau dalam penyimpanan selama 60 hari. Pada hari ke 65 sampai hari ke 90 warna sediaan memudar.

c. Dari uji kesukaan sediaan yang disukai adalah bedak dengan konsentrasi zat warna sari wortel 10, 12,5 dan 15%. Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap 10 orang panelis menunjukkan sediaan bedak kompak yang dibuat tidak menyebabkan iritasi.

5.2 Saran

a. Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai cara pencegahan perubahan warna beta karoten.


(54)

b. Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan beta karoten sebagai antiaging.

c. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dilakukan penambahan evaluasi sediaan bedak kompak, seperti uji daya lekat.

d. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dilakukan sterilisasi bahan baku terlebih dahulu.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Teknologi Kosmetik Bedak. Diakses 12 Juni 2010. http://www.pharmacyaurel.blogspot.com.

Anonim. (2013). Kenali Bahaya Kosmetik. Diakses Januari 2013. http://www.herbaltama.com.

Anvisa. (2005). Cosmetic Products Stability Guide, Edisi Kesatu. Brasilia: National Health Survailance Agency Press. Hal. 18, 22.

Badan Standarisasi Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Diakses Tanggal 10 Februari 2012. Hal. 5-6. http://www.scribd.com/doc/6544761B/SNI-01-2346-2006.

Balsam, M.S., dan Sagarin, E. (1972). Cosmetics Science and Technology. Edisi kedua. London: Jhon Willy and Son. Hal. 336-338, 400, 404-405.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2001). Handbook of Cosmetic Science and Technology. New York: Marcel Dekker Inc. Hal. 5, 660. Butler, H. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi Kesepuluh.

Netherlands: Kluwer Academic Publisher. Hal. 169, 173, 178. 182, 188-189.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI. Hal. 184, 187, 188.

Ditjen POM. (1994). Persyaratan Cemaran Mikroba pada Kosmetik. Jakarta: Depkes RI. Hal. 5.

Ditjen POM. (2010).Notifikasi Kosmetika. Jakarta: Depkes RI. Hal. 2.

Dwicahya, D.B. (2010). Media Informasi Tentang Sayuran Wortel. Diakses September 2010. http://www.elib.unikom.ac.id.

Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S dan Sigla, A.K. (2002). Spreading Of Semisolid Formulations: An Update Pharmaceutical Technology. India: Panjab University. Hal. 88-90.


(56)

Hidayat, N., dan Saati, E.A. (2006). Membuat Pewarna Alami. Surabaya: Penerbit Trubus Agrisarana. Hal. 9-12.

Khomsan, A. (2009). Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hal. 148, 149.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B.V. Hal. 3, 375-376.

Rukmana, R. (1995). Bertanam Wortel. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 11, 14, 17. Rubatzky dan Yamaguchi, M. (1997). Sayuran Dunia 2. Edisi Kedua.

Bandung: Penerbit ITB. Hal. 166.

Soekarto. (1980). Penilaian Organoleptik Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Bogor: IPB Press. Hal. 145.

Sunanto, H. (2002). 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat dan Obesitas. Jakarta: Penerbit PT Elexkomputindo Kelompok Gramedia. Hal 28, 29.

Tim Penulis PS. (1992). Sayur Komersial. Jakarta: Penebar Swadya. Hal. 128. Tranggono, R.I.S., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 6, 8, 11, 13, 90, 92, 104, 106, 167.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 4, 5, 122.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited. Hal. 17, 72, 74.


(57)

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan


(58)

Lampiran 2. Bagan alir pembuatan zat warna sari wortel

Wortel segar

Disortasi

Dicuci hingga bersih Dikikis kulitnya Ditimbang

Berat wortel

Ditimbang seberat 3 kg Dijuice dengan juicer

750 ml sari wortel

Ditambahkan 0,1% Natrium Metabisulfit

Di freeze drying selama 24 jam pada suhu -40ºC dengan tekanan 2 atm Sari wortel bentuk karamel


(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

Lampiran 7. Perhitungan bahan 1. Sediaan 1 (Blanko)

Seng oksida 16,7 g

Kaolin 33,5 g

Magnesium karbonat 16,5 g

Parfum q.s

Nipagin 0,1 g

Pengikat 12 g

Talkum = 100 – (16,7+33,5+16,5+0,1+12) = 100 – 78,8

= 21,2 g

2. Sediaan 2 (Konsentrasi 7,5%) Sari wortel 7,5% = x 100 = 7,5 g

Seng oksida 16,7 g

Kaolin 33,5 g

Magnesium karbonat 16,5 g

Parfum q.s

Nipagin 0,1 g

Pengikat 12 g

Talkum = 100 – (7,5+16,7+33,5+16,5+0,1+12) = 100 – 86,3


(64)

= 13,7 g


(65)

Lampiran 9. Gambar sediaan bedak kompak menggunakan sari wortel

Konsentrasi 7,5% Konsentrasi 10%

Konsentrasi 12,5%

Konsentrasi 15%

a

b

Keterangan:

a : Sediaan bedak kompak menggunakan sari wortel b : Sediaan bedak kompak setelah 90 hari


(66)

Lampiran 10. Gambar warna yang dihasilkan

Keterangan: 1. Warna krem

2. Warna oranye lemah 3. Warna oranye muda 4. Warna oranye tua

No Warna

1 2 3 4


(67)

(68)

Lampiran 12. Gambar hasil uji poles bedak pada punggung tangan

1

2

3

4

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula tanpa sari wortel

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 7,5% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 10% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi sari wortel 12,5%


(69)

Lampiran 13. Gambar hasil uji daya sebar bedak kompak

a

b Keterangan:

a : Hasil uji daya sebar sebelum ditambah pemberat b : Hasil uji daya sebar setelah ditambah pemberat


(70)

(71)

Lampiran 15. Format formulir uji kesukaan (Hedonic Test)

Hedonic Test

Pilihlah bedak mana yang saudara amat sangat suka sampai yang amat sangat tidak suka berdasarkan homogenitas warna, kemudahan pengolesan dan intensitas warnanya.

Keterangan:

Amat sangat suka : 9 Sediaan 1 : Formula tanpa sari wortel

Sangat suka : 8 Sediaan 2 : Formula dengan sari wortel 7,5% Suka : 7 Sediaan 3 : Formula dengan sari wortel 10% Agak suka : 6 Sediaan 4 : Formula dengan sari wortel 12,5% Netral : 5 Sediaan 5 : Formula dengan sari worte 15% Agak tidak suka : 4 Tidak diuji: -

Nama Umur Sediaan

1 2 3 4 5

- - - - - - - - - - - - - - -


(72)

Sangat tidak suka : 2 Amat sangat tidak suka : 1

Lampiran 16. Format surat pernyataan untuk uji iritasi SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Umur : Jenis Kelamin : Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi panelis untuk uji iritasi dalam penelitian dari Maya Justitia dengan Judul penelitian Formulasi Sediaan Bedak Kompak Menggunakan Sari Wortel (Daucus carota L.) Sebagai Pewarna yang memenuhi kriteria sebagai panelis uji iritasi sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, panelis tidak akan menuntut kepada peneliti.

Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas partisipasinya peneliti mengucapkan terimakasih.


(73)

(………)


(74)

Lampiran 18. Perhitungan hasil uji kesukaan (Hedonic test)

Rumus yang digunakan untuk menghitung uji kesukaan (Hedonic test) adalah: P ( - (1,96.s/ )) ≤ μ ≤ ( + (1,96.s/ )) 95 %

=

S2 =

S

=

Keterangan: n = banyaknya panelis S2 = Keseragaman nilai

1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95% = nilai rata-rata

xi = nilai dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3, …n;

s = simpangan baku P = tingkat kepercayaan

μ = rentang nilai

1. Sediaan dengan konsentrasi sari wortel 7,5%

=


(75)

S2 =

S2 = = = 0,9822

Lampiran 18. (Lanjutan) s =

= 0,99

P ( - (1,96.s/ )) ≤ μ ≤ ( + (1,96.s/ )) 95 %

P (6,53- (1,96.0,99/ )) ≤ μ ≤ (6,53+ (1,96.0,99/ )) 95 % P (6,53-0,35) ≤ μ ≤ (6,53+ 0,35)

P (6,18 ≤ μ ≤ 6,88)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 6,18 dan dibulatkan menjadi 6 (agak suka).

2. Sediaan dengan konsentrasi sari wortel 10%

=

x = 207/30 = 6,9

S2 =

S2 = = = 0,6517

s = = 0,80


(76)

P (6,53- (1,96.0,80/ )) ≤ μ ≤ (6,53+ (1,96.0,80/ )) 95 % P (6,53- (0,29) ≤ μ ≤ (6,53+ (0,29)

P (6,61 ≤ μ ≤ 7,19)

Lampiran 18. (Lanjutan)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 6,61 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).

3. Sediaan dengan konsentrasi sari wortel 12,5%

=

x = 239/30 = 7,97

S2 =

S2 = = = 1,7655

s = = 1,33

P ( - (1,96.s/ )) ≤ μ ≤ ( + (1,96.s/ )) 95 %

P (6,53- (1,96.1,33/ )) ≤ μ ≤ (6,53+ (1,96.1,33/ )) 95 % P (6,53- 0,48) ≤ μ ≤ (6,53+ 0,48)

P (7,49≤ μ ≤ 8,45)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 7,49 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).


(77)

=

x = 227/30 = 7,57

Lampiran 18. (Lanjutan)

S2 =

S2 = = =

2,4351

s = = 1,56

P ( - (1,96.s/ )) ≤ μ ≤ ( + (1,96.s/ )) 95 %

P (6,53- (1,96.1,56/ )) ≤ μ ≤ (6,53+ (1,96.1,56/ )) 95 % P (6,53-0,56) ≤ μ ≤ (6,53+0,56)

P (7,01≤ μ ≤8,13)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 7,01 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).


(78)

(79)

(1)

Lampiran 18. Perhitungan hasil uji kesukaan (Hedonic test)

Rumus yang digunakan untuk menghitung uji kesukaan (Hedonic test) adalah: P ( - (1,96.s/ )) ≤ μ ≤ ( + (1,96.s/ )) 95 %

=

S2 =

S

=

Keterangan: n = banyaknya panelis S2 = Keseragaman nilai

1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95% = nilai rata-rata

xi = nilai dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3, …n;

s = simpangan baku P = tingkat kepercayaan μ = rentang nilai

1. Sediaan dengan konsentrasi sari wortel 7,5%

=


(2)

S2 =

S2 = = = 0,9822

Lampiran 18. (Lanjutan) s =

= 0,99

P ( - (1,96.s/ )) ≤ μ ≤ ( + (1,96.s/ )) 95 %

P (6,53- (1,96.0,99/ )) ≤ μ ≤ (6,53+ (1,96.0,99/ )) 95 % P (6,53-0,35) ≤ μ ≤ (6,53+ 0,35)

P (6,18 ≤ μ ≤ 6,88)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 6,18 dan dibulatkan menjadi 6 (agak suka).

2. Sediaan dengan konsentrasi sari wortel 10%

=

x = 207/30 = 6,9

S2 =

S2 = = = 0,6517

s = = 0,80


(3)

P (6,53- (0,29) ≤ μ ≤ (6,53+ (0,29) P (6,61 ≤ μ ≤ 7,19)

Lampiran 18. (Lanjutan)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 6,61 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).

3. Sediaan dengan konsentrasi sari wortel 12,5%

=

x = 239/30 = 7,97

S2 =

S2 = = = 1,7655

s = = 1,33

P ( - (1,96.s/ )) ≤ μ ≤ ( + (1,96.s/ )) 95 %

P (6,53- (1,96.1,33/ )) ≤ μ ≤ (6,53+ (1,96.1,33/ )) 95 % P (6,53- 0,48) ≤ μ ≤ (6,53+ 0,48)

P (7,49≤ μ ≤ 8,45)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 7,49 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).


(4)

=

x = 227/30 = 7,57 Lampiran 18. (Lanjutan)

S2 =

S2 = = =

2,4351

s = = 1,56

P ( - (1,96.s/ )) ≤ μ ≤ ( + (1,96.s/ )) 95 %

P (6,53- (1,96.1,56/ )) ≤ μ ≤ (6,53+ (1,96.1,56/ )) 95 % P (6,53-0,56) ≤ μ ≤ (6,53+0,56)

P (7,01≤ μ ≤8,13)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 7,01 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).


(5)

(6)