1
BAB I PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Penerapan KBK merupakan terobosan baru dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Rumusan kompetensi dalam
KBK merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas yang sekaligus
menggambarkan kemajuan yang dicapai siswa secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kompeten. Penerapan KBK memberikan
sumbangan perubahan yang besar dalam kegiatan belajar mengajar yang membuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran agar tidak mekanistik.
Hal ini memberikan implikasi pada pembelajaran di kelas, termasuk dalam pembelajaran matematika.
Secara alami manusia selalu menghadapi masalah dalam kehidupannya yang harus diselesaikan. Masalah dalam pembelajaran matematika merupakan
suatu “keharusan” dalam menghadapi dunia yang tidak menentu. Karena itu selayaknyalah jika manusia termasuk siswa pada khususnya perlu berlatih
menyelesaikan masalah. Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus membekali peserta didik untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan ini. Dengan kondisi dan situasi yang demikian ini, pembelajaran yang semestinya disusun ialah berdasarkan
masalah.
2
Simon, dkk dalam Herman Hudojo 2002:427 mengatakan bahwa “untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami matematika yang
dipelajari, guru perlu mengungkapnya agar siswa merepresentasikan mentalnya tentang konsep matematika yang telah ada dibenaknya. Dengan
demikian representasi sebagai gambaran mental memungkinkan matematika menjadi transparan. Schultz dan Waters dalam Abdur Rohman As’ari
2001:88 menambah bahwa “jika siswa hanya menggunakan satu representasi yang telah ditetapkan saja dalam menuangkan idenya, maka mereka tidak
memiliki peluang untuk menggunakan representasi yang lain”. Dengan pengertian di atas, representasi dikatakan sebagai alat berfikir dan alat
komunikasi. “Komunikasi merupakan esensi dari mengajar dan belajar matematika”
Jacob, 2002:378 yang sangat berperan dalam memperbaiki pendidikan matematika. Kesadaran tentang pentingnya memperhatikan kemampuan siwa
dalam berkomunikasi dengan menggunakan matematika yang dipelajari di sekolah perlu ditumbuhkan, sebab salah satu fungsi pelajaran matematika di
sekolah adalah sebagai cara mengkomunikasikan gagasan secara sistematis, praktis, dan efisien.
Menurut Baroody dalam Mohammad Asikin 2002:493, “pada pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional, komunikasi lesan
siswa masih sangat terbatas pada jawaban verbal yang pendek atas pertanyaan yang diajukan oleh guru”.
Bahkan menurut Cai dalam Mohammad Asikin 2002:493, “it is so rare for student to provide explanation in mathemations class, so strange to
talk about mathematics and surprising to justify answer ”.
3
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru matematika SMP Negeri 1 Semarang khususnya kelas VIII. Dikatakan bahwa selama ini
belum pernah menerapkan pembelajaran berbasis masalah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan lebih banyak menggunakan metode ceramah.
Disamping itu , dalam pembelajaran matematika guru jarang memberikan variasi dalam menggunakan sistem representasi dan kurang
memberikan tantangan kepada siswa untuk memeriksa akurasi penggunaan sistem representasi tertentu. Menurut Lesh dkk “guru yang baik, ketika
pemahaman konsep siswa mulai tumbuh akan merancang pembelajaran yang akan menciptakan network pengetahuan yang lebih kompleks”. Dia senantiasa
melatih para siswa agar mampu melakukan translasi antar berbagai sistem representasi.
Dari uraian diatas memberikan arah dan dorongan bagi peneliti untuk mengadakan penelitian dengan judul “Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dengan Penekanan Representasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Dalil Pythagoras Siswa SMP Negeri 1 Semarang
Kelas VIII Tahun Pelajaran 20052006 ”.
B. Permasalahan