PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOFERATIFTIPEJIGSAW PADA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN WAKTU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Hipotesis Tindakan ... 9

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 11

1. Pengertian Kooperatif Tipe Jigsaw ... 11

2. Langkah-Langkah Pembelajaran ... 15

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw . 18 B. Konsep Waktu Dalam Pembelajaran Matematika ... 19

1. Pengertian Waktu ... 19

2. Pengertian Matematika ... 24


(2)

BAB III PENELITIAN

A. Penelitian ... 39

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41

C. Prosedur Penelitian ... 42

D. Instrumen Penelitian ... 49

E. Teknik Pengolahan Data ... 50

F. Jadwal Penelitian ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Siklus I ... 54

B. Siklus II ... 59

C. Data Hasil Observasi ... 65

D. Data Hasil Wawancara ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya pendidikan meupakan usaha menyiapkan subjek didik untuk menghadapi lingkungan yang sedang mengalamiperubahan sangat pesat. Dengan pendidikan manusia menjadi cerdas dan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutukan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara.

Pendidikan pada saat ini merupakan faktor terpenting dalam menilaikemampuan seseorang. Hal ini terlihat dari standar nilai kelulusan yang semakinbaik dan tinggi. Menurut Mudyahardjo (Uli Gusniarti,2009:4).

Defenisi pendidikan di bagi menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi pendidikan secara luas menyatakan pendidikan adalah hidup.Pendidikan adalah segalapengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Sedangkan defenisi sempit tentang pendidikan adalah sekolah dengan tujuannya adalah untukmempersiapkan hidup

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah maupun perguruan tinggi merupakan tempat yang paling tepatuntuk mendapatkan pendidikan karena di sekolah atau perguruan tinggi sendiri terdapat beberapa instrumen penting yang membuat tujuan pendidikan dapat terwujud, salah satunya adalah kurikulum pendidikan. Sekolah serta perguruan tinggi juga dapat mempersiapkan hidup seseorang karena di sekolah serta perguruan tinggi setiap individu akan mendapatkan pembekalan-pembekalan kemampuan tertentu, seperti contohnya kemampuan otomotif untuk memperbaikikendaraaan bermotor. Instansi pendidikan formal juga akan memberikan ijazah yang berguna untuk


(4)

Ita Aryani, 2013

individu dalam mencari pekerjaan dan menggapai cita-cita. Secara tidak langsung, pendidikan formal dapat dikatakan tempat untukmendapatkan pendidikan dan kemampuan yang bertujuan untuk mempersiapkan hidup seseorang. Pendidikan formal juga menjanjikan keamanan dalam mendapatkan pendidikan. Selain itu pendidikan formal juga didukung oleh parapendidik yang memiliki kompetensi mengajar yang baik dan berkualitas. Pendidik memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

Pada Kurikulum sekarang ini murid tidak lagi senatiasa menjadi objek yang selalu dipaksa menerima materi yang diberikan gurunya, namun murid akan diajak belajar aktif untuk menemukan sendiri dan mendalami setiap materi yang akan dipelajarinya. Dengan kurikulum ini diharapkan lambat-laun prestasi belajar matematika siswa dapat lebih meningkat.Sujono (1988:5) mengatakan bahwa ” Matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik”.

James.L dan James.R (1976)Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, serta geometri”.http://id.shvoong.com/pengertian-matematika diterbitkan 11 juni 2011

Kemudian Kline (1973) mengatakan bahwa “matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk


(5)

terbentuknyamatematika”.http://id.shvoong.com/pengertianmatematikaditerbitkan 11 juni 2011

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan secara sederhana, bahwa Matematika adalah ilmu yang memepelajari tentang perhitungan, pengkajian dan menggunakan nalar atau kemampuan berpikir seseorang secara logika dan pikiran yang jernih. Matematika itu mempelajari hal-hal yang ada, matematika tidak akan sanggup mengkaji tentang hal-hal yang tidak pernah ada. Tetapi perlu diingat bahwa matematika dapat “meramal” yang akan terjadi, tapi matematika tidak menggunakan “ilmu gaib”, melainkan matematika menggunakan pengalaman yang pernah terjadi kemudian merumuskannya ke dalam sebuah “formula” dan akhirnya matematika bisa atau mampu meramal sesuatu yang akan terjadi dengan pertimbangan logika yang dimiliki manusia, bukan meramal dengan cara mistis yang tidak masuk dalam logika berpikir manusia. Jadi matematika adalah ilmu logika yang dapat berhitung, menganalisa dan bahkan meramal.

Matematika tidak luput peran sertanya dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Pada Matematika untuk mengantisipasi kemajuan teknologi diperlukan pembaharuan dan inovasi serta peningkatan kualitas pendidikan Matematika yang diawali dengan sikap disiplin waktu sejak dini disemua tingkat pendidikan pada umumnya, dan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada khususnya.Di dalam pelajaran Matematika salah satunya terdapat pokok bahasan Waktu


(6)

Ita Aryani, 2013

Menurut ( Jawwad, 183; 2004) "waktu adalah sumber daya yang paling berharga yang tak mungkin tergantikan serta tak mungkin disimpan tanpa digunakan". Jadi waktu adalah suatu ruang yang di dalamnya melakukan segala usaha yang dapat memenuhinya dengan sebanyak mungkin hal dan tidak dapat diulang lagi.

Dalam menyampaikan materi pokok bahasan Waktu penulis menggunakan metode pembelajaran kooferatif tipe jigsaw.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi baik dari sisi individu maupun sosialnya. Sejalan dengan itu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 merekomendasikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran yang dapat menunjang kemajuan siswa.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah ”suatu tipe pembelajaran Kooperatif yangterdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”. (Aends, dalam Yusuf, 1997:6).

Pada model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang kelompok yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan


(7)

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal, dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.

Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberitahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Demikian pula yang terjadi di kelas V SD NEGERI BAKAKAN, dimana prestasi hasil belajar mata pelajaran matematika masih kurang memuaskan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil ujian tengah semester pada Semester I tahun 2012 yang nilai rata-ratanya masih berada di bawah KKM (70,00 ). Bahkan untuk pokok bahasan Waktu menunjukkan prestasi yang masih jauh dari memuaskan, nilai rata-rata ulangan harian untuk pokok bahasan ini masih berada di bawah 65,00.Dari data hasil ujian tengah semester I tahun 2012 tampak bahwa siswa yang mencapai KKM ada 17 siswa atau 17

28 x 100% = 60,71% yang mencapai KKM, atau DSK baru mencapai 60,71%.

Perasaan ''takut'' atau fobia masih menghinggapi sebagian murid terhadap mata pelajaran matematika, sehinga prestasi belajar siswa masih terbilang rendah. Pembelajaran di kelas masih menggunakan metode ceramah sehingga anak


(8)

Ita Aryani, 2013

merasa bosan dengan pelajaran matematika. kurangnya alat peraga dalam menerangkan materi pelajaran, sehingga siswa merasa jenuhdan bosan dengan apa yang disampaikan guru.

Hal ini seharusnya tidak akan terjadi lagi di tahun-tahun kedepan,karena Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada murid dengan menjadikannya sebagai pusat dalam proses pembelajaran.

Hal tersebut dapat mengambarkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesuliatan dalam belajar matematika. Oleh karena itu guru perlu mencari alternatif metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa baik potensi individu maupun potensi sosialnya dan melibatkan guru secara langsung sebagai mitra kerja dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan metode belajarar tersebut siswa dapat lebih mengoptimalkan seluruh kemampuannya, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe jigsaw.

Model Kooperatif Tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dapat mengembangkan kegiatan membaca, menulis,


(9)

mendengarkan, dan berbicara. Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kreatif berfikir. Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka penulis akan menggunakan penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw pada pokok bahasan Waktuyang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkanlatar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah rencanapembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada pelajaran Matematika dengan pokok bahasan Waktu dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

2. Bagaimanakah pelaksanaamodel pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran Matematika dengan pokokbahasan Waktu dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar matematika siswa pada model pembelajaran kooperataif tipe jigsaw dengan pokok bahasan Waktu ?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah rencana pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawpada pelajaran Matematika dengan pokok bahasan Waktudapat meningkatkan hasil belajar siswa?


(10)

Ita Aryani, 2013

2. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran Matematika dengan pokok bahasan Waktu dapat meningakatakan hasil belajar siswa ?

3. Untuk mengetahuiseberapa besar peningkatan hasil belajar Matematika siswa pada model pembelajaran kooperataif tipe jigsaw dengan pokok bahasan Waktu ?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: 1. Bagi siswa

a. Meningkatkan prestasi be`lajar siswa dalam pelajaran Matematika pada pokok bahasan Waktu

b. Memotivasi kemampuan belajar siswa pada mata pelajaran Matematika

2. Bagi guru

a. Memberikan pengalaman dalam merancang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

b. Medorong guru agar lebih kreatifdalam mengelola proses pembelajaran Matematika

3. Bagi sekolah

a. Memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas pembelajaran Matematika di sekolah


(11)

b. Menumbuhkan suasana akademis yang kondusif bagi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian iniadalah seandainya Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, dilaksanakan Pada Pelajaran Matematika dengan Pokok Bahasan Waktu diharapkan dapat meningkatkan hasilbelajar siswa.

F. Dfinisi Opeasional 1. penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ” penerapan adalah perbuatan menerapkan”. jadi penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

2. Model

Menurut Twelker “Model ialah sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan sebuah kegiatan”.http://id.shvoong.com/pengertian-waktu diterbitkan 11 juni 2011.


(12)

Ita Aryani, 2013

3.Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah” suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya” (Arends, dalam Yusuf, 1997:6).

4.Matematika

Menurut Sujono ( 1988:5) “martematika adalah ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan”

5. Waktu

(Choan - Seng Song, 235; 2008) menyatakan bahwa "waktu adalah suatu ruang yang di dalamnya mereka melakukan segala usaha yang memperluasnya agar dapat memenuhinya dengan sebanyak mungkin hal. Kehidupan yang berhasil adalah kehidupan yang telah menghasilkan prestasi terbanyak dalam waktu sesingkat mungkin"http://id.shvoong.com/pengertian-waktu diterbitkan 11 juni 2011.

6.Hasil Belajar

Nasution.S (1992:17) prestasi belajar adalah “kemampuan yang dicapai seseorang dalam berfikir dan diukur dengan aspek : a. Kognitif b. Afektif c. Psikomotor “


(13)

(14)

BAB III PENELITIAN A. Penelitian

Penelitian adalah merupakan proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif. Karakter formal dan intensif karena terikat dengan aturan, urutan maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermartabat bagi kehidupan manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, memecahkan masalah melalui hubungan sebab dan akibat, dapat diulang lagi dengan cara yang sama dan hasil yang sama.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Menurut tim pengembangan MKDK Kurikulum dan Pembelajaran (2002: 94):

Penelitian tindakan kelas dalam terminologi bahasa Inggris lazim disebut

action recearch” yaitu suatu bentuk kajian melalui self reflektive yang

bercirikan pada kegiatan partsipatif dan kolaboratif yang dilaksanakan dengan para peserta pada suatu situasi sosial dalam rangka rasionalitas dan penilaian mereka terhadap praktek/pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan.

Arikunto (2002: 2)menjelaskan penelitian tindakan kelas (PTK) melalui paparan definisi dari konsep penelitian, tindakan, dan kelas, yaitu sebagai berikut : 1. penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek menggunakan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan menunjukan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah


(15)

sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dari paparan definisi yang disebutkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu kegiatan mencermati suatu kegiatan belajar yang dilakukan dengan sengaja oleh peneliti di kelas dengan menggunakan metodologi tertentu dengan tujuan memperbaiki praktek pembelajaran.

Guru dalam penelitian tindakan kelas (PTK) dapat melihat sendiri praktek pembelajaran atau bersama observer melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Guru setelah mengadakan PTK dapat memperbaiki praktek-praktek pembelajaran sehingga lebih efektif.

Pelaksanaan PTK yang dilakukan guru tidak akan mengganggu dalam pencapaian target kurikulum, karena dalam penelitian tidak mempengaruhi materi pembelajaran tetapi untuk memperbaiki proses pembelajaran demi tujuan yang telah ditargetkan. Kegiatan penelitian tindakan kelas melibatkan siswa melalui tindakan yang telah direncanakan oleh peneliti.

Berdasarkan beberapa desain model PTK yang diketahui, maka peneliti menggunakan desain model Kemmis & Mc Taggart (yusuf1997:27) untuk PTK yang akan dirancang dan dilaksanakan guna memperbaiki atau mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas yang dapat digambarkan sebagai berikut :


(16)

Gambar 3.1

Siklus model Kemmis dan Tanggart

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian dalam 2 siklus. Dengan 2 siklus ini diharapkan tujuan penelitian ini dapat tercapai yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai KKM 80,00.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi Penelitian tindakan kelas tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran matematika dengan pokok bahasan waktu

Pengamatan Siklus I

Perencanaan Siklus II

Pengamatan Perencanaan Siklus III

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi


(17)

untuk meningkatkan hasil belajar siswa ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Babakan Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung.Adapun yang 28 yang menjadi Subjek penelitian ini adalah kelas V dengan jumlah siswa terdiri dari 15 orang perempuan dan 13 orang laki-laki.

C. Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu: 1. Perencanaan (planning)

Pada perencanaan penelitian ini kegiatan awal yang dilakukan adalah:

a. Pengajuan SK dari Fakultas Ilmu Pendidikan (UPI), untuk dapat melakukan penelitian

b.Permintaan SK dari Program Studi PGSD

c. Permintaan ijin dari kepala sekolah SDN Babakan

Selanjutnya peneliti melaksanakan pra penelitian, hal ini dilakukan untuk mencari kelas yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil pra penelitian diperoleh kelas V yang akan dijadikan tempat penelitian. Alasan dari pemilihan kelas ini dikarenakan memiliki nilai matematika di bawah nilai rata-rata kelas dan KKM.

Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan orientasi awal terlebih dahulu dengan mencari semua informasi yang dibutuhkan hingga dirasakan adanya masalah, lalu dilakukan identifikasi masalah, hingga perumusan masalah.

Selanjutnya peneliti membuat semua perencanaan tindakan perbaikan, diantaranya adalah: (1) membuat rencana pembelajaran yang berisikan


(18)

langkah-dilakukan, (2) mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya kegiatan, (3) mempersiapkan instrumen penelitian.

2. pelaksanaan penelitian

Tahap ini merupakan tahap inti dalam penelitian setelah melalui proses perencanaan. Kegiatan pelaksanaan penelitian adalah tindakan pokok dalam siklus penelitian ini. Setiap siklus dilakukan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit yaitu 2 x 35 menit untuk kegiatan pembelajaran dan 1 x 35 menit untuk pelaksanaan tes. Secara rinci pelaksanaan tindakan pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus I

a). Kegiatan Awal ( 10 menit )  Apersepsi / motivasi  Menyiapkan bahan belajar

 Mengarahkan peserta didik pada materi waktu.

 Peserta didik menyimak tujuan pembelajaran yang diterangkan guru. b). Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi

 Guru menjelaskan dan menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam.

 Peserta didik diminta untuk menyebutkan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24


(19)

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi,

 Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok, tiap kelompok beranggota 7 orang.

 Guru menjelaskan aturan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe jigsaw (setelah pembagian kelompok kemudian siswa membuat kelompok lagi sesuai dengan nomor soal yang didapat)  Melakukan percobaan dengan membuat jam mainan dari karton, siswa

diuji kemampuannya dan keterampilannya mengerjakan soal-soal latihan  Guru membahas LKS dengan melibatkan siswa

 Setelah selesai pembahasan peserta didik kembali lagi kekelompok masing-masing.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

c). Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup:

 Guru melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan  Memberikan pekerjaan rumah dan pengarahan agar siswa belajar


(20)

3. observasi (observation)

Secara umum, observasi merupakan upaya untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada setiap siklus baik terhadap siswa maupun guru selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Adapun yang diobservasi dalam aktifitas siswa pada tahap ini adalah:

1. Perhatian siswa pada saat belajar matematika dengan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

2. Partisipasi siswa dalam bertanya pada saat belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3. Kemampuan siswa dalam memberikan jawaban/ pendapat pada saat pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

4. kerjasama dan kekompakan siswa dalam belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

5. siswa mengembangkan nilai-nilai demokrasi, disiplin, dan tekun pada saat belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Sedangkan yang diobservasi pada aktifitas guru selama proses pembelajaran adalah:

1. Guru memulai pembelajaran dengan menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar siswa

2. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas 3. Guru meminta siswa duduk tertib dalam kelompok


(21)

4. Guru membimbing siswa dalam kelompok

5. Guru memberikan motivasi pada siswa selama pembelajaran 4. Refleksi

Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, karena hal tersebut terjadi demikian, dan apa yang diperlukan selanjutnya. Pada tahapan ini peneliti akan melaksanakan diskusi balikan bersama observer dengan mengacu kepada hasil observasi yang telah terkumpul. Hasil diskusi balikan ini akan menjadi acuan untuk perbaikan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.

2. Siklus II

a). KegiatanAwal( 10 menit )  Apersepsi / motivasi  Menyiapkanbahanbelajar

 Mengarahkan peserta didik pada materi waktu.

 Peserta didik menyimak tujuan pembelajaran yang diterangkan guru. b). KegiatanInti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi

 Guru menjelaskan dan menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam.

 Peserta didik diminta untuk menyebutkan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24


(22)

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi,

 Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok, tiap kelompok beranggota 7 orang.

 Guru menjelaskan aturan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe jigsaw (setelah pembagian kelompok kemudian siswa membuat kelompok lagi sesuai dengan nomor soal yang didapat)  Melakukan percobaan dengan membuat jam mainan dari karton, siswa

diuji kemampuannya dan keterampilannya mengerjakan soal-soal latihan  Guru membahas LKS dengan melibatkan siswa

 Setelah selesai pembahasan peserta didik kembali lagi kekelompok masing-masing.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

c). Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup:

 Guru melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan  Memberikan pekerjaan rumah dan pengarahan agar siswa belajar


(23)

3. Observasi (observation)

Secara umum, observasi merupakan upaya untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada setiap siklus baik terhadap siswa maupun guru selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Adapun yang diobservasi dalam aktifitas siswa pada tahap ini adalah:

1. Perhatian siswa pada saat belajar matematika dengan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

2. Partisipasi siswa dalam bertanya pada saat belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3. Kemampuan siswa dalam memberikan jawaban/ pendapat pada saat pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

4. Kerjasama dan kekompakan siswa dalam belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

5. Siswa mengembangkan nilai-nilai demokrasi, disiplin, dan tekun pada saat belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Sedangkan yang diobservasi pada aktifitas guru selama proses pembelajaran adalah:

1. Guru memulai pembelajaran dengan menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar siswa

2. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas 3. Guru meminta siswa duduk tertib dalam kelompok


(24)

4. Guru membimbing siswa dalam kelompok

5. Guru memberikan motivasi pada siswa selama pembelajaran

tidak ada refleksi karena nilai siklus II sudah tercapai sesuai dengan harapan, yaitu dengan nilai KKM 80,00.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan instrumen non tes.

1. Instrumen Tes Lembar soal

Lembar ini terdiri dari tujuh soal uraian mengenai tanda waktu dengan menggunakan notasi 24.

Tes yang dilaksanakan terdiri atas tes siklus. Tes siklus adalah tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran satu sub pokok bahasan atau akhir siklus. Bentuk tes yang diberikan berupa tes uraian karena dengan tes uraian akan terlihat kemampuan dan proses berfikir siswa (lembar tes terlampir).

2. Instrumen non tes 1.Lembar Observasi

Observasi adalah pengumpulan data tentang aktivitas siswa dan guru (peneliti) selama pembelajaran berlangsung oleh observer atau peneliti. Lembar observasi adalah alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kejadian yang diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Kegiatan observasi memiliki dua tujuan penting, yaitu : (1) mengetahui pelaksanaan tindakan dengan


(25)

rencana kegiatan yang disusun sebelumnya; (2) untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan antara guru (peneliti) dengan beberapa siswa serta antara guru (peneliti) dengan observer melalui pedoman wawancara yang dirancang khusus untuk kepentingan penelitian ini.

E. Teknik Pengolahan data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif sederhana yang berupa frekuensi persen dan analisis kualitatif. Analisis data dilakukan pada tahap evaluasi/refleksi dari setiap tindakan. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh alternatif pemecahan dalam tindakan berikutnya. Analisis data dilakukan melalui kolaborasi anatara peneliti dan guru kelas. Hal ini

sebagaimana yang dikemukakan Arikunto (2006:239) “ bahwa data yang sudah

terkumpul dikelompokan menjadi data berbentuk angka-angka dan data kualitatif dalam bentuk kata-kata atau simbol”.

1. Kategori Data

Data yang diperoleh pada penelitian akan disusun menjadi empat kategori berdasarkan fokus penelitian yaitu daya serap, suasana belajar, data penigkatan prestasi belajar dengan mengunakan model pembelajaran atau pendekatan yang diterapkan, serta data kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran. Data yang terkumpul akan dianalisis sebagai berikut:


(26)

1. Data kegiatan guru dan kegiatan siswa selama pembelajaran siklus I dan II diperoleh melaui catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung. 2. Data tentang suasana belajar siswa, diperoleh dari hasil observasi pada

waktu pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi suasana belajar.

3. Data peningkatan daya serap siswa pada materi Waktu. Untuk mengukur daya serap Menurut Suherman (2001: 236) “untuk menentukan tinggi-rendahnya daya serap siswa, dapat digunakan penilaian sistem PAP skala lima”. Skala lima ini disebut juga dengan skala huruf, karena nilai akhir tidak dinyatakan dengan angka tetapi dengan huruf yaitu A, B, C, D dan E. Pada skala lima ini, perbandingan interval kurva normal dibagi menjadi lima interval. Konfersi untuk skala lima interval dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Tabel Konversi untuk Skala Lima Interval KonfersiSkala Lima Kategori

90% ≤ A ≤ 100% Sangat tinggi

75% ≤ B < 90% Tinggi

55% ≤ C ≤ 75% Cukup

40% ≤ D ≤ 55% Rendah


(27)

Perhitungan persentasenya adalah maksimum skor Jumlah benar yang jawaban Jumlah % 100 

4. Data peningkatan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diperoleh dari hasil tes. Data hasil tes siswa yang berupa jawaban –jawaban dapat dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Ketercapaian individu = 100%

maksimum skor Jumlah benar yang jawaban Jumlah

Ketuntasan rombongan belajar =

siswa seluruh Jumlah tuntas belajar yang siswa Jumlah x 100%

F. Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dari siklus I sampai siklus II dilaksanakan pada bulan November 2012. Untuk lebih jelas penulis menjabarkan melalui pelaksanaannya melalui tabel 3.2.


(28)

Table 3.2 Tabel jadwal penelitian

Kegiatan

Bulan

Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pembuatan proposal X

Revisiproposal X

Instrumen penelitian X

Revisi instrumen X

Pelaksanaan penelitian

X X X X Penyusunan laporan

bimbingan


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. kesimpulan

Hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada kelas V SD Negeri Babakan Kota Bandung, dengan penerapan pembelajaran model Kooperatif Tipe Jigsaw pada pelajaran Matematika, dalam pokok bahasan Waktu untuk meningkatkan hasil belajar siswa sudah baik, ini terluhat dalam proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat.

2. Pelakasanaan pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran matematika dalam pokok bahasan waktu keadaan pembelajaran sudah baik, ini dapat terlihat dari siswa dapat dengan mudah mengerti sehingga hasil belajar siswa meningkat.

3. Peningkatan hasil preastasi siswa dengan menggunakanpembelajaran model kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran matematika dalam pokok bahasan waktu meningkat, ini dapat terlihat pada hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I yang belum sesuai dengan yang diharapkan dan pada siklus II hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.


(30)

Ita Aryani, 2013

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan dan data-data yang telah diperoleh, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Guru harus peduli setiap proses pembelajaran sehingga dapat mengidentifikasi setiap kekurangan dan kelebihan dari penyelenggaraan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Apabila terdapat kekurangan sebaiknya melakuakan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas. Kerjasama antar guru harus terus ditumbuhkan dalam mengembangkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Dengan tumbuhnya kerjasama antara guru diharapkan akanterjadi peningkatan profesionalisme guru yang juga akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu altenatif pembelajaran yang dapat digunakan di SDN Babakan adalah dengan menggunakan Model Pembembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

2. Peneliti perlu melakukan penelitian tindakan kelas lebih sering agar tercapainya hasil yang diharapkan. Salah satunya dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada pokok bahasan yang lain, di kelas yang lain, atau pada mata pelajaran yang lain.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi ( 2006 ). Prosedur penelitian suatu praktik. Jakarta : PTRineka Cipta

Depdiknas , (2004). Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Hasan .A, dkk. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hudojo, H. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivis .

Makalah disajikan pada Seminar Nasional “Upaya -upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Era Globalisasi . Program Pasca Sarjana IKIP Malang. Malang: 4 April 1998

http://id.shvoong.com/pengertian-matematika diterbitkan 11 juni 2011 http://id.shvoong.com/pengertian-model diterbitkan 11 juni 2011 http://id.shvoong.com/pengertian-waktu diterbitkan 11 juni 2011 Ibrahim, M., (2000). Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: Unesa Press.

Ismail, (2003) Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Dit. Pendidikan Lanjutan Pertama.

Jawwad A. A, (2004). Contoh praktis manajemen waktu yang epektif. Bandung:PT. Syamil Cipta Media.

Nasution.H.A(1982). Landasan Matematika. Bogor: Bhratara

Nasution.S,(1992)Berbagaipendekatandalamprosesbelajarmengajar, Jakarta:Bumi Aksara

Ruseffendi, E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan SPG,Bandung : Tarsito.

Sudjana, N.( 1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sujono. 1988. PengajaranMatematik untukSekolahMenengah.Jakarta: DepartemenPendidikandanKebudayaan.


(32)

Ita Aryani, 2013

Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Suherman. E., (2003). Asesmen Proses Dan Hasil Dalam Pembelajaran

Matematika, Makalah. Bandung Jurdikmat FPMIPA UPI.

Sumanto,dkk (2008) Gemar Matematika 5 . Jawa Barat:Departemen Pendidikan Nasional

Suparno. P., (1997). Filsafat Konstruktivis dalam Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kanisius.

Tim. Dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan, (1994). Pengelolaan Pendidikan. Bandung. FIP IKIP Bandung.

Uli G (2009).Faktor-faktor yang mempengaruhi Bullying pada remaja, Naskah Publikasi.Yogyakarta UII Yogyakarta.

Yusuf, (1997) Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat NTB, Tesis. Magister


(33)

(1)

Table 3.2 Tabel jadwal penelitian

Kegiatan

Bulan

Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pembuatan proposal X

Revisiproposal X

Instrumen penelitian X

Revisi instrumen X

Pelaksanaan penelitian

X X X X Penyusunan laporan

bimbingan


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. kesimpulan

Hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada kelas V SD Negeri Babakan Kota Bandung, dengan penerapan pembelajaran model Kooperatif Tipe Jigsaw pada pelajaran Matematika, dalam pokok bahasan Waktu untuk meningkatkan hasil belajar siswa sudah baik, ini terluhat dalam proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat.

2. Pelakasanaan pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran matematika dalam pokok bahasan waktu keadaan pembelajaran sudah baik, ini dapat terlihat dari siswa dapat dengan mudah mengerti sehingga hasil belajar siswa meningkat.

3. Peningkatan hasil preastasi siswa dengan menggunakanpembelajaran model kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran matematika dalam pokok bahasan waktu meningkat, ini dapat terlihat pada hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I yang belum sesuai dengan yang diharapkan dan pada siklus II hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.


(3)

Ita Aryani, 2013

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan dan data-data yang telah diperoleh, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Guru harus peduli setiap proses pembelajaran sehingga dapat mengidentifikasi setiap kekurangan dan kelebihan dari penyelenggaraan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Apabila terdapat kekurangan sebaiknya melakuakan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas. Kerjasama antar guru harus terus ditumbuhkan dalam mengembangkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Dengan tumbuhnya kerjasama antara guru diharapkan akanterjadi peningkatan profesionalisme guru yang juga akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu altenatif pembelajaran yang dapat digunakan di SDN Babakan adalah dengan menggunakan Model Pembembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

2. Peneliti perlu melakukan penelitian tindakan kelas lebih sering agar tercapainya hasil yang diharapkan. Salah satunya dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada pokok bahasan yang lain, di kelas yang lain, atau pada mata pelajaran yang lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi ( 2006 ). Prosedur penelitian suatu praktik. Jakarta : PTRineka Cipta

Depdiknas , (2004). Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Hasan .A, dkk. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hudojo, H. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivis .

Makalah disajikan pada Seminar Nasional “Upaya -upaya Meningkatkan

Peran Pendidikan Matematika dalam Era Globalisasi . Program Pasca Sarjana IKIP Malang. Malang: 4 April 1998

http://id.shvoong.com/pengertian-matematika diterbitkan 11 juni 2011 http://id.shvoong.com/pengertian-model diterbitkan 11 juni 2011 http://id.shvoong.com/pengertian-waktu diterbitkan 11 juni 2011 Ibrahim, M., (2000). Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: Unesa Press.

Ismail, (2003) Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Dit. Pendidikan Lanjutan Pertama.

Jawwad A. A, (2004). Contoh praktis manajemen waktu yang epektif. Bandung:PT. Syamil Cipta Media.

Nasution.H.A(1982). Landasan Matematika. Bogor: Bhratara

Nasution.S,(1992)Berbagaipendekatandalamprosesbelajarmengajar, Jakarta:Bumi Aksara

Ruseffendi, E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan SPG,Bandung : Tarsito.

Sudjana, N.( 1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sujono. 1988. PengajaranMatematik untukSekolahMenengah.Jakarta: DepartemenPendidikandanKebudayaan.


(5)

Ita Aryani, 2013

Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Suherman. E., (2003). Asesmen Proses Dan Hasil Dalam Pembelajaran

Matematika, Makalah. Bandung Jurdikmat FPMIPA UPI.

Sumanto,dkk (2008) Gemar Matematika 5 . Jawa Barat:Departemen Pendidikan Nasional

Suparno. P., (1997). Filsafat Konstruktivis dalam Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kanisius.

Tim. Dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan, (1994). Pengelolaan Pendidikan. Bandung. FIP IKIP Bandung.

Uli G (2009).Faktor-faktor yang mempengaruhi Bullying pada remaja, Naskah Publikasi.Yogyakarta UII Yogyakarta.

Yusuf, (1997) Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat NTB, Tesis. Magister


(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS GARAM.

0 3 23

PENERAPAN MODEL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBASIS KOLABORASI DENGAN MEDIA UNTUK MENINGKATKAN ISIS DRAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

0 4 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN KUB

0 0 17

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN SIFAT – SIFAT BANGUN DATAR.

0 2 29

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PNEUMATIK DAN HIDROLIK.

0 3 31

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOFERATIFTIPEJIGSAW PADA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN WAKTU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Babakan Kota Bandung.

1 1 42

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

1 17 35

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TENTANG POKOK BAHASAN PERKALIAN DAN PEMBAGIAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 39

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TENTANG POKOK BAHASAN PERKALIAN DAN PEMBAGIAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 1 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS.

0 0 1