2.3 Tinjauan Tentang Jaminan Kredit
2.3.1 Pengertian Jaminan Kredit
Kata “jaminan” dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai dalam Pasal 1131 KUH Perdata dan Penjelasan Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998,
namun dalam kedua peraturan tersebut tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan jaminan. Meskipun demikian dari ketentuan diatas dapat diketahui, bahwa
jaminan erat hubungannya dengan masalah utang. Bisaanya dalam perjanjian pinjam-meminjam uang, pihak kreditur meminta kepada debitur agar
menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaan untuk kepentingan pelunasan utang, apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata debitur
tidak melunasinya Supramono, 2009:196. Masalah jaminan dalam praktik perbankan ini sangat penting artinya
terutama yang berhubungan dengan kredit yang dilepas kepada nasabahnya. Dalam ketentuan Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 dinyatakan bahwa dalam
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan
kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai yang diperjanjikan.
Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 mengemukakan bahwa berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah
Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan tersebut sesuai yang diperjanjikan itulah yang diartikan sebagai Jaminan Kredit.
Selanjutnya Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa untuk memperoleh keyakinan, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan
penilaian analisis terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur. Dari Pasal 8 tersebut dapat disimpulkan bahwa agunan itu hanya
salah satu unsure dari jaminan kredit. Bahkan dijelaskan pula bahwa bila berdasarkan unsure-unsur yang lain Bank telah memperoleh keyakinan atas
kemampuan debitur untuk mengembalikan utangnya, agunan yang diserahkan hanya dapat berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit
yang bersangkutan Sutedi, 2010: 21.
2.3.2 Fungsi Jaminan Kredit