BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam UUD 1945,
diundangkan dalam berita Republik Indonesia bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Perubahan Undang-Undang Dasar atau sering pula digunakan istilah amandemen UUD merupakan salah satu agenda reformasi. Perubahan itu dapat berupa
pencabutan, penambahan, dan perbaikan.
1.2
Rumusan masalah
1. Apa pengertian UUD 1945? 2. Apa saja konstitusi-konstitusi yang berlaku di Indonesia?
3. Apa dasar pemikiran dilakukannya perubahan UUD 1945? 4. Apa tujuan dilakukannya perubahan UUD 1945?
5. Berapakalikah UUD 1945 mengalami perubahan? 6. Apa syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan perubahan UUD 1945?
7. Pasal–pasalapa saja yang mengalami perubahan? 8. Bagaimana sikap positif kita terhadap perubahan UUD 1945?
1.3
Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian UUD 1945.
2. Mengetahui konstitusi-konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia. 3. Mengetahui dasar pemikiran dilakukannya perubahan UUD 1945.
4. Mengetahui tujuan dilakukannya amandemenperubahan UUD 1945. 5. Mengetahui berapakali UUD 1945 mengalami perubahan.
1
6. Mengetahui syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan perubahan UUD 1945.
7. Mengetahui pasal-pasal mana saja yang mengalami perubahan. 8. Mengetahui bagaimana sikap positif terhadap perubahan UUD 1945.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian UUD 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD 45, adalah
hukum dasar tertulis basic law,
konstitusi pemerintahan negara
Republik Indonesia saat ini.
UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI
pada tanggal
18 Agustus 1945
. Sejak tanggal 27 Desember
1949 , di Indonesia
berlaku Konstitusi RIS
, dan sejak tanggal 17 Agustus
1950 di Indonesia berlaku
UUDS 1950
. Dekrit Presiden
5 Juli 1959
kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh
DPR pada tanggal
22 Juli 1959
. Menurut Kusnardi dan Ibrahim 1943, UUD merupakan konstitusi yang
tertulis. Konstitusi atau UUD 1945 berisi ketentuan yang mengatur hal-hal yang mendasar dalam bernegara. Hal-hal yang mendasar itu misalnya tentang batas-batas
kekuasaaan penyelenggara pemerintahan negara, hak-hak dan kewajiban warga negara dan lain-lain. Sebagai aturan dasar dalam negara, maka UUD mempunyai kedudukan
tertinggi dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Artinya semua jenis peraturan perundang-undangan di Indonesia kedudukannya di bawah UUD Negara
Republik Indonesia, yakni UUD 1945. Peraturan perundang-undangan tersebut adalah Undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti Undang-undang peraturan
pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan daerah. Sebelum terjadinya perubahan atau amandemen atas UUD 1945, maka yang
dimaksud dengan UUD 1945 ialah keseluruhan naskah yang terdiri dari dan tersusun atas 3 tiga bagian, yaitu:
1. Bagian Pembukaan, terdiri dari 4 alinea.
2
2. Bagian Batang Tubuh, terdiri dari 6 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan.
3. Bagian Penjelasan, yang meliputi Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal demi Pasal.
Pada waktu UUD 1945 disahkan oleh PPKI dalam sidangnya tanggal 8 Agustus 1945 baru meliputi Pembukaan dan Batang Tubuh saja, sedangkan
Penjelasannya belum termasuk di dalamnya. Namun setelah naskah resminya dimuat dan disiarkan dalam Berita Republik Indonesia tanggal 15 Februari 1946, Penjelasan
dimaksud telah menjadi bagian daripadanya, sehingga pengertian daripada UUD1945 seperti yang dinyatakan di atas meliputi Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan.
Adapun yang dimaksud dengan dengan undang-undang dasar menurut UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis. Maka sebagai hukum, UUD itu mengikat, baik bagi
pemerintah, setiap lembaga negara dan lembaga masyarakat, serta mengikat bagi setiap warga negara Indonesia di manapun ia berada, maupun bagi setiap penduduk
yang ada di wilayah negara Republik Indonesia. Dan sebagai hukum, undang-undang dasar itu berisikan norma-norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus
dilaksanakan dan ditaati.
Undang-undang dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, dan sebagai hukum dasar, maka undang-undang dasar itu sendiri merupakan sumber
hukum. Oleh karena itu setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan atau keputusan pemerintah, termasuk kebijaksanaan pemerintah harus berlandaskan dan
bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan UUD 1945.
Sebagai hukum dasar tertulis, Undang-Undang Dasar dalam kerangka tata aturan atau tata tingkatan norma hukum yang berlaku menempati kedudukan yang
tinggi, yang mempunyai fungsi sebagai alat pengontrol bagi norma hukum yang kedudukannya lebih rendah, apakah telah sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-
Undang Dasar.
3
Selain daripada itu, Undang-Undang Dasar sebagai hukum dasar tertulis, masih ada hukum lainnya yang tidak tertulis, yaitu yang dalam Penjelasan UUD 1945
dinyatakan sebagai “Aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis”, yang dikenal dengan sebutan
konvensi.
Konvensi ini merupakan aturan-aturan pelengkap yang mengisi kekosongan yang timbul dalam praktik kenegaraan yang tidak terdapat dalam Undang-Undang
Dasar. Walaupun demikian adanyakonvensi itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar.
Apabila kita perhatikan isi daripada UUD 1945 bersifat singkat, yakni hanya berisikan sebanyak 37 Pasal, ditambah dengan 4 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Ayat
Tambahan. Hal ini akan sangat berbeda apabila dibandingkan dengan UUD negara lain seperti misalnya UUD Philipina, demikian pula bila dibandingkan dengan
Konstitusi RIS 1946 dan UUDS 1950. Selain bersifat singkat, UUD 1945 juga bersifat supel. Sifat singkat dan supel dari UUD 1945 ini dinyatakan dalam
Penjelasan, yang memuat alasan-alasan sebagai berikut: 1. UUD sudah cukup apabila memuat aturan-aturan pokok saja, yaitu hanya
memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah pusat dan lain- lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan
kesejahteraan sosial. Sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan- aturan pokok tersebut diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah
caranya membuat, mengubah, dan mencabut. 2. Masyarakat dan negara Indonesiamasih harus berkembang dan hidup secara
dinamis, karena itu harus melihat segala gerak-gerik kehidupan masyarakat dan negara Indonesia, tidak perlu tergesa-gesa dalam memberikan kristalisasi,
dan bentuk Gestaltung kepada pikiran-pikiran yang masih mudah berubah.
3. Sifat dari aturan yang tertulis itu mengikat, karena itu makin supel elastis sifat aturan itu akan makin baik, dan harus dijaga agar sistem UUD jangan
sampai ketinggalan zaman. Jangan sampai membuat undang-undang yang lekas usang.
4
Adanya sifat singkat daripada UUD 1945 tidak berarti bahwa UUD tidak lengkap atau mengabaikan kepastian hukum, karena aturan-aturan pokok atau untuk
penyelenggarannya lebih lanjut dapat diserahkan kepada aturan-aturan yang kedudukannya lebih rendah.
Selain daripada Penjelasan UUD 1945 juga menekankan pentingnya semangat dari para penyelenggara negara dan pemimpin pemerintahan, karena meskipun dibuat
UUD yang menurut kata-katanya bersifat kekeluargaan namun apabila semangat para penyelenggara dan pimpinannya bersifat perorangan, UUD tadi tentu tidak akan ada
artinya dalam praktik. Sebaliknya meskipun UUD itu tidak sempurna, apabila semangat para penyelenggara pemerintah baik , UUD itu tentu tidak akan merintangi
jalannya negara.
2.2
Konstitusi – Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia
2.2.1 Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan
perjuanganmempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal
16 Oktober 1945
memutuskan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada
KNIP , karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal
14 November
1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensial Semi-Parlementer yang
pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan pertama dari sistem pemerintahan Indonesia terhadap UUD 1945.
2.2.2 Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17
Agustus 1950
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya
federasi yaitu negara yang di
dalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya. Ini
merupakan perubahan dari UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia adalah
Negara Kesatuan .
5
2.2.3 Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959
Pada periode UUDS 1950 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula
kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau
golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat
Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.
2.2.4 Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959 - 1966
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana
banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD
baru, maka pada tanggal 5 Juli
1959 , Presiden
Sukarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950
yang berlaku pada waktu itu. Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPRDPR dan MA serta
Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara.
MPRS menetapkan Soekarno
sebagai presiden seumur hidup
2.2.5 Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966 - 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru
1966-1998, Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.Pada masa
Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat sakral, di antara melalui sejumlah peraturan:
Ketetapan MPR Nomor IMPR1983
yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan
melakukan perubahan terhadapnya.
6
Ketetapan MPR Nomor IVMPR1983
tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang
merupakan pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor IVMPR1983.
2.3
Dasar Pemikiran dilakukannya Perubahan UUD 1945
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan UUD 1945 antara lain:
a. UUD 1945 memberi kekuasaan yang sangat besar kepada presiden yang meliputi kekuasaan eksekutif dan legislatif khususnya dalam membentuk undang-undang.
b. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwesfleksibel sehingga dapat menimbulkan lebih dari 1 tafsir atau multi tafsir.
c. Kedudukan penjelasan UUD 1945 sering kali diperlakukan dan mempunyai kekuatan hukum seperti pasal-pasal batang tubuh UUD 1945.
2.4
Tujuan Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945
Tujuan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 adalah untuk:
1.
Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan memperkokoh Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
2.
Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan
paham demokrasi.
7
3.
Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak asasi manusia agar sesuai dengan perkembangan paham hak asasi manusia dan
peradaban umat manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara hukum yang dicita-citakan oleh UUD 1945.
4.
Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai dengan perkembangan aspirasi, kebutuhan serta kepentingan bangsa dan
negara Indonesia dewasa ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan datang.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang dilakukan MPR, merupakan bentuk tuntutan reformasi. Terdapat lima
kesepakatan dasar berkaitan dengan perubahan UUD 1945 yaitu:
1
Tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945 UUD 1945.
2
Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3
Mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
4
Penjelasan UUD 1945 ditiadakan serta hal-hal normatif dalam penjelasan dimasukkan dalam pasal-pasal.
5
Melakukan perubahan dengan cara adendum artinya perubahan itu dilakukan dengan tetap mempertahankan naskah asli UUD 1945 sesuai dengan yang
terdapat dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959 dan naskah perubahan diletakkan melekat pada naskah asli.
2.5
Tahap - Tahap Perubahan UUD 1945
Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan secara bertahap karena mendahulukan pasal-pasal yang disepakati oleh semua fraksi di MPR, kemudian
8
dilanjutkan dengan perubahan terhadap pasal-pasal yang lebih sulit memperoleh kesepakatan. Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan sebanyak empat kali melalui
mekanisme sidang MPR yaitu:
a. Sidang Umum MPR 1999 tanggal 14 – 21 Oktober 1999
b. Sidang tahunan MPR 2000 tanggal 07 – 08 Agustus 2000
c. Sidang tahunan MPR 2001 tanggal 01 – 09 November 2001
d. Sidang tahunan MPR 2002 tanngal 01 – 11 Agustus 2002
Perubahan UUD Negara RI 1945 dimaksudkan untuk menyempurnakan UUD itu sendiri bukan untuk mengganti. Secara umum hasil perubahan yang dilakukan
secara bertahap MPR adalah sebagi berikut.
Perubahan Pertama. Perubahan pertama terhadap UUD 1945ditetapkan pada
tanggal 19 Oktober 1999adapat dikatakan sebagai tonggak sejarah yang berhasil mematahkan semangat yang cenderung mensakralkan atau menjadikan UUD 1945
sebagai sesuatu yang suci yang tidak boleh disentuh oleh ide perubahan. Perubahan pertama terhadap UUD 1945 meliputi 9 pasal , 16 ayat, yaitu :
Pasal yang diubah Isi Perubahan
5 ayat 1
Pasal 7
Pasal 9 ayat 1 dan 2
Pasal 13 ayat 2 dan 3
Pasal 14 ayat 1
Pasal 14 ayat 2
Pasal 15
Pasal 17 ayat 2 dan 3
Pasal 20 ayat 1 – 4
Pasal 21
Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR.
Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil
presiden
Sumpah presiden dan wakil presiden
Pengangkatan dan penempatan duta
Pemberian grasi dan rehabilitasi
Pemberian amnesty dan abolisi
Pemberian gelar, tanda jasa dan kehormatan lain.
Pengangkatan menteri
DPR
Hak DPR untuk mengajukan RUU
9
Perubahan Kedua. Perubahan kedua ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
2000, meliputi 27 pasal yang tersebar dalam 7 bab, yaitu : Bab yang Diubah
Isi Perubahan
Bab VI
Bab VII
Bab IX A
Bab X
Bab X A
Bab XII
Bab XV
Pemerintahan daerah
Dewan Perwakilan Daerah
Wilayah Negara
Warga negara dan penduduk
Hak azazi manusia
Pertahanan dan keamanan
Bendera, bahasa, lambang negara, serta lagu kebangsaan
Perubahan Ketiga. Perubahan ketigaditetapkan pada tanggal 9 November
2001, meliputi 23 pasal yang tersebar dalam 7 bab, yaitu: Bab yang Diubah
Isi Perubahan
Bab I
Bab II
Bab II
Bab V
Bab VII A
Bab VII B
Bab VIII A
Bentuk dan kedaulatan
MPR
Kekuasaan Pemerintahan Negara
Kementerian Negara
DPR
Pemilihan Umum
BPK
Perubahan Keempat. Perubahan keempat ditetapkan 10 Agustus 2002,
meliputi 19 pasal yang terdiri atas 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam naskah perubahan yang keempt ini ditetapkan bahwa:
a. UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga, keempat, adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang
diberlakukan kembali dengan dekrit presiden 5 Juli 1959.
b. Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat paripurna MPR RI ke 9 tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahun MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal yang
ditetapkan.
10
c. Bab IV tentangg “ Dewan Perwakila Agung” dihapuskan dan pengubahan substansi pada 16 peserta penempatannya ke dalam bab III tentang “ Kekuasaan
Pemerintahan Negara”. Dilihat dari jumlah bab, pasal, dan ayat, hasil perubahan 1945 dalah sebagai berikut:
Sebelum Perubahan Hasil perubahan
Jumalh Bab 16
Jumlah pasal 37
Terdiri dri 49 ayt
4 pasal aturan peralihan
2 ayat aturan tambahan
Dilengkapi dengan penjelasan
Jumlah bab 21
Jumlah pasal 73
Terdiri dari 170 ayat
3 pasal aturan peralihan
2 pasal aturan tambahan
Tanpa penjelasan
2.6
Syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan perubahan UUD 1945
Pasal 37 :
Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 23 darpada jumalh anggota DPR harus hadir.
Putusan diambil dengan persetujuansekurang-kurangnya 23 dari jumlah anggota yang hadir. Selain ditentukan kourum, berapa yang harus hadir supaya sidang harus dimulai,
juga disini di atur kuorum berpa harus setuju supaya dapat ditetapkan putusan mengenai suatu perubahan Undang-Undang dasar.
Namun demikin, perlu diketahui baahwa MPR telah berketapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak dan tidak akan melakukan perubanhn terhadapnya, serta
akan melaksanaknnya secara murni dan konsekuen lihat pasal 115 Tap MPR No.I tahun 1978 dan pasal 104 pada Tap MPR No. I tahun 1983.
Dibawah ini kami kutip pasal 105 samai dengan pasal 109 Tap MPR No.1 tahun 1983 itu mengenai referendum terhadap kehendak untuk mengusulkan UUD, sebagai
berikut:
Pasal 105 :
11
1 Apabila ada kehendak anggota majelis untuk mengajukan usul peruabahan UUD 1945 , maka usul tersebut harus diajukan oleh sekuarng-kurangnya 4 empat fraksi
seutuhnya dengan daftar nama dan tandatanaghn seluruh anggotanya.
2 Untuk pengambilan putusan secara mufakat terhadap kehendak untuk mengusulkan perubahan UUD 1945, sebagai mana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, maka
sekuarng-kurangnya 23 dari jumlah anggota majelis yang terdiri dari seluruh fraksi harus hadir.
3 Untuk pengambilan putusan dengan suara terbanyak terhadap kehendak untuk pengusuan perubahan undang-undang dasar 1945, sebagai mana dimaksud dalam ayat
1 pasal ini, maka sekuarng-kurangnya 23 dari jumlah anggota majelis harus hadir.
4 Putusan terhadap kehendak untuk mengusulkan perubahan UUD 1945 sebagimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini diambil secara mufakat dalam rpt yang dihadiri oleh
seluruh fraksi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 pasal ini atas persetujuan sekurang-kurangnya 23 anggot yang hadir sebagaimna dimaksud dalam ayat 3 pasal
ini.
Pasal 106:
Apabila kehendak untuk mengusuk]lkan perubahan UUD 1945 sebagimana dimaksud pasal 105 disetujui oleh Majleis, maka majelis menugaskn presiden mandataris untuk
melaksankan referendum sesuai dengan undang-undangnya.
Pasal 107 :
Hasil referendum sebgai mana dimaksud pasal 106 dilaporakn ooleh presiden atau mandataris kepada majelis dalam sidang istimewa yang khusus diadakan untuk itu.
Pasal 108 :
12
Pabila dari hasil referendum sebagimana dilaporkan presiden atau mandataris, rakyat menyatakan tidak setuju mengubah undang-undang dasar 1945, maka kehendak untuk
meengusulkan perubahan undang-undang dasar 1945 sebagaimana dimaksud pasal 105 dengan sendirinya gugur dan tidak dapat dikukan lagi selama masa jabatan
keanggotaan majelis permusyawaran rakyat yang bersangkutan.
Pasal 109
1 Apabila dari hasil referendum, rakyat menyatakan setuju untuk mengubah UUD 1945, sebagaimana yang dilaporkan oleh presiden mandataris, makaRancangan Usul
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 diajukan oleh sekurang-kurangnya 4 fraksi seutuhnya dengan daftar nama dan tandatangan seluruh anggotanya.
2 Untuk pengambilan putusan secra mufakat terhadap Rancangan Usulan Perubahan UUD 1945 sebagaimana dimaksud ayat psal ini, maka sekurang-kurangnya 23 anggota
majelis yang terdir dari seluruh fraksi harus hadir.
3 Untuk pengambilan putusan dengan suara terbanyak terhadap Rancangan Usul Perubahan UUD 1945 sebagaimana dimksud dalam ayat 1 pasal ini, mka sekurang-
kurannya 23 dari anggota majelis harus hadir.
4 Putusan terhadap Rncangan Usul Perubahan UUD 1945, sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini diambil secra mufakat dalam rapat yang dihadiri oleh seluruh fraksi
sebagai mana dimaksud dalam ayat 2 pasal ini, atau atas persetuhjuan sekurang- kurannya 23 jumlah anggota yang hadir sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 pasal
ini.
2.7
Pasal – Pasal yang Mengalami Perubahan
a. Perubahan Pertama
Pasal 5 1
Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan rakyat.
13
Diubah menjadi 1 Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat. Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali.
Diubah menjadi Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan
Pasal 9 1Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden Wakil Presiden: Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil- adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-
undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa.
Janji Presiden Wakil Presiden: Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden
Republik Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan
segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa.
Diubah menjadi 1 Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden Wakil Presiden:
14
Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-
adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang- undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan
Bangsa. Janji Presiden Wakil Presiden:
Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya
dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti
kepada Nusa dan Bangsa. 2 Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak
dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis
Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung. Pasal 13
1 Presiden mengangkat duta dan konsul. 2 Presiden menerima duta Negara lain.
Diubah menjadi
1 Presiden mengangkat duta dan konsul.
2 Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
3 Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 14
Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi Diubah menjadi
15
1 Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung.
2 Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 15
Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan.
Diubah menjadi Presiden memberi gelar tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan undang-undang.
Pasal 17
2 Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
3 Menteri-menteri itu memimpin Departemen Pemerintahan.
Diubah menjadi 2Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
3 Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Pasal 20
1 Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakiln rakyat. 2 Jika sesuatu rantjangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan rakyat masa itu.
Diubah menjadi
16
1 Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang. 2 Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh
dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. 3 Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
untuk menjadi undang-undang.
4 Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan
undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan
Pasal 21
1 Anggota-anggota Dewan Perwakilan rakyat berhak memajukan rancangan undang-undang.
2 Jika rancangan itu, meskipun disetudjui oleh Dewan Perwakilan rakyat, tidak disahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan rakyat masa itu Diubah menjadi
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang- undang
b. Perubahan Kedua
Pasal 18 1 Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang.
17
2 Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. 3 Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
4 Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.
5 Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat. 6 Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. 7 Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang-undang.
Pasal 18A 1 Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
2 Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
Pasal 18B 1 Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-undang. 2 Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam undang-undang.
Pasal 19
18
1 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum. 2 Susunan Dewan Perwakilan rakyat diatur dengan undang-undang.
3 Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun
Pasal 20 5 Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi
undang-undang dan wajib diundangkan.
Pasal 20A 1 Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan
fungsi pengawasan. 2 Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain
Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
3 Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas. 4 Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota
Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.
Pasal 22A Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur
dengan undang-undang.
Pasal 22B Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang
syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.
BAB IXA WILAYAH NEGARA
Pasal 25E
19
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang.
BAB X WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
Pasal 26 2 Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia. 3 Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
Pasal 27 1 Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
BAB XA HAK ASASI MANUSIA