Alat bukti Persangkaan HUKUM ACARA PERDATA 002

5. Dapat memberikan keterangan secara tertulis tidak masuk kedalam alat bukti tulisan. 6. Hakim bebas untuk mendengar atau tidak. 7. Jika hakim belum puas ia bisa mengangkat ahli lain.

3. Alat bukti Persangkaan

• Diatur dalam pasal 173 HIR 130 R.Bg., pasal 1915 sd l922 BW. Persangkaan- persangkaan jamak, karena tidak bisa satu persangkaan saja melainkan harus lebih dari satu. • Persangkaan kesimpulan yang oleh UU atau Hakim ditarik dari suatu peristiwa lain yang belum terang kenyataannya. Macam Persangkaan 1. Didasarkan atas UU. 2. Didasarkan pada kenyataan. Ps 173 HIR satu – satunya yang mengatur persangkaan berdasarkan kenyataan. Persangkaannya saja yang tidak didasarkan pada UU-nya boleh diperhatikan oleh hakim pada waktu menjatuhkan putusannya apabila persangkaan itu penting, seksama, tertentu, dan ada hubungan satu sama lain. Vermodenspersangkaan tidak berdiri sendiri artinya bahwa hakim tidak boleh hanya menyadarkan putusan hanya atas satu persangkaan saja. Persangkaan berdasarkan kenyataan. o tidak bersifat memaksa pembuktianya. o Kekuatan pembuktian bebas diserahkan pada kebijaksanaan Hakim. • Pasal l915 BW : Persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh undang-undang atau hakim ditarik dari suatu peristiwa terang dan nyata ke arah peristiwa yang brlum terang kenyataannya. • Ada 2 macam persangkaan : 1. Persangkaan yang didasarkan undang-undang wettelijke vermoedens. Kekuatan pembuktiannya bersifat memaksa, misal: 3 kuitansi terakhir berturut-turut bisa memberi persangkaan kepada hakim bahwa telah terjadi pembayaran secara Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Acara Perdata 28 rutin. Anak yang lahir dalamakibat suatu perkawainan, disangkakan bahwa ayahnya adalah suami dari ibu si anak. 2. Persangkaan yang didasarkan pada kenyataanpersangkaan hakim feitelijke vermoedensrechtelijkevermoedens. Kekuatan pembuktiannya bersifat tidak memaksa, tetapi bersifat bebas, diserahkan pada kebijaksanaan Hakim. • Pasal 173 HIR: Satu-satunya pasal dalam HIR yang mengatur persangkaan, dimana hanya mengatur persangkaan berdasarkan kenyataan saja dan tidak memberikan pengertian. Persangkaan yang tidak didasarkan pada ketentuan undang-undang hanya boleh diperhatikan oleh Hakim pada waktu menjatuhkan putusannya apabila persangkaan itu penting, seksama, tertentu dan ada hubungan satu sama lain. • Hakim hanya boleh memperhatikan persangkaan apabila; persangkaan itu jamak, tidak berdiri sendiri, artinya bahwa Hakim tidak boleh menyandarkan putusannya hanya atas satu persangkaan saja.

4. Alat bukti Pengakuan