Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEGIATAN SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DI DESA LONGKOTAN KECAMATAN SILIMA PUNGGA- PUNGGA

KABUPATEN DAIRI

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Di Susun Oleh:

Iin Mai Saroh BoangManalu 100902020

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperhatankan oleh: Nama : Iin Mai Saroh BoangManalu

Nim : 100902020

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

Medan, Juli 2014

PEMBIMBING

(Drs. Bengkel,M. Si) Nip. 19630103 198903 1 003

KETUA DEPARTEMEN

(Hairani Siregar, S.Sos, MSP) Nip. 19710927 199801 2 001

DEKAN FISIP USU

(Prof. Dr. Badaruddin, M. Si) Nip.19680525 199203 1 0


(3)

Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allha swt yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul’’ EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEGIATAN SIMPAN

PINJAM PEREMPUAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DI DESA LONGKOTAN KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA KABUPATEN DAIRI’’. Skripsi ini ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial pada Departeman Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari, akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan,kemampuan dan pengalaman penulis.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, unuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S. Sos, M,SP,Selaku ketua jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Bengkel Ginting, M.Si, Selaku dosen pembimbing dan telah bersedia membimbing,meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberikan dukungan serta membagi ilmunya selama penulisan skripsi ini. Terima Kasih Pak


(4)

4. Ibu Mastauli Siregar,S.Sos Msi ,selaku pembimbing Akademik selama dibangku perkulihan Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU, terima kasih bu atas nasehat dan dukungan selama ini, mulai semester awal samapi saat ini, selalu memberikan motivasi supaya lebih rajin dan giat dalam belajar.

5. Seluruh Dosen Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah membimbing dan membantu administrasi penulis, serta memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Kadir BoangManalu, S.IP, dan Ibunda Rohmalem Bako.yang sabar memberikan dorongan, semangat dan pengorbanan yang tiada tara yang tidak dapat diimbagi dengan materi apapun serta memberikan doa, memberikan motivasi, memberi dukungan baik moral dan material selama perkulihan hingga sampai tahap penyelesaian skripsi ini. Cucuran keringat, jasa-jasa dan air mata didalam doa kalian tidak akan saya lupakan. Terima Kasih buat semua doa Ayahanda dan ibunda yang senang tiasa mengiringi langkahku, Terima kasih buat orang tua tercinta.

7. Kepada Kakak Irma Vivi Khairina BoangManalu S.S, yang memberikan semangat dan doa selama penulisan skripsi ini, Adik-adik penulis Lolo Azlan BoangManalu yang membantu serta memberi semangat dalam penulisan skripsi ini semoga cepat selesai kuliah mu dek, Abdan Yunan BoangManalu semangat dalam belajar dek supaya masuk PTN yang kamu inginkan,terima kasih pudan kami Kiki Sohna BoangManalu yang memberikan semangat dan doa, Semoga masuk SMA yang kamu inginkan, Aamiin

8. Kepada Bapak Patar Simbolon, selaku kepala Desa Longkotan, Staff Pegawai yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini


(5)

9. Kepada Bapak Camat Silima Pungga -Pungga Kadir BoangManalu, S. IP, Benri Sipayung S.T, selaku PJOK kecamatan Silima Pungga-Pungga, staff pegawai kantor Camat Silima Pungga- Pungga kabupaten Dairi.

10. Kepada Ketua UPK, Fasilitator Kecamatan Pak Budiman S,Ag, Dapot Malau, S.T, Sebagai Fasilitator Teknik, Bendahara UPK Nur lyana Manik, Bapak Jansen Sinaga,Pendamping Lokal, serta kepada Tim Verifikasi yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

11. Kepada Popung, Puhun, Nampun, Mamberu, Mbu, dan saudara lainnya yang tiada dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada pengurus kelompok dan anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan yang membantu penulis dalam pengisian kuesinoner penilitian lapagan. Memberikan semangat dan doa kepada penulis. Terima Kasih buat kelompok SPP, MikeLakona, Sada Arih, Sejahtera, Cahaya Baru, Tunas Mekar.

13. Buat kawan Stambuk 2010 Ilmu Kesejahtraan Sosial, Intan, Riada, Hana, Dwi, Helen, Halason, Prima, Erwin Berutu, Risky Padang, Ismail, M. Atar, Denti, Grace, Clara, Rahma, Nanda, Dian, Nopen, Leo, Jonatan, Megawati,dan teman-teman yang tak bisa diupakan penulis satu persatu, memberikan semangat doa, dukungan kawan selama perkulihan dan sampai tahap penyelesaian skripsi . Dua Lubang ni sige, sada poda mahan gerit-geriten tah lauspe kita mi ladang dike ualangmamo bernit-berniten, Njjuah-Njuah

14. Buat kawan-kawan satu doping ( Pram Mudiharja S. Sos, Desi Ginting S.Sos yang duluan yang mendapatkan gelar sarjana, semoga kami kawan-kawan yang lain segera menyusul Aamiin.


(6)

15. Buat Kak Nirwana, Bg Ramadan Cibro, Uda Susi Bako, Panguda Heri, Kak Rita, Bg Otto, dan tak lupa juga buat Fahri yang mengatar penulis ke kantor Kepala Desa Longkotan, Kantor UPK, jarak kedua kantor yang jauh dari lokasi penelitian, terima kasih dek, semoga masuk PTN yang kamu inginkan,....dek Egy, Bram, Ido, Zahira yang bandal yang selalu menghibur penulis saat jenuh megetik skripsi..,, Herlita, Hartoko, Iqbal, Karim, wahyu Berutu, Duan, Bg Yendri, Bg Herman, Bg Asri, Kakak Lili, Puhun Malidin Bancin, kak Tami yang selalu memberi dukungan supaya cepat mengisi data-data, semoga skripsimu cepat siap ya adek,,,, Kak Tomi, Kak Desi.dan nantongga Ucok, Terima Kasih atas dukungan dan doa, semoga Allah membalasnya.

16. Kepada Guru-guru MAN Sidikalang Pak Zulfahmi, Ummi Rolly Berutu, Umii Aini Pandiangan, yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu, penulis salalu ingat akan nasehat ummi sebelum masuk PTN belajarlah dengan baik, jangan buat kesalahan dikampus , semoga dan harapan dan impianmu dapat terwujud,.Aamiin

17. Kepada sahabat-sahabat di Man Sidikalang, Arirah Sagala, Eva Capah, Dewi Alkafi Berutu, Kadiyanto Padang, Kundi, Yahyasin, Nurhayati, Nahdatul, Lizah, Elvi.Terima kasih atas dukungan dan doa selama ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membagun guna menyempurnakan agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Sekian dan terima Kasih

Medan, Juli 2014

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRACK...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR BAGAN...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………... ...1

1.2 Perumusan Masalah………... ..10

1.3 Tujan dan Manfaat………. ..10

1.3.1 Tujuan Penelitian………... ..10

1.3.2 Manfaat penelitian………. ..10

1.4 Sistem Penulisan……… ..11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas………..………..12

2.1.1 Pengertian Efektivitas………...12

2.1.2 Pendekatakan Terhadap Efektivitas………....13

2.2 kemiskinan………...…..14

2.3 Ciri-Ciri Kemiskinan………....15

2.4 Pemberdayaan Masyarakat………...16

2.5 Pengembangan Masyarakat………..………....19

2.5.1 Tahap-Tahap pengembangan Masyarakat………...20

2.6 Kesejahteraan Sosial……….21


(8)

2.6.2 Sasaran Kesejahteraan Sosial………..25

2.7 Pembagunan Desa……….. .25

2.7.1 Pengertian Desa………..25

2.7.1 Azas Pembagunan Desa……… .25

2.8 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ………..27

2.8.1 Latar Belakang………27

2.8.2 Tujuan………..28

2.8.3 Jenis dan Kegiatian ……….29

2.8.4 Prinsip Dasar ………...30

2.8.5 Sasaran Program ………...32

2.9 Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ………...32

2.9.1 Pengertian Simapan Pinjam Perempuan ………...32

2.9.2 Ketentuan Pendanaan Bantuan Langsung Masyarakat ………...33

2.9.3 Mekanisme pengelolaan………...34

2.10 Kerangka Pemikiran………...39

2.11 Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional ………..42

2.11.1 Defenisi Konsep ………...43

2.11.2 Defenisi Operasional ………....43

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian………46

3.2 Lokasi Penelitian ………...46

3.3 Populasi Penelitian ………...46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………...…..47

3.5 Teknik Analisis Data ……….…….48

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITAN 4.1 Desa Longkotan ……….…….49


(9)

4.2 Batasan Wilayah ………..……..49

4.3 Tinjauan Kependudukan ………...………..50

4.3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ………..…………50

4.3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ……….…………...52

4.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian …………..……….53

4.4 Sarana Dan Prasarana ……….……….54

4.4.1 Sarana dan prasana Pemerintahan Desa ………...………..54 4.4.2 Sarana dan Prasana Pendidikan ………...……….55

4.4.3 Sarana dan prasana kesehatan ………...……….55

4.5 Struktur Pemerintahan ………...……….56

4.6 Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasioanal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ………...……….57

4.6.1 Kepengurusan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan.. ………..61

BAB V: ANALISIS DATA 5.1. Pengantar ………...……….63

5.2. Analisi Identitas Responden ………..……….64

5.2.1 Umur……….………..64

5.2.2 Agama……….64

5.2.3 Suku Bangsa………..………..64

5.2.4 Tingkat Pendidikan……….………66

5.2.5 Jenis Pekerjaan Responden……….………68

5.2.6 Jenis Pekerjaan Suami……….69

5.2.7 Nama-Nama kelompok Simpan Pinjam……..………70

5.2.8 Berdasarkan Dusun/dearah………...………70

5.2.9 Jenis Usaha Responden………..……….70

5.3 Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan 5.3.1 Pemahaman Program………..71


(10)

5.3.2 Ketepatan Sasaran………..……..75

5.3.3 Ketepatan Waktu……….……….79

5.3.4 Tercapainya Tujan………..……….….83

5.3.5 Perubahan Nyata…………...……….…….86

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan………..………90


(11)

Daftar Bagan

Bagan 2.1: Bagan Alur Pikiran...41 Bagan 4.1: Struktur Pemerintahan Desa Longkotan...56 Bagan 4.2: Struktur Organisasi PNPM 2012 Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga- Pungga Kabupaten Dairi...


(12)

Daftar Tabel

1. Tebel 2.1 Perubahan Nyata……….45

2 Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur……….50

3. Tabel 4.2 Komposisi penduduk Berdasarkan Agama………..52

4. Tabel 4.3 Komposisi penduduk Berdasarkan Mata pencahairan……….53

5. Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa………54

6. Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Kesehatan……….55

7. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur………63

8. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama………..64

9. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa………64

10. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan………..65

11. Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan………..66

12. Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami………..66

13. Distribusi Responden Berdasarkan Nama Kelompok SPP………..67

14. Distribusi Responden Berdasarkan Dearah Asal/ Dusun……….………..……67

15. Distribusi Responden Berdasarkan Usaha Kelompok………..68

16. Tabel 5.7 Distribusi Responden Sumber Pengetahuan Program………..68

17. Tabel 5.8 Distribusi Tanggapan Responden Berdasarkan Informasi yang Disampaikan……….69

18. Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi untuk Bergabung Dalam Anggota Kelompok………..70

19. Tabel 5.10 Responden Berdasarkan Pemahaman Syarat-Syarat Menajadi Anggota Kelompok………….………71

20. Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pihak Pemberian Informasi ..………71

21. Distribusi Responden Berdasarkan Pengkenalan Sesama Anggota Kelompok……….72


(13)

22. Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Topik Pembicaraan Petemuan Ketemuan

Kelompok……….72

23. Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pertemuan Sesama Anggota

Kelompok………...……..73

24. Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Fasilitator Kegiatan Simpan

Pinjam………...……74

25. Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Penggunaan Dana

Pinjaman………...…75

26. Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Ikatan Pemersatu Kegiatan Simpan

Pinjam………...76

27. Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan Simpan Pinjam

Perempuan………....77

28. Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran Iuran Kegiatan Simpan

Pinjam ………..78

29. Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Rumah Responden……….79 30 Distribusi Responden Berdasarkan Awal Terbentuk kelompok……….….79 31. Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pencairan Dana…………80 32. Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Kegiatan Simpan Pinjam..…80 33. Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Penyuluhan Kegiatan

Simpan PinjamPerempuan………...81 34. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pelunasan Dana Kegiatan Simpan Pinjam

Perempuan………...82

35. Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi keluhan Sesama Anggota

Kelompok……….83

36. Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Responden Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan………...83 37. Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Modal Kegiatan Simpan

Pinjam Perempuan………...84

38. Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Permodalan Pengembangan

Usaha………84

39. Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Rata-Rata Sebelum dan sesudah Mengikuti Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan………..……….85


(14)

40 Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Mata Pencaharian…….86 41 Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Menabung……….87 43. Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pinjaman……….88


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL IMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Iin Mai Saroh BoangManalu

Nim : 100902020

ABSTRAK

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima

Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

Pembagunan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat tidak mungkin dipisahkan, program-program yang dibuat pemerintah untuk pembagunan di pedesaan belum sepenuhnya melibatkan masyarakat, sehingga masih banyak program pembagunan desa yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pendekatan pemerintah yang semula bersifat dari atas ke bawah di ubah menjadi dari bawah ke atas, yakni yang mendengar dan melihat apa yang terjadi pada kebutuhan rakat. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan di pedesaan pemerintah membentuk program seperti, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan. Penelitian ini ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriftif yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasioanal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang mendapatkan pencairan dana pada tahun 2012 di Desa Longkotan kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel tunggal yang di jelaskan berdasarkan hasil penelitian di lapangan.

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasioanal Pemberdayaan Masyarakat Mandir Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi adalah efektif, khususnya kaum perempuan Di Desa Longkotan mendapatkan perubahan nyata dilihat dari mata pencaharian responden yaitu rata-rata beralih menjadi wiraswasta.


(16)

Kata Kunci: Efektivitas, Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

ABSTRAK

The Effectiveness of The Implementation Activity Women’s Saving and Loans Programs National

Program Community Empowerment In Rural Areas In The Village Longkotan of Silima Pungga-Pungga Sub-district Dairi

Social development society and community empowerment may not be separeted, programs made the govverment for the devopment in urban, not yet fully involving the people so there are lots of development programs the village of which do not carrespond to the needs of the people. Approach goverment originally from top to bottom in wages be from the bottomup,in the listen and see what happens of the people. To overcome poverty problem in urban the goverment to form a program like national community empowerment program mandiri village.This research aimed at the

Implementation activity women’s Saving and Loans Programs National Program Community

Empowerment In Rural Areas In The Village Longkotan of Silima Pungga-Pungga Sub-district Dairi.

This research appertain type desriptive aimed at the implementation Activity Women’s saving and loans. The number of the population in this research as many as 50 people get the disbursement of in the fical year 2012 in the village Longkotan of silima Pungga-Pungga sub-district Dairi. Engineering analysis of data in research using a tabel described.

Based on analysis of data, inconclusive effectivess of the Implememtation Activity Women’s

Saving and Loans Programs National Program Community Empowerment In Rural Areas In The Village Longkotan of Silima Pungga-Pungga Sub-district Dairi was effetively. Special women’s In The Village Longkotan Achieve the goal see from livelihood namely averege switch into barefoot entrepreneurs.

Keyword: Effetiveness, Activity Women’s Saving and Loans Programs National Program Community Empowerment In Rural Areas


(17)

Daftar Lampiran

1. Identitas Daftar Kelompok Simpan Pinjam Perempuan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga- Pungga Kabupaten Dairi

2. Kuesioner penelitian

3. Surat Keterangan Dosen Pembimbing 4. Berita Acara Seminar Proposal

5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

6. Surat Balasan Izin Penelitian dari Kantor Kepala Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga- Pungga Kabupaten Dairi


(18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL IMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Iin Mai Saroh BoangManalu

Nim : 100902020

ABSTRAK

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima

Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

Pembagunan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat tidak mungkin dipisahkan, program-program yang dibuat pemerintah untuk pembagunan di pedesaan belum sepenuhnya melibatkan masyarakat, sehingga masih banyak program pembagunan desa yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pendekatan pemerintah yang semula bersifat dari atas ke bawah di ubah menjadi dari bawah ke atas, yakni yang mendengar dan melihat apa yang terjadi pada kebutuhan rakat. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan di pedesaan pemerintah membentuk program seperti, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan. Penelitian ini ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriftif yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasioanal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 orang yang mendapatkan pencairan dana pada tahun 2012 di Desa Longkotan kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel tunggal yang di jelaskan berdasarkan hasil penelitian di lapangan.

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasioanal Pemberdayaan Masyarakat Mandir Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi adalah efektif, khususnya kaum perempuan Di Desa Longkotan mendapatkan perubahan nyata dilihat dari mata pencaharian


(19)

Kata Kunci: Efektivitas, Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

ABSTRAK

The Effectiveness of The Implementation Activity Women’s Saving and Loans Programs National

Program Community Empowerment In Rural Areas In The Village Longkotan of Silima Pungga-Pungga Sub-district Dairi

Social development society and community empowerment may not be separeted, programs made the govverment for the devopment in urban, not yet fully involving the people so there are lots of development programs the village of which do not carrespond to the needs of the people. Approach goverment originally from top to bottom in wages be from the bottomup,in the listen and see what happens of the people. To overcome poverty problem in urban the goverment to form a program like national community empowerment program mandiri village.This research aimed at the

Implementation activity women’s Saving and Loans Programs National Program Community

Empowerment In Rural Areas In The Village Longkotan of Silima Pungga-Pungga Sub-district Dairi.

This research appertain type desriptive aimed at the implementation Activity Women’s saving and loans. The number of the population in this research as many as 50 people get the disbursement of in the fical year 2012 in the village Longkotan of silima Pungga-Pungga sub-district Dairi. Engineering analysis of data in research using a tabel described.

Based on analysis of data, inconclusive effectivess of the Implememtation Activity Women’s

Saving and Loans Programs National Program Community Empowerment In Rural Areas In The Village Longkotan of Silima Pungga-Pungga Sub-district Dairi was effetively. Special women’s In The Village Longkotan Achieve the goal see from livelihood namely averege switch into barefoot entrepreneurs.

Keyword: Effetiveness, Activity Women’s Saving and Loans Programs National Program Community Empowerment In Rural Areas


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang sangat penting saat ini sehingga menjadi fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangat kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan di identik dengan suatu penyakit. Tidak seorang pun yang menginginkan dirinya miskin sebaliknya, merupakan cita-cita setiap orang untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup dan dapat hidup secara layak dan baik.

Kemiskinan berarti berbicara tentang harkat dan martabat manusia. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di balahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan negara yang berkembang, kemiskinan membuat banyak masyarakat Indonesia mengalami kesusahan dalam mempenuhi kebutuhan hidupnya. Kemiskinan dipicu karena masih banyak masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat yang membuat sulitnya dalam mempenuhi kebutuhan hidup, sehingga angka kemiskinan selalu ada. (http\\www.duniaesai.com\direktori\mengapa-kemiskinan-di indonesia-menjadi masalah.html) diakses pada pukul 10.00 wib, Rabu 15 Januari 2014)

Kemiskinan merupakan gejala kesempatan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu kehidupan yang layak. Masalah kemiskinan hanya dapat dituntaskan apabila pemerintahan melakukan kebijakan serius yang memihak kepada masyarakat yang miskin, namun kebijakan yang dibuat ada juga memihak


(21)

kepada masyarakat miskin, sehingga semakin memperburuk kondisi masyarakat miskin bahkan menyebabkan seseorang yang tidak miskin menjadi miskin.

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkondisi, namun penangananya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal, dalam kehidupan mayarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan dari akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur, untuk itu perlu perubahan yang bersifat sistematik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan dari kemiskinan. Salah satu pendekatan yang dilakukan dan meningkatan kualitas kehidupan dan mengangkat harkat martabat keluarga miskin adalah pemberdayaan masyarakat. konsep ini sangat penting karena memberikan perspektif positif terhadap masyarakat miskin. Orang miskin tidak di pandang sebagai orang serba kekurangan, melainkan sebegai orang yang memiliki kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan kehidupan. konsep pemberdayaan memberi kerangka acuan mengenai matra kekuasaan (power) dan kemampuan (kapabilitas) yang melingkup sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kelembagan ( Matias,2012: 10-11)

Mengatasi kemiskinan tidak mudah merumuskan starategi dalam langkah-langkah untuk mengatasi dari kemiskinan tersebut.Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya memahami secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri yaitu

Pertama, kemiskinan itu multidimensi sebagai suatu konsep yang multidimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Kedua, kemiskinan yang saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketiga, kemiskinan itu adalah suatu fakta yang sering kita temui adalah, Pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang di miliki mungkin berbeda keadaan yang sedemikian sering mengkondisikan untuk mengidentifikasi kemiskinan


(22)

itu benar-benar fakta yang bisa di ukur, sehingga dapat di klasifikasikan kedalam berbagai tingkatan, seperti: Miskin, Sangat miskin dan Sangat miskin sekali. Keempat, bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun secara kolektif.( Siagian, 2012:12-15)

Sehubungan dengan masalah kemiskinan PBB sendiri memliki agenda khusus untuk mengatasinya. Dalam Millenium Development Goals ( MDGs) memiliki target tertentu sehubungan dengan upaya penyelesaikan kemiskinan di muka bumi ini. Kemiskinan sudah sejak lama menjadi masalah di Indonesia dan sampai sekarang belum menunjukkan tanda-tanda menghilang. Angka kemiskinan memberikan informasi masih banyaknya jumlah penduduk miskin. Sampai saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup banyak. Jika menggunakan definisi Badan Pusat Statistik ( BPS ) Pada 2012, penduduk miskin sekitar 12,5 Persen atau 29,13 juta jiwa. Sementara pada tahun 2013 pada angka 11,23 %. Persentase ini setara dengan 27,48 juta penduduk. Jika kemiskinan versi Bank Dunia, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada 2013 mencapai 97,9 juta juta jiwa, atau setara dengan 40 persen penduduk.( http:\\www. Republika.co.id. berita\ekonomi. Diakses pada 10.00 Wib. Jumat 17 Januari 2014)

Berdasarkan Badan Pusat Statistik kabupaten Dairi pada tahun 2009 tercatat penduduk miskin sebesar 10,3 persen dari jumlah penduduk 273.851 jiwa data ini menunjukkan jumlah penduduk miskin di kabupaten dairi berkisar 27.467 jiwa dengan garis kemiskinan sebesar Rp 196.523 perbulan perkapita. Walaupun tinggkat kemiskinan terus mengalami penurunan tetap saja terasa belum maksimal melihat usaha pertanian di kabupaten Dairi sangat berpotensial.(http:\\rahimberutu.blogspot.com\2011\02\menanggulangi kemiskinan di indonesia.Kabupaten-Dairi-html diakses pada Pukul 15.00 Wib Jumat 17 Januari 2014)


(23)

Angka kemiskinan yang berdasarkan data badan pusat statistik menunjukan bahwa fenomena kemiskinan di Indonesia belum menemukan solusi yang tepat. Pedekatan pemerintahan yang semula Top Down mulai diubah menjadi Bottom Up ( dari bawah ke atas) yakni yang mendengar dan melihat apa yang terjadi kebutuhan rakyat. Meskipun dalam praktik dan realitas masih banyak oknum pemerintahan yang alergi menerima dan mendengar apa keinginan dan kebutuhan masyarakat ( Matias,2012:14-15)

Berbagai upaya telah dilakukan bangsa Indonesia untuk penaggulangan kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Dimulai sejak periode Tahun 1974-1988, pemerintahan meluncurkan program seperti: Bimas (Bimbingan Massal), Inmas (Intensifikasi Massal), Transmingrasi. KIK ( Kredit Investasi Kecil), KUK (Kredeit Usaha Kecil), KCK (Koperasi Candak Kula). Kemudikan periode tahun 1988-1994, pemerintahan Indonesia meluncurkan program Seperti: PKT, Indeks Desa Tertinggal, tapi masih ditemui beberapa kelemahan diantaranya peran pemerintah masih sangat dominan dan wilayah-wilayah perkotaan belum tersentuh sama sekali. Periode 1994-1998, Pemerintah Indonesia membuat dasar program yang berorientasi khusus pada program Menanggulangi Dampak Krisis Ekonomi), Padat Karya, P3DT (Program Pengembangan Prasarana Desa Tertinggal). Namun demikian program ini baru berkembang secara sektoral (http:// www.p2kp.org/warta/files/uup3_kmw4_Harmonisasi_Program pemberdayaan diaskes pukul 10.00 19 Maret 2014)

Upaya Pemerintahan Indonesia dalam mengatasi kemiskinan telah dilakukan dengan berbagai program penaggulangan kemiskinan, tetapi hasilnya tidak menujukan signifikan. Munculnya usaha bersama untuk tujuan produktif tidak selalu berasal dari keinginan masyarakat, akan tetapi inisiatif dari luar yang kemudian dilaksanakan di dalam masyarakat. Hal ini yang membuat masyarakat semakin terpuruk dalam kemiskinan.


(24)

Dalam pelaksanan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) menarik untuk dibahas karena pertama, masalah kemiskinan adalah masalah global yang hampir dialami oleh setiap Negara di dunia ini, kedua PNPM Mandiri Pedesaan diangaap sebagai solusi terbaru dalam mengataskan kemiskinan di pedesaan setelah program-program pemerintahan yang sebelumnya diangaap kurang mampu atau kurang maksimal dalam menekan angka kemiskinan di Indonesia.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan. Program ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat/kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp750 juta sampai Rp3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah penduduk. PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. (http://www.P2KP/PNPM Perkotaan.org .diakses Pada Pukul 10.00 Wib,8 April 2014)

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kementerian Dalam Negeri. Program ini


(25)

didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana pinjaman/hibah luar negeri dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia. Menurut Program ini, akar permasalahan kemiskinan terletak pada manusia itu sendiri sehingga upaya penaggulangan pun harus mentitik beratkan pada pemberdayaan masyarakat manusia itu sendiri, yaitu mendorong manusia agar dapat menemukan jati dirinya sebagai pengelola alam semesta. Program PNPM Mandiri Pedesaan dilakukan merupakan proses pemberdayaan kepada seluruh masyarakat untuk memahami potensi, masalah dan karakteristik yang ada di masyarakat.(http:// PNPM Mandiri Pedesaan diakses pada pukul 15:00 wib, 17 Januari 2014)

Pada Tahun 2007, program pemberdayaan masyarakat terbesar ini telah menjangkau lebih dari separuh desa termiskin di tanah air. Pada 2007 pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-PPK) menjangkau 26.724 desa dari 1.837 kecamatan di 32 provinsi. Pada 2008, PNPM Mandiri Perdesaan dinikmati di 34.031 desa dari 2.230 kecamatan di 32 provinsi di tanah air. Sedangkan pada 2009, jumlahnya mencapai 50.201 desa dari 3.908 kecamatan di tanah air. Jumlah tersebut belum termasuk desa yang memperoleh pendanaan dari program-program lain yang melekat pada PNPM Mandiri Perdesaan, seperti PNPM Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM-Generasi) PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun 2009 telah menjadi motor penggerak dalam mendinamisir dan mempercepat pembangunan di desa. Partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program mencapai 17.193.014 orang, dari jumlah tersebut 55 persen berasal dari keluarga Rumah Tangga Miskin (RTM). Demikian juga halnya dengan keterlibatan kaum perempuan pada setiap tahap proses perencanaan, dari 40 persen yang ditargetkan meningkat menjadi 48 persen. Bahkan, pemanfaatan dana BLM dibidang ekonomi yang dilakukan melalui kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP), saat ini telah mencapai Rp1,9 triliun, yang disalurkan sebagai


(26)

pinjaman bergulir bagi 189.888 kelompok masyarakat.(http://www.pnpm.mandiri.org/index.option-com diakses pada pukul 10:00 wib, Jumat 11 April 2014)

Jenis kegiatan PNPM mandiri pedesaan yaitu : (1) kegiatan pembagunan atau perbaikan sarana dan prasarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi rumah tangga miskin, (2) Peningkatan di bidang pelayanan dan kesehatan dan pendidikan termasuk kegiatan pengembangan keterampilan masyrakat, (3) kegiatan peningkatan keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal, (4) Penambahan pemodalan untuk kelompok perempuan ( Departemen dalam negeri RI, 2008: penjelasan IV).

Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di kecamatan Silima Pungga-Pungga adalah pembagunan fisik dan prasarana dan simpan pinjam perempuan yang penyaluran dananya diberikan kepada Tim Pengelola kegiatan di pedesaan melalui Unit Pengelola Kegiatan ( UPK), sekretaris dan bendahara yang ada di kecamatan. kehadiran PNPM Mandiri Pedesaan, di harapkan masyarakat dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki semakin baik dan mengurangi angka kemiskinan, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat. Lingkup pada kegiatan PNPM Mandiri pedesaan pada prinsipnya adalah peningkatan kesejahteraan dan peningkatan kesempatan kerja masyarakat misikin pedesaan secara mandiri melalui peningkatan partisipasi masyarakat terutama masyarakat miskin kelompok perempuan dan kelompok yang terpinggirkan. Meningkatkan kapasitas kelembagnan masyarakat dan pemerintah. Meningkatkan modal sosial masyarakat serta inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna.

Kabupaten Dairi merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang termasuk penerima Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan. Di kabupaten


(27)

Dairi PNPM MP mulai terlaksana pada tahun 2007. Dari 15 kecamatan yang ada di kabupaten Dairi yang menjadi peserta PNPM MP hanya 11 kecamatan, salah satu diantaranya di kecamatan Silima Pungga-Pungga dengan ibukota Parongil. Di kecamatan ini mencakup 15 Desa antara lain, Bakal Gajah, Bonian, Lae Ambat, Lae Pangaroan, Lae Pangginuman, Lae Rambong, Longkotan, Palipi, Polling Anak-Anak, Siboras, Siratah, Sumbari, Tungtung Batu, Uruk Belin. Sejak tahun 2007 hingga sekarang sudah banyak mendapatkan manfaat.

Desa Longkotan merupakan salah satu desa dikecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi yang menjadi sasaran kegiatan simpan pinjam perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan berjalan sejak Tahun 2012. Dana PNPM-MP lebih banyak digunakan pada kegiatan pembagunan atau perbaikan sarana dan prasarana. Sesuai dengan kesepakatan hasil musyawarah antar warga. Simpan Pinjam Perempuan yang merupakan kegiatan pemberian pemodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam. Penduduk kecamatan Silima Pungga-Pungga ketika mengajukan proposal cenderung mengusulkan jenis kegiatan simpan pinjam perempuan di musyarawarah desa masing-masing, karena masyarakat lebih memilih mendapatkan bantuan berupa tujuangan modal dibandingakan pembagunan fisik.

Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Di Desa Longkotan dalam bentuk SPP ada sebanyak 5 (lima) kelompok SPP dengan Jumlah anggota sebanyak 50 orang, dana yang diterima sebanyak Rp.170.000.000. Dana tersebut dipergunakan untuk membuat usaha-usaha para kaum ibu-ibu di desa Longkotan, jenis usaha yang dibuat pada kelompok tersebut berupa makan ringan yang terbuat dari singkong, karena di desa Longkotan masyarakat mata pencairan sebagai petani dan usaha-usaha kecil. Salah satu masalah yang kerap kali dijumpai dalam kegiatan simpan pinjam perempuan adalah para anggota kelompok yang tidak membayar angsuran sebagaimana waktu yang telah ditetapkan dalam musyawarah.


(28)

Kemungkinan pada anggota kelompok tersebut tidak mau membayar karena tidak memiliki uang untuk membayaran angsuran terhadap pihak UPK padahal dana pengembalian pinjaman akan digulirkan kembali kepada warga lain untuk tambahan modal usaha. Program Simpan Pinjam Perempuan dilihat sebagai peluang yang sangat menguntungkan khususnya bagi warga masyarakat khususnya bagi warga masyarakat di Desa Longkotan, karena bungga pinjaman yang rendah dibandingkan dengan bunga pinjaman koperasi atau bank.

Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan bertujuan untuk menggembangkan potensi Perempuan di perdesaan, kemudian untuk mendapatkan modal usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar dan kelembangan kegiatan kaum perempuan serta mendorong penggurangan rumah tangga miskin dan menciptakan lapangan kerja ( PTO PNPM Mandiri Pedesaan, 2008: Penjelasan IV).

Kehadiran kegiatan simpan pinjam perempuan disadari oleh penduduk Kecamatan Silima Pungga- Pungga dapat memberi dampak yang positif bagi rumah tangga miskin serta kesejahteraan diperdesaan serta menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan berkembangnya usaha sehingga dapat terwujudnya dari program Simpan Pinjam Perempuan.

Bedasarkan latar belakang penulis tertarik untuk membuat judul “ Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan adalah “Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi


(29)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menetahui Efektivitas Pelaksaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka:

1 Secara Teoritis: Hasil penelitian ini dapat menambah referensi dan wawasan pengetahuan, sehingga masyarakat mengalami perubahan dari sebelumnya powerless menjadi powerfull yang dibuktikan dari kemampuan menjalankan fungsi sosialnya secara baik.

2. Secara praktis: Diharapkan dapat memberikan referensi serta bahan kajian pengembangan konsep teori pengembangan masyarakat dan kemiskinan.


(30)

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini yaitu:

BAB I:Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat serta sistematika penulisan.

BAB II: Tijauan Pustaka

Bab ini menguraikan tentang teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III :Metode Penelitian

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian,lokasi penelitian, subjek penelitian,teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV: Deskripsi Lokasi penelitian

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan objek yang akan penetiti.

BAB V:Analisa Data

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari penelitian dan analisis data tersebut.

BAB VI :Penutup


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas mempunyai banyak arti yang berbeda bagi setiap orang, efektivitas di nilai menurut ukuran seberapa jauh tujuan tersebut tercapai, rumusan mengenai efektifitas kegiatan atau program bergantung pada masalah seberapa berhasilnya pencapaian sasaran yang dinyatakan. Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi dikatakan efektif bila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai.

Menurut Cambel J.P ( 1989:121) Pengukuran efektivitas secara umum dan saling menonjol adalah:

a. Keberhasilan Program b. Keberhasilan sasaran

c. Kepuasaan terhadap program d. Tingkat output dan input e. Pencapaian tujuan menyeluruh

Efektivitas adalah hubungan antara input dan tujuan. Dalam artian efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari oragnisasi mencapai tujuan yang ditetapkan. Berbagai pandangan yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda tentang


(32)

pengertian dan konsep ekektivitas dipengaruhi oleh latar belakang dan keahlian yang berbeda pula.

Beberapa pengertian yang diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh suatu aktivitas kegiatan yang mencapai target atau sasaran yang dimana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Apabila tujuan dan target dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, maka kegiatan tersebut dikatakan efektif, sebaliknya apabila tujuan dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan tujan yang telah ditetapkan sebelumnya maka efektivitas itu dikatakan tidak efektif.

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan untuk mengukur efektivitas organisasi dapat dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu:

Pendekatan pertama, pendekatan sumber daya ekternal, yaitu menilai kemampuan organisasi untuk menyelamatkan, mengatur, mengendalikan skill dan sumber daya langka.Pendekatan kedua, yaitu pendekatan internal adalah kemampuan organisasi terhadap motivasi dan fungsi yang cepat.Pendekatan ketiga, adalah pendekatan teknis adalah mengevaluasi kemampuan organisasi untuk mengubah skill dan sumber daya menjadi barang dan jasa secara efisen.

Adapun yang menjadi kriteria ukuran efektivitas organisasi menurut (Sutrisno,2010:149-150) yaitu:

1. Produksi, merupakan gambaran kemampuan organisasi untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat di lingkungannya.

2. Efesiensi, diartikan sebagai perbandingan antara keluaran dan masukan seperti bahan baku, uang dan manusia yang diperlukan untuk memperoleh tingkat keluaran yang ditentukan ataupun tujuan tertentu.


(33)

3. Adaptasi, Sejauh manaa organisasi mampu menterjemahkan perubahan-perubahan internal dan ekternal yang ada, kemudian akan ditanggapi oleh oraganisasi yang bersangkutan . jika organisasi tidak mampu menyesuaikan diri maka keberlangsungan hidup bisa terancam.

4. Perkembangan, merupakan suatu fase setelah keberlangsungan hidup terus dalam jangka panjang. untuk itu organisasi harus bisa memperluas kemampuannya. Sehingga bisa berkembang dengan baik dan sekaligus akan melewati fase hidupnya. (Sutrisno,2010:149-150)

2.2 Kemiskinan

Secara umum istilah kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang berkurang atau minim. Dalam hai ini konsep kurang mampu minim dilihat secara komperatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang lain di lain pihak. Pengertian minim disini bersifat relatif, dapat berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang berbeda.(Siagian,2012:4-5).

Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang sangat penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi fokus perhatian bagi pemerintah. Masalah kemiskinan ini sangat kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan di identik dengan suatu penyakit. Tidak seorang pun yang mengingkan dirinya miskin, sebaliknya merupakan cita-cita setiap orang untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup dan dapat hidup secara layak dan baik. Kemiskinan berarti berbicara tentang harkat dan martabat manusia.oleh karena itu langkah awal yang perlu di lakukan dalam mengatasi masalah dari kemisikan.

Kemisikinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelopok


(34)

tersebut,dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka telah mampu mencapai kehidupan yang layak (Mencher dalam siagian, 2012:5)

Kemiskinan dapat disimpulkan bahwa tidak bisa hanya dipandang dari sisi kekuranganya pemenuhan kebutuhan pokok semata sebagai akibat kerentanan dan ketidakberdayaan seperti yang selama ini banyak didefenisikan dalam kebijakan-kebijakan tentang pengetasaannya. Kemiskinan juga harus dipandang dari pengertian relatif sehingga kebijakan yang diambil dapat memberikan solusi terhadap akar permasalahan kemiskinan yang sebenarnya

2.3 Ciri- Ciri Kemiskinan

Suatu studi menunjukan ada 5 ciri-ciri kemiskinan, yaitu:

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencairan.

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak tamat SD, atau hanya tamat SD. Kondisi seperti inilah yang akan berpengaruh terhadap wawasan mereka.

4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerakan urbanisasi didesa yang makin deras. Artinya, laju


(35)

investasi diperkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi ( Siagian,2012: 22-23)

2.4 Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat berasal dari kata power ( kekuasaan dan pemberdayaan). Pemberdayaan menujukkan pada kemampuan orang, khususnya kelompok yang rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuasaan atau kemampuan dalam.

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan dirinya secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang. Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable devopment dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial,dan ekologi yang dinamis.

Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta terlibat secara sepenuh dalam mekanisme produksi, ekonomi dan sosial. Pemberdayaan masyarakat terkait dengan faktor internal dan ekternal. Tanpa mengkecilkan arti dan peranan salah satu faktor, sebenarnya kedua faktor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi serta sinergis dan dinamis. Meskipun dari beberapa contoh kasus yang disebutkan sebelumnya faktor internal sangat penting sebagai salah satu wujud self-organizing dari masyarakat namun kita juga perlu memberikan perhatian pada faktor ekternalnya.


(36)

Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu tema sentral dalam pembagunan masyarakat seharusnya diletakkan dan diorentasikan searah dan selangkah dengan paradigma baru pendekatan pembagunan. Paradigma pembagunan lama bersifat top-down perlu diorentasikan menuju pendekatan bottom-up yang menempatkan masyarakat atau petani di pedesaan sebagai pusat pembagunan atau oleh Chambers dalam Anholt ( 2001) sering dikenal “ Put The farmers firts”(Mardikanto 2012, 42-44)

Nagel (1997) mengumakan bahwa pendekatan pemberdayaan masyarakat yaitu: a.Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiataan pemberdayaan

b. Sistem transfer teknologi yang akan dilakukan

c. Pengembangan sumberdaya manusia\ fasilitator yang akan melakukan pemberdayaan d. Alternatif organisasi pemberdayaan yang akan diterapkan.

Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan pemerataan, tetapi konsep ini dipandang bahwa pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan yang akan menjamin pertumbuhan yang berlanjutan.

Ada 5 prinsip dasar konsep pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat memperlukan break-even dalam setiap kegiatan yang dikekolanya, meskipun orientasinya berbeda dari organisasi bisnis, dimana dalam memperdayaan masyarakat keuntungan yang diperoleh di distribusikan kembali dalam bentuk program atau kegitan pembagunan lainnya.

2. Pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam memperencanakan maupun pelakanan yang dilakukan.

3. Dalam melakasanakan program pemberdayaan masyarakat. kegiatan pelatihan merupakan unsur yang bisa dipisahkan dari usuha pembaguanan fisik.


(37)

4. Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam pembiayaan baik yang berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber-sumber lainnya.

5. Kegiataan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai penghubung antara kepentingan pemerintahan yang bersifat makro yang berkepentingan masyarakat yang bersifat ( Rubin, dalam Adi 2003:55)

Pendekataan pemberdayaan dapat pula diformulasikan dengan mengacu kepada landasan filosofi dan prinsip-prinsip pemberdayaan ,yaitu:

1. Pendekatan Partisipatif, dalam arti selalu menempatkan masyarakat sebagai titik pusat pelaksaan pemberdayaan yang cukup.

a. Pemberdayaan selalu bertujuan untuk pemecahan masalah masyarakat, bukan untuk mencapai tujuan-tujuan “ orang luar” atau penguasa.

b. Pilihan kegiatan, metoda maupun teknik pembedayaan, maupun teknologi yang ditawarkan harus berbasis pada pilihan masyarakat.

c. Ukuran keberhasilan pemberdayaan bukanlah ukuran yang “dibawa “ oleh fasilitator atau asal dari “luar” tetapi berdasarkan ukuran-ukuran masyarakat sebagai penerima manfaat.

2. Pendekatan Kesejahteraaan, dalam arti bahwa apapun kegiatan yang dilakukan, dari mana pun sumberdaya teknologi yang akan digunakan, dan siapapun yang akan dilibatkan, pemberdayaan masyarakat harus memberikan manfaat terhadap perbaikan masyarakat yang harus memberikan manfaat terhadap perbaikan mutu –hidup atau kesejahteraan masyarakat penerima manfaatnya.

3. Pendekatan Pembaguan berlanjutan, dalam arti bahwa kekegiataan pemberdayaan masyarakat harus terjamin berkelanjutan, oleh sebab itu pemberdayaan masyarakat tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi harus mampu menyiapkan masyarakat


(38)

penerima manfaat agar pada suatu saat mereka akan mampu mandiri untuk melanjutkan kegiataan pemberdayaan masyarakat sebagai proses pembagunan yang berlanjutan. (Mardikanto,2012 :161-162)

Swanso dan clear (1984) merangkum ada 6 pendekatan pemberdayaan, yaitu: 1. Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang konvensional.

2. Pendekataan latihan dan kunjungan.

3. Pemberdayaan masyarakat yang diorganisasikan perguruan tinggi. 4. Pendekataan pembagunan masyarakat terpadu.

5. Pendekatan pembagunan perdesaan terpadu. 6. Pelaksanaan kegiataan (Mardikanto,2012:165)

Averroes (2009) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment) kadang-kadang sangat sulit dibedakan dengan penguatan masyarakat serta pembangunan masyarakat ( Comunity Devolopment) sebagai suatu hal yang di miliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitas dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya ( Mardikanto,2012: 167-170)

2.5. Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Perubahan tidaklah selalu membawa suatu kemajuan. Akan tetapi, suatu kemajuan pastilah membutuhkan suatu perubahan.

Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya membantu anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama dengan kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan-kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.


(39)

Pengembangan masyarakat didefenisikan sebagai suatu gerakan yang merancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat

2.5.1 Tahap-Tahapan Pengembangan Masyarakat

Tahap dalam pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan pada beberapa organisasi pelayanan masyarakat, beberapa perbedaan dan kesamaan akan tetapi, secara umum dari beberapa variasi yang ada, dapat dirumuskan tahap-tahap pengembangan masyarakat yaitu:

1. Tahap Persiapan.

Tahap persiapan ini di dalamnya terdapat tahap, Persiapan petugas ini terutama diperlukan untuk menyamakan persepsi antara anggota tim sebagai pelaku perubahan mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Tahap persiapan lapangan, Petugas ( Commmunity worker ) akan melakukan penyiapan lapangan. Pada awal dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah yang dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal.

2. Tahap Assesment

Dalam tahap proses assesment dilakukan pengidentifikasian masalah (kebutuhan yang dirasakan atau felt needs) ataupun kebutuhan yang diekspresikan (expressed needs) dan juga sumber daya yang memiliki.

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.

Pada tatahap ini pelaku perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan warga negara untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.


(40)

4. Tahap Pelaksanaan ( Implementasi ) Program atau kegiatan

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling yang paling krusial ( penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara pelaku perubahan dan masyarakat.

5. Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaliknya dilakukan dengan melibatkan warga. karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuknya suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasaan secara internal.

6. Tahap Terminasi

Tahap ini merupakan tahap dimana sudah selesainya hubungan formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan sering kali ukran karena masyarakat sudah dianggap “mandiri”, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada mau meneruskan program tersebut. (Adi Isbandi Rukminto 224-257)

2.6 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera dalam bahasa sansekerta”Catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini sejahtera berarti hidup bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakuatan dan kekhawatiran sehingga hidupnya aman dan tentram, baik dari lahir maupun batin. Dan sosial berati kawan, teman dan kerja sama. Jadi kesejahteraan sosial diartikan suatu kondisi dimana orang mendapat memenuhi kebutuhan hidup menjalin hubungan baik dengan lingkungannya.


(41)

Friedlander dalam Fahrudin (2012) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dari kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuha-kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Kesejahteraan mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Tidak hanya secara ekonomi dan fisik, tetapi juga sosial,mental dan segi kehidupan spiritual. Adi (2008) melihat kesejahteraan sosial melalui empat sudut pandang yaitu:

1. Kesejahteraan Sosial Sebagai Suatu Keadaan ( Kondisi)

Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spritual. Yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohaniah dan sosial yang sebaliknys bagi diri, keluarga serta masyrakat dengan menjujung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila. Dimana dalam hal ini tidak menempatkan lebih penting dari aspek lainnya,ada keseimbagan antara aspek material dan spritual.

2. Kesejahteraan sosial sebagai suatu Ilmu

Sebagai suatu ilmu, merupakan ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan tehnik untuk meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat, baik level mikro, mezzo maupun makro. Ilmu kesejahteraan sosial mengebangkan beberapa metode intervensi (ternasuk didalamnya aspek strategi dan tehnik) guna meningkatkan taraf hidup sasaran.


(42)

Sebagai suatu gerakan, kesejahteraan sosial didapat dilihat dari pengertian yang dikembangkan dari Pre – Conference Working for commitee for the 15 th internasional conference of social welfere. Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Mencakup unsur kebijakan dan pelayanan terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti: Pendapatan, Jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidiakn, tradisi budaya dan lain sebagainya.

Dalam pengertian yang lebih luas, kesejahteraan sosial mamainkan peranan penting dalam memberikan sumbagan untuk secara efektif menggali dan mengerakkan sumber-sumber daya manusia seta sumber-sumber-sumber-sumber material yang ada dalam suatu negara agar berhasil menaggulangi kebutuhan-kebutuhan sosial yang ditimbulkan oleh perubahan.

Kesejahteraan mempunyai lima fungsi pokok,yaitu:

a. Perbaikan secara progresif dari pada kondidi-kondisi kehidupan orang b. Pengembangan sumber daya manusia

c. Berorientasi orang terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri

d. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembagunan

e. Penyediaan stuktur –struktur institutional untuk berfungsinya pelayanan-pelayanan yang terorganisir lainya( kartono,2007)

2.6.1 Tujuan kesejahteraan Sosial

Fahrudin (2012) menyebutkan dua tujuan kesejahteraan sosial yaitu:

1. Untuk mencapai kehidupan sejahteraan dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, pandan, kesehatan, dan relasi-relasi yang harmonis dengan lingkungan.


(43)

2. Untuk mencapaikan penyesesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan mengali sumber-sumber, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.

Dalam Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan untuk:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan,kualitas,dan keberlangsungan hidup; b. Memulihkan fungsi sosial masyarakat dalam rangka mencapai kemandirian; c. Meningkatakan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah an menangani

masalah kesejahteraan sosial;

d. Meningkatkan kemampuan,kepudian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggraan kesejahterran sosial secara melembaga dan keberlanjutan;

e. Meningkatkan kemapuan dan kepudian masyarakat dalam penyelenggraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan keberlanjutan, dan

f. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial 2.6.2 Sasaran Kesejahteraan sosial

Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini ditunjukan kepada perseorangan, keluarga, kelompok ,atau masyarakat. Sedangkan yang menjadi proritas adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan meliki kriteria maslah sosial: seperti, kemiskinan, kelantraan, kecacatan, keterpencilan, ketentuan sosial, dan penyenyimpangan perilaku, korban bencana, dan korban kekerasan,eksplotasi dan diskriminasi.

2.7. Pembagunan Desa 2.7.1. Pengertian Desa


(44)

Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa); kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010)

Peraturan pemerintah undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa adalah, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasan wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hakasal usul, dan/ hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.

2.7.2. Azas Pembagunan Desa

Pembagunan masyarakat desa dilakukan berdasarkan tiga Azas, yaitu:

Pertama: Azas pembaguan integral adalah pembagunan yang berimbang dilihat dari semua segi masyarakat desa yang mempunyai sektor- sektor pertanian, pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya, sehingga menjamin perkembangan yang selaras, seimbang dan tidak berat sebelah. Kedua: Azas kekuatan sendiri adalah tiap usaha harus didasarkan pada kekuatan atau kemampuan desa itu sendiri, artinya tidak terlalu mengharapkan pemberian bantuan dari pemerintah. Ketiga: Azas Permufakatan bersama diartikan bahwa usaha pembaguanan harus dilaksanakan pada bidang atau sektor yang benar-benar dirasakan sebagai kebutuhan masyarakat desa yang bersangkutan.(Adisasmita,2006:17-19)

Pembagunan pedesaan merupakan bagian internal dari pembagunan nasional, merupakan usaha peningkatan kualitas sumberdaya manusia pedesaan dan masyarakat keseluruhan yang di berlakukan secara berlanjutan berdasarkan pada potensi dan kemampuan pedesaan. Dalam pelaksanaanya tujuan pembagunan yaitu memujudkan kehidupan masyarakat pedesaan yang mandiri, maju, sejahtera, dan berkeadilan.


(45)

Pembangunan masyarakat desa adalah seluruh kegiatan pembagunan yang berlangsung didesa dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyrakat, serta dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong-royong. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat desa berdasarkan kemampuan dan potensi sumberdaya alam ( SDA) mereka melalui peningkatan kualitas hidup, kereampilan dan prakarsa masyarakat.

Dalam pembagunan pedesaan dihadapi banyak sekali hambatan di antaranya yang paling mendesak yaitu:

a. Memperkecil kesenjangan ( ketimpangan) antara desa dan kota dan antar pelaku pembagunan.

b. Merubah pola pembagunan dan pendekatan yang bersifat sentralistik dan sektoral menjadi terdesentralisasi, holistik, dan partisipatif.

c. Meningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia ( SDM ) aparat dan masyarakat untuk menujang pembagunan dan pertumbuhan pedesaan.

d. Meningkatkan pembagunan prasarana fisik dan penyebarannya yang mampu menjangkau ke berbagai pelosok.( Adisasmita,2006:2-5)

2.8. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan 2.8.1 Latar Belakang PNPM Mandiri Pedesaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM)-merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Program pemberdayaan masyarakat ini dapat


(46)

dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan.

Pelaksanaan PNPM MP merupakan kelanjutan dari program pengembangan kecamatan sebagai dasar pengembagan pemberdayaan masyarakat di pedesaan beserta program pendukungnya PMPN MP, generasi dan percepatan pembagunan daerah tertinggal dan khusus untuk pengembangan masyarakat tertinggal pasca bencana dan konflik.

Berdasarkan Buku Pedoman umum PNPM MP Tahun 2008 yang menyatakan visi PNPM Mandiri Pedesaan adalah tercapainya kesejahteraan berarti terpenuhi dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisasir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada dilingkungan, mampu mengakses sumber daya tersebut untuk megatasi masalah.

Sedangkan Misi PNPM Mandiri Pedesaan adalah: a. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembangannya b. Kelembagaan sistem pembagunan partisipatif

c. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal

d. Peningkatan kualitas dan kualitas prasarana sosial dasar ekonomi masyarakat e. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Dalam rangka mencapai visi dan Misi PNPM Mandiri Pedesaan, strategi yang dikembangkan yaitu menjadikan rumah tangga miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembagunan partisipatif, serta kelembangaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi dan misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Pedesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Pedesanaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan


(47)

pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahap pembelajaran dilakukan melalui program pengembangan kecamatan.

2.8.2 Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Tujuan Umum PNPM Mandiri Pedesaan Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara dipedesaan dengan mendorong kemandirian dalam mengambilan keputusan dan pengelolaan pembagunan.

Sedangkan tujuan khususnya meliputi:

a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel.

c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).

d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

e. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat


(48)

2.8.3 Jenis dan Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

Lingkup kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan pada prinsipnya adalah peningkatan kesejateraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin pedesaan secara mandiri melalui peningkatan partisipasi masyarakat ( terutama masyarakat miskin, kelompok perempuan dan kelompok yang terpinggirkan) meningkatnya kapasitas kelembagaan dan pemerintah, meningkatnya modal sosial masyarakat serta inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna.

Usulan kegiatan yang dapat di danai dalam PNPM Mandiri Pedesaan dapat diklasifikasikan atas 4 jenis kegiatan yang meliputi

1. Kegiatan pengembangan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

2. Peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat.

3. Kegiatan peningkatan keterampilan kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal.

4. Penambahan pemodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan

2.8.4 Prinsip Dasar Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan PNPM Mandiri Pedesaan Menekankan Prinsip-Prinsip Dasar sebagai berikut:

a. Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun administratif.


(49)

b. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya.

c. Keberpihakan pada Orang/ Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung

d. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakarsa.

e. Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan

f. Prioritas Usulan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

g. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

h. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan

i. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.


(50)

Untuk kegiatan yang didanai dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaa Mandiri pedesaan dapat diklasifikasi atas 4 kegiatan yaitu:

1. Kegiatan pembanguan dan perbaikan sarana dan prasana dasar yang memberikan manfaat baik dalam jangka waktu baik panjang maupun pendek,secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

2. Pelayanan kesehatan.

3. Pelayanan dan kegiatan peningkatan kapasitas.

4. Penambahan pemodalan simpan pinjam khusus perempuan (SPP) Di Desa Longkotan dalam rangka pelaksanaan PNPM MP kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan simpan pinjam perempuan dalam penambahan permodalan untuk membuka usaha dikelompok.

2.8.5 Sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan 1. Lokasi Sasaran

Lokasi sasaran PNPM MP meliputi seluruh kecamatan pedesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan tidak termasuk kategori kecamatan-kecamatan yang bermasalah dalam PPK\PNPM Mandiri pedesaan.

2. Kelompok Sasaran

a.Rumah tangga miskin di pedesaan. b. Kelembagan masyarakat di pedesaan.

c. kelembagan pemerintahan lokal ( Kementerian Dalam Negeri RI, 2008:3) 2.9.Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan

2.9.1. Pengertian Simpan Pinjam Perempuan

Merupakan kegiatan pemberian pemodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam. Adapun yang menjadi tujuan umum program Sinjam


(51)

Pinjam Perempuan adalah untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam di pedesaan, kemudahan akses perdanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan perdanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja.

Sedagkan tujuan khusus adalah:

1. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar 2. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatan ekonomi rumah tangga

melalui pendanaan peluang usaha.

3. Mendorong penguatan kelembagan simpan pinjam perempuan.

Ketentuann Dasar Program Simpan Pinjam Perempuan:

a. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat mendapatkan pelayanan pendanan kebutuhan tanpa syarat agunan.

b. Terlembaga, artinya dana kegiatan simpan pinjam perempuan disalurkan melalui kelomok yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku dalam pengelolaan simpan dan pengelolaan pinjaman.

c. Keberdayaan, artinya proses pengelalaan didasari oleh keputusan yang profesioanal oleh kaum perempuan dengan mempetimbangkan pelestarian dan pemgembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.

d. Pengembangan, artinya setiap keputusaan pendanaan berorientasi pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.


(52)

e. Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

2.9.2 Ketentuan Pendanaan Bantuan Langsung Masyarakat

Dalam bantuan langsung masyarakat dana yang disediakan oleh PNPM MP untuk mendanai kegiatan usaha melalui proses perencanan dengan ketentuan alokasi kegiatan Simpan Pinjam Perempuan per kecamatan maksimal 23% dari alokasi Bantuan langsung Masyarakat. Dengan ketentuan kelompok Simpan Pinjam Perempuan sebagai berikut:

1. Kelompok yang dikelola anggotanya perempuan yang satu sama saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun.

2. Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati.

3. Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota.

4. Kegiataan simapan pinjaman kelompok masih berlangsung dengan baik.

5. Mempuyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana ( Depertemen Dalam Negeri RI, 2008:58-59)

2.9.3 Mekanisme Pengelolaan

Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan PNPM MP akan tetapi perlu memberikan beberapa penjelasan dalam tahapan sebagai berikut:

a. Musyawarah Antar Desa Sosialisai

Dalam musyawarah antar desa sosialisai lakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan untuk kegiatan Sinpan Pinjam Perempuan sehinga pelaku-pelaku tingkat tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan manfaatnya.


(53)

b. Musyawarah Desa Sosialisai

Musyarawah desa sosialisasi dilakukan sosialisasi ketentuan dengan persyaratan untuk kegiatan SPP ditinggat desa sehingga pelaku-pelaku tinggat desa memahami adanya kegiatan SPP dengan melakuan proses berlanjut

c. Musyawarah Dusun

Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut termasuk kondisi anggota. Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP dan melakuakan kategorisasi kelompok yang terdiri dari kelompok pemula, kelompok berkembang dan kelompok siap. Proses kategorisasi kelompok mengacu pada ketentuan kategori perkembangan kelompok rumah tangga miskin yang belum menjadikan anggota kelompok agar dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok sehingga menjadi pemanfaat, proses yang terakir adalah hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dengan dilampirkan daftar kelompok yang diidentifikasi, kelompok SPP dengan daftar manfaat yang diusulakan, peta sosial dan peta rumah tangga miskin, rekap kebutuhan manfaat.

d. Musyawarah Desa dan Musyawarah Khusus Perempuan Merupakan tahapan seleksi ditingkat desa adalah:

1. Penentuan usulan desa adalah proses penentuan keputusan usulan desa yang akan dikompetisikan ditingkat kecamatan, penentuan usulan ini melalui keputusan musyawarah khusus perempuan.

2. Hasil keputusan ini melalui musyawarah khusus perempuan merupakan usulan desa untuk kegiatan SPP. Hasil keputusan diajuakan berdasarkan kelompok-kelompok yang diajukan dalam paket usulan desa.

3. Dalam penulisan usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal kelompok yang akan dikompetiskan di tingkat kecamatan. Dalam usulan kegitan SPP


(54)

paling tidak harus memuat sebagai berikut: Sekilas kondisi kelompok SPP, gambaran usaha dan daftar calon manfaat

e. Hal- Hal Harus Diperhatikan Dalam Proses Verifikasi Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan adalah:

1. Penetapan formulir verifikasi.

Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan format- format formulir Verifikasi

2. Proses Pelaksanan Verifikasi.

Verifikasi kelompok SPP mencakup pengalaman kegiatan Simpan Pinjam persyarakat kelompok, kondisi kegiatan simpan pinjam, penelian khusus, jumlah RTM, dan Penelian Kelompok.

f. Musyarawarah Antara Desa Prioritas Usulan

Evaluasi akhir model prioritas kebutuhan dengan mempertimbangan hasil verifikasi yang mengutamakan calon pemanfaat Rumah Tangga Miskin lalu dilakukan perangkingan. Hasil perangkingan kegiatan SPP sehingga sesudah dapat ditentukan kelompok -kelompok layak yang akan ditandai dari BLM. Utuk kelompok yang layak dan didanai BLM tahap selanjutnya adalah selajutnya adalah melakukan penyempurnaan dokumen usulan Misalnya Kartu Tanda Penduduk, Perjanjian Pinjaman dan sebagainya. Kompetisi kelompok SPP ini mempertimbangan pengurangan Rumah Tangga Miskin, kategori kelompok, kelayakan kelompok pengusul.

g. Musyawarah Antara Desa Penetapan Usulan

Pada tahap ini keputusan pendanaan mencakup penentuan pendanan usulan dengan menentukan kelompok-kelompok yang memenuhi syrat perangkingan yang ditangai dengan


(1)

a.> Rp 2.000.000

b.Rp 1.000.000

c.< Rp 1.000.000

B.5. Perubahan Nyata, Meliputi;

38. Apa Mata pencairan pokok saudara?

Sebelum Dapat Program

Sesudah Dapat Program

a.

Petani

A.Petani

b.

Wiraswasta

B. Wiraswasta

c.

Lainya\ sebutkan

C Lainya\ sebutkan

39. Apakah saudara sering tidak menabung?

Sebelum Dapat Program

Sudah Dapat Program

a.

Sering

A.

Sering

b.

kadang-kadang

B.

Kadang-Kadang

c.

tidak pernah

C.

Tidak Pernah

40. Kepada siapa saudara mendapatkan pinjaman?

Sebelum Dapat Program

Sudah Dapat Program

a.

Saudara

A.

Saudara

b.

Koperasi

B.

Koperasi


(2)

UNIT PENGELOLA KEGIATAN (UPK) LAPORAN PERKEMBANGAN PINJAMAN SPP T.A 2012

KECAMATAN SILIMA PUNGGA PUNGGA

DAFTAR KELOMPOK SPP

DESA : LONGKOTAN

KECAMATAN : SILIMA PUNGGA PUNGGA KAPUBATEN : DAIRI

NO NAMA

KELOMPOK REALISASI PINJAMAN TANGGAL PINJAMAN JUMLAH ANGGOTA

NAMA PENGURUS DAN ANGGOTA KELOMPOK

1 MIKELAKONA Rp. 50.000.000 13-03-2012 10 Orang 1. Ketua: Damaris Boangmanalu

2. Bendahara: Mawati Boangmanalu

3. Sekretaris: Hairiah Limbong 4. Esra Butar butar

5. Lince Tumangger

6. Masnun Maha

7. Marliana Padang 8. Nurhaida Habeahan 9. Pasti Boangmanalu 10.Rosmawati Boangmanalu

2 SADA ARIH Rp.20.000.000 03-09-2012 10 Orang 1. Ketua: Nurhaida Cibro

2. Bendahara: Nurhujaimah Ujung

3. Sekretaris: Rita Boangmanalu 4. Risma Berutu

5. Lusiana Hutagaol 6. Diana Sinaga 7. Nuraya Sigalinging 8. Samsiar Maha 9. Sumanti Hasugian 10.Ruspita Lingga


(3)

3 SEJAHTERA Rp. 20.000.000 03-09-2012 10 Orang 1. Ketua: Mispa 2. Bendahara: Nurhaida

Simbolon

3. Sekretaris: Lisnawati Butar butar

4. Merry Sihombing 5. Andratama Sitorus 6. Sartika Nababan 7. Esra Sirat

8. Sorta Siringgo-ringgo 9. Santi Sihombing 10.Senti Pasaribu

4 CAHAYA BARU Rp. 60.000.000 20-05-2012 10 Orang 1. Ketua: Ide Sihombing

2. Bendahara: Asmarina Karosekali

3. Sekretaris: Maslan Purba 4. Feresti Sihombing 5. Esna Tambunan 6. Tir Aritonang 7. Roni Silaen 8. Lasma Napitupu 9. Nuri Sirait 10.Rotiansa Sinaga

5 TUNAS MEKAR Rp. 20.000.000 03-09-2012 10 Orang 1. Ketua: Rame Sitorus

2. Bendahara: Tiurmaida Pasaribu

3. Sekretaris: Jetti Banurea 4. Binur Sihombing

5. Dermawan Manalu

6. Erika Hutabarat 7. Koloria Napitupulu 8. Lenni Manurung 9. Lumintan Sitorus 10. Renni Siagian


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 5 125

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 11 128

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 0 17

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 0 2

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 0 11

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 0 33

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 0 3

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 0 13

Cover Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima PunggaPungga Kabupaten Dairi

0 0 17

Abstract Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima PunggaPungga Kabupaten Dairi

0 0 2