Pada penyajian tokoh Sudarmin juga memperlihatkan unsur gender, walaupun pada awalnya penyajian seorang Sudarmin menjadi laki-laki
yang lemah. Laki-laki yang identik dengan seseorang yang kuat, tidak terlihat pada karakter Sudarmin saat dirinya sakit. Akan tetapi, karakter
kuat itu muncul saat Sudarmin merasa sangat kesal kepada Dinarsih. Dinarsih tidak mau meninggalkan pekerjaannya sebagai wanita penghibur
yang telah membuatnya memiliki banyak uang dan hidup berkecukupan.
4.1.3.3. Mbokdhe Supi
Mbokdhe Supi merupakan tokoh tambahan dalam novel Wong Wadon Dinarsih karya Tamsir AS. Meskipun peranannya tidak menonjol
dalam novel ini tetapi tokoh Mbokdhe Supi mempunyai keterkaitan dengan tokoh utama baik wanita maupun laki-laki. Kemunculan tokoh Mbokdhe
Supi dalam novel pada awal dan pertengahan cerita. Jadi tokoh Mbokdhe Supi tidak muncul secara keseluruhan. Mbokdhe Supi merupakan tetangga
Sudarmin dan Dinarsih. Beliau adalah orang yang telah banyak membantu dan menolong keluarga Sudarmin. Mbokdhe Supi adalah orang yang baik
dan perhatian dengan tetangganya. Berikut kutipan pernyataan tersebut. “Wis ta wis, aja kok piker Min perkara ngono kuwi.” Dhe Supi
munggel, sambunge: “Sing perlu dipikir dhisik saiki perkarane awakmu kuwi kepriye bisane enggal waras gek bisa nyambut gawe
Rak ngono?” WWD hlm:18 “Sudah sudah, jangan terlalu kamu pikirkan masalah seperti itu.”
Dhe Supi berbicara, sambungnya: “yang perlu dipikirkan itu sekarang masalah badanmu itu bagaimana supaya bisa cepat sembuh
dan bisa mencari kerja Seperti itu kan?” WWD hlm:18
Perhatian dan kepedulian Mbokdhe Supi tidak hanya sampai disitu. Saat Dinarsih akan pergi meninggalkan rumah, Mbokdhe Supilah yang
telah merawat Sudarmin. Selain peduli dan perhatian, Mbokdhe Supi juga termasuk orang
yang tidak tega. Setelah Dinarsih meninggalkan Sudarmin, Mbokdhe Supi yang mengurus dan merawat Sudarmin. Beliau tidak tega meninggalkan
Sudarmin sendirian di rumah tanpa ada yang mengurusinya. Beliau yang menyiapkan masakan dan makanan untuk kebutuhan Sudarmin. Setelah
menyiapkan semua kebutuhan Sudarmin, beliau baru pulang ke rumahnya. Petikan berikut memaparkan pernyataan tersebut.
“Satemene Dhe Supi durung tega ninggalake sing lara ngerok mau lemah-lemah ijen, nanging ana ngomah panggaweyane ya njur dadi
kether. Lan si Darmin dhewe ya wis ora kabotan ditinggal. Sawise liwet salawuhe karo banyu omben kanggo dina kuwi wis
dicepakake ing cedhak amben paturone sing lara. Mbokdhe Supi banjur pamitan.
” WWD hlm:36 “Sebenarnya Dhe Supi belum tega meninggalkan Sudarmin yang
sedang sakit, akan tetapi di rumah pekerjaannya menjadi kethetheran. Dan si Darmin juga sudah tidak berat kalo ditinggal.
Setelah memasak nasi, lauk dan minum untuk hari itu didekatkan di
dekat kasur tempat Sudarmin sakit. Mbokdhe Supi langsung pamit.” WWD hlm:36
Perhatian Mbokdhe Supi juga diberikan saat Sudarmin yang sudah
membunuh Dinarsih tersebut dihantui oleh rasa bersalah. membunuh Dinarsih. perhatian beliau diungkapkan dengan menyuruh Sudarmin untuk
bertemu dengan orang pintar agar hidupnya bisa tentram kembali. Pernyataan tersebut seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.
“Prayogane sliramu goleka wong tuwa wae Min, ben tentrem atimu.” Mengkono pamrayogane Dhe Supi sawise genah Sudarmin
owah adate. WWD hlm:106
“Sebaiknya kamu mencari orang pintar saja Min, supaya tentram hatimu.” Begitu perintah Dhe Supi setelah tahu Sudarmin sesuai
adatnya. WWD hlm:106
4.1.3.4. Patah