huni sendiri. Di sana dia mendapat pengarahan agama dari Kyai Taufiq sehingga dia bertobat.
“Ing pikiran sing lagi nglangut kuwi, sing mencungul sepisan wewayangane Pak Kyai Taufiq sing saben dina Selasa sore
maringi tuntunan agama ing Lempaga permasyarakatan. Akeh sangu iman lan tauhid sing wis diangsu dening Sudarmin. Kabeh-
kabeh mau disimpen ing dhasare ati. Sawayah-wayah luwar saka pakunjaran nedya arep dilakoni, miturut apa sing wis ana ing
gembole.
” WWD hlm:132 “Di pikirannya yang terlintas pertama kali adalah Kyai Taufiq yang
setiap selasa sore memberi tuntunan agama di Lembaga Permasyarakatan. Banyak sangu iman dan tauhid yang diperoleh
oleh Sudarmin. Semua itu disimpan di dasar hatinya. Sewaktu- waktu kalau sudah keluar dari penjara akan dilakukannya, sesuai
dengan apa yang ada dibenaknya.” WWD hlm:132
4.1.4.2. Latar Sosial
Latar sosial dalam novel Wong Wadon Dinarsih sangat berhubungan dengan masyarakat dan kehidupan yang melingkupi tokoh-tokoh yang
terdapat di dalamnya. Kehidupan yang digambarkan di dalam novel adalah kehidupan seorang wanita yang bekerja sebagai wanita penghibur. Berikut
kutipannya.
“Lagi sawatara langkah wae wis ngliwati warung-warung padhang kencar-kencer kaya sing kulon dhewe mau. Wedok-wedok padha
bligutan lan lanang-lanang padha walwil cerigisan. Kabeh padha suka-suka murang susila. Ngliwati warung-warung ayu kiwa tengen
dalan mau Sudarmin anane mung gumun, eram. Terus ngetan. Wetan prapatan isih ana warung-warung ayu. Malah ana sing luwih
gedhe maneh, warunge jejer loro. Wedok-wedoke luwih akeh, si lanang-lanang uga mengkono kabeh padha gojeg, lan ana uga sing
glanukan ana kamar tengah antarane warung lore lawang warung ijo mau. Guyu lan jerit girang ana lerene.
” WWD hlm:70
“Baru beberapa langkah melewati warung remang-remang seprti yang di barat itu, para perempuan bligutan dan lelaki mencolak-colek
perempuan tersebut. Semua melakukan tindak asusila. Melewati warung-warung ayu di kanan kiri jalan Sudarmin hanya terheran-
heran. Terus timur, timur perempatan itu masih ada warung remang- remang. Malahan masih ada yang lebih besar lagi, warungya
berjejaran dua. Perempuannya lebih banyak, yang laki-laki juga seperti itu saling bercanda, da nada juga yang berada di kamar
tengah antara warung utara pintu warung hijau tadi. Tertawa lan
jeritan tiada henti.” WWD hlm:70 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa latar belakang
sosial tokoh sangat mempengaruhi kehidupan tokoh dalam sebuah novel. Misalnya dalam uraian di atas terlihat jelas bahwa kehidupan sosial
masyarakat pada sebuah warung remang-remang sangat berpengaruh terhadap perilaku tokohnya.
Unsur gender tampak pada latar tempat dan latar sosial. Di warung ayu tersebut terdapat sebuah kehidupan para wanita yang erat kaitannya dengan
gender bekerja sebagai wanita penghibur. Seperti halnya pada latar tempat, unsur gender juga terlihat pada latar sosial. Latar sosial menunjukkan
bagaimana dunia wanita dalam sebuah kehidupan sosial masyarakat di warung remang-remang sebagai wanita penghibur.
4.1.4. Unsur Gender dalam Tema