PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DI SMP NEGERI 24 MEDAN.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

REALISTIK DI SMP NEGERI 24 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH:

ATIKA FRANSISKA NIM. 8116172002

PROGRAM PASCASARJANA

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Atika Fransika, (2016). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) di SMP Negeri 24 Medan. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah : (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori (2) terdapat interaksi antara Pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, (3) proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan soal pada masing-masing pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 24 Medan dengan sampel 56 siswa. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen semu dengan pretest-postest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang mengambil dua kelas (kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2) melalui teknik random sampling. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan tes kemampuan komunikasi matematis yang berbentuk uraian. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi dan koefisien reliabilitas. Data dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Sebelum digunakan uji ANAVA dua jalur terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil penelitian yaitu : (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, (2) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, (3) proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa pada pendekatan matematika realistik lebih baik daripada pembelajaran ekspositori. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.


(7)

ii ABSTRACT

Atika Fransiska, (2016). The Improvement of Mathematical Communication Abilities Through Realistic Mathematich education at SMP Negeri 24 Medan. Thesis. Mathematical Education Study Program Postgraduate State University of Medan.

The objectives of this study are to observe whether : (1) the improvement of students’ mathematical communication ability taught by Realistic Mathematich education is higher than those taught by exspository learning model, (2) There is interaction between the learning model with students’ previous mathematical ability ans students mathematical communication ability, (3) the process of problem solving made by students in solving made by students in solving questions in each learning. This study was held at SMP Negeri 24 Medan by having 56 students as sample. This study used quasi-experimental method with pretest-postest control group design. The population of this study was all students of grade VII taking two classes (experimental 1 class and experimental 2 class) through random sampling technique. The instrument used consisted of the essay of mathematical communication ability test. The instrument had required content validity and coefficient reliability. Data were anayzed by two ways ANOVA test. Before it was used two-ways ANOVA test the normality and homogenity tests with significant level 5% had been done. The findings of this study were : (1) the improvement of students’ mathematical communication ability taught by Realistich Mathematich Education is higher than studens’ and mathematical communication ability taught by expository learning, (2) there is no interaction between the learning model with previous mathematical ability and the improvement of students’ logical mathematical communication abilities, (3) the process of problem solving made by students taught by realistic mathematic education is better than those taught by expository learning. Based on the findings of this study, the researcher suggests that realistic mathematic education can be used as an alternative for teachers to improve students’ mathematical communication abilities.

Keywords : Realistic Mathematic Education, Mathematical Communication Ability


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis lantunkan kehadirat Allah SWT atas rahmat kenikmatan, karunia dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Di SMP Negeri 24 Medan”. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar master kependidikan di Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Penelitiaan ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR). Sejak mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II. Untuk


(9)

iv

membimbing dan mengarahkan penulisan. Sumbangan pikiran yang amat berharga sejak awal pemunculan ide dan kritik demi kritik serta pertanyaan kritis guna mempertajam gagasan telah membuka dan memperluas cakrawala berpikir penulis dalam penyusunan tesis ini.

2. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Ibu Ida Karnasih M.Sc, Ed, Ph.D dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.si,

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.

4. Kepada Suamiku Suherianto dan Permata Hatiku Hafizha Irba Zhafira yang telah menghadirkan keindahan dan menjadi penyejuk hati dalam hidupku.

5. Kepada Ayahanda Sucipto, Ibunda Juraidah, serta Adik-adikku Adhitia mahatvayodha, Yoga Dhanu Pratama, dan Dicky Batara Sanjaya yang telah memberikan dorongan, doa, motivasi dan nasehatnya yang menyejukkan hati serta cinta kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

6. Kepada Ibunda Sugiarti, adinda desi handayani, Muhammad Ichsan Prayogi, iskandar dan keponakanku Hisyam Prayosi Al-Dzuhri yang telah memberikan dorongan, doa, motivasi dan nasehatnya yang menyejukkan hati serta cinta kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.


(10)

v

7. Direktur, Asisten Direktur I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

8. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan tesis ini, Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si sebagai staf Prodi Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam administrasi perkuliahan di Unimed

9. Kepala Sekolah SMP Negeri 24 Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

10. Serta rekan-rekan satu angkatan 2011 dari Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan oleh Bapak/Ibu serta saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Februari 2016 Penulis


(11)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Batasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

1.6 Manfaat Penelitian ... 12

1.7 Definisi Operasional ... 12

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1 Hakikat Matematika dan Belajar matematika ... 14

2.2 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 16

2.3 Pembelajaran Matematika Realistik ... 20

2.4 Pembelajaran Biasa ... 36

2.5 Penerapan Materi segi empat dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik………. . 39

2.6 Teori Belajar yang Relevan dengan Pendekatan PMR ... 45

2.7 Hasil Penelitian yang Relevan ... 47

2.8 Kerangka konseptual ... 48

2.9 Hipotesis Penelitian ... 52

BAB III : METODE PENELITIAN ... 53

3.1 Jenis Penelitian... 53

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

3.3 Variabel Penelitian... ... 54

3.4 Desain Penelitian ... 54

3.5 Instrumen Penelitian ... 56

3.6 Uji Instrumen... ... 59

3.7 Teknik Analisis Data... 64

3.8 Prosedur Penelitian ………. ... 68

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 71

4.1 Hasil Penelitian ... 71

4.1.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... . 71

4.1.2 Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 72

4.1.3 Analisis Hasil Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 73


(12)

vii

4.1.5 Deskripsi Proses Penyelesaian MasalahKemampuan

Komunikasi Matematis pada masing-masing Pembelajaran... 89

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 100

4.2.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 101

4.2.2 Interaksi antara Faktor Pembelajarandengan Kemampuan Awal Matematika Siswa terhadapPeningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 103

4.2.3 Proses Jawaban Siswa. ... 104

4.2.4 Keterbatasan Penelitian ... 105

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

5.1 Kesimpulan ... 107

5.2 Saran... ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Siswa.. ... 13

Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ... 32

Tabel 2.2 Langkah-langkah dalam Kegiatan Pendekatan Realistik ... 33

Tabel 2.3 Perbedaan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Biasa ... 38

Tabel3.1 Desain Penelitian ... 55

Tabel3.2 Tabel Winner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat, dan Kontrol ... 56

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 57

Tabel 3.4 Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 58

Tabel3.5 Klasifikasi Daya Pembeda.. ... 62

Tabel 3.6 Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis, dan Jenis UjiStatistik yang digunakan ... 64

Tabel 3.7 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 66

Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 72

Tabel 4.2 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 72

Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 73

Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 74

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 75

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika Siswa .. 75

Tabel 4.7 Sebaran Sampel Penelitian ... 76

Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen ... 77


(14)

ix

Tabel 4.9 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol .. 78 Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis

pada Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol ... 79 Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis

pada Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol ... 80 Tabel 4.12 Hasil N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada

Kedua Kelas Sampel ... 81 Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 83 Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 83 Tabel4.15 Deskripsi Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis

kedua Kelompok Pembelajaran untuk Kategori KAM.. ... 84 Tabel 4.16 Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa ... 86 Tabel 4.17 Hasil ANAVA Dua Jalur … ... 87 Tabel4.18 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan


(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Contoh Jawaban Siswa pada Soal Komunikasi Matematis ... 5 Gambar2.1 Matematisasi Horizontal dan Vertikal ….. ... 30 Gambar 3.1 Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 70 Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Kemampuan Awal Matematika

Siswa ... 74 Gambar 4.2 Diagram Batas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Kelas Eksperimen ... 78 Gambar 4.3 Diagram Batang Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Kelas Kontrol ... 79 Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil N- Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kedua Sampel ... 81 Gambar 4.5 Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kemampuan

Awal Matematika Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 88 Gambar 4.6 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Eksperimen ... 91 Gambar 4.7 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Kontrol ... 91 Gambar 4.8 Jawaban Butir Soal Nomor 2 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Eksperimen ... 93 Gambar 4.9 Jawaban Butir Soal Nomor 2 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Kontrol ... 94 Gambar 4.10 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Eksperimen ... 96 Gambar 4.11 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Kontrol ... 97 Gambar 4.12 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Eksperimen ... 98 Gambar 4.13 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Kemampuan Komunikasi


(16)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Contoh Jawaban Siswa pada Soal Komunikasi Matematis ... 5 Gambar2.1 Matematisasi Horizontal dan Vertikal ….. ... 30 Gambar 3.1 Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 70 Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Kemampuan Awal Matematika

Siswa ... 74 Gambar 4.2 Diagram Batas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Kelas Eksperimen ... 78 Gambar 4.3 Diagram Batang Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Kelas Kontrol ... 79 Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil N- Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kedua Sampel ... 81 Gambar 4.5 Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kemampuan

Awal Matematika Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 88 Gambar 4.6 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Eksperimen ... 91 Gambar 4.7 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Kontrol ... 91 Gambar 4.8 Jawaban Butir Soal Nomor 2 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Eksperimen ... 93 Gambar 4.9 Jawaban Butir Soal Nomor 2 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Kontrol ... 94 Gambar 4.10 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Eksperimen ... 96 Gambar 4.11 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Kontrol ... 97 Gambar 4.12 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelas Eksperimen ... 98 Gambar 4.13 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Kemampuan Komunikasi


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia yang dapat berfikir secara logis, kritis, rasional, percaya diri dan kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Undang – undang pendidikan No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003) secara jelas menguraikan tujuan pembelajaran matematika, yaitu:

1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.


(18)

2

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran matematika seperti diuraikan di atas masih belum memenuhi harapan. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya mutu hasil belajar siswa. Baik hasil ujian akhir nasional maupun hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap bahan ajar matematika masih relatif rendah. Didalam laporan penelitiannya TIMSS (Suriadi, 2006) mengemukakan bahwa rata-rata skor matematika siswa kelas II SLTP berada jauh di bawah rata-rata skor internasional. Sekalipun hasil ini tidak menunjukkan prestasi siswa Indonesia secara umum dalam matematika, namun dengan membandingkan prestasi siswa Indonesia berdasarkan hasil TIMSS, sudah menunjukkan rendahnya kualitas pengetahuan

matematika siswa Indonesia pada level internasional.

Hal tersebut mengindikasikan kesenjangan antara kualitas pendidikan matematika dengan kualitas pengetahuan matematika siswa. Dengan kata lain lembaga pendidikan belum mampu menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang diharapkan sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam kurikulum KTSP Depdiknas (2006) bahwasannya pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika


(19)

3

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di atas, siswa dituntut memiliki suatu kemampuan matematika. Salah satu kemampuan matematika yang dituntut dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam pembelajaran matematika perlu untuk diperhatikan, ini disebabkan komunikasi matematika dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematis siswa baik secara lisan maupun tulisan (Saragih 2007). Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000) komunikasi siswa merupakan (1) kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual, (2) kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan mengavaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya, (3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. Sedangkan menurut Sumarmo (2005) komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa:

1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide

matematika

2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan

dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar

3. Menyatakan peristiwa sehari-haridalam bahasa atau simbol matematika


(20)

4

5. Membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis

6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan defenisi dan

generalisasi

7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah

dipelajari.

Pernyataan diatas memperjelas bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Menurut Baroody (1993) menjelaskan ada dua alasan yang menjadikan komunikasi matematis dan pembelajaran matematika menjadi penting. pertama mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sebagai alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai

ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity,

artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran, matematika juga

sebagai wahana interaksi antara guru dan siswa. Menurut Collins (dalam Asikin:

2002) dalam buku Mathematic Applications and Conection disebutkan salah satu

tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan berkomunikasi melalui lisan maupun melalui

tulisan, modeling speaking, writing, talking, drawing, serta mempresentasikan

apa yang telah dipelajari.

Bu Ainun memiliki sebuah taman bunga berbentuk persegi panjang. Panjang kebun bunga tersebut 2m lebih panjang dari lebarnya.

a. Apabila lebar kebun dimisalkan dengan x , nyatakan situasi diatas dalam bentuk

gambar yang mudah dipahami.


(21)

5 c. Jika keliling kebun bunga 28 cm. Tentukan ukuran lebar, panjang dan luas!

Gambar 1.1. Contoh jawaban siswa pada soal komunikasi matematis Berdasarkan jawaban siswa tersebut menunjukkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal, sulit mengemukakan ide matematikanya secara tulisan, siswa tidak mengetahui apa yang diketahui dari soal tersebut, siswa sulit memahami dan merubah soal ke dalam bentuk gambar, ditemukannya kesalahan siswa dalam menafsirkan soal, menuliskan simbol dan menjawab dengan bahasa matematika serta jawaban yang disampaikan oleh siswa sering kurang terstruktur sehingga sulit dipahami oleh guru maupun temannya. Dari 30 siswa yang menjawab soal tersebut hanya 4 siswa (13,3%) yang menjawab benar, 17 siswa (56,6%) menjawab salah dan 9 siswa (30,0%) tidak mampu menjawab sama sekali. Maka dapat disimpulkan dari jawaban tersebut tampaklah kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. Hal ini juga diperkuat dari hasil laporan TIMSS (dalam Suryadi: 2000) menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah negara-negara lain. Sebagai contoh permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematik, siswa Indonesia yang berhasil menjawab benar hanya 5% dan jauh dibawah negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran


(22)

6 matematika selama ini guru belum mampu untuk menciptakan suasana yang dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa yang sangat terbatas dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru menjadi lebih dominan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Hudojo (2001) bahwa di dalam kelas guru tidak mampu menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi timbal balik dalam pembelajaran matematika bahkan sering terjadi secara tidak sadar guru menciptakan situasi yang menghambat terjadinya komunikasi itu.

Kenyatan ini belum sesuai dengan tujuan yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran matematika sesuai yang tercantum dalam kurikulum (KTSP 2006) yang menyatakan bahwa siswa harus mempunyai seperangkat kemampuan yang harus tercapai dalam belajar matematika, diantaranya kemampuan komunikasi.

Faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan oleh pengajar. Pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru belum mampu untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk belajar, membimbing siswa dalam menyelesaikan soal, kurangnya interaksi siswa dengan guru sehingga siswa enggan bertanya kepada guru jika belum mengerti terhapap materi yang dijelaskan dalam pembelajaran. Sanjaya (2010) proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini siswa pasif dalam pembelajaran, siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, akibatnya siswa hanya mampu meniru


(23)

7 apa yang telah dicontohkan oleh guru dan kesulitan jika masalah yang diberikan berbeda dari yang telah diberikan oleh guru.

Dalam pembelajaran matematika salah satu faktor internal yang harus diperhatikan adalah kemampuan awal. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebelum proses belajar mengajar dilakukan. Hudojo (1979) menyatakan dalam belajar matematika bila konsep A dan konsep B mendasari konsep C, maka konsep C tidak mungkin dipelajari sebelum konsep A dan B dipelajari terlebih dahulu. Kemudian juga konsep D baru dapat dipelajari bila konsep C yang mendahuluinya sudah dipahami, dan seterusnya. Memahami konsep matematika pada umumnya perlu memahami konsep sebelumnya dengan baik. Saragih (2007) menyatakan bahwa dari sekelompok siswa akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, rendah, hal ini disebabkan kemampuan siswa menyebar secara distribusi normal. Namun yang terjadi selama ini, siswa dengan kemampuan awal tinggi merasa jemu bahkan cuek dengan pembelajarannya karena merasa penyajian materi matematikanya terlalu biasa, tetapi siswa dengan kemampuan awal sedang dan rendah merasakan penyajian materi matematikanya terlalu sulit untuk dimengerti. Hal ini karena siswa kemampuan awal tinggi lebih cepat memahami konsep, walaupun dengan menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran. Padahal pembelajaran akan berhasil dengan baik bila dimulai dari apa yang diketahui siswa, baik pengetahuan dan tingkah laku dalam arti luas.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis dan kemampuan awal siswa masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah karena sifat abstrak yang terdapat pada matematika. Mungkin pula karena selama ini


(24)

8 siswa hanya cenderung diajar untuk menghafal konsep atau prinsip matematika, tanpa disertai pemahaman yang baik. Menyikapi permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika sekolah tersebut, terutama yang berkaitan dengan pentingnya kemampuan komunikasi dalam matematika, yang akhirnya mengakibatkan rendahnya hasil pembelajaran matematika.

Untuk itulah harus diupayakan suatu pendekatan pembelajaran untuk menumbuhkan atau mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu pendekatam matematika realistik (PMR). Karena dengan pendekatan matematika realistik memungkinkan siswa dapat berkembang secara optimum, seperti kebebasan siswa untuk menyampaikan pendapatnya, adanya masalah kontekstual yang dapat mengaitkan konsep matematika dengan kehidupan nyata, dan pembuatan model yang dapat memudahkan siswa menyelesaikan masalah. Dalam pembelajaran matematika SMP, masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari hanya digunakan untuk mengaplikasikan konsep dan kurang digunakan sebagai sumber inspirasi penemuan atau pembentukan konsep. Akibatnya antara matematika di kelas dengan di luar kelas (dalam kehidupan sehari-hari) seolah-olah terpisah, sehingga siswa kurang memahami konsep. Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika.

Pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan dan mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran tertentu. Pendekatan pembelajaran di desain sedemikian rupa agar siswa mampu mengkontruksi pengetahuan dalam


(25)

9 pemikirannya, sehingga siswa mampu belajar aktif dan mandiri serta dapat menyelesaikan persoalan-persoalan dalam belajar matematika.

Dalam pembelajaran Matematika Realistik (PMR) siswa dituntut lebih aktif dalam mengembangkan pengetahuannya tentang matematika sehingga akibatnya memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada diri siswa, sejalan dengan pendapat Frudental (1991) bahwa matematika adalah kegiatan manusia yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan yang dia perlukan. Pembelajaran Matematika Realistik menggabungkan pandangan apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika diajarkan. Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri.

Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna dalam berfikir tentang suatu persoalan dan berusaha untuk mencari solusi dengan demikian siswa menjadi lebih terlatih dalam menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengalaman belajar dan pengetahuannya tertanam untuk jangka waktu yang lebih lama. Sejalan dengan pendapat Turmudi (2004) pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik sekurang-kurangnya telah mengubah minat siswa menjadi lebih positif dalam belajar matematika.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berjudul Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik di SMP Negeri 24 Medan”


(26)

10

1.2.Identifikasi Masalah

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran terhadap apa yang akan diteliti maka peneliti mengajukan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

3. Kemampuan awal yang dimiliki sebagian siswa untuk mempelajari

matematika masih tergolong rendah.

4. Pengajaran yang dilakukan masih bersifat rutin dan terfokus pada

keterampilan menggunakan prosedur.

5. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat pada karakteristik materi

pelajaran belum sepenuhnya diterapkan.

1.3.Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya meneliti tentang penggunaan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa berupa tulisan serta interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal terhapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah :


(27)

11

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran Biasa?

2. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan

awal siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa?

3. Bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam

menyelesaikan masalah terkait dengan kemampuan komunikasi matematis pada Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dan Pembelajaran Biasa ?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran Biasa.

2. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran matematika

realistik dengan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

3. Untuk mendeskripsikan proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa

dalam menyelesaikan masalah mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa pada masing-masing pembelajaran.


(28)

12 1.6. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa, diharapkan dengan adanya pembelajaran matematika

realistik (PMR) dapat mengembangkan kemampuan siswa terhadap pembelajaran matematika, serta komunikasi matematis siswa.

2. Bagi Guru matematika , (1) untuk memperkaya dan menambah wawasan

ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan Pendekatan pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. (2) Memberikan suatu alternatif/sumbangan bagaimana cara meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP agar semakin baik.

3. Bagi Peneliti, sebagai bekal membangun pengalaman dalam melakukan

penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

1.7. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap beberapa variabel yang

digunakan berikut ini akan dijelaskan pengertian dari variabel-variabel tersebut :

a. Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah suatu pembelajaran

matematika yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu (1) menggunakan

masalah-masalah kontekstual (contextual problems) sebagai langkah awal; (2)

menggunakan model matematika yang dikembangkan siswa; (3) mempertimbangkan kontribusi siswa; (4) mengoptimalkan interaksi siswa


(29)

13 dengan siswa, siswa dengan guru dan sarana pendukung lain; dan (5) mempertimbangkan keterkaitan antar topik pelajaran matematika

b. Pembelajaran Biasa adalah pembelajaran yang menekankan pada proses

penyampaian materi secara verbal dari seorang guru pada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal yang dimulai dari (1) menjelaskan materi pelajaran, (2) memberikan kesempatan bertanya siswa, (3) siswa mengerjakan latihan, (4) guru dan

siswa membahas latihan.

c. Kemampuan komunikasi Matematis yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah : (1) menyatakan masalah sehari-hari kedalam bahasa atau simbol matematis (2) menginterpretasikan gambar kedalam model matematika (3) menginterpretasikan situasi matematis dalam bentuk gambar.

d. Kemampuan awal adalah kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya

yang merupakan pengetahuan untuk memungkinkan siswa mengembangkan pengetahuan matematikanya pada tingkatan yang lebih tinggi yang diukur menggunakan nilai soal UN Kelas VI tahun 2013/2014. Kemampuan awal siswa dikategorikan ke dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 1.1. Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Siswa Kemampuan

Awal Siswa

Kriteria

Tinggi Rata-rata Nilai matematika siswa x + s

Sedang x – s Rata-rata Nilai matematika siswa x + s


(30)

14 Keterangan : x = nilai rata-rata matematika siswa


(31)

98 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Karena pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa memberikan pengaruh yang bersamaan terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis.

3. Proses penyelesaian jawaban siswa melalui pembelajaran matematika realistik lebih baik dibanding dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat terlihat dari lembar jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan komunikasi matematis.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik, memberikan beberapa hal untuk perbaikan kedepannya. Untuk itu peneliti menyarankan kepada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini, diantaranya:


(32)

99

1. Untuk Guru

a. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik dapat diperluas penggunaannya, tidak hanya pada materi segi empat tetapi juga pada materi-materi pelajaran matematika lainnya.

b. Dalam menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik, guru berupaya menciptakan suasana yang menyenangkan dengan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar sebagai bahan pembelajaran sehingga siswa mampu menyelesaikan serta mempresentasikan hasil diskusinya di kelas dengan tujuan dapat membiasakan siswa untuk ikut terlibat aktif dalam kelas serta dapat menumbuhkan keberanian siswa untuk memberikan pendapatnya. Oleh karena itu pembelajaran ini dapat melibatkan siswa dalam proses berpikir dan juga menumbuhkan kepercayaan diri siswa.

c. Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat lebih berhasil dengan baik di kelas, sebaiknya mempersiapkan dengan matang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar aktivitas siswa (LAS), serta soal-soal yang berkenaan dengan kemampuan matematika yang hendak diteliti.

d. Karena pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik memerlukan waktu yang relatif banyak, maka sebelum pembelajaran dimulai pasangan kelompok


(33)

100

diskusi sudah ditentukan terlebih dahulu agar waktu dalam kegiatan pembelajaran lebih efektif.

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran matematika realistik dengan menekankan kemampuan komunikasi matematis siswa masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Pembelajaran matematika realistik dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan segi empat sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.

3. Kepada peneliti Lanjutan

a. Penelitian ini hanya pada satu pokok bahasan yaitu segi empat SMP/MTs kelas VII dan terbatas pada kemampuan komunikasi matematis siswa oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian pada pokok bahasan dan kemampuan matematis yang lain yang belum terjangkau oleh peneliti saat ini.


(1)

12

1.6. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa, diharapkan dengan adanya pembelajaran matematika

realistik (PMR) dapat mengembangkan kemampuan siswa terhadap pembelajaran matematika, serta komunikasi matematis siswa.

2. Bagi Guru matematika , (1) untuk memperkaya dan menambah wawasan ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan Pendekatan pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. (2) Memberikan suatu alternatif/sumbangan bagaimana cara meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP agar semakin baik.

3. Bagi Peneliti, sebagai bekal membangun pengalaman dalam melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

1.7. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap beberapa variabel yang

digunakan berikut ini akan dijelaskan pengertian dari variabel-variabel tersebut :

a. Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah suatu pembelajaran matematika yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu (1) menggunakan masalah-masalah kontekstual (contextual problems) sebagai langkah awal; (2) menggunakan model matematika yang dikembangkan siswa; (3) mempertimbangkan kontribusi siswa; (4) mengoptimalkan interaksi siswa


(2)

dengan siswa, siswa dengan guru dan sarana pendukung lain; dan (5) mempertimbangkan keterkaitan antar topik pelajaran matematika

b. Pembelajaran Biasa adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru pada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal yang dimulai dari (1) menjelaskan materi pelajaran, (2) memberikan kesempatan bertanya siswa, (3) siswa mengerjakan latihan, (4) guru dan siswa membahas latihan.

c. Kemampuan komunikasi Matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : (1) menyatakan masalah sehari-hari kedalam bahasa atau simbol matematis (2) menginterpretasikan gambar kedalam model matematika (3) menginterpretasikan situasi matematis dalam bentuk gambar.

d. Kemampuan awal adalah kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya yang merupakan pengetahuan untuk memungkinkan siswa mengembangkan pengetahuan matematikanya pada tingkatan yang lebih tinggi yang diukur menggunakan nilai soal UN Kelas VI tahun 2013/2014. Kemampuan awal siswa dikategorikan ke dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 1.1. Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Siswa Kemampuan

Awal Siswa

Kriteria

Tinggi Rata-rata Nilai matematika siswa x + s

Sedang x – s Rata-rata Nilai matematika siswa x + s Rendah Rata-rata Nilai matematika siswa x – s


(3)

14

Keterangan : x = nilai rata-rata matematika siswa S = simpangan baku


(4)

98 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan

awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Karena pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa memberikan pengaruh yang bersamaan terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis.

3. Proses penyelesaian jawaban siswa melalui pembelajaran matematika

realistik lebih baik dibanding dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat terlihat dari lembar jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan komunikasi matematis.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik, memberikan beberapa hal untuk perbaikan kedepannya. Untuk itu peneliti menyarankan kepada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini, diantaranya:


(5)

99

1. Untuk Guru

a. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran

matematika realistik dapat diperluas penggunaannya, tidak hanya pada materi segi empat tetapi juga pada materi-materi pelajaran matematika lainnya.

b. Dalam menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik,

guru berupaya menciptakan suasana yang menyenangkan dengan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar sebagai bahan

pembelajaran sehingga siswa mampu menyelesaikan serta

mempresentasikan hasil diskusinya di kelas dengan tujuan dapat membiasakan siswa untuk ikut terlibat aktif dalam kelas serta dapat menumbuhkan keberanian siswa untuk memberikan pendapatnya. Oleh karena itu pembelajaran ini dapat melibatkan siswa dalam proses berpikir dan juga menumbuhkan kepercayaan diri siswa.

c. Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

matematika realistik dapat lebih berhasil dengan baik di kelas, sebaiknya mempersiapkan dengan matang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar aktivitas siswa (LAS), serta soal-soal yang berkenaan dengan kemampuan matematika yang hendak diteliti.

d. Karena pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran matematika realistik memerlukan waktu yang relatif banyak, maka sebelum pembelajaran dimulai pasangan kelompok


(6)

diskusi sudah ditentukan terlebih dahulu agar waktu dalam kegiatan pembelajaran lebih efektif.

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran matematika realistik dengan menekankan kemampuan

komunikasi matematis siswa masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Pembelajaran matematika realistik dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan segi empat sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.

3. Kepada peneliti Lanjutan

a. Penelitian ini hanya pada satu pokok bahasan yaitu segi empat SMP/MTs

kelas VII dan terbatas pada kemampuan komunikasi matematis siswa oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian pada pokok bahasan dan kemampuan matematis yang lain yang belum terjangkau oleh peneliti saat ini.