PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LUBUK PAKAM.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LUBUK PAKAM

Oleh:
Jihan Hidayah Putri
NIM. 4123311019
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan untuk Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017

i


ii

RIWAYAT HIDUP

Jihan Hidayah Putri dilahirkan di Medan tanggal 19 September 1994. Ayah bernama
H. Ahmad Sofyan, SE, M.Si dan ibu bernama Hj. Suharsih, dan merupakan anak
ketiga dari tiga bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Swasta Eria Medan
dna lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 2 medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 2 Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012,
penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matemtaika, Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam, Universitas Negeri Medan
melalui jalur SLMPTN. Penulis lulus ujian skripsi pada tanggal 11 Januari
2017.

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LUBUK PAKAM


Jihan Hidayah Putri (NIM 4123311019)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat memperbaiki proses
pembelajaran matematika dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuk Pakam Tahun Pelajaran
2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) dan dilaksanakan pada semester genap Tahun Pembelajaran 2015/2016.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Lubuk
Pakam yang berjumlah 31 orang dan objek penelitian ini adalah model
pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan pada pokok bahasan sistem
persamaan linier dua variabel. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana setiap
siklus terdiri dari 2 pertemuan. Instrumen penelitian dalam mengumpulkan data
adalah tes kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi aktivitas guru dan
siswa, dan wawancara. Sedangkan sarana pendukung pembelajaran terdiri dari
rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar aktivitas siswa dan tes individu siswa.
Sebelum perangkat dan instrumen digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh 3
orang validator dan telah dinyatakan valid. Analisa data yang dilakukan dalam

beberapa tahap yaitu: reduksi data, memaparkan data dan menarik kesimpulan.
Dari analisis data tes kemampuan pemecahan masalah terdapat
peningkatan rata-rata yakni; 62,29 pada tes diagnostik, 77,53 pada siklus I, dan
80,32 pada siklus II. Pada kriteria ketuntasan belajar siswa juga terdapat
peningkatan yakni pada tes diagnostik sebanyak 12 orang (37,5%), siklus I
sebanyak 18 orang (58,06%) dan siklus II sebanyak 27 orang (87,10%). Dari
lembar observasi aktivitas guru terdapat peningkatan rata-rata aktivitas guru
yakni; 2,5 (baik) pada siklus I dan 3,65 ( sangat baik) pada siklus II. Dari lembar
observasi aktivitas siswa terdapat peningkatan rata-rata aktivitas siswa yakni; 2,3
(baik) siklus I dan 3,75 (sangat baik) siklus II.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (PBM) dapat memperbaiki proses pembelajaran
matematika dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuk Pakam Tahun Pelajaran 2015/2016.

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

segala kasih dan kuasa-NYA yang memberikan hikmat dan kesehatan kepada
penulis untuk bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 Lubuk Pakam” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada
Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku rektor UNIMED beserta staf
Pegawai

UNIMED.

Ucapan

terimakasih

juga

disampaikan


kepada

Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan beserta staf Pegawai FMIPA
UNIMED.

Ucapan

terimakasih

juga

disampaikan

kepada

Bapak

Dr. Edi Surya, M.Si selaku ketua Jurusan dan dosen penguji beserta Bapak/Ibu
Dosen dan staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED. Ucapan

terimakasih juga disampaikan kepada

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd

selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan
saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan skripsi ini sampai pada
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
Bapak Dr. KMS. M. Amin Fauzi, M.Pd, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd dan Ibu
Dr.

Nerli

Khairani,

M.Si

selaku

dosen


penguji

serta

Bapak

Prof. Dr. M. Manullang, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada

Bapak Jumakir,S.Pd., M.Pd selaku kepala

sekolah dan Bapak Zalmi,S.Pd selaku guru matematika yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Lubuk Pakam.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada ayah tersayang
(H.Ahmad Sofyan, SE., M.Si) dan Ibu tercinta (Hj. Suharsih), serta kepada kakak
(drg. Kartika Utami) dan abang (dr. MHD. Faqih Lazuardi). Terimakasih yang
setulusnya kepada sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan seluruh teman-

v


teman seangkatan khususnya kelas Ekstensi A 2012. Penulis telah berupaya
semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini baik dari segi isi dan tata
bahasanya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca dalam usaha meningkatkan
pendidikan dimasa yang akan datang.

Medan,

Januari 2017

Penulis,

Jihan Hidayah Putri
NIM : 4123311019

vi

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN


i

RIWAYAT HIDUP

ii

ABSTRAK

iii

KATA PENGANTAR

iv

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR GAMBAR


viii

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR LAMPIRAN

xi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Definisi Operasional


1
1
11
11
11
12
12
12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1.Pengertian Belajar
2.1.2. Pengertian Pembelajaran Matematika
2.1.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
2.1.4. Model Pembelajaran
2.1.5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
2.1.5.1. Pengertian Model PBM
2.1.5.2. Keunggulan dan Kelemahan Model PBM
2.1.5.3. Langkah – langkah dalam Proses PBM
2.1.5.4. Pelaksanaan Model PBM dalam Matematika
2.1.5.5. Teori Belajar yang Mendukung PBM
2.1.6 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
2.1.6.1. Defenisi SPLDV
2.1.6.2. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
2.1.6.3. Metode Penyelesaian SPLDV
a. Metode Grafik
b. Metode Subtitusi
c. Metode Eleminasi
d. Metode Determinan

14
14
14
15
16
19
20
20
22
24
25
28
29
29
30
31
31
33
34
35

vii

2.1.6.4. Menyelesaikan Soal Cerita yang Berkaitan dengan
SPLDV
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Tindakan

36
37
37
39

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2. Subjek dan Objek Penelitian
3.2.1. Subjek Penelitian
3.2.2. Objek Penelitian
3.3. Jenis Penelitian
3.4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
3.5. Alat Pengumpul Data
3.5.1 Tes
3.5.2 Observasi
3.5.3 Wawancara
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1 Reduksi data
3.6.2 Paparan Data
3.6.3. Simpulan Data
3.6.3.1. Validasi Perangkat Pembelajaran
3.6.3.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
3.6.2.3. Analisis Hasil Observasi
3.6.4 Kriteria Keberhasilan

40
40
40
40
40
40
41
46
46
47
48
48
48
48
49
49
50
54
55

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Hasil Pada Tahap Pra Penelitian
4.1.2 Deskripsi Hasil Pada Tahap Pelaksanaan Penelitian
4.1.2.1 Deskripsi Hasil Tahap Perencanaan
4.1.2.2 Deskripsi Hasil Pada Tahap Validasi Perangkat dan Instrumen
4.1.2.3 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan I (Siklus I)
4.1.2.4 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan II (Siklus II)
4.1.3 Hasil Penelitian
4.1.3.1 Hasil Penelitian dari Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
4.1.3.2 Hasil Penelitian dari Observasi Aktivitas Guru
4.1.3.3 Hasil Penelitian dari Observasi Aktivitas Siswa
4.2. Temuan Penelitian
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

56
56
56
63
63
64
70
90
107
107
112
113
115
117

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

122
122
122

DAFTAR PUSTAKA

124

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1. Hasil Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik
Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik
Gambar 1.3. Hasil Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik
Gambar 2.1. Grafik SPLDV dengan persamaan x  y  5 dan 2 x  y  1
Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 4.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)
Pada Setiap Indikator
Gambar 4.2 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)
Berdasarkan Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Gambar 4.3 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)
dari Kriteria Ketuntasan
Gambar 4.4 Rata – Rata Hasil Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah (TKPM)
Gambar 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran
Gambar 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

6
7
8
32
46
108
110
111
112
113
114

ix

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
Tabel 3.6.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 4.9.
Tabel 4.10.
Tabel 4.11.
Tabel 4.12.
Tabel 4.13.
Tabel 4.14.
Tabel 4.15:
Tabel 4.16:
Tabel 4.17.
Tabel 4.18.
Tabel 4.19.
Tabel 4.20.
Tabel 4.21.

Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Tahapan-tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Pelaksanaan Model PBM dalam Pembelajaran Matematika
Validator Tes
Validator Perangkat
Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah
Tingkat Penguasaan Setiap Indikator
Kelas Interval Skor Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Interval Hasil Observasi
Hasil Tes Diagnostik Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan
Tingkat Kemampuan Siswa
Hasil Tes Diagnostik Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan
Setiap Indikator
Hasil Tes Diagnostik Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan
Kriteria Ketuntasan
Deskripsi Kesalahan dan Kesulitan Tes Diagnostik Soal Nomor 1
Untuk Setiap Indikator
Deskripsi Kesalahan dan Kesulitan Tes Diagnostik Soal Nomor 2
Untuk Setiap Indikator
Deskripsi Kesalahan dan Kesulitan Tes Diagnostik Soal Nomor 3
Untuk Setiap Indikator
Hasil Penilaian Validator Pada Perangkat Pelaksanaan Perencanaan
(RPP)
Contoh Revisi Perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Hasil Penilaian Validator Pada Perangkat Lembar Aktivitas Siswa
(LAS)
Contoh Revisi Perangkat Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
Hasil Penilaian Validator Terhadap Perangkat Tes Individu Siswa
(TIS)
Contoh Revisi Perangkat Tes Individu Siswa (TIS)
Hasil Penialaian Validator Terhadap Perangkat Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah (TKPM)
Contoh Revisi Perangkat Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
(TKPM)
Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Pertemuan I
Hasil Tes Individu Siswa (TIS) I dari Kriteria Ketuntasan
Hasil Tes Individu Siswa (TIS) I Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Siswa
Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Pertemuan 2
Hasil Tes Individu Siswa (TIS) II dari Kriteria Ketuntasan
Hasil Tes Individu Siswa (TIS) II Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Siswa
Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) I pada
Indikator Memahami Masalah pada Tes Siklus I

19
24
25
47
49
50
52
53
54
56
57
58
58
60
62
65
66
66
67
68
69
69
70
72
73
74
77
78
78
81

x

Tabel 4.22. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) I pada
Indikator Merencanakan Pemecahan Masalah pada Siklus I
Tabel 4.23. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) I Aspek
Melaksanakan Pemecahan Masalah Siklus I
Tabel 4.24. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) I pada
Indikator Memeriksa Kembali pada Tes Siklus I
Tabel 4.25. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah(TKPM) I
Tabel 4.26. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) I dari Kriteria
Ketuntasan
Tabel 4.27. Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran
Pada Siklus I
Tabel 4.28. Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran
Pada Siklus I
Tabel 4.29. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Pertemuan 3
Tabel 4.30. Hasil Tes Individu Siswa (TIS) III dari Kriteria Ketuntasan
Tabel 4.31. Hasil Tes Individu Siswa (TIS) III Berdasarkan Tingkat
Kemampuan Siswa
Tabel 4.32. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Pertemuan IV
Tabel 4.33 Hasil Tes Individu Siswa (TIS) IV dari Kriteria Ketuntasan
Tabel 4.34. Hasil Tes Individu Siswa (TIS) 2 Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Siswa
Tabel 4.35. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II pada
Indikator Memahami Masalah pada Tes Siklus II
Tabel 4.36. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II
Indikator Merencanakan Pemecahan Masalah pada Siklus II
Tabel 4.37. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II Aspek
Melaksanakan Pemecahan Masalah Siklus II
Tabel 4.38. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II pada
Indikator Memeriksa Kembali pada Tes Siklus II
Tabel 4.39 Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II pada
Indikator Memeriksa Kembali pada Tes Siklus II
Tabel 4.40. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II dari
Kriteria Ketuntasan
Tabel 4.41. Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran
Pada Siklus II
Tabel 4.42. Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam Melaksanakan
Pembelajaran Pada Siklus II
Tabel 4.43. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) pada Setiap
Indikator
Tabel 4.44. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) pada Tingkat
Kemampuan Pemecahan Masalah
Tabel 4.45. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) dari Kriteria
Ketuntasan
Tabel 4.46. Rata-rata Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)
Tabel 4.47. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran
Tabel 4.48. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

81
82
83
83
84
84
85
94
95
95
98
99
99
100
101
102
102
103
103
104
105
107
109
110
111
112
114

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.

Silabus Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus 1)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II)
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV
Tes Pertemuan 1
Tes Pertemuan 2
Tes Pertemuan 3
Tes Pertemuan 4
Kisi-Kisi Tes Diagnostik
Tes Diagnostik
Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik
Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa I
Lampiran 18. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Lampiran 19. Alternatif penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Lampiran 20. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa II
Lampiran 21. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Lampiran 22. Alternatif penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Lampiran 23. Teknik Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah
Lampiran 24. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
Lampiran 25. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Lampiran 26 Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 27 Lembar Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
Lampiran 28 Lembar Validasi Tes Tiap Pertemuan
Lampiran 29 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 30 Data dan Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Guru
Lampiran 31 Data dan Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Lampiran 32 Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada
Tes Diagnostik, TKPM I, dan TKPM II
Lampiran 33 Data dan Analisis Data Tes Diagnostik
Lampiran 34 Data dan Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
(TKPM) 1
Lampiran 35 Data dan Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
(TKPM) 2
Lampiran 36 Data dan Hasil Analisis Data Hasil Tes Individu (TIS)
Lampiran 37 Hasil Validasi RPP

127
145
155
165
176
187
191
195
200
203
205
207
210
212
213
214
217
219
220
225
227
227
232
233
235
237
240
242
244
246
248
250
251
255
259
263
265

xii

Lampiran 38
Lampiran 39
Lampiran 40
Lampiran 41
Lampiran 42
Lampiran 43
Lampiran 44
Lampiran 45

Hasil Validasi LAS
Hasil Validasi TIS
Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)
Hasil Wawancara Siswa
Hasil Observasi Aktivitas Guru
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Surat-surat Penelitian
Dokumentasi

274
280
286
292
295
319
343
348

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan
masyarakat menyebabkan perubahan-perubahan dalam masyarakat, perubahan ini
akan menyebabkan perubahan dalam bidang pendidikan. Perubahan tersebut
antara lain perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan menyelaraskan dengan perubahanperubahan yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Perubahan kurikulum
mengakibatkan

perubahan

dalam

paradigma

pembelajaran,

pembelajaran

diharapkan bukan saja hanya sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan oleh
guru kepada siswa, tetapi siswalah yang mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
Siswa tidak lagi menjadi objek dalam pembelajaran, namun siswa menjadi subjek
aktif pembelajaran. Tentunya perubahan itu juga berdampak pada mata pelajaran
matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang di setiap jenjang pendidikan.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan,
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan
adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan
syarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan
adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya
kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu
terus–menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan, pendidikan
yang mampu mendukung pembangunan masa depan adalah pendidikan yang
mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang bersangkutan mampu
menghadapi dan memecahkan problema yang dihadapinya. (Trianto, 2011: 11).

1

2

Untuk itu dunia pendidikan harus melaksanakan pembelajaran yang akan
memberi bekal kepada

siswa agar siswa memiliki kemampuan pemecahan

masalah. Bukan saja masalah dalam pembelajaran tersebut, namun juga masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan
adalah matematika, karena matematika merupakan salah satu ilmu pendidikan
yang utama dan berperan dalam melengkapi ilmu lainnya. Oleh karena itu
pendidikan matematika menjadi salah satu pusat perhatian kualitas pendidikan di
Indonesia sehingga banyak upaya yang muncul untuk memperbaiki kualitas
pendidikan

matematika.

Corckroft

(dalam

Abdurrahman,

2012:

204)

mengungkapkan bahwa :
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.
Tujuan pembelajaran matematika pada jenjang SMP adalah agar peserta
didik mempunyai kemampuan:
“(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien,
dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika. (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan
atau masalah. (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.” (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22
tahun 2006).
Dari tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada mata pelajaran
matematika siswa tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan soal atau
permasalahan matematika yang diberikan oleh guru di kelas, namun juga

3

diharapkan siswa dapat menggunakan pengetahuan matematika tersebut untuk
menyelesaikan masalah sehari-sehari.
Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika di atas, pembelajaran
pada abad 21 menuntut siswa tidak hanya belajar mengerjakan soal, namun
bagaimana dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ini sesuai dengan
empat pilar utama pendidikan di abad 21 menurut UNESCO yaitu learning to
know, learning to do, learning to be dan learning to live (Nana, S., 2009: 201).
Untuk itu sangatlah penting memberikan pembekalan kemampuan pemecahan
masalah kepada siswa dalam pembelajaran matematika. Bell (1981:311)
menyatakan bahwa pemecahan masalah matematika dapat membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan analitik mereka dan dapat menolong mereka dalam
mengaplikasikan kemampuan ini dalam berbagai situasi.
Berkenaan dengan hal di atas, seharusnya matematika menjadi mata
pelajaran yang diminati oleh siswa. Namun kebanyakan siswa Indonesia
menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan rumit karena selalu
berhubungan dengan angka, rumus dan hitung menghitung, bahkan mereka pun
tidak berniat untuk mempelajarinya, kecuali karena tuntutan materi. Survei dari
Program for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012

yang

dilakukan pada 65 negara menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswasiswi

Indonesia

menduduki

peringkat

paling

bawah

dari

65

negara

(http:/news.detik.com).
Salah satu faktor penyebab permasalahan di atas disebabkan dari sikap
mengajar guru yang kurang dalam menyampaikan materinya dengan baik dan
benar. Banyak siswa yang mengandalkan hapalan dalam belajar matematika.
Ketika diberi masalah matematika yang baru siswa tidak yakin dapat
menyelesaikannya. Arends (dalam Trianto, 2011: 7) menyatakan bahwa : “it is
strange that we expect studens to learn yet seldom teach then about learning, we
expect student to solve problems yet seldom teach then about problem solving,“
yang berarti dalam mengajar adalah bahwa guru selalu menuntut siswa untuk
belajar dan jarang memberikan pelajaran bagaimana siswa untuk belajar, guru

4

juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan
bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.
Berdasarkan observasi awal (tanggal 2 dan 4 Januari 2016) dalam bentuk
wawancara kepada salah seorang guru matematika SMP Negeri 2 Lubuk Pakam
(Zalmi, S.P.d) didapatkan data bahwa sekitar 70% siswa tidak menyukai pelajaran
matematika karena kurangnya fasilitas pembelajaran untuk bidang matematika.
Kurangnya fasilitas belajar matematika dapat dilihat dari kurangnya media
pembelajaran dalam bidang matematika, meskipun sekolah ini telah memiliki
laboratorium matematika. Media yang terdapat di laboratorium terbatas pada
media-media untuk bangun ruang dan pajangan rumus-rumus matematika, papan
tulis bergaris matematika juga belum tersedia. Kurangnya media pembelajaran ini
disebabkan karena belum maksimalnya pengadaan fasilitas pembelajaran.
Penggunaan laboratorium komputer yang seharusnya dapat memfasilitasi
pembelajaran matematika juga belum dimanfaatkan dengan baik karena
kurangnya software’s matematika dan kemampuan guru dalam bidang komputer.
Selain itu hasil dari wawancara kepada guru juga mengungkapkan
kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Kurangnya minat siswa dalam
pembelajaran matematika selain dipengaruhi karena fasilitas pembelajaran
matematika yang kurang, juga disebabkan guru yang belum maksimal dalam
menggunakan model, pendekatan dan metode pembelajaran. Masalah ini akan
dapat ditanggulangi jika guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
media pembelajaran dan penggunaan model-model pembelajaran serta pelatihan
guru dalam media pembelajaran terutama yang berbasis IT dan penggunaan
model-model pembelajaran sangat dibutuhkan. Kurangnya pelatihan ini berimbas
pada pengetahuan dan kemampuan guru dalam bidang media pembelajaran dan
model-model pembelajaran.
Wawancara selanjutnya dengan guru diketahui bahwa siswa

kurang

mampu dalam memecahkan masalah matematika. Untuk melihat lebih lanjut
permasalahan ini, peneliti melakukan tes diagnostik tentang pemecahan masalah
pada tanggal 5 Januari 2016 kepada siswa SMPN 2 Lubuk Pakam di kelas VIII-1
pada materi pokok Persamaan Linear Satu Variabel, dari 32 siswa yang mengikuti

5

tes, diperoleh skor rata-rata siswa 62,29 dengan tingkat ketuntasan siswa 37,5%
(12 orang) dan 62,5% (20 orang) yang tidak tuntas, nilai KKM  75.

Diperoleh juga gambaran tingkat kemampuan siswa sebagai berikut:
persentase tingkat rata-rata kemampuan siswa dalam indikator memahami
masalah sebesar

77,08 % dengan kategori sedang, 68,06% dengan kategori

rendah dalam indikator merencanakan pemecahan masalah matematika, 55,21%
dengan kategori sangat rendah dalam indikator melaksanakan pemecahan masalah
matematika, dan 49,98% dengan kategori sangat rendah dalam indikator
memeriksa kembali hasil pemecahan masalah matematika.
Tes diagnostik terdiri dari 3 butir soal dengan materi Sistem Persamaan
Linear Satu Variabel yang merupakan materi prasyarat dari Sistem Persamaan
Dua Variabel. Untuk penjabaran hasil dan contoh kesalahan pengerjaan hasil tes
siswa untuk setiap butirnya dijabarkan sebagai berikut ini:
Soal Nomor 1: Tentukan penyelesaian dari persamaan berikut
Kerjakan dengan cara menambah atau mengurangi kedua ruas persamaan dengan
bilangan yang sama !
Dari hasil tes diagnostik soal nomor 1 diperoleh ada 27 orang siswa
(84,4%) yang tuntas dan 5 orang siswa (15,6%) yang tidak tuntas. Juga diperoleh
gambaran tingkat kemampuan siswa sebagai berikut: persentase tingkat rata-rata
kemampuan siswa dalam indikator memahami masalah sebesar 96,88 % dengan
kategori sangat tinggi, 82,29% dengan kategori tinggi dalam indikator
merencanakan pemecahan masalah matematika, 84,38% dengan kategori tinggi
dalam indikator melaksanakan pemecahan masalah matematika, dan 92,19%
dengan kategori sangat tinggi dalam indikator memeriksa kembali hasil
pemecahan masalah matematika.
Dari hasil tes diagnostik nomor 1 didapat gambaran bahwa siswa telah
memahami soal tersebut dengan baik, namun masih terdapat beberapa kesalahan
siswa. Kesalahan siswa banyak pada kurang pemahaman tentang operasi pada
aljabar. Contoh kesalahan pengerjaan pada tes diagnostik soal nomor 1 dapat
dilihat pada gambar berikut:

6

Gambar 1.1. Contoh Hasil Jawaban Siswa Soal 1 Pada Tes Diagnostik
Dari butir pertama soal tes diagnostik didapat gambaran bahwa gambar di
atas siswa menuliskan x =

seharusnya jawaban dari soal tersebut adalah 9,

disini siswa kurang memahami tentang operasi pada aljabar.

Soal Nomor 2: Harga sebuah handphone adalah 4 kali harga sebuah kalkulator.
Harga 2 buah kalkulator dan 3 buah handphone adalah

.

Berapakah harga sebuah kalkulator dan harga sebuah handphone ?
Dari hasil tes diagnostik soal nomor 2 diperoleh ada 2 orang siswa
(6,25%) yang tuntas dan 30 orang siswa (93,75%) yang tidak tuntas. Juga
diperoleh gambaran tingkat kemampuan siswa sebagai berikut: persentase tingkat
rata-rata kemampuan siswa dalam indikator memahami masalah sebesar 51,56 %
dengan kategori sangat rendah, pada indikator merencanakan pemecahan masalah
matematika sebesar 55,21% dengan kategori sangat rendah,

pada indikator

melaksanakan pemecahan masalah matematika sebesar 39,58% dengan kategori
sangat rendah dalam, dan dalam indikator memeriksa kembali hasil pemecahan
masalah matematika 25% dengan kategori sangat rendah.
Dari soal diagnostik nomor 2 didapat gambaran bahwa siswa tidak
memahami maksud dari soal. Contoh kesalahan dari pengerjaan tes diagnostik
soal nomor 2 dapat dilihat pada gambar berikut:

7

Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 2 Tes Diagnostik
Dari hasil gambar di atas siswa menuliskan x = 4x dan membuat salah
dalam pengerjaan soal tersebut.

Soal Nomor 3: Jumlah permen adik = x. Dua kali permen adik dikurangi satu
sama dengan 5. Buatlah persamaannya dan carilah penyelesaiannya dalam grafik !
Dari hasil tes diagnostik soal nomor 3 diperoleh ada 10 orang siswa
(31,25%) yang tuntas dan 22 orang siswa (68,75%) yang tidak tuntas. Juga
diperoleh gambaran tingkat kemampuan siswa sebagai berikut: persentase tingkat
rata-rata kemampuan siswa dalam indikator memahami masalah sebesar 82,81 %
dengan kategori tinggi, pada indikator merencanakan pemecahan masalah
matematika 66,67% dengan kategori rendah, pada indikator melaksanakan
pemecahan masalah matematika 41,67% dengan kategori sangat rendah, dan pada
indikator memeriksa kembali hasil pemecahan masalah matematika 29,69%
dengan kategori sangat rendah.
Dari soal diagnostik nomor 3 didapat gambaran bahwa siswa telah
memahami maksud dari soal tersebut dan membuatnnya dalam sistem persamaan
linier satu variabel, namun masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan
operasi pada aljabar. Contoh kesalahan pengerjaan hasil tes diagnostik soal nomor
3 dapat dilihat pada gambar berikut:

8

Gambar 1.3. Hasil Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik
Dari hasil gambar di atas siswa menuliskan x = 1, jawaban seharusnya 3.
Siswa tidak menuliskan grafik dari persamaan linear satu variabel tersebut. Siswa
telah memahami maksud dari soal namun siswa belum mampu melaksanakan
pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil tes diagnostik siswa tersebut diperoleh bahwa
pemecahan masalah siswa masih rendah serta proses penyelesaian jawaban siswa
masih

sangat kurang bervarisai dan cenderung sama. Kenyataan di atas

menunjukkan bahwa siswa hanya mampu membaca soal namun tidak mampu
memahami dan menafsirkan permasalahan yang ada dalam soal. Siswa juga
mengalami kesulitan dalam merencanakan dan melaksanakan pemecahan
masalah.
Berdasarkan hasil tes diagnostik tersebut juga diketahui bahwa siswa
mengalami kesulitan untuk mengerjakan masalah yang non rutin. Masalah rutin
yaitu masalah dimana seseorang yang akan mengerjakannya dapat secara
langsung mengetahui prosedur pelaksanaannya dan masalah tidak rutin yaitu
dimana seseorang yang akan mengerjakannya tidak dapat secara langsung
mengetahui prosedur pelaksanaannya (Mayer dalam Royer, 2003: 71-72)
Pada soal nomor 1 adalah masalah rutin dan sering diberikan oleh guru,
siswa dapat menyelesaikan dengan baik. Namun pada soal nomor 2 dan 3, soal
yang melibatkan masalah non rutin dan kehidupan sehari-hari juga tingkat
berpikir lebih lanjut siswa mengalami kesulitan Hal ini mengindikasikan bahwa
pembelajaran matematika selama ini belum menjadikan siswa sebagai subjek

9

pembelajaran dan dalam belajar matematika siswa masih menghapal rumus.
Selain itu pembelajaran guru masih belum mengajak siswa untuk berpikir kritis
untuk memecahkan masalah dengan pemberian contoh yang riil dalam kehidupan
sehari hari. Pimta, dkk (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada dua
faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah yaitu faktor langsung
dan tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi kemampuan pemecahan
masalah adalah sikap terhadap matematika, self-esteem siswa dan tingkah laku
(behavior) guru dalam mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya perbaikan dalam proses
pembelajaran yang menerapkan masalah sebagai awal pembelajaran guna siswa
dapat membangun pengetahuannya. Sebuah pembelajaran yang menantang dan
memberikan

kesempatan

pada

siswa

untuk

belajar

mengkontruksi

pengetahuannya.
Arends (dalam Trianto, 2011: 25) menyeleksi enam model pengajaran
yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi,
pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Arends dan pakar model pembelajaran
yang lain berpendapat, bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik
di antara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat
dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran
tertentu.
Salah satu model permbelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah atau yang dikenal
dengan Problem Based Learning, dimana dalam pembelajaran ini guru memandu
siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan;
guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang
dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan
suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan siswa.
(Trianto, 2011: 23).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Sulistiowaty (2015) disimpulkan
bahwa: terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan

10

model PBL pada siswa SMP Swasta PAB 18 Medan kelas VII-B dimana
peningkatan diperoleh setelah siklus II dilaksanakan, sebesar 89,3% dari 28 siswa
telah mencapai ketuntasan kemampuan pemecahan masalah. Selanjutnya
Napitupulu (2013) menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika dengan menggunakan model PBL di SMP Swasta Hang
Tuah-1 Belawan dimana pada siklus II ketuntasan klasikal kelas menjadi 89,66%
atau 26 siswa sudah memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah minimal
sedang dengan nilai ratas-rata kelas meningkat menjadi 82,07.
Dari hasil pemaparan dua penelitian di atas menunjukkan bahwa ada
pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dan efektif digunakan dalam pembelajaran. Sehingga
untuk lebih mengetahui pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah pada
pemecahan masalah tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di
SMP Negeri 2 Lubuk Pakam.
Penelitian ini mengangkat salah satu materi pokok matematika SMP yang
sulit dipelajari oleh siswa. Salah satunya adalah Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel. Materi pokok ini dipilih dengan dasar pemikiran siswa sering
menemukan kesulitan dalam pengoperasian bilangan bulat dan kurang teliti dalam
menghitung. Siswa sering mengalami kesulitan dalam penggunaan atau penentuan
simbol yang digunakan sebagai variabel dari soal yang akan dijawab dan
bagaimana cara menyelesaikannya dan memecahkan masalahnya, siswa sering
kurang teliti dalam hal pemindahan ruas, siswa sering mengalami kesulitan dalam
hal menghitung pecahan dalam bentuk aljabar, dan siswa sering mengalami
kesulitan dalam menterjemahkan kalimat cerita menjadi kalimat matematika
dalam bentuk persamaan.
Berdasarkan permasalahan yang diajukan di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengangkat masalah ini ke dalam satu penelitian yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuk
Pakam”

11

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut :.
1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa-siswi Indonesia.
2. Banyak siswa yang tidak menyukai pembelajaran matematika karena
kurangnya fasilitas pembelajaran matematika.
3. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika.
4. Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah sangat kurang.
5. Penguasaan guru terhadap berbagai model pembelajaran belum optimal dan
belum diterapkannya model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
pengajaran matematika.
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat di laksanakan dengan baik dan terarah maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu, “Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Lubuk Pakam Pada Materi Pokok Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel”.
1.4. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat
memperbaiki proses pembelajaran matematika siswa Kelas VIII-1 SMP
Negeri 2 Lubuk Pakam pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel ?
2. Apakah dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Kelas VIII1 SMP Negeri 2 Lubuk Pakam pada materi pokok Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel?

12

1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Memperbaiki

proses pembelajaran matematika siswa kelas VIII-1 SMP

Negeri 2 Lubuk Pakam pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah .
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Kelas
VIII-1 SMP Negeri 2 Lubuk Pakam pada materi pokok Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis
Masalah.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
2. Bagi siswa, melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah ini dapat
membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel.
3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
inovasi pembelajaran matematika disekolah.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi
peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di
masa yang akan datang.
1.7. Definisi Operasional
1.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah model pembelajaran yang dikenal dengan Problem Based Learning
(PBL). Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap dalam model pembelajaran
tersebut, yang meliputi: 1). Mengorientasi siswa pada masalah, 2).
Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3). Membimbing penyelidikan

13

individual maupun kelompok, 4). Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, 5). Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
2. Kemampuan Pemecahan Masalah dalam penelitian ini diukur berdasarkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada soal dan test yang
diberikan dengan menggunakan beberapa langkah-langkah dalam pemecahan
masalah, yang meliputi: 1). Memahami masalah, 2). Merencanakan
pemecahan masalah, 3). Melaksanakan pemecahan masalah, 4). Memeriksa
kembali
3. Untuk penilaian kemampuan pemecahan masalah siswa, dilakukan penentuan
skor hasil kerja siswa dengan cara memberikan penilaian terhadap setiap
langkah-langkah pemecahan masalah polya yang dibuat dalam suatu rubrik
penskoran.
4.

Penelitian dikatakan berhasil apabila; (a) Terdapat peningkatan rata-rata
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa dari tes diagnostik, Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (TKPM) I dan Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (TKPM) II. (b) Minimal 85 %
siswa mencapai ketuntasan pemecahan masalah secara individu jika telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 75. (c) Kegiatan Guru
dan siswa dalam proses pembelajaran minimal berkategori baik, hal tersebut
dilihat dari hasil penilaian observasi yaitu minimal pada interval nilai 2,50
sampai 3, 25.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat memperbaiki proses
pembelajaran matematika pada materi pokok sistem persamaan linier dua
variabel di kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuk Pakam T.P 2015/2016.
2. Model

Pembelajaran

Berbasis

Masalah

(PBM)

dapat

meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pokok sistem
persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuk Pakam T.P
2015/2016, dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilaksanakan.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
1) Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model yang berpusat
pada siswa, salah satunya penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
variasi media untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
2) Kepada guru matematika diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi
pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan dan lebih baik setiap akhir
pertemuan dilakukan refleksi, sehingga kesulitan yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran baik yang dialami baik temuan oleh guru maupun
siswa pada pembelajaran dapat diatasi dengan sesegera mungkin.
3) Kepada Kepala SMP Negeri 2 Lubuk Pakam, agar dapat mengkoordinasikan
guru-guru untuk menerapkan pendekatan yang relevan dan inovatif untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Sehingga pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) sebagai salah satunya.

122

123

4) Kepada guru dan peneliti selanjutnya hendak mengetahui kemampuan
penguasaan siswa terhadap materi prasyarat dari materi yang akan diajarkan
dan mengulang kembali materi prasyarat sebelum pembelajaran dimulai jika
siswa belum menguasai materi tersebut.
5) Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang
sama, hendaknya lebih memperhatikan model dan media pembelajaran yang
sesuaiuntuk pembelajaran.

124

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Arifin, Zainal.2014. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Remaja Rosdakarya
Arikunto,S., Suhardjono., & Supardi. 2010 . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi.2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Asmin & Mansyur, Abil. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan
Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA
Bell. F.H., 1981. Teaching and Learning Mathematics in Secondary School. New
York: Wm. C. Brown Company
Budhi,W. S.2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta:
Erlangga.
Cai, J.. 2003. What Research Tells Us About Teaching Mathematics Through
Problem Solving. In F.Lester (Ed.), Research and Issues in Teaching
Mathematics Through Problem Solving (pp.241-254). Reston, VA:
National Council of Teachers of Mathematics.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam_Universitas Negeri
Medan.2012.BukuPedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa dan Standart
Oprasional (SOP) ke pembimbing Skripsi Program Studi Pendidikan.
Medan: FMIPA Unimed
Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada
Kirkley, J. 2003. Principles for Teaching Problem Solving: Technical paper 4.
PLATO Learning, Inc.
http://cimm.ucr.ac.cr/resoluciondeproblemas/PDFs/Kirkley,%20Jamie.%.
2003.pdf. (accessed 28 Januari 2016)
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karasteristik dan
Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Napitupulu, N.S. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Di Kelas VII
SMP Swasta HANG-TUAH 1 Belawan Tahun Ajaran 2012/2013. Medan:
FMIPA Unimed

125

Pimta, S., Tayruakham, S., & Nuangchalerm, P. 2009. Factors Influencing
Mathematic Problem-Solving Ability of Sixth Grade Students. [Versi
elektronik]. Journal of Social Sciences 5 (4): 381-385.
http://www.scipub.org/fulltext/jss/jss54381-385.pdf. (accessed
28 Januari
2016)
PISA.2013.http://news.detik.com/read/2013/12/04/144944/2432402/10/iniperingkat-kemampuan-matematika-siswa-di-dunia-indonesia-nomorberapa (accessed 28 Januari 2016)
Riyanto,Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Refensi bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Royer .J.M. 2003. Mathematical Cognition. Greenwich: Age Publishing
Rusman.2012.Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sanjaya,Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Schunk, D.H. 2008. Learning Theories : An Educational Perspective (5th ed.).
Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Educational Inc.
Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukidin., Basrowi & Suranto. 2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Surabaya: Insan Cendekia
Sulistiowaty, R.T. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Melalui Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas
VII-B SMP Swasta PAB 18 Medan. Medan: FMIPA Unimed
Supriadie, Didi &Darmawan, Deni. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Tiona, Feri. 2013Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Dengan Penerapan Teori Vygotsky Pada Materi
Geometri Di SMP Negeri 3 Padangsimpuan. Jurnal Dosen Pendidikan
Matematika FKIP UNJA jambi, Vol 3 No.1, April 2013, ISSN: 2088-2157 .
Jambi: FKIP UNJA

126

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Wijayanti, M.D. 2013. Matematika Untuk SMP/MTS Kelas VIII. Sidoarjo:
Masmedia

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION ( CIRC ) DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM.

0 3 31

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM.

3 11 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 SIBOLANGIT.

0 2 25

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 3 SUNGGAL.

0 14 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF EFFICACY MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS NEGERI LUBUK PAKAM.

0 2 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH METEMATIKA SISWA.

0 1 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A. 2013/2014.

0 2 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 5 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 0 32

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 41