PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA SMP

(Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII MTs Negeri Sukasari)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Yuli Ayu Kusumawardhani 0605684

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA SMP

(Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII MTs Negeri Sukasari)

Oleh

Yuli Ayu Kusumawardhani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Yuli Ayu Kusumawardhani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA SMP

(Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII MTs Negeri Sukasari)

Oleh

Yuli Ayu Kusumawardhani 0605684

Menyetujui: Pembimbing I

Dr. Elah Nurlaelah, M.Si. NIP. 196411231991032002

Pembimbing II

Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed NIP. 196008301986031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi, M.Ed.,M.Sc.,Ph.D. NIP. 196101121987031003


(4)

ABSTRAK

Yuli Ayu K. (0605684). Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal

Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa SMP.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP, padahal kemampuan ini sangat menentukan keberhasilan siswa. Pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, salah satunya dengan model Reciprocal Teaching. Reciprocal Teaching dalam pembelajaran membiasakan siswa untuk melaksanakan keempat strategi pemahaman mandiri, diantaranya: menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang diperolehnya, dan memprediksi pertanyaan apa selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching dan membandingkannya dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretest dan post-test. Populasi pada penelitian adalah seluruh siswa kelas VII MTs. Sampel pada penelitian adalah dua kelas, yaitu: kelas VII-E sebagai kelas Reciprocal Teaching, kelas VII-D sebagai kelas Konvensional. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan pokok bahasan segiempat, angket siswa, dan lembar observasi. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun ajaran 2011/2012 ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Secara umum, siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran Reciprocal Teaching.

Kata kunci : Model Pembelajaran Reciprocal Teaching, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa


(5)

Yuli Ayu Kusumawardhani, 2013

ABSTRACT

Yuli Ayu K. (0605684). Application of Reciprocal Teaching Learning Model for Improving Mathematical Problem Solving Ability Junior High School Students. The research was motivated by the lack of mathematical problem solving ability junior high school students, but this ability is greatly determine the success of students. Learning which gives students the opportunity to improve the ability of solving mathematical problems, one of them with a model of Reciprocal Teaching. Reciprocal Teaching in learning familiarize students to conduct independent fourth comprehension strategies, including: concluding materials, formulate questions and solve them, explaining again that the knowledge gained, and predict what the next question from the question posed to the students. This study aims to determine the increase in mathematical problem-solving ability of students receiving teaching Reciprocal Teaching model and compare it with the students who received conventional learning. The method used in this study is quasi-experimental control group design with pretest and post-test. The population in the study were all students of class VII MTs. The sample in the study were two classes, namely: class VII-E as Reciprocal Teaching class, a class VII-D as a conventional class. Data were obtained through a test of mathematical problem-solving ability of students to the subject of the square, student questionnaires and observation sheets. Results of research conducted in the academic year 2011/2012 showed that the increase in mathematical problem-solving ability of students receiving learning with Reciprocal Teaching learning model better than students who received conventional learning. In general, students responded positively to the learning model Reciprocal Teaching.

Keywords: Reciprocal Teaching Learning Model, Mathematical Problem Solving Ability Students


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Hipotesis Penelitian.. ... 7

F. Definisi Operasioanl ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemecahan Masalah Matematis dalam Pembelajaran ... 9

B. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 19

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

C. Instrumen Penelitian ... ... 20

1. Instrumen Pembelajaran……….. ... 20

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 20

a. Tes Pemecahan Masalah Matematis ... 21

1) Validitas Tes ……….. ... 22

2) Reliabilitas Tes……… ... 23

3) Daya Pembeda……… ... 24


(7)

Yuli Ayu Kusumawardhani, 2013

4) Indeks Kesukaran……… ... 25

b. Instrumen Non Tes ... 26

1) Angket ………...………... ... 26

2) Lembar Observasi ... 26

D. Prosedur Penelitian ... 27

E. Teknik Pengolahan Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 33

a. Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan masalah Matematis... ... 33

b. Indeks Gain (IG) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 36

2. Analisis Data Kualitatif ... 40

a. Angket... 40

b. Lembar Observasi ... 44

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 47

2. Sikap Siswa terhadap Model Pemb.Reciprocal Teaching ... 49

3. Deskripsi Model Pembelajaran Reciprocal Teaching……50

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 52

B. Rekomendasi ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 57


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era global dan era perdagangan bebas ini, kemampuan bernalar serta kemampuan berpikir tingkat tinggi akan sangat menentukan keberhasilan para siswa. Keberhasilan para siswa tentu saja ditunjang oleh mutu pendidikan yang berkualitas. Pemerintah terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan melalui berbagai inovasi, diantaranya inovasi di bidang sistem pendidikan, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, serta metode pengajaran dan peningkatan kualitas guru sebagai pengajar.

Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional adalah dengan cara membuat kurikulum yang berkualitas, hal ini dituangkan melalui Permen No.23 Tahun 2006 mengeluarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Adapun SKL untuk mata pelajaran matematika adalah:

1. Memahami konsep matematis, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atas media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.


(9)

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan Permen di atas, kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu kemampuan yang penting dan harus dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, kemampuan tersebut perlu dikembangkan dalam diri peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suherman (2003:89) yaitu bahwa “pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin”.

Banyak siswa yang mendapat kesulitan menghadapi pemecahan masalah, meskipun telah banyak mendapat bantuan guru. Padahal pemecahan masalah ini akan sangat menentukan juga terhadap keberhasilan pendidikan matematika. Hal itu berdasarkan fakta yang berasal dari temuan hasil survei yang telah dilakukan oleh Suryadi et al. (Suherman, 2003:89) dalam surveinya tentang current situation on mathematics and science education in Bandung yang disponsori oleh JICA, antara lain menemukan bahwa

Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di semua tingkatan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Umum (SMU). Akan tetapi, hal tersebut masih dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam matematika baik bagi siswa dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.

Menurut Wahyudin (Rahman, 2004:4), „penyebab rendahnya pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika diantaranya karena proses pembelajaran yang belum optimal.‟ Proses pembelajaran yang ada pada saat ini, yaitu pembelajaran konvensional umumnya guru hanya sibuk sendiri menjelaskan apa


(10)

3

yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan siswa hanya sebagai penerima informasi. Akibatnya siswa hanya mengerjakan apa yang dicontohkan oleh guru, tanpa tahu makna dan pengertian dari apa yang mereka kerjakan. Hal ini menyebabkan siswa kurang memiliki kemampuan mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan dari permasalahan; merumuskan masalah matematika/menyusun model matematika; menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah (baik yang sejenis maupun masalah baru) di dalam atau di luar matematika; menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai dengan permasalahan asal; dan menggunakan matematika secara bermakna. Kelima kemampuan tersebut merupakan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.

Peningkatan pemecahan masalah dapat dilakukan dengan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dan tepat sehingga siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematisnya.

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat mengkondisikan siswa dan memotivasi siswa untuk belajar secara aktif atas dasar kemampuan dan keinginan sendiri. Siswa tidak hanya sekedar meniru apa yang dilakukan guru. Karena faktor terpenting dalam pembelajaran adalah apa yang diketahui siswa, bukan mengajari siswa seolah-olah tidak tahu apapun, sehingga harus diajari berbagai hal. Ausubel (Firmansyah, 2008:2) menyatakan, „the most important sign factor influecting learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly’. Oleh karena itu, tugas guru sebagai pemberi ilmu harus sudah bergeser kepada peran baru yang lebih kondusif bagi siswa untuk menyiapkan masa depannya. Sependapat dengan hal itu, Sukarmand (Firmansyah, 2008:2) menyatakan „tugas pendidik adalah bagaimana mempersiapkan anak didik untuk memasuki suatu kehidupan di masa depan yang belum pernah ada dan belum pernah diketahui dengan pasti karena lebih bersifat serba mungkin, serta banyak mengandung unsur yang tidak mudah diramalkan.‟


(11)

Berdasarkan pendapat di atas, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tepat diperlukan suatu model pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, lebih aktif dan kreatif yaitu dengan model pembelajaran reciprocal teaching.

Reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang menekankan siswa untuk membaca, menggali dan mengkonstruksi pembelajaran matematika sehingga tidak menerima dari guru saja, melainkan harus mencari sendiri pengetahuan yang diinginkannya. Dalam penerapannya, reciprocal teaching memiliki empat strategi, yaitu: menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan, dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang diperolehnya, kemudian memprediksi pertanyaan apa selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa.

Pembelajaran matematika melalui reciprocal teaching dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, karena siswa dibiasakan membuat kesimpulan setelah menganalisis suatu materi, menyusun pertanyaan dari materi tersebut dan menyelesaikannya. Hal itu sejalan dengan indikator dari pemecahan masalah, yaitu mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan dari permasalahan; merumuskan masalah matematika/menyusun model matematika; dan menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah (baik yang sejenis maupun masalah baru) di dalam atau di luar matematika. Selanjutnya strategi reciprocal teaching yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu memprediksi pertanyaan selanjutnya dari persoalan yang diberikan dan menjelaskan pengetahuan yang diperolehnya, strategi tersebut dapat membantu siswa untuk menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai dengan permasalahan asal; dan menggunakan matematika secara bermakna.

Selain itu, manfaat dari pembelajaran ini menurut Alvermann (Reilly 2009:185) adalah “meningkatkan pemahaman tentang tugas-tugas kompleks dengan demikian membantu siswa untuk mendapatkan kepercayaan diri dan


(12)

5

motivasi.” Dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Reilly et al. (2009:188) menyebutkan. “those using the reciprocal teaching for mathematical strategy appear to be more engaged and more groups were able to succesful solve the problem.” Maksudnya, pengajaran menggunakan reciprocal teaching yang melibatkan kelompok-kelompok didalamnya lebih mampu berhasil memecahkan masalah.

Berdasarkan pada uraian di atas penulis tertarik ingin mengetahui peningkatan pemecahan masalah matematis siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model reciprocal teaching, yang dituangkan dalam

judul penelitian “Penerapan Model Reciprocal Teaching dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model reciprocal teaching lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran reciprocal teaching?

C. Tujuan Penelitian

Berpedoman pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model reciprocal teaching lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.


(13)

2. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran reciprocal teaching.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan memberikan konstribusi positif dalam pendidikan dan berguna bagi penulis, siswa, dan praktisi lapangan. 1. Bagi penulis, memberikan gambaran yang jelas tentang penerapan model

Reciprocal Teaching dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis.

2. Bagi siswa, diharapkan dengan Reciprocal Teaching siswa dapat lebih mudah dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematis.

3. Bagi praktisi lapangan, sebagai bahan masukan (alternatif) pembelajaran matematika di kelas.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini

adalah “peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.”

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan beberapa istilah atau definisi operasional yaitu:

a. Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang menekankan siswa untuk membaca, menggali dan mengkonstruksi pembelajaran, dimana dalam pembelajarannya membiasakan siswa untuk melaksanakan keempat strategi pemahaman mandiri, yaitu:

1. menyimpulkan bahan ajar.


(14)

7

3. menjelaskan kembali pengetahuan yang diperolehnya.

4. memprediksi pertanyaan apa selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa.

b. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematis yang bersifat tidak rutin. Dalam penelitian ini masalah matematis yang dimaksud berupa masalah yang memiliki jawaban tunggal. Langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematis ini, diantaranya: memahami masalah, merencanakan pemecahannya, menyelesaikan masalah sesuai rencana serta memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian. Indikator yang dipergunakan yaitu:

1. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan.

2. Merumuskan masalah matematika/menyusun model matematika. 3. Menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah (baik yang sejenis

maupun masalah baru) di dalam atau di luar Matematika.

4. Menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai dengan permasalahan asal.

5. Menggunakan matematika secara bermakna.

c. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran biasa yang menggunakan metode ekspositori, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. guru menyampaikan materi, 2. guru memberikan contoh soal, dan 3. siswa mengerjakan soal-soal latihan.


(15)

O X O

O O

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan model reciprocal teaching pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dimana subjek tidak dikelompokkan secara acak melainkan peneliti menerima keadaan subjek seadanya.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol pretes-postes. Dalam penelitian ini terdapat dua kelas yang diambil secara acak, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen, serta adanya pretes dan postes di setiap kelas.

Berdasarkan uraian tersebut, maka desain penelitian yang digunakan digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

O : Tes awal (pre-test), tes akhir (post-test)

X : Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching

Kelompok eksperimen diberi perlakuan, yaitu model pembelajaran Reciprocal Teaching. Sementara kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum perlakuan diberikan, terlebih dulu dilakukan tes awal


(16)

18

(pretes) untuk mengukur kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa. Setelah mendapat perlakuan, dilakukan tes akhir (postes) untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Negeri Sukasari Cimahi. Dari sepuluh kelas VII yang ada dipilih dua kelas secara acak untuk dijadikan sampel penelitian, satu kelas yaitu VII-D sebanyak 35 orang dijadikan kelompok kontrol dan kelas yang lainnya yaitu VII-E sebanyak 37 orang siswa dijadikan kelompok eksperimen.

C. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan beberapa instrumen, yang terdiri dari:

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, seorang guru harus mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Salah satu yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran. Dalam penelitian ini, penyusunan RPP disesuaikan dengan pembelajaran model Reciprocal Teaching.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Pada penelitian ini, LKS disusun berdasarkan karakteristik model Reciprocal Teaching. LKS dibuat untuk mengetahui perkembangan kemampuan pemecahan masalah siswa pada setiap pertemuan,


(17)

siswa. Petunjuk tersebut akan mengarahkan siswa untuk menjawab permasalahan dan menemukan konsep.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari: a. Tes pemecahan masalah matematis

Tes adalah alat untuk mendapatkan data atau informasi yang dirancang khusus sesuai dengan karakterisrik informasi yang diinginkan penilai, biasa juga disebut sebagai alat ukur. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemecahan masalah. Tes ini dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan (pretes) dan sesudah perlakuan (postes). Adapun tes yang digunakan untuk pretes dan postes merupakan tes yang sama, dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.

Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian. Adapun alasan pemilihan tipe uraian adalah sebagai berikut:

a) Dengan tes tipe uraian, maka proses berfikir dan ketelitian siswa dapat dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian soal karena siswa dituntut untuk menyelesaikan soal secara rinci.

b) Guru diharapkan mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dan sejumlah penguasaan siswa terhadap konsep materi yang telah diajarkan.

c) Guru diharapkan mengetahui kesulitan yang dialami siswa serta kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal.

d) Terjadinya bias hasil evaluasi dapat dihindari, karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.

e) Akan menimbulkan aktivitas dan kreativitas positif siswa karena tes tersebut menuntut siswa agar berfikir secara sistematik,


(18)

20

menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta yang relevan.

Instrumen tes diuji cobakan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Cimahi. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian setiap butir soal akan dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembedanya. Pengolahan data ini dilakukan dengan Microsoft Office Excel 2007, hasilnya sebagai berikut:

a. Validitas Butir Soal

Definisi validitas diungkapkan oleh Suherman (2003: 102) yaitu “suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.” Oleh karena itu, keabsahan alat evaluasi tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu.

Cara menentukan tingkat validitas soal ialah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi. Nilai rxydiartikan sebagai nilai koefisien korelasi, dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.1

Interpretasi Validitas Nilai rxy

Nilai Keterangan

00 , 1 r 90 ,

0  xy Validitas sangat tinggi

90 , 0 r 70 ,

0  xy Validitas tinggi

70 , 0 r 40 ,

0  xy Validitas sedang

40 , 0 r 20 ,

0  xy Validitas rendah

20 , 0 r 00 ,

0  xy Validitas sangat rendah

00 , 0


(19)

Koefisien validitas butir soal diperoleh dengan menggunakan rumus korelasi product-moment memakai angka kasar (raw score), yaitu :

 

2 2

2

 

2

Y Y n X X n Y X XY n rxy           

Dengan: n : banyaknya subyek (testi), X : skor setiap butir soal, Y : skor total butir soal.

Berdasarkan hasil pengolahan data, validitas untuk tiap butir soal yang diperoleh dalam uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2

Validitas Tiap Butir Soal

No. Soal

Koefisien

Validitas Kriteria

1 0,91 Validitas Sangat Tinggi

2 0,92 Validitas Tinggi

3 0,82 Validitas Tinggi

4 0,91 Validitas Sangat Tinggi b. Reliabilitas tes

Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif sama (konsisten atau ajeg) jika digunakan untuk subjek yang sama (Suherman, 2003:131). Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman, 2003:139) sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interpretasi Reliabilitasr11

Koefisien reliabilitas

 

r11 Keterangan

 

r11 0,20 Reliabilitas sangat rendah

 

11

0, 20 r 0, 40 Reliabilitas rendah

 

11

0, 40 r 0, 70 Reliabilitas sedang  11

0, 70 r 0, 90 Reliabilitas tinggi

 

r 1,00

90 ,


(20)

22

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas soal bentuk uraian adalah dengan rumus Alpha sebagai berikut:

               

2

2 11 1 1 t i s s n n r

Dengan: n : Banyak butir soal

si2 : Jumlah varians skor setiap item st2: Varians skor total

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh reliabilitas sebesar 0,88. Kriteria yang diperoleh termasuk ke dalam kriteria tinggi.

c. Daya Pembeda

Dalam Suherman (2003:159) dijelaskan “bahwa daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah”. Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan Indeks Diskriminasi yang bernilai dari -1,00 sampai dengan 1,00. Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah:

A B A JS JB JB

DP 

Dengan:

JBA: Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok atas.

JBB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok bawah.

JSA :Jumlah siswa kelompok atas

Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan adalah:


(21)

Tabel 3.4

Interpretasi Indeks daya pembeda

Nilai Keterangan

00 , 1 DP 70 ,

0   Sangat baik

70 , 0 DP 40 ,

0   Baik

40 , 0 DP 20 ,

0   Cukup

20 , 0 DP 00 ,

0   Jelek

00 , 0

DP Sangat jelek

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh daya pembeda tiap butir soal pada Tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No Soal Nilai Interpretasi

1 0,54 Baik

2 0,59 Baik

3 0,41 Baik

4 0,74 Sangat Baik

d. Indeks Kesukaran

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran (Difficulty Index). Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal, yaitu (Suherman, 2003: 169-170):

A B A JS JB JB IK 2  


(22)

24

Tabel 3.6

Interpretasi Indeks Kesukaran

IK Keterangan

IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < IK  0,30 Soal sukar 0,30 < IK  0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh indeks kesukaran untuk tiap butir soal disajikan pada Tabel 3.7 berikut ini:

Tabel 3.7

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,71 Mudah

2 0,64 Sedang

3 0,42 Sedang

4 0,44 Sedang

b. Instrumen Non Tes 1) Angket

Angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Skala penilaian yang digunakan adalah Skala Likert. Dalam Skala Likert siswa memiliki 4 pilihan sikap yang sesuai dengan pernyataan secara terurut yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan bobot penilaian 1 sampai dengan 5. Namun, dalam penelitian ini alternativerespon ragu-ragu tidak digunakan dengan alasan agar sikap yang diberikan oleh siswa mencerminkan (memihak) kearah sikap positif atau negatif.


(23)

Observasi adalah suatu teknik evaluasi non tes yang menginventarisasikan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya (Suherman, 2003: 62). Lembar observasi berupa daftar isian yang diisi oleh pengamat. Lembar observasi tersebut digunakan untuk melihat dan mengamati aktivitas guru serta siswa selama proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching

D. Prosedur Penelitian

Untuk mengontrol dan mengarahkan penelitian yang dilakukan agar dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka dirancang suatu prosedur penelitian yang terencana. Sesuai dengan maksudnya, prosedur penelitian merupakan arahan dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Identifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran di tingkat SMP. b. Membuat proposal penelitian.

c. Melaksanakan seminar proposal penelitian.

d. Menyusun komponen-komponen pembelajaran, meliputi bahan ajar serta instrumen penelitian.

e. Mengajukan permohonan uji instrument dan perijinan penelitian. f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan tes awal (pretest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis awal siswa.

b. Menerapkan proses pembelajaran dengan model reciprocal teaching pada kelompok eksperimen dan pembelajaran secara klasikal pada kelompok konvensional.


(24)

26

c. Melaksanakan observasi kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen. d. Pengisian angket sikap siswa terhadap pembelajaran matematika pada

kelas eksperimen.

e. Memberikan tes akhir (posttest) kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah pembelajaran.

3. Tahap Analisis Data

a. Pengumpulan data kuantitatif dan data kualitatif.

b. Pengolahan dan penganalisisan data kuantitatif berupa pretes dan postes kemampuan pemecahan masalah matematis.

c. Pengolahan data kualitatif berupa angket skala sikap dan lembar observasi.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang akan diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua bagian yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, dan pengisian angket. Penjelasan dari teknik pengolahan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Data Kuantitatif

Data yang bersifat kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah menggunakan program SPSS. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretes, postes, dan indeks gain (normalized gain) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Indeks gain ini dihitung dengan rumus, yaitu:


(25)

Adapun untuk kriteria rendah, sedang dan tinggi mengacu pada kriteria Hake, yaitu sebagai berikut:

Table 3.8 Kriteria Gain

Gain Interpertasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Langkah-langkah pengujian hipotesis yang ditempuh untuk data pretes, postes dan indeks gain adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing kelompok sampel berdistribusi normal atau tidak. Data-data yang diuji adalah data pretes kelas kontrol, pretes kelas eksperimen, postes kelas kontrol, postes kelas eksperimen, gain kelas kontrol dan gain kelas eksperimen. Dalam uji normalitas ini digunakan uji Shapiro –Wilk.

Jika data berasal dari distribusi yang normal, maka analisa data dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menentukan uji parametrik yang sesuai. Namun, jika data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians tetapi langsung dilakukan uji kesamaan dua rata-rata (uji non-parametrik) yaitu dengan menggunakan Mann Whitney U.

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan jika data yang diolah berdistribusi normal. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah variansi populasi data yang diuji memiliki variansi yang homogen atau tidak. Dalam hal ini yang akan diuji adalah indeks gain kelas kontrol dan gain kelas eksperimen. Untuk menguji homogenitas varians


(26)

28

digunakan uji Levene Test dengan mengambil taraf kepercayaan 95% (taraf signifikansi 5%).

Jika data yang dianalisis berdistribusi normal dan homogen, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t. Jika data yang dianalisis berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t’.

Diagram 3.1 Prosedur Pengolahan Data Kuantitatif

2. Pengolahan Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari angket skala sikap, dan lembar observasi. a. Pengolahan Data Angket Skala Sikap

Data yang diperoleh melalui skala sikap dikelompokkan berdasarkan siswa yang menjawab SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan Sangat Tidak Setuju (STS) untuk tiap pernyataan yang diberikan.Setiap jawaban siswa diberi bobot. Pembobotan yang dipakai adalah sebagai berikut:


(27)

Tabel 3.9

Kategori Jawaban Angket Jenis

Pernyataan

Skor

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Selanjutnya hasil skala sikap ini dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

p = 100%

Dengan :

p: Persentase jawaban f: Frekuensi jawaban

n : Banyaknya responden (siswa)

Sebagai tahap akhir, dilakukan penafsiran atau interpretasi dengan menggunakan kategori presentase, sebagai berikut:

Tabel 3.10 Kriteria Skala Sikap

Presentase Kriteria

0% Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil 25% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 74% Sebagian besar 75% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

b. Pengolahan Data Observasi

Pengolahan data observasi dilakukan dengan menganalisis pengamatan observer pada lembar observasi yang disediakan.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika setelah memperoleh model pembelajaran Reciprocal Teaching. Hal itu ditunjukkan dengan antusiasme siswa selama pembelajaran berlangsung. Menurut pendapat siswa, pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching dapat membantu mereka dalam memahami konsep matematika yang dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri, mendiskusikan permasalahan dalam Lembar Kerja Siswa dengan teman kelompoknya sehingga siswa lebih terlatih menghadapi pemecahan masalah matematis. Siswa pun merasa senang ketika harus mempresentasikan hasil diskusi dan menanggapi hasil presentasi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching dalam pembelajaran matematika untuk materi-materi tertentu sebagai alternatif model pembelajaran.

2. Apabila akan melakukan penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model reciprocal teaching, perlu diperhatikan alokasi waktu yang


(29)

cukup lama agar tercapai hasil yang diinginkan, menyiapkan Lembar Kerja Siswa dengan menggunakan bahasa yang mudah dicerna siswa.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat sejauh mana penerapan model reciprocal teaching dengan pokok kajian yang lebih luas dan populasi yang berbeda.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1990). Manajemen Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta. Firmansyah, Agus. (2008). Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan

Model Reciprocal Teaching Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Gani, R.A. (2004). Pengaruh Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Umum di Bandung. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hasbullah. (2000). Penerapan Model Pengajaran Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Madrasah Aliyah. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hudojo, H. (2001). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA: Universitas Negeri Malang.

Komariah. (2001). Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SD Melalui Kegiatan Diskusi Kelompok. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Krismayanti, R. (2004). Peningkatan Kemampuan Elaborasi Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Muncarno. (2001). Langkah-Langkah Pemecahan Masalah dalam Soal Cerita untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Nurmiyanti, Evi. (2008). Upaya Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa

Pada Pembelajaran Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) Di Kelas VIII – F SMP N 12 Bandung (Penelitian Tindakan Kelas). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : tidak diterbitkan.


(31)

Jurusan Pendidikan Matematika PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Reilly, Yvonne dkk. (2009). Rediprocal Teaching in Mathematics. [online]. Tersedia : http://www.mav.vic.edu.au/files/conferences/2009/13Reilly.pdf

[08 maret 2011].

Russefendi, ET.(1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Meningkatkan CBSA. Bandung:Tarsito.

Sugandi, A.I. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Pada Siswa SMU. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Suherman,E., dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA : FPMIPA UPI Bandung.

Sumarmo, dkk. (1993). Peranan Kemampuan Logic dan Kegiatan Belajar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa di Kota Bandung. Laporan penelitian IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternative Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan pada Guru dan Siswa di Kodya Bandung. Laporan penelitian IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Surbakti, J. (2002). Strategi Heuristic Model Polya pada Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Suwangsih, Erna. (2004). Peningkatan Lemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SD melalui Pembelajaran Kooperatif. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka

Uyanto, S. S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu Van Garderen, Delinda. (2004). Reciprocal Teaching as a Comprehension Strategy

for Understanding Mathematical Word Problems. [online]. Tersedia :

http://www.informaworld.com/smpp/title-content=t713775334 [29 April


(32)

54

Wawa, U. (2004). Pengaruh penerapan Model Reciprocal Teaching Melalui Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : tidak diterbitkan.


(1)

29

Yuli Ayu Kusumawardhani, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.9

Kategori Jawaban Angket Jenis

Pernyataan

Skor

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Selanjutnya hasil skala sikap ini dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

p = 100%

Dengan :

p: Persentase jawaban f: Frekuensi jawaban

n : Banyaknya responden (siswa)

Sebagai tahap akhir, dilakukan penafsiran atau interpretasi dengan menggunakan kategori presentase, sebagai berikut:

Tabel 3.10 Kriteria Skala Sikap

Presentase Kriteria

0% Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil 25% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 74% Sebagian besar 75% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

b. Pengolahan Data Observasi

Pengolahan data observasi dilakukan dengan menganalisis pengamatan observer pada lembar observasi yang disediakan.


(2)

Yuli Ayu Kusumawardhani, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika setelah memperoleh model pembelajaran Reciprocal Teaching. Hal itu ditunjukkan dengan antusiasme siswa selama pembelajaran berlangsung. Menurut pendapat siswa, pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Reciprocal

Teaching dapat membantu mereka dalam memahami konsep matematika yang

dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri, mendiskusikan permasalahan dalam Lembar Kerja Siswa dengan teman kelompoknya sehingga siswa lebih terlatih menghadapi pemecahan masalah matematis. Siswa pun merasa senang ketika harus mempresentasikan hasil diskusi dan menanggapi hasil presentasi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Guru dapat menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching dalam pembelajaran matematika untuk materi-materi tertentu sebagai alternatif model pembelajaran.

2. Apabila akan melakukan penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model reciprocal teaching, perlu diperhatikan alokasi waktu yang


(3)

51

Yuli Ayu Kusumawardhani, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cukup lama agar tercapai hasil yang diinginkan, menyiapkan Lembar Kerja Siswa dengan menggunakan bahasa yang mudah dicerna siswa.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat sejauh mana penerapan model reciprocal teaching dengan pokok kajian yang lebih luas dan populasi yang berbeda.


(4)

Yuli Ayu Kusumawardhani, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1990). Manajemen Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta. Firmansyah, Agus. (2008). Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan

Model Reciprocal Teaching Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa.

Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Gani, R.A. (2004). Pengaruh Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan

Pemecahan Masalah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Umum di Bandung. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika PPS

UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hasbullah. (2000). Penerapan Model Pengajaran Pemecahan Masalah Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Madrasah Aliyah. Tesis

Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hudojo, H. (2001). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA: Universitas Negeri Malang.

Komariah. (2001). Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa SD Melalui Kegiatan Diskusi Kelompok. Tesis Jurusan Pendidikan

Matematika PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Krismayanti, R. (2004). Peningkatan Kemampuan Elaborasi Siswa SMP Melalui

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah.

Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Muncarno. (2001). Langkah-Langkah Pemecahan Masalah dalam Soal Cerita untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD. Tesis

Jurusan Pendidikan Matematika PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan. Nurmiyanti, Evi. (2008). Upaya Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa

Pada Pembelajaran Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) Di Kelas VIII – F SMP N 12 Bandung (Penelitian Tindakan Kelas). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA


(5)

53

Yuli Ayu Kusumawardhani, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rahman, A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan

Generalisasi Matematika Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbalik. Tesis

Jurusan Pendidikan Matematika PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Reilly, Yvonne dkk. (2009). Rediprocal Teaching in Mathematics. [online]. Tersedia : http://www.mav.vic.edu.au/files/conferences/2009/13Reilly.pdf [08 maret 2011].

Russefendi, ET.(1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Meningkatkan CBSA. Bandung:Tarsito.

Sugandi, A.I. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Pada Siswa SMU. Tesis Jurusan

Pendidikan Matematika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Suherman,E., dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA : FPMIPA UPI Bandung.

Sumarmo, dkk. (1993). Peranan Kemampuan Logic dan Kegiatan Belajar terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa di Kota Bandung. Laporan

penelitian IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternative Pengajaran untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan pada Guru dan Siswa di Kodya Bandung. Laporan

penelitian IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Surbakti, J. (2002). Strategi Heuristic Model Polya pada Pembelajaran Pemecahan

Masalah Matematika. Tesis Jurusan Pendidikan Matematika PPS UPI

Bandung. Tidak diterbitkan.

Suwangsih, Erna. (2004). Peningkatan Lemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa SD melalui Pembelajaran Kooperatif. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak

diterbitkan.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka

Uyanto, S. S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu Van Garderen, Delinda. (2004). Reciprocal Teaching as a Comprehension Strategy

for Understanding Mathematical Word Problems. [online]. Tersedia :

http://www.informaworld.com/smpp/title-content=t713775334 [29 April 2011].


(6)

Yuli Ayu Kusumawardhani, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wawa, U. (2004). Pengaruh penerapan Model Reciprocal Teaching Melalui

Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi Jurusan