METODE PENELITIAN Konflik Batin Tokoh Gadis Pantai dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramodya Ananta Toer: Tinjauan Psikologi Sastra

BAB III METODE PENELITIAN

Metode merupakan cara mendekati, menganalisis, mengamati, dan menjelaskan suatu fenomena dari objek yang diteliti. 3.1 Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata atau kalimat- kalimat dan bukan angka-angka. Dalam penelitian kualitatif, data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana Ratna, 2004: 47. Data yang dimaksud adalah kata-kata, kalimat, dan wacana yang terdapat pada kumpulan cerpen LS karya Ratih Kumala. Adapun yang menjadi sumber data yang akan dianalisis adalah: Judul : Gadis Pantai Ukuran buku : 13 x 20 cm Pengarang : Pramodya Ananta Toer Penerbit : Lentera dipantara Tebal Buku : 272 halaman Cetakan : Pertama Tahun Terbit : 2003 Sumber data di atas merupakan data primer yang akan dianalisis sebagai data utama. Selain data primer terdapat juga data sekunder yang juga diperlukan seorang peneliti. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku sastra, artikel dari internet, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. Universitas Sumatera Utara

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif. Metode kualitatif menitikberatkan pada segi alamiah dan mendasarkan pada karakter yang terdapat pada data. Dalam karya sastra, sumber data yang degunakan adalah naskah, karya, data penelitian yang digunakan sebagai data formal adalah kata- kata, kalimat, dan wacana Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode kepustakaan, library research, yaitu mengumpulkan data-data dari buku-buku, majalah, dan sumber data lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Sebelum dianalisis, data akan diolah dengan menggunakan teknik pengamatan, yaitu metode simak dan catat.

3.3 Teknik Analisis Data.

Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif, yaitu penelitian yang sangat erat kaitannya dengan konseptual Moleong, dalam Jabrohim ed, 2001 : 42. Data- data yang telah dikumpulkan akan diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu menguraikan hasil penelitian secara sistematis. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan pengklasifikasian data. Data yang diperoleh berupa data primer dan sekuder akan disusun secara sistematika. Pemerolehan data dilakukan dengan cara pembacaan secara berulang, mencatat, dan memilih. Setelah itu, dilakukan tahap penyusunan data yang dianalisis. Dalam penelitian ini, analisis tersebut didukung oleh teori penerapan psikologi dan kejiwaan menurut Carl Gustav Zung dan dilanjutkan dengan teori Kurt Lewin. Penelitian ini berangkat dari pendekatan tekstual, yaitu dengan mengkaji psikologis tokoh dalam novel kemudian menganalis dan mendeskripsikan konflik Universitas Sumatera Utara batin yang dialami tokoh Gadis Pantai. Melalui pendekatan terhadap konteks ini juga akan dianalisis sikap tokoh dalam menghadapi konflik batin yang dialaminya.

3.4 Sinopsis Novel Gadis Pantai Karya Pramodya Ananta Toer

Gadis Pantai adalah seorang gadis yang cukup manis, sehingga berhasil memikat hati seorang pembesar santri setempat, seorang Jawa yang bekerja pada bidang administrasi Belanda. Gadis Pantai baru berusia empat belas tahun dan belum menstruasi ketika seorang priyayi Jawa pembesar santri setempat, mengambilnya sebagai istri percobaan. Ya, istri percobaan sebelum ia mengambil istri sebenarnya yang datang dari kalangan yang sederajat. Dan Gadis Pantai bukanlah yang pertama yang mengalaminya. Di rumah si Bendoro priyayi itu, Gadis Pantai diajari sholat dan banyak hal lainnya yang terkait dengan gaya hidup para bangsawan. Kehidupan si Gadis Pantai seketika berubah. Hari- hari Gadis Pantai selanjutnya berjalan sangat lambat. Dia mendapat emas permata dan pakaian yang indah. Tak ada lagi beban kerja berat yang mesti dilakukan. Untuk mengisi hari, beberapa kali dalam seminggu seorang guru datang untuk mengajarinya membatik, menjahit, merenda, dan membuat kue. Selebihnya dia hanya akan berada di dalam kamar menanti sang bendoro datang dan selanjutnya Gadis Pantai akan menjalankan tugasnya : melayani nafsu seks sang Bendoro. Gadis Pantai hanya melayani. Dia tidak akan pernah berani bertanya ataupun meminta. Sekadar duduk bersama Bendoro dan bercerita berbagai hal pun tak bisa dilakukan. Karena dia bukanlah istri, tetapi seorang abdi yang dinikahi resmi dan bertugas memenuhi nafsu sang Bendoro. Dia seorang abdi yang dipandang dengan hormat oleh masyarakat lainnya hanya karena dia punya banyak Universitas Sumatera Utara emas dan tinggal di istana megah. Perkawinan tersebut memberikan prestise bagi Gadis Pantai di kampung halamannya karena dipandang telah berhasil menaikkan derajat setelah menikah dengan pembesar santri, seorang priyayi. Sejatinya perkawinan tersebut hanya upaya untuk melegalkan si pembesar santri yang hendak memuaskan kebutuhan seksnya melalui si Gadis Pantai, sebelum ia melangsungkan pernikahan yang sesungguhnya dengan wanita yang berkelas dan sederajat dengannya. Gadis Pantai dalam perkawinannya tak lebih sebagai pemuas kebutuhan seks saja. Ia tidur dengan si pembesar santri. Prestise yang ia dapatkan dari perkawinannya tidak berlangsung lama. Ia kembali terperosok ke tanah, setelah si pembesar yang orang Jawa tega membuangnya setelah melahirkan seorang bayi perempuan. Dalam usia yang muda belia, Gadis Pantai telah kehilangan segalanya. Ia telah kehilangan suami, tidak punya rumah, tidak ada anak anaknya diambil oleh mantan suaminya, dan tidak punya pekerjaan. Ia pun terlalu malu untuk kembali ke kampung halamannya. Akhirya, ia pun memutuskan untuk berputar haluan menuju kota kecil Blora, dan kisah Gadis Pantai pertama berakhir disini. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KONFLIK BATIN TOKOH GADIS PANTAI DALAM NOVEL GADIS