PENDAHULUAN 123 123 erwan11181 7409 1 naskahj c

1. PENDAHULUAN

Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik menurut Hurlock Sarwono, 2010 masa remaja merupakan masa periode peralihan, perubahan dan usia bermasalah, mencari identitas, serta merupakan masa ambang menuju masa dewasa. Usia remaja tentunya memiliki tugas dan kewajibannya masing-masing, kemampuan individu dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada merupakan proses perkembangan baik secara fisiologi maupun psikologis pada individu tersebut. Usia remaja merupakan usia yang sedang menjalani pendidikan baik sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Berikut ini merupakan usia pendidikan diantaranya, sekolah dasar SD 6-12 tahun, sekolah menengah pertama SMP 10-14 tahun, sekolah menengah atas SMA 12-21 tahun dengan sekolah menengah atas SMA berada di usia remaja sehingga tugas remaja bukan hanya harus memenuhi tugas perkembangannya akantetapi harus memenuhi tugas pendidikan di sekolah yang dimilikinya Desmita, 2010. Menurut Havigust Sunarto, 2006 tugas perkembangan remaja diantaranya pada masa remaja diharapkan mampu mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial, mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa, mencapai kebebasan ekonomi, memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan, mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual, menginginkan dan mencapai tingkahlaku yang bertanggung jawab, mencapai suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku. Menurut Kamus Bahasa Indonesia 2010 sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sedangkan asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala asrama. Secara umum sekolah asrama adalah sekolah yang menerapkan pendidikan, pelatihan dan kegiatan lainya selama dua puluh empat jam. Sekolah asrama SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang yang dimaksud adalah, sekolah yang berbasis asrama dan kegiatan akademik maupun non akademik berada di asrama, memiliki tata tertib sekolah maupun asrama yang ketat dan memilik sangsi yang tegas bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Sekolah ini memiliki ciri khas tersendiri dari sekolah asrama pada umumnya diantaranya menggunakan tiga jenis pakaian yang berbeda selama satu minggu yaitu pakaian dinas harian hijau dan coklat, pakaian dinas lapangan serta atribut yang di gunakan memiliki kesamaan dengan anggota TNI dan Polri memiliki latihan fisik berbasis militer baik di sekolah maupun di asrama, sesuai dengan tujuan sekolah para siswa memiliki beban dan tanggung jawab yang besar dalam mewujudkannya. Siswa dan siswi kelas X mendapatkan beberapa keadaan yang baru diantaranya keadaan dan lingkungan sekolah baru, harus tinggal mandiri di asrama, jauh dari keluarga dan orangtua, meninggalkan kebiasaan lama dan memulai kebiasaan baru, berada dalam situasi dan jadwal kegiatan yang terstruktur serta terjadwal oleh pihak sekolah, harus tidur satu kamar dengan berbagai siswa yang terdiri dari latar belakang kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda, siswa harus berbaur dan bergaul dengan teman yang baru. Keadaan tersebut diatas tentunya berbanding terbalik dengan keadaan siswa sebelumnya saat menjalani pendidikan sekolah menengah pertaman SMP. Selain beberapa kegiatan diatas ada beberapa kegiatan menarik perhatian peneliti diantaranya; 1 orientasi siswa baru yang di sebut “madabintal” yaitu sebelum siswa menjalani pendidikan secara umum pertama kali siswa akan mengikuti pelatihan tersebut dan tanpa persiapan apapun, siswa tidak tahu apa dan bagaimana sistemnya dan apa yang harus mereka lakukan. Kegiatan ini dilakukan selama satu minggu dengan pelatihan dan kegiatan full semi militer dan persis seperti pelatihan TNI dan Polri seperti makan yang di hitung, mandi yang di batasi waktunya, kegiatan fisik merayap, push up dan sebagainya, tidak ada jam kunjungan dan tiada hari tanpa latihan, 2 Sistem pendidikan yang menerapkan senior dan junior selama berada di sekolah sehingga adanya unsur dan tingkatan strata dan tatacara antara senior dan junior yang menjadi tugas tambahan, senior boleh memberikan tugas kepada juniornya, junior harus menghormati seniornya, dan ada beberapa senior yang menggunakan perannya sebagai senior untuk kepentingannya seperti menyuruh juniornya melakukan kegiatannya, menghukum juniornya dan menjadikan juniornya sebagai adik angkat, 3 Sistem dan kegiatan di lapangan yang di pandu oleh seniornya, senior tersebut merupakan perpanjangan tangan dari pembina dan memiliki jabatan strategis di bagian senat OSIS sehingga perintahnya bersifat mutlak dan tidak jarang kegiatan dilapangan tersebut melebihi dari jadwal dan ketentuan yang dilakukan. Pembina yang dimaksud diatas adalah staf atau pegawai sekolah yang merupakan bukan guru melainkan staf yang bertugas mengontrol dan menjaga serta bertangung jawab terhadap siswa, kegiatan non akademik dan merupakan perpanjangan tangan dari ketua yayasan. Siswa-siswi yang berada di asrama merupakan tangung jawabnya dan semua perizinan yang berhubungan asrama harus melalui izinnya. Menurut Fimian dan Cross 1997 selain itu di sekolah siswa-siswi merupakan anggota dari suatu masyarakat yang kecil dimana terdapat tugas-tugas yang harus di selesaikan, orang perlu dikenal dan mengenal diri mereka, serta peraturan yang mengikat dan membatasi sikap dan prilaku mereka. Pristiwa yang di alami siswa sebagai angota masyarakat kecil dalam sekolah tidak jarang menimbulkan stres dalam diri mereka. Menurut Selye Hawari, 2001 stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang telah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjelaskan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh; 1 keluhan-keluhan somatik fisik, 2 keluhan-keluhan psikis, tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres . Runyon 1984 Ketika individu mempunyai penyesuaian diri yang baik maka individu akan mampu mengatasi stres dan mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup. Senada dengan pendapat diatas yaitu ketidak mampuan siswa menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadinya stres Kiselica, 1994. Schneider Desmita, 2010 menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi kebutuhan- kebutuhan dalam dirinya, ketegangan- ketegangan, konflik dan frustrasi yang di alaminya, sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara diri sendiri dengan lingkungannya. Dia juga menambahkan bahwa individu yang penyesuaian dirinya baik adalah mereka yang dengan keterbatasanya, kemampuan yang dimilikinya telah belajar untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungan dengan cara yang dewasa, bermanfaat, efisien dan memuaskan. Sunarto 2006 menyatakan banyaknya faktor kehidupan yang berada di sekitar lingkungan remaja, maka pemikiran tentang pendidikan juga harus memperhatikan faktor- faktor tersebut. Sekalipun dalam pendidikan dapat di akui bahwa tidak semuanya dapat memenuhi tuntutan dan harapan, pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang ada di sekolah maupun diluar sekolah pada umunya di laksanakan secara klasikal, penyelenggaraan pendidikan ini artinya memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua siswa sekalipun masing-masing diantara mereka sangat berbeda. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui ada tidaknya hubungan antara penyesuaian diri dengan stres pada siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang. Selanjutnya manfaat dalam penelitian ini; 1. Manfaat Teoritis Dapat menambah pengetahuan dalam bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan, psikologi perkembangan dan psikologi sosial. 2. Manfaat Praktis Dapat membantu mengetahui sekaligus sebagai bahan pertimbangan dan pembelajaran baik peneliti maupun bagi siswasiswi itu sendiri maupun pihak sekolah. Penelitian ini memiliki berbagai sumber materi, peneliti mengambil dari beberapa penelitian yang berhubungan sebelumnya diantaranya: Penelitian tentang gambaran tingkat stres pada siswa MAN 3 bandung kelas XII menjelang ujian nasional 2012, dengan hasil analisa menyatakan tingkat stres yang di hadapi siswa mengalami tingkat yang signifikan berada pada tingkat stres sedang dengan jumlah 96 siswa atau 50 dari jumlah smapel. Penelitian ini juga mengambil bahan penelitian dari berbagai buku psikologi lainnya. Penelitian sejenis terkait, meningkatkan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP N 2 Juwana tahun 20122013. Dengan hasil penelitain Penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan sekolah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok, yang berarti bimbingan kelompok dapat meningkatkan penyesuian diri terhadap lingkungan sekolah. Penelitian lainya adalah pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap penyesuaian diri siswa kelas X SMK N 2 kota Bengkulu 2014. Dengan hasilnya diantaranya adanya peningkatan dengan diberikan treatmen berupa layanan bimbingan kelompok, sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian kuantitatif yaitu eksperimen dengan pre test and post test design yang melihat ada tidaknya pengaruh dari diadakannya layanan bimbingan kelompok tersebut terhadap penyesuaian diri siswa di sekolah tanpa mengharuskan adanya peningkatan. Menyikapi hasil-hasil penelitian sebelumya dan untuk memperkaya hasil penelitian sebelunya tentang penyesuaian diri dengan stres maka penulis kemudian tertarik melakukan penelitian dengan judul penelitian yauitu: Penyesuaian diri dengan stres pada siswa-siswi kelas X SMA Taruna Indonesia Palembang dan melakukan penelitian dengan sebenar-benarnya dan penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya diantaranya tempat pengambilan data dan subjek penelitian serta tahun pengambilan data penelitian yang berbeda, dengan dengan demikian keaslian penelitian dapat di pertangung jawabkan sebagai mana mestinya.

2. METODOLOGI PENELITIAN