Pasal 55
Pelaksanaan sidang LKS Tripartit KabupatenKota dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
Pasal 56
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja LKS Tripartit KabupatenKota diatur oleh Ketua LKS Tripartit KabupatenKota.
Bagian Kelima Pembiayaan
Pasal 57
Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas LKS Tripartit KabupatenKota dibebankan kepada anggaran pendapatan dan
belanja daerah KabupatenKota.
BAB V LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT SEKTORAL
Pasal 58
LKS Tripartit Nasional, LKS Tripartit Propinsi, dan LKS Tripartit KabupatenKota dapat membentuk LKS Tripartit Sektoral Nasional,
LKS Tripartit Sektoral Propinsi, dan LKS Tripartit Sektoral KabupatenKota.
Pasal 59
Pembentukan LKS Tripartit Sektoral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, dilaksanakan oleh :
a. Menteri selaku Ketua LKS Tripartit Nasional untuk pembentukan LKS Tripartit Sektoral Nasional;
b. Gubernur selaku Ketua LKS Tripartit Propinsi untuk pembentukan LKS Tripartit Sektoral Propinsi; dan
c. BupatiWalikota selaku Ketua LKS Tripartit KabupatenKota untuk pembentukan LKS Tripartit Sektoral KabupatenKota.
Pasal 60
1 LKS Tripartit Sektoral Nasional, LKS Tripartit Sektoral Propinsi, dan LKS Tripartit Sektoral KabupatenKota mempunyai tugas
memberikan pertimbangan, saran, dan pendapat kepada Pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam penyusunan kebijakan
dan pemecahan masalah ketenagakerjaan untuk sektor tertentu. 2 Pertimbangan, saran dan pendapat sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 disampaikan melalui LKS Tripartit Nasional, LKS Tripartit Propinsi, dan LKS Tripartit KabupatenKota.
Pasal 61
1 Susunan keanggotaan LKS Tripartit Sektoral Nasional, LKS Tripartit Sektoral Propinsi, dan LKS Tripartit Sektoral
KabupatenKota terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Anggota yang mewakili unsur Pemerintah, organisasi pengusaha, dan serikat
pekerjaserikat buruh. 2 Jumlah anggota LKS Tripartit Sektoral Nasional, LKS Tripartit
Sektoral Propinsi, dan LKS Tripartit Sektoral KabupatenKota dalam susunan keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat
1 adalah : a. sebanyak-banyaknya 12 dua belas orang anggota untuk LKS
Tripartit Sektoral Nasional; b. sebanyak-banyaknya 8 delapan orang anggota untuk LKS
Tripartit Sektoral Propinsi; dan c. sebanyak-banyaknya 8 delapan orang anggota untuk LKS
Tripartit Sektoral KabupatenKota.
Pasal 62
1 Keanggotaan LKS Tripartit Sektoral Nasional, LKS Tripartit Sektoral Propinsi, dan LKS Tripartit Sektoral KabupatenKota
diangkat dan diberhentikan oleh : a. Menteri selaku Ketua LKS Tripartit Nasional;
b. Gubernur selaku Ketua LKS Tripartit Propinsi; dan
c. BupatiWalikota selaku Ketua LKS Tripartit Kabupaten Kota. 2 Pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan LKS Tripartit
Sektoral Nasional, LKS Tripartit Sektoral Propinsi, dan LKS Tripartit Sektoral KabupatenKota sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan mengenai komposisi keterwakilan, pengangkatan, pemberhentian, dan
persyaratan keanggotaan LKS Tripartit Nasional, LKS Tripartit Propinsi, dan LKS Tripartit KabupatenKota sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah ini serta memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 63
1 Ketentuan mengenai tata kerja LKS Tripartit Sektoral Nasional, LKS Tripartit Sektoral Propinsi, dan LKS Tripartit Sektoral
KabupatenKota dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan mengenai tata kerja LKS Tripartit Nasional, LKS Tripartit
Propinsi, dan LKS Tripartit KabupatenKota sebagaimana diatur dalam dalam Peraturan Pemerintah ini serta memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2 Dalam melaksanakan tugasnya :
a. LKS Tripartit Sektoral Nasional berkoordinasi dengan LKS Tripartit Nasional;
b. LKS Tripartit Sektoral Propinsi berkoordinasi dengan LKS Tripartit Propinsi; dan
c. LKS Tripartit Sektoral KabupatenKota berkoordinasi dengan LKS Tripartit KabupatenKota.
Pasal 64
Ketentuan lebih lanjut bagi pelaksanaan pembentukan LKS Tripartit Sektoral Nasional, LKS Tripartit Sektoral Propinsi, dan LKS Tripartit
Sektoral KabupatenKota diatur oleh : a. Menteri selaku Ketua LKS Tripartit Sektoral Nasional;
b. Gubernur selaku Ketua LKS Tripartit Sektoral Propinsi; dan c.
BupatiWalikota selaku Ketua LKS Tripartit Sektoral KabupatenKota.
BAB VI KETENTUAN PENUTUP