2.2.6 Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Hasil
penelitian Suwarti 2014 menjelaskan semakin cukup umur seseorang semakin matang dan kekuatan seseorang akan
lebih matang juga dalam berpikir dan bekerja, sehingga sebagai responden yang berusia lebih dewasa akan lebih
matang dalam berpikir dan mengambil keputusan karena pengalaman hidup yang pernah dialaminya. Bertambahnya
umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya.
2.3. Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, baik yang bersifat intern maupun ekstern
sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut.
Sikap secara realitas menunjukan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima,
merespon, menghargai, dan bertanggung jawab Sunaryo, 2004. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat
dilihat, tetapi
hanya dapat
ditafsirkan. Sikap
merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk
berkelakuan dengan pola tertentu, terhadap suatu obyek akibat pendirian dan perasaan terhadap obyek tersebut. Sikap merupakan
kecenderungan merespon secara positif atau negatif orang, situasi atau obyek tertentu Maulana, 2009.
Sikap tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, yang menjadi
predisposisi tindakan suatu perilaku, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap secara minimal, masyarakat memiliki pola berpikir
tertentu dan pola berpikir diharapkan dapat berubah dengan diperolehnya pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan melalui
interaksi dengan lingkungannya Notoatmodjo, 2003. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya
tambahan informasi tentang obyek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap dapat dibentuk dari adanya
interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi di sini tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan antarpribadi sebagai anggota
kelompok sosial, tetapi juga meliputi hubungan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis sekitarnya Maulana, 2009.
Komponen pokok sikap meliputi hal-hal berikut: 1
kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu obyek; 2 kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek; 3 kecenderungan
bertindak tend to behave. Ketiga
komponen tersebut,
secara bersama-sama
membentuk total attitude. Dalam hal ini, determinan sikap adalah pengetahuan, pikiran, kenyakinan, dan emosi. Sikap memiliki tiga
komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu kognitif, efektif, dan konatif. a komponen Kognitif cognitive. Disebut juga komponen
perceptual, yang berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi indivudu terhadap obyek sikap dengan apa yang dilihat dan
diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. Sebagai contoh,
seseorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika menyadari sakit dan terasa nikmatnya sehat; b komponen Afektif komponen
emosional. Komponen ini menunjukkan dimensi emosional subyektif individu terhadap obyek sikap, baik bersifat positif rasa
senang maupun negatif rasa tidak senang. Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sabagai sesuatu
yang benar terhadap obyek sikap tersebut; c Komponen Konatif komponen perilaku. Komponen ini merupakan predisposisi atau
kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap yang dihadapinya misalnya, para lulusan SMU banyak memilih melanjutkan ke
Politeknik Kesehatan karena setalah lulus menjanjikan pekerjaan yang jelas.
Menurut Sunaryo 2004, sikap memiliki lima fungsi, yakni sebagai berikut:
2.3.1 Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan
alasan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.
2.3.2 Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap diambil untuk
melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga diri.
2.3.3 Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan
nilai yang ada pada dirinya. Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu bersangkutan
misalnya, individu yang telah menghayati ajaran agama, sikapnya akan tercermin dalam tutur kata,
perilaku, dan perbuatan yang dibenarkan ajaran agamanya.
2.3.4 Fungsi pengetahuan, setiap individu memiliki motif
untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. 2.3.5
Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya.
2.4. Senam Hamil