Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur pada Ibu Hamil di Dua Rumah Sakit Swasta Kota Salatiga T1 462012025 BAB IV

(1)

56

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Partisipan Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil primigravida maupun multigravida dengan usia kandungan 22 – 32 minggu. Adapun responden dalam penelitian ini tidak memiliki penyakit penyerta ataupun sedang dalam perawatan tenaga kesehatan. Penelitian ini diikuti oleh 31 ibu hamil yang telah bersedia menjadi responden penelitian dan siap melakukan senam hamil sebanyak 12 kali yang dilaksanakan selama 1 bulan.

4.2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua Rumah Sakit Swasta kota Salatiga pada 11 April hingga 7 Mei 2016. Adapun pelaksanaan penelitian meliputi persiapan dan proses pelaksanaan.

4.2.1. Persiapan

Setelah mendapat izin penelitian dari kedua Rumah Sakit terkait, peneliti kemudian melakukan diskusi dengan instruktur senam di kedua Rumah Sakit untuk mengkonfirmasi tujuan, metode dan prosedur penelitian.

Pada saat yang sama juga dilakukan pendataan terhadap seluruh calon responden dan didapati 38 ibu hamil


(2)

memenuhi kriteria penelitian dan bersedia menandatangani lembar persetujuan responden yang telah disediakan oleh peneliti.

Seiring berjalannya proses penelitian ada beberapa responden yang dengan alasan pribadi tidak bisa mengikuti penelitian, sehingga responden yang awalnya berjumlah 38 berkurang menjadi 31 responden. Tiga puluh satu responden merupakan jumlah akhir hingga penelitian selesai.

Pemberian perlakuan senam hamil ini dipimpin oleh peneliti dan dibantu oleh instruktur senam hamil yang bertugas di kedua Rumah Sakit tersebut. Pelaksanaan perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu, untuk Rumah sakit pertama dijadwalkan pada hari Senin, Rabu dan Jumat sedangkan Rumah Sakit kedua pemberian perlakuan dilakukan pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Perlakuan senam hamil dimulai pada jam 07.00 a.m. dan berlangsung selama 45 menit.

4.2.2. Proses pelaksanaan

Proses pelaksanaan diawali dengan absensi responden yang mengikut senam hamil, setelah itu dilakukan pre-test kualitas tidur seluruh responden dengan


(3)

menggunakan kuesioner kualitas tidur yang telah disediakan oleh peneliti.

Tahap pelaksanaan selanjutnya adalah mulai menyiapkan instrumen yang digunakan untuk senam hamil, seperti bantalan tipis atau matras untuk alas senam hamil, kemudian senam hamil dimulai dari gerakan pada jari-jari kaki dan telapak kaki berguna untuk mengurangi bengkak pada kaki.

Gerakan senam hamil yang diberikan pada penelitian ini merupakan gerakan yang pada umumnya digunakan oleh banyak Rumah Sakit. Adapun gerakan yang diberikan antara lain:

1. Senam untuk pinggang dalam kondisi terlentang dan merangkak berguna untuk mengambalikan posisi panggul agar dapat mencegah atau mengurangi rasa pegal dipanggul pada umumnya.

2. Teknik pernapasan yang dilakukan dengan badan dalam posisi merangkak. Sambil menarik nafas, perut dan punggung diangkat keatas, tundukkan kepala sehingga tubuh membentuk lingkaran sambil menghembuskan napas. Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan oksigen bagi janin, menghilangkan rasa


(4)

sakit dan mengurangi nyeri saat kontraksi. Teknik ini dilakukan terus hingga hitungan kedelapan selesai. 3. Senam pada satu lutut dipergunakan untuk mengurangi

ketegangan otot-otot panggul. Senam ini dilakukan dengan menekuk lutut kanan kemudian dijatuhkan ke kanan. Hitung hingga 8 kali kemudian lakukan sebaliknya dengan menekuk kaki kiri dan jatuhkan kekiri. 4. Senam dengan kedua lutut dipergunakan untuk

menghilangkan rasa capek dari panggul dan pinggang karena kehamilan dan memberi rasa nyaman pada panggul. Tekuk kedua lutut kemudian jatuhkan kedua lutut kesamping kanan - kembalikan ke posisi semula kemudian jatuhkan ke sisi kiri. Dilakukan terus hingga hitungan kedelapan selesai.

5. Teknik pernapasan saat persalinan. Cara ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit saat kontraksi. Duduk bersandar, lutut ditekuk, lebarkan selebar mungkin, letakkan tangan disamping perut, tarik tangan ke atas sambil tarik napas, turunkan tangan sambil hembuskan napas.

6. Cara mengejan. Gerakan ini untuk melatih cara mengajan yang benar dan efektif. Posisikan badan antara duduk dan berbaring kemudian regangkan lutut,


(5)

kepalkan kedua tangan, saat perut mulai terasa sakit, tarik napas, hembuskan, berulang kali tari napas tahan, tundukan kepala dan mengejan, kemudian ambil napas kembali hingga sakit menghilang.

7. Cara pernapasan saat melahirkan. Gerakan ini dilakukan dengan memposisikan badan antara duduk dan berbaring kemudian kedua lutut diregangkan, kedua tangan berada disamping tubuh. Saat perut mulai sakit tarik napas perlahan, hembuskan, tarik lagi, hembuskan, tarik napas, tahan, kepala menunduk, dan mengejan. Jika ibu tidak kuat ambil napas lagi kemudian mengejan, sampai sakit hilang. Cara ini berfungsi untuk mengurangi perlukaan pada jalan lahir karena bayi dapat dibantu keluar dengan perlahan. Buka mulut lebar-lebar, bernapas (napas pendek) lewat mulut.

Senam hamil yang sama dilakukan hingga minggu terakhir. Pada hari terakhir pemberian perlakuan, peneliti melakukan post-test kualitas tidur pada seluruh responden, sehingga data penelitian telah lengkap didapatkan dengan jumlah responden 31 ibu hamil.


(6)

4.3. Hasil Penelitian

4.3.1. Analisisa Univariat

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden, usia kehamilan dan jumlah kehamilan.

Usia Responden Jumlah Presentase

< 20 1 3.2

20 – 35 30 96.8

> 35 0 0

Jumlah 31 100

Usia Kehamilan Jumlah Presentase

Trimester II 7 22.6

Trimester III 24 77.4

Jumlah 31 100

Jumlah Kehamilan Jumlah Presentase

Primigravida 12 38.8

Multigravida 19 61.2

Jumlah 31 100

Pada tabel 4.1 didapatkan persentase kualitas tidur pada ibu hamil berdasarkan usia responden sebagian besar adalah usia 20 – 35 tahun dengan 96,8 %, kualitas tidur berdasarkan usia kehamilan yaitu 77,4 % adalah ibu hamil


(7)

trimester III, sedangkan kualitas tidur berdasarkan jumlah kehamilan berjumlah 61,2 % adalah ibu multigravida.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam Hamil Berdasarkan Usia Responden

Usia Responden

Kualitas Tidur

Frekuensi Presentase

Pre Test Post Test Pre Test Post Test < 20 Baik

Sedang Buruk 1 0 0 1 0 0 3.2 0 0 3.2 0 0 20 – 35 Baik

Sedang Buruk 5 2 23 13 13 4 16.2 6.5 74.1 42 42 12.9

> 35 Baik

Sedang Buruk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pada tabel 4.2 kualitas tidur buruk pada ibu hamil berdasarkan usia responden sebagian besar dialami oleh ibu hamil berusia 20 – 35 tahun berjumlah 23 responden dengan 74,1 % dan menurun hingga 12,9 % setelah di beri perlakuan.


(8)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan

Kualitas Tidur

Frekuensi Presentase

Pre Test Post Test Pre Test Post Test Trimester II Baik

Sedang Buruk 2 1 4 3 3 1 6.5 3.2 12.9 9.7 9.7 3.2 Trimester III Baik

Sedang Buruk 4 1 19 11 10 3 12.9 3.2 61.2 35.4 32.2 9.7

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa kualitas tidur yang buruk dialami pada sebagian ibu hamil yang memasuki usia kandungan trimester III yaitu 19 responden dengan 61,2 % dan menurun hingga 9,7 % setelah diberi perlakuan.


(9)

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam Hamil Berdasarkan Jumlah Kehamilan

Jumlah Kehamilan

Kualitas Tidur

Frekuensi Presentase

Pre Test Post Test Pre Test Post Test Primigravida Baik

Sedang Buruk 1 1 10 4 5 3 3.2 3.2 32.2 12.9 16.2 9.7 Multigravida Baik

Sedang Buruk 5 1 13 10 8 1 16.2 3.2 42 32.2 25.8 3.2

Pada tabel 4.4 didapatkan hasil ibu multigravida yang mengalami penurunan kualitas tidur adalah sebanyak 13 responden dengan 42 % dan menurun hingga 3,2 % setelah diberikan intervensi.


(10)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam Hamil

Kualitas Tidur

Frekuensi Persentase

Pre test Post test Pre test Post test Baik

Sedang Buruk

6 2 23

14 13 4

19.4 6.5 74.1

45.1 42 12.9

Jumlah 31 31 100 100

Pada tabel 4.5 diperoleh hasil ibu hamil yang mengalami penurunan kualitas tidur sebanyak 23 responden dengan 74,1 % dan menurun setelah diberikan perlakuan berupa senam hamil hingga 12,9 %.

4.3.2. Uji Normalitas

4.6. Tabel Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test Saphiro Wilk

Saphiro Wilk

Statistic Df Sign.

Pre Test Post Test

.742 .793

31 31

.824 .719


(11)

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.6 di atas kedua variabel memiliki signifikansi p > 0,05. Uji normalitas dengan menggunakan statistik Saphiro Wilk pada Variabel kualitas tidur sebelum diberikan perlakuan adalah sebesar 0,742 dengan nilai probabilitas (p) atau nilai signifikansi sebesar 0,824 (p > 0,05). Oleh karena nilai signifikansi p > 0,05, maka distribusi data pre-test kualitas tidur pada ibu hamil berdistribusi normal. Hal yang sama juga terjadi pada hasil post-test kualitas tidur ibu hamil yang menunjukan nilai statistik 0,793 dengan nilai signifikansi sebesar 0,719 yang berarti p > 0,05, sehingga dapat disimpulkan data post-test kualitas tidur pada ibu hamil berdistribusi normal.


(12)

4.3.3. Analisa Bivariat

Berikut ini tabel uji paired sampel t-test Pengaruh Tingkat Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam.

Tabel 4.7 Distribusi Pengaruh Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Senam Hamil

Variabel Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

T df P

Value

Pre-Test 51.4234 13.899 2.496

5.363 30 .000

Post-Test 28.6507 14.139 2.539

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa tingkat buruknya kualitas tidur responden sebelum senam hamil adalah nilai mean sebesar 51.4234 dan jauh mengalami penurunan dengan kata lain kualitas tidur responden menjadi baik dengan nilai mean 28.6507. Kriteria pengujian Jika t tabel < t hitung maka Ho diterima, dan Ha di tolak dan jika t tabel > t hitung maka Ho ditolak, dan Ha diterima. Pengujian hipotesis dengan uji paired sample t test menunjukkan nilai t hitung sebesar 5.363 > t 0,05 dengan nilai t tabel sebesar 2,042 atau nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh terhadap kualitas tidur pada ibu hamil sebelum dan sesudah mengikuti senam hamil dapat diterima. Pada pengujian paired sample t test kriteria


(13)

pengujian : Jika p value < 0,05 maka H0 ditolak, jika p value > 0,05 maka H0 diterima. Dari hasil pengujian paired sample t test pada penelitian ini, diketahui p value 0,000, karena p value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kualitas tidur pada ibu hamil sebelum dan sesudah mengikuti senam hamil dimana tergambar kualitas tidur ibu hamil cenderung buruk sebelum diberikan perlakuan senam sebanyak 12 kali dalam waktu 1 bulan dan mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2013) yang menyatakan bahwa latihan aerobilk dan edukasi tidur pada ibu hamil yang baik juga akan menurunkan gangguan tidur berupa insomnia. Gangguan tidur yang dialami oleh wanita hamil juga berkaitan dengan adanya major depressive disorder (MDD), seperti energi, napsu makan, perubahan berat badan, tidur dan keluhan-keluhan somatik. Dari hasil yang didapatkan dapat terlihat bahwa senam hamil memiliki banyak manfaat bagi ibu hamil khususnya untuk meningkatkan kualitas tidur ibu.


(14)

4.4. Pembahasan

Penelitian dilakukan di dua Rumah sakit Kota Salatiga, dimana selama proses penelitian berlangsung peneliti mendapati beberapa responden mengeluh bahwa semakin bertambahnya usia kandungan mereka mengalami kesulitan tidur yang dikarenakan beberapa hal yaitu sering Buang Air Kecil (BAK), merasa haus, cemas yang berlebih, nyeri punggung dan beberapa faktor fisik lainnya.

Asumsi dalam penelitian ini yaitu, ada pengaruh senam hamil terhadap kualitas tidur ibu hamil dalam arti kualitas tidur ibu yang buruk akan menjadi kualitas tidur baik atau sedang. Peneliti berasumsi bahwa senam hamil merupakan salah satu terapi relaksasi yang berguna untuk memberikan kenyamanan baik fisik maupun psikis selama menjalani masa kehamilan.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Indiarti (2008), bahwa pada latihan senam hamil terdapat teknik relaksasi yang dapat mengurangi kecemasan. Saat individu mengalami kecemasan bahkan ketegangan, sistem saraf simpatis akan lebih aktif bekerja dibandingkan dengan sistem saraf parasimpatis yang hanya bekerja saat individu merasa relaks. Jika sistem saraf simpatis meningkatkan rangsangan atau memacu organ tubuh, memacu meningkatnya denyut jantung dan pernafasan, serta menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi (peripheral) dan


(15)

pembesaran pembuluh darah pusat, maka sebaliknya sistem saraf parasimpatis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis dan menaikkan semua fungsi yang diturunkan oleh sistem saraf simpatis. Maka relaksasi dapat menekan rasa tegang dan cemas.

Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan karakteristik responden yang dibagi dalam tiga hal yaitu usia responden, usia kehamilan dan banyaknya kehamilan.

1. Usia Responden

Dalam hal ini usia dapat mempengaruhi produktivitas individu, semakin tua usia seseorang maka tingkat produktivitas individu akan semakin menurun. Dalam penelitian ini usia juga mempengaruhi kualtas tidur yang dialami responden. Hasil ukur usia dalam tahun dikelompokan : 1) Kurang dari 20 tahun; 2) 20 – 35 tahun; 3) Lebih dari 35 tahun (Nursalam, 2001)

2. Usia Kehamilan

Menurut Progestian (2010), usia kehamilan dibagi dalam 3 bulanan (trimester). Trimester I merupakan proses dari pembentukan organ hingga tahap perkembangan, trimester II merupakan tahap perkembangan dan pertumbuhan lanjutan, sedangkan trimester III adalah tahap akselerasi tumbuh kembang dan persiapan proses kelahiran. Usia kehamilan dapat digitung dengan rumus Naegele berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir


(16)

(HPHT) sehingga dapat diketahui taksiran persalinan (Progestian, 2010)

3. Banyaknya Kehamilan

Kehamilan atau gravida adalah seorang ibu yang sedang hamil. Primigravida adalah seorang ibu yang sedang hamil untuk pertama kali. Multigravida adalah seorang ibu yang hamil lebih dari 1 sampai 5 kali. Tidak hanya tanda – tanda fisik psikologis seorang ibu yang hamil pertama kali maupun yang sudah pernah hamil tampak berbeda, hanya saja, biasanya ibu multigravida tampak lebih tenang dan lebih siap dalam menjalani kehamilannya terutama saat – saat persalinan jika dibandingkan ibu primigravida (Nursalam, 2001).

4.4.1. Kualitas Tidur berdasarkan Karakteristik Responden Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan karakteristik yang di ambil. Dilihat dari tabel 4.1 jumlah responden adalah 31 ibu hamil yang dibedakan dalam usia responden < 20 berjumlah 1 orang atau 3,2 %, responden dengan usia 20 – 35 berjumlah 30 ibu hamil dengan persentase 96,8 %. Karakteristik responden juga dibedakan dalam usia kehamilan dan jumlah kehamilannya. Ibu hamil dengan usia kehamilan trimester II berjumlah 7 ibu hamil atau 22,6 % dan terdapat 24 atau 77,4 % responden dengan usia kehamilan memasuki trimester III.


(17)

Responden berdasarkan jumlah kehamilan dibedakan dalam primigravida dan multigravida. Ibu primigravida dalam penelitian ini berjumlah 12 orang atau 38,8 %, sedangkan terdapat 19 atau 61,2 % ibu multigravida.

Pada tabel 4.2 kualitas tidur berdasarkan usia responden 20 – 35 tahun cenderung buruk dengan 74,1 % dibandingkan dengan usia responden < 20 yang memiliki kualitas tidur yang baik dengan angka 3,2 %. Sesudah diberikan perlakuan senam diperoleh penurunan angka kualitas tidur yang buruk hingga 12,9 %.

Menurut Nursalam (2001), usia individu 20-35 tahun merupakan usia reproduksi yang sempurna, dimana seorang wanita berada dalam kondisi aman untuk menjalani masa kehamilan. Terlepas dari kondisi sistem reproduksi yang sempurna dalam menjalani kehamilan, wanita hamil akan mengalami perubahan fisiologis dan psikologis yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama masa kehamilan.

Peristiwa hamil pada 20-35 tahun umumnya bukan merupakan pengalaman pertama bagi seorang wanita tetapi seringkali hal ini merupakan peristiwa yang tidak direncanakan sebelumnya. Meskipun pada usia tersebut seorang wanita telah siap menerima kehadiran seorang anak dan menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu tetap saja kehamilan pada usia tersebut berpotensi menimbulkan banyak perubahan dalam hidup.


(18)

Perubahan fisik yang tak bisa dihindari bahkan hingga perubahan mental ibu dalam penerimaan peran baru dalam keluarga merupakan beberapa hal yang secara tidak langsung sangat berdampak buruk pada kualitas tidur ibu bahkan hingga berpengaruh pada kesiapan sang ibu memasuki tahap persalinan.

Berdasarkan tabel 4.3 kualitas tidur ibu hamil dibedakan dalam usia kehamilan responden yaitu trimester II dan trimester III. Terdapat 61,2 % ibu hamil yang memiliki kualitas tidur yang buruk saat memasuki usia kehamilan trimester III dan didapatkan nilai lebih kecil yaitu 12,9 % ibu hamil pada trimester II yang memiliki kualitas tidur yang buruk sebelum diberi perlakuan. Sesudah diberi perlakuan berupa senam, kualitas tidur yang buruk pada ibu hamil trimester III mengalami penurunan hingga 9,7 % begitu juga dengan responden trimester II dengan persentase 3,2 %.

Menurut penelitian yang dilakukan Wulandari (2006) dan Komalasari (2012) yang meneliti hal yang sama menunjukan bahwa buruknya kualitas tidur ibu saat memasuki trimester III adalah sebagai akibat dari meningkatnya kecemasan dan ketidaknyamanan fisik. Ibu hamil yang memasuki trimester III menyadari akan kehamilannya yang telah memasuki tahap akhir sehingga akan timbul kecemasan yang tidak normal. Ketidaknyamanan fisik berhubungan dengan perubahan fisiologis


(19)

kehamilan yang akan menyebabkan nyeri punggung bawah, keram pada kaki, bahkan pegal pada seluruh bagian tubuh.

Wulandari (2006) juga mengatakan bahwa kecemasan dan ketidaknyamanan fisik merupakan stressor yang dapat merangsang sistem syaraf simpatis dan modula kelenjar adrenal. Pada keadaan ini akan terjadi peningkatan sekresi hormon adrenalin atau epinefrin, sehingga dapat meningkatkan ketegangan pada ibu hamil yang mengakibatkan ibu hamil menjadi lebih gelisah dan tidak mampu berkonsentrasi. Kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketidaknyamanan fisik lebih lanjut sehingga ibu hamil lebih sulit untuk tidur. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006) dan Komalasari (2012) diperkuat dengan data hasil survei National Sleep Foundation (2007), bahwa 78% wanita hamil trimester III di Amerika mengalami gangguan tidur.

Penelitian diatas juga sesuai dengan teori Bobak (2005), yang menyatakan bahwa tahap tidur pada kehamilan trimester III merupakan suatu hal yang menjadi tantangan tersendiri pada ibu hamil. Dengan adanya perubahan fisiologis yang menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan gangguan psikis seperti cemas yang berlebihan akan membuat ibu hamil mengalami kesulitan tidur. Kualitas tidur yang buruk terjadi pada sebagian besar ibu hamil trimester III dikarenakan karena nyeri punggung yang dikarenakan pembesaran uterus yang menyebabkan pergeseran pusat


(20)

gravitasi dan postur tubuh ibu hamil sehingga tubuh ibu cenderung menjadi lordosis dimana keadaan ini akan meregangkan otot punggung dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri.

Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan dan dari beberapa penelitian serupa, peneliti berpendapat bahwa sebagian besar ibu hamil trimester III mengalami gangguan tidur, hal serupa dikemukakan oleh Wahyuni (2012) yang menekankan bahwa 80 % ibu mengalami gangguan tidur selama masa kehamilan yang disebabkan oleh karena perubahan fisiologis sehingga ibu hamil kesulitan untuk mendapatkan kenyamanan saat tidur. Dalam proses penelitian, peneliti menemukan beberapa responden mengatakan bahwa semakin membesarnya uterus, ibu hamil kadang sukar untuk menentukan posisi tidur, sering Buang Air Kecil (BAK), dan minum air dimalam hari yang menyebabkan ibu sering terbangun. Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ibu hamil memiliki kualitas tidur yang buruk mungkin dapat dipicu oleh adanya peningkatan frekuensi BAK, kesulitan menentukan posisi tidur, kecemasan menghadapi persalinan dan nyeri punggung.

Pada tabel 4.4. menunjukan angka kualitas tidur yang dibedakan dalam jumlah kehamilan yang dialami responden. Dari 12 responden ibu primigravida didapatkan 10 atau 83 %


(21)

diantaranya memiliki kualitas tidur buruk dan diperoleh 13 dari 19 dengan persentase 68% ibu multigravida mengalami penurunan kualitas tidur sebelum diberikan perlakuan. Dilihat dari frekuensi responden, sebagian besar ibu primigravida cenderung memiliki kualitas tidur yang buruk jika dibandingkan dengan ibu multigravida, namun setelah diberikan perlakuan senam baik ibu primigravida maupun multigravida mengalami peningkatan kualitas tidur atau kualitas tidur ibu yang tadinya buruk menjadi baik.

Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2011) dan Arief Wibowo (2012) menyatakan bahwa banyak wanita primigravida akan mengalami peningkatan beban psikologis yang akan berdampak pada kualitas kesehatan ibu dan janin. Bagi ibu primigravida kehamilan merupakan pengalaman pertama sebagai seorang calon ibu, sehingga kecemasan merupakan suatu keluhan pokok yang harus dilalui oleh para ibu primigravida. Ketakutan mengenai penerimaan peran baru, takut perdarahan saat melahirkan, takut bayi cacat hingga takut terjadi komplikasi merupakan pengembangan reaksi kecemasan sehingga sangat berdampak pada aktivitas keseharian ibu termasuk dalam memenuhi kebutuhan tidur ibu.

Teori pendukung yang diungkapkan oleh Hamilton (1995) bahwa dengan adanya pikiran-pikiran negatif atau beban psikologis selama masa kehamilan pertama yang selalu diikuti dengan nyeri,


(22)

akan menyebabkan peningkatan kerja sistem saraf simpatik. Otak akan melepaskan hormon kortisol, epinefrin dan adrenalin ke dalam sistem tubuh sehingga memicu jantung untuk memompa darah lebih cepat. Akibatnya sistem saraf otonom mengaktifkan kelenjar adrenal yang mempengaruhi sistem pada hormon epinefrin. Adanya peningkatan hormon adrenalin dan noradrenalin atau epinefrin dan norepinefrin menimbulkan disregulasi biokimia tubuh, sehingga timbul ketegangan fisik pada diri ibu hamil. Dampak dari proses ini dapat timbul pada perilaku sehari-hari seperti ibu menjadi mudah marah, tersinggung, gelisah, ragu-ragu bahkan tidak mampu memusatkan perhatian.

Beban psikologis pada ibu hamil dapat memberikan dampak negatif bagi perilaku ibu pada umumnya, ibu primigravida cenderung akan mengalami peristiwa tentang kecemasan. Kecemasan yang berlebihan akan mamicu otak dalam pelepasan hormon kortisol yang tinggi sehingga akan memberikan dampak negatif bagi ibu seperti ketegangan motorik dan hiperaktivitas motorik dan otonom misalnya gemetar gugup, gelisah dan cepat lelah. Ketegangan yang disebabkan oleh tekanan psikologis yang dialami ibu dapat mempengaruhi perilaku sehari-hari ibu termasuk ketidakcukupan dalam memenuhi kebutuhan tidur (Misri, 2002).

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ummah (2012) yang mendapatkan hasil adanya hubungan antara


(23)

paritas dengan kejadian nyeri punggung pada kehamilan dan secara statistik tidak signifikan (p=0,770) Paritas yang tinggi akan meningkatkan resiko kejadian nyeri punggung. Dengan demikian semakin sering seorang wanita hamil dan melahirkan maka resiko terjadinya nyeri punggung selama masa kehamilan semakin meningkat dimana akan berdampak pada kualitas tidur ibu hamil.

Penelitian ini didukung oleh sebuah teori yang menyatakan bahwa perubahan secara anatomis dan fisiologis yang terjadi selama kehamilan tidak sepenuhnya bisa dipulihkan setelah masa kehamilan dan selesai persalinan. Bahkan beberapa perubahan yang terjadi akan menetap. Demikian halnya dengan perubahan muskuloskeletal, tonus otot yang mengalami peregangan pada kehamilan sebelumnya tidak bisa pulih seperti sebelum kehamilan terutama jika setelah masa kehamilan tidak melakukan latihan fisik yang tepat. Akibatnya otot-otot abdomen dan uterus akan mengendur. Otot-otot abdomen wanita akan lemah dan gagal menopang uterus yang membesar sehingga menyebabkan ibu hamil mengalami ketidaknyamanan saat mengandung (Varney, 2007).

Pendapat yang sama disampaikan oleh Moseley (2002), adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama hamil berlangsung secara terbalik pada masa post partum. Adaptasi ini mencakup hal – hal yang membantu relaksasi dan hipermorbilitas


(24)

sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6 sampai ke 8 setelah melahirkan akan tetapi jika tidak diimbangi dengan terapi fisik maka ibu akan mengalami kelemahan otot uterus ketika mengandung anak berikutnya.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan adanya dampak negatif dari perubahan psikologis yang dialami para responden. Beberapa responden primigravida mengatakan bahwa sering mengalami kesulitan tidur karena selalu mencemaskan tentang proses persalinan kelak hingga cemas terhadap penerimaan peran baru dalam keluarga, hal ini menimbulkan perilaku negatif seperti gelisah dan sensitif di malam hari. Berbeda dengan ibu multigravida yang merasa tidak begitu cemas karena kehamilan yang dialami bukanlah kehamilan yang pertama.

Dilihat dari perilaku ibu primigravida yang sulit untuk mendapatkan tidur yang nyenyak akibat respon terhadap kecemasan, maka peneliti berpendapat bahwa mekanisme koping yang dimiliki adalah maladaptif. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keliat (2006), Mekanisme koping maladaptif dapat menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Dengan adanya penyebab stress / stressor maka individu akan sadar dan tidak sadar untuk bereaksi untuk mengatasi masalah.


(25)

Beban psikologis berupa stres terhadap suatu masalah dapat mengakibatkan mekanisme koping negatif. Dari pembahasan ini peneliti berpendapat bahwa mekanisme koping negatif yang timbul akibat kecemasan berlebih dapat berpengaruh pada kualitas tidur ibu hamil, dalam hal ini kualitas tidur ibu primigravida cenderung menurun.

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh keseluruhan jumlah dan persentase kualitas tidur pada ibu hamil. Sebelum diberi perlakuan berupa senam hamil jumlah responden dengan kualitas tidur yang buruk sebanyak 23 ibu hamil dengan 74,1 %, responden yang memiliki kualitas tidur sedang berjumlah 2 orang dengan 6,5 %, sedangkan responden dengan kualitas tidur baik sebanyak 6 responden dengan persentase 19,4 %. Sesudah diberi perlakuan terdapat perubahan pada kualitas tidur ibu hamil dimana responden yang memiliki kualitas tidur yang buruk berubah menjadi sebanyak 4 responden atau 12,9 %, kemudian terjadi peningkatan jumlah responden yang memiliki kualitas tidur sedang sebanyak 13 ibu hamil dengan persentase 42 % sedangkan meningkat sebanyak 14 responden dengan persentase 45,1 % ibu hamil yang mempunyai kualitas tidur baik.


(26)

4.4.2. Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 31 responden di dua Rumah Sakit Kota Salatiga didapatkan adanya pengaruh senam hamil dalam meningkatkan kualitas tidur responden. Dimana diperoleh 74,1 % kualitas tidur ibu hamil buruk, setelah diberi perlakuan senam sebanyak 12 kali diperoleh data 12,9 % atau kualitas tidur ibu hamil yang buruk mengalami penurunan. Sehingga peneliti menganggap hasil penelitian ini sesuai dengan asumsi awal yang menyatakan bahwa senam hamil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas tidur pada ibu hamil.

Hal ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Mulyani (2005), menurut Mulyani senam hamil dapat dilakukan sekali seminggu atau maksimal 3 kali dalam seminggu selama kurang lebih 45 menit sekali senam. Senam hamil merupakan terapi gerak untuk mempersiapkan ibu hamil secara fisik maupun psikis dalam menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan (Widianti, 2010). Hal ini terjadi karena semakin tinggi frekuensi senam, maka semakin elastis pula otot-otot panggul. ibu-ibu yang melakukan senam hamil, otot-otot panggul sudah dipersiapkan untuk memberikan sensasi nyaman termasuk meningkatkan kualitas tidur pada ibu hamil dalam menghadapi usia kandungan yang bertambah (Supriatmaja & Suwardewa, 2005).


(27)

Begitu banyak manfaat terapi fisik bagi otot dan tulang. Salah satu sumber yang di sampaikan oleh Sumaryanti (2005) mengatakan bahwa latihan fisik akan menambah kekuatan otot Hal ini disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya sistem penyediaan energi di otot. Lebih dari itu perubahan otot ini akan mendukung kelincahan gerak dan kecepatan reaksi, sehingga dalam banyak hal kecelakaan dapat dihindari. Sedang bagi tulang latihan fisik akan menambah aktivitas enzim, tulang akan meningkatkan kepadatan, kekuatan, dan besarnya tulang, selain mencegah keroposan tulang. Permukaan tulang akan bertambah kuat dengan adanya tarikan otot yang terus-menerus.

Pendapat dengan makna yang sama di kemukakan oleh Peter (1997) dan Moseley (2002), pemberian terapi fisik baik aktif maupun secara pasif dapat mengurangi ketegangan otot atau berguna untuk membina kekuatan otot dan koordinasi otot dengan anggota gerak lainnya sehingga semakin tubuh menerima latihan fisik maka semakin baik pola aktivitas yang hasilkan. Semakin banyak otot menerima latihan fisik berarti kebutuhan zat asam (O2) dan zat makanan akan meningkat. Zat asam diperoleh melalui pernapasan, kemudian diangkut oleh darah ke jaringan otot yang secara langsung cara kerja jantung akan meningkat dan memompa


(28)

darah. Hal ini akan memberikan daya tahan pada otot tubuh manusia.

Penurunan kualitas tidur yang disebabkan oleh ketidaknyamanan fisik yang dialami oleh wanita hamil merupakan masalah yang paling menonjol yang sering dihadapi ibu hamil. Nyeri punggung yang terjadi pada sebagian besar ibu hamil adalah sebagai akibat dari kelemahan otot pinggang dalam menopang postur tubuh ibu ataupun karena kekakuan otot yang disebabkan oleh beban psikologis ibu. Senam hamil merupakan cara yang sangat efektif untuk meningkatkan kualitas otot rahim dan sendi-sendi panggul untuk dapat menopang postur tubuh ibu yang semakin membesar (Nala, 2002).

Menurut Newmen (2009), Sebagian besar wanita yang tidak terlatih saat hamil, otot dasar panggulnya akan menjadi lemah, terulur, menipis, dan bahkan robek dan saraf yang mensarafinya ikut cidera atau terganggu. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat dari menahan beban janin dalam kandungan. Senam hamil akan melatih otot dasar panggul secara menyeluruh dan berkelanjutan, terutama otot levator ani kususnya pada otot pubococcygeus yang mendapat persarafan dibawah kontrol voluntair serta meningkatkan tonus dan fungsi otot dasar panggul pada wanita hamil sehingga dapat memberikan kenyamanan berupa teraturnya pola tidur ibu.


(29)

Senam hamil yang merupakan salah satu pelayanan antenatal dan merupakan sebuah alternatif terapi yang diberikan pada ibu hamil dan menimbulkan efek relaks yang melibatkan syaraf parasimpatis dalam sistem syaraf pusat. Dimana salah satu fungsi syaraf parasimpatis ini adalah menurunkan produksi hormon adrenalin atau epinefrin (hormon stress) dan meningkatkan sekresi hormon endorfin sehingga terjadi penurunan kecemasan serta ketegangan pada ibu hamil yang membantu ibu hamil menjadi lebih relaks dan tenang (Wulandari, 2006).

Pelaksanaan senam hamil yang teratur juga dapat menurunkan hormon-hormon stress yaitu dengan mengaktifkan hormon endofrin alami, meningkatkan perasaan relaks, memperbaiki sistem kimia tubuh, sehingga menormalkan tekanan darah serta menormalkan pernapasan, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas gelombang otak (Heru, 2008)

Sejalan dengan teori yang di paparkan oleh Siahaan (2013), terapi fisik berupa senam bagi ibu hamil dapat memberikan sensasi relaks dimana dapat memberikan banyak manfaat yang dikhususkan pada laju pernapasan individu yang lebih dalam dan lebih lambat sehingga sangat baik menimbulkan ketenangan, dapat mengendalikan emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.


(30)

Dari pembahasan diatas dan dari pengalaman yang ditemukan peneliti dalam proses penelitian, peneliti memiliki pendapat bahwa senam hamil merupakan pelayanan antenatal yang efektif dan sangat bermanfaat khususnya dalam meningkatkan kualitas tidur pada ibu hamil yang cenderung mengalami ketidaknyamanan fisik maupun psikis terkait adanya perubahan fisiologi dan psikologis. Dalam pembahasan diatas juga terlihat jelas bahwa adanya pengaruh senam hamil yang signifikan terhadap kualitas tidur ibu.

Pendapat peneliti juga didukung oleh konsep senam hamil yang dikemukakan oleh Hilal (2009), dijelaskan bahwa senam hamil dilakukan untuk mempersiapkan fisik dan psikis ibu hamil dalam proses kehamilan dan persalinan. Melalui latihan senam hamil akan menghasilkan kehamilan yang sehat, persalinan dapat berjalan secara normal, memberikan kenyamanan dalam beraktivitas dengan mengurangi semua keluhan-keluhan yang terjadi selama masa kehamilan yang menjadi faktor penyebab menurunnya kualitas tidur pada ibu hamil.


(31)

4.5. Keterbatasan Penelitian

Selama proses pelaksanaan terdapat beberapa hal yang peneliti anggap sebagai hambatan dalam proses pengambilan data. Berikut adalah beberapa hal yang peneliti maksudkan sebagai hambatan dalam penelitian.

1. Selama berjalannya proses perlakuan beberapa ibu hampir tidak sempat hadir dikarenakan terkendala sarana transportasi.

2. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan senam seringkali mundur hingga 30 menit dikarenakan keterlambatan beberapa responden. Sambil menunggu responden yang sedang dalam perjalanan, peneliti menggunakan waktu yang ada untuk sharing seputar kehamilan para ibu.

3. Sebagian responden dalam penelitian ini telah mendapatkan perlakuan senam hamil meskipun tidak rutin.


(1)

4.4.2. Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 31 responden di dua Rumah Sakit Kota Salatiga didapatkan adanya pengaruh senam hamil dalam meningkatkan kualitas tidur responden. Dimana diperoleh 74,1 % kualitas tidur ibu hamil buruk, setelah diberi perlakuan senam sebanyak 12 kali diperoleh data 12,9 % atau kualitas tidur ibu hamil yang buruk mengalami penurunan. Sehingga peneliti menganggap hasil penelitian ini sesuai dengan asumsi awal yang menyatakan bahwa senam hamil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas tidur pada ibu hamil.

Hal ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Mulyani (2005), menurut Mulyani senam hamil dapat dilakukan sekali seminggu atau maksimal 3 kali dalam seminggu selama kurang lebih 45 menit sekali senam. Senam hamil merupakan terapi gerak untuk mempersiapkan ibu hamil secara fisik maupun psikis dalam menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan (Widianti, 2010). Hal ini terjadi karena semakin tinggi frekuensi senam, maka semakin elastis pula otot-otot panggul. ibu-ibu yang melakukan senam hamil, otot-otot panggul sudah dipersiapkan untuk memberikan sensasi nyaman termasuk meningkatkan kualitas tidur pada ibu hamil dalam menghadapi usia kandungan yang bertambah (Supriatmaja & Suwardewa, 2005).


(2)

Begitu banyak manfaat terapi fisik bagi otot dan tulang. Salah satu sumber yang di sampaikan oleh Sumaryanti (2005) mengatakan bahwa latihan fisik akan menambah kekuatan otot Hal ini disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya sistem penyediaan energi di otot. Lebih dari itu perubahan otot ini akan mendukung kelincahan gerak dan kecepatan reaksi, sehingga dalam banyak hal kecelakaan dapat dihindari. Sedang bagi tulang latihan fisik akan menambah aktivitas enzim, tulang akan meningkatkan kepadatan, kekuatan, dan besarnya tulang, selain mencegah keroposan tulang. Permukaan tulang akan bertambah kuat dengan adanya tarikan otot yang terus-menerus.

Pendapat dengan makna yang sama di kemukakan oleh Peter (1997) dan Moseley (2002), pemberian terapi fisik baik aktif maupun secara pasif dapat mengurangi ketegangan otot atau berguna untuk membina kekuatan otot dan koordinasi otot dengan anggota gerak lainnya sehingga semakin tubuh menerima latihan fisik maka semakin baik pola aktivitas yang hasilkan. Semakin banyak otot menerima latihan fisik berarti kebutuhan zat asam (O2) dan zat makanan akan meningkat. Zat asam diperoleh melalui pernapasan, kemudian diangkut oleh darah ke jaringan otot yang secara langsung cara kerja jantung akan meningkat dan memompa


(3)

darah. Hal ini akan memberikan daya tahan pada otot tubuh manusia.

Penurunan kualitas tidur yang disebabkan oleh ketidaknyamanan fisik yang dialami oleh wanita hamil merupakan masalah yang paling menonjol yang sering dihadapi ibu hamil. Nyeri punggung yang terjadi pada sebagian besar ibu hamil adalah sebagai akibat dari kelemahan otot pinggang dalam menopang postur tubuh ibu ataupun karena kekakuan otot yang disebabkan oleh beban psikologis ibu. Senam hamil merupakan cara yang sangat efektif untuk meningkatkan kualitas otot rahim dan sendi-sendi panggul untuk dapat menopang postur tubuh ibu yang semakin membesar (Nala, 2002).

Menurut Newmen (2009), Sebagian besar wanita yang tidak terlatih saat hamil, otot dasar panggulnya akan menjadi lemah, terulur, menipis, dan bahkan robek dan saraf yang mensarafinya ikut cidera atau terganggu. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat dari menahan beban janin dalam kandungan. Senam hamil akan melatih otot dasar panggul secara menyeluruh dan berkelanjutan, terutama otot levator ani kususnya pada otot pubococcygeus yang mendapat persarafan dibawah kontrol voluntair serta meningkatkan tonus dan fungsi otot dasar panggul pada wanita hamil sehingga dapat memberikan kenyamanan berupa teraturnya pola tidur ibu.


(4)

Senam hamil yang merupakan salah satu pelayanan antenatal dan merupakan sebuah alternatif terapi yang diberikan pada ibu hamil dan menimbulkan efek relaks yang melibatkan syaraf parasimpatis dalam sistem syaraf pusat. Dimana salah satu fungsi syaraf parasimpatis ini adalah menurunkan produksi hormon adrenalin atau epinefrin (hormon stress) dan meningkatkan sekresi hormon endorfin sehingga terjadi penurunan kecemasan serta ketegangan pada ibu hamil yang membantu ibu hamil menjadi lebih relaks dan tenang (Wulandari, 2006).

Pelaksanaan senam hamil yang teratur juga dapat menurunkan hormon-hormon stress yaitu dengan mengaktifkan hormon endofrin alami, meningkatkan perasaan relaks, memperbaiki sistem kimia tubuh, sehingga menormalkan tekanan darah serta menormalkan pernapasan, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas gelombang otak (Heru, 2008)

Sejalan dengan teori yang di paparkan oleh Siahaan (2013), terapi fisik berupa senam bagi ibu hamil dapat memberikan sensasi relaks dimana dapat memberikan banyak manfaat yang dikhususkan pada laju pernapasan individu yang lebih dalam dan lebih lambat sehingga sangat baik menimbulkan ketenangan, dapat mengendalikan emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.


(5)

Dari pembahasan diatas dan dari pengalaman yang ditemukan peneliti dalam proses penelitian, peneliti memiliki pendapat bahwa senam hamil merupakan pelayanan antenatal yang efektif dan sangat bermanfaat khususnya dalam meningkatkan kualitas tidur pada ibu hamil yang cenderung mengalami ketidaknyamanan fisik maupun psikis terkait adanya perubahan fisiologi dan psikologis. Dalam pembahasan diatas juga terlihat jelas bahwa adanya pengaruh senam hamil yang signifikan terhadap kualitas tidur ibu.

Pendapat peneliti juga didukung oleh konsep senam hamil yang dikemukakan oleh Hilal (2009), dijelaskan bahwa senam hamil dilakukan untuk mempersiapkan fisik dan psikis ibu hamil dalam proses kehamilan dan persalinan. Melalui latihan senam hamil akan menghasilkan kehamilan yang sehat, persalinan dapat berjalan secara normal, memberikan kenyamanan dalam beraktivitas dengan mengurangi semua keluhan-keluhan yang terjadi selama masa kehamilan yang menjadi faktor penyebab menurunnya kualitas tidur pada ibu hamil.


(6)

4.5. Keterbatasan Penelitian

Selama proses pelaksanaan terdapat beberapa hal yang peneliti anggap sebagai hambatan dalam proses pengambilan data. Berikut adalah beberapa hal yang peneliti maksudkan sebagai hambatan dalam penelitian.

1. Selama berjalannya proses perlakuan beberapa ibu hampir tidak sempat hadir dikarenakan terkendala sarana transportasi.

2. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan senam seringkali mundur hingga 30 menit dikarenakan keterlambatan beberapa responden. Sambil menunggu responden yang sedang dalam perjalanan, peneliti menggunakan waktu yang ada untuk sharing seputar kehamilan para ibu.

3. Sebagian responden dalam penelitian ini telah mendapatkan perlakuan senam hamil meskipun tidak rutin.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur pada Ibu Hamil di Dua Rumah Sakit Swasta Kota Salatiga T1 462012025 BAB I

0 1 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur pada Ibu Hamil di Dua Rumah Sakit Swasta Kota Salatiga T1 462012025 BAB II

2 3 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur pada Ibu Hamil di Dua Rumah Sakit Swasta Kota Salatiga T1 462012025 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur pada Ibu Hamil di Dua Rumah Sakit Swasta Kota Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur pada Ibu Hamil di Dua Rumah Sakit Swasta Kota Salatiga

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Survey Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil terhadap Senam Hamil di Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga T1 462011042 BAB I

0 1 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Survey Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil terhadap Senam Hamil di Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga T1 462011042 BAB II

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Survey Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil terhadap Senam Hamil di Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga T1 462011042 BAB IV

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Survey Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil terhadap Senam Hamil di Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga T1 462011042 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Survey Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil terhadap Senam Hamil di Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga

0 0 19