EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA LESTARI DESA KARANG REJO KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.) PADA LAHAN

KELOMPOK TANI KARYA LESTARI DESA KARANG REJO KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Widia Della Gita Saputri

Di Indonesia, ubi kayu merupakan bahan pangan utama ketiga setelah padi dan jagung. Ubi kayu merupakan tanaman yang mudah ditanam dan dapat tumbuh di berbagai lingkungan agroklimat tropis, walaupun tentunya tingkat produksinya akan bervariasi menurut tingkat kesuburan dan ketersediaan air tanah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) Pada Lahan Kelompok Tani Karya Lestari Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000) dan mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dengan cara menghitung tingkat kelayakan finansial budidaya tanaman ubi kayu (Manihot esculent Crantz.).

Berdasarkan hasil analisis kualitas lahan dan karakteristik lahan, maka penilaian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000) adalah cukup sesuai dengan faktor pembatas tekstur tanah, KTK liat dan kandungan C-organik (S2rcnr). Secara finansial, usaha budidaya tanaman ubi

kayu Kelompok Karya Lestari Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, dengan nilai NPV rata-rata sebesar Rp 18.464.689,-. Net B/C rata-rata-rata-rata sebesar 1,53 dan IRR rata-rata-rata-rata sebesar 6,80 % bulan-1 yang nilainya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku saat ini yaitu diasumsikan sebesar 1,08 % bulan-1 atau 13% tahun-1.

Kata kunci : Evaluasi kesesuaian lahan, Budidaya ubi kayu, kelayakan usaha budidaya tanaman ubi kayu


(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.) PADA LAHAN

KELOMPOK TANI KARYA LESTARI DESA KARANG REJO KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh

WIDIA DELLA GITA SAPUTRI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta situasi Kabupaten Lampung Selatan ... 139 2. Pengambilan titik sampel di lokasi penelitian ...140

3. Bibit ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) varietas UJ 3 ... 142 4. Lahan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) Desa Karang Rejo

Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ... 143

5. Profil borring lahan I dan II ... 144 6. Profil borring lahan III dan IV ... 144


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) ... 8

2.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 10

2.3 Tipe Evaluasi Lahan ... 11

2.4 Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan ... 12

2.5 Klasifikasi Kesesuain Lahan ... 13

2.6 Analisis Finansial ... 20

2.6.1 Compounding Faktor (CF) ... 21

2.6.2 Net Present Value (NPV) ... 21

2.6.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 21

2.6.4 Internal Rate of Return (IRR) ... 21

III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Alat dan Bahan ... 23

3.3 Metode Penelitian ... 24

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 24

3.4.1 Tahap Persiapan ... 24

3.4.2 Pra Survei ... 24

3.4.3 Pengumpulan Data ... 25


(5)

3.4.3.2 Pengamatan Lapang dan Cara

Pengukurannya ... 26

3.4.3.3 Pengambilan Contoh Tanah ... 28

3.4.4 Analisis Tanah di Laboratorium ... 29

3.4.5 Analisis Data ... 29

3.4.5.1 Penilaian Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 29

3.4.5.2 Analisis Kelayakan Finansial ... 30

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.1.1 Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 33

4.1.1.1 Temperatur ... 33

4.1.1.2 Ketersediaan Air ... 34

4.1.1.3 Ketersediaan Oksigen ... 34

4.1.1.4 Media Perakaran ... 35

4.1.1.5 Retensi Hara ... 36

4.1.1.6 Toksisitas ... 37

4.1.1.7 Sodisitas ... 38

4.1.1.8 Bahaya Sulfidik ... 38

4.1.1.9 Bahaya Erosi ... 39

4.1.1.10Bahaya Banjir ... 39

4.1.1.11Penyiapan Lahan ... 39

4.1.1.12Penilaian Kesesuaian Lahan Berdasarkan Kriteria Biofisik... 40

4.1.1.13Penilaian Kesesuaian Lahan Berdasarkan Tingkat Produksi ... 40

4.1.2 Analisis Usaha Budidaya Tanaman Ubi Kayu ... 43

4.1.2.1 Biaya Usaha Tani Tanaman Ubi Kayu ... 43

4.1.2.2 Analisis Finansial ... 47

4.2 Pembahasan ... 48

4.2.1 Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 48


(6)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan... 65 5.2 Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. J. dan Rochayati. 1988. Peranan Bahan Organik dalam

Meningkatkan Efisiensi Pupuk dan Produktivitas Tanah. p 161-181. Dalam M. Sudjadi et. al. (eds) Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk, Bogor.

Anonim. 2010. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah.Malang. FPUB

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua Cetakan Kedua. IPB Press. Bogor. 472 hlm.

Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta. 36 hlm. Badan Pusat Statistik Lampung, 2009. Lampung dalam Angka. Biro Pusat

Statistik Provinsi Lampung. 560 hlm.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2008. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Ubi Kayu. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2010 pada pukul 11.00 WIB.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=53& notab=15

Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Departemen Pertanian. Bogor.

http://www.bpt.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=68& notab=20

Balai Penelitian Tanah. 2007. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian. Warta penelitian dan Pengembangan Pertanian 27 (6) : 13-15.

http://www.bpt.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=78& notab=40

Biro Pusat Statistik. 2007. Data Wilayah Desa Karang Rejo (Tidak dipublikasikan). Biro Pusat Statistik. Bandar Lampung.

Cock, H. J. 1983. Cassava. Potential Productivity of Field Crops Under Different Environment IRRI. Los Banos Philippines p. 85 – 87


(8)

Penebar Swadaya. Bogor.

Delgado dan Follet. 2002. Chemical Analysis Of Plants and Soils. Lab. Of Analytical & Agrochemistry, State University of Ghent, Belgium.

Dent, D dan Young A. 1981. Soil Suvey and Land Evaluation, George Allen and Unwin,London.

Djaenuddin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A.,dan Suharta, N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

FAO. 1976. A Framework For Land Evaluation. FAO Soil Bulletin 32. Food and Agriculture Organization of United Nations. Rome 87 p.

Fithriadi, R. 1997. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia. Pusat Penyuluhan Kehutanan. Jakarta. Hal 80 -81.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, Go Ban Hong, N. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. 488 p.

Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1994. Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pertanian Daerah Rekrasi dan Bangunan. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 381 hlm

Hilman, Y., A. Kasno, dan N. Saleh. 2004. Kacang-kacangan dan Umbi-umbian: Kontribusi terhadap Ketahanan pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam: Makrim, dkk (penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor; 95-132 hlm.

Ibrahim, M. Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta. 249 hal.

Karama, A.S. 2004. Pembangunan pertanian yang mensejahterakan bersama pemerintahan otonomi daerah dan perdagangan bebas. Makalah pada Seminar Nasional Satu Dasawarsa BPTP Sumatera Barat. Sukarami, 10-11 Agustus 2004: 11 hlm.

Kartasapoetra. 2005. Teknologi Konservasi Tanah. Rineka jaya. Jakarta

Lamina. 1989. Kedelai dan Perkembangannya. Penebar Swadaya. Jakarta. Lamina. 1989. Kedelai dan Perkembangannya. Penebar Swadaya. Jakarta. Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation. Bahan Kuliah Online. Universitas


(9)

Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/11/kapasitas-tukar-kation-ktk.html. Di akses 14 September 2011.

Mahi, A.K. 2001. Suvei Tanah dan Evaluasi Lahan. Diktat Kuliah. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 230 hlm.

Mahi, A.K., 2004. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. (Diktat Kuliah). Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 184 hlm.

Mahi, A.K., 2005. Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan. (Diktat Kuliah). Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 149 hlm.

Mulyani, S.M, A.G. Kartasapoetra. 2002. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian Cetakan 3. Rineka Cipta. Jakarta. 152 hlm.

Nugroho, S. G., J. Lumbanranja, A. K. Mahi, Ellizarti, D. Mawardi. 1984. Studi Identifikasi Kemungkinan Degradasi Kesuburan Tanah pada Lahan Usaha Tani Ubi Kayu. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rayes, M. L. 2006. Metode Inventaris sumber Daya Lahan. Andi. Yogyakarta Saraswati, R., D.H. Goenadi, D.S. Damardjati, N. Sunarlim, R.D.M.

Simanungkalit, dan D. Suparyani. 1998. Pengembangan Rhizo-plus untuk Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI press. Jakarta. 110 hlm.

Souri, Sofyan. 2001. Penggunaan Pupuk Kandang Meningkatkan Produksi Petani. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. litram@mataram.wasantara.net.id. Diakses tanggal 4 Agustus 2011.

Subagyo, H., Nata Suharta, dan Agus. B. Siswanto. 2000. Tanahtanah pertanian di Indonesia. hlm. 21-66 dalam Buku Sumber daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Wargiono, J., A. Hasanuddin, dan Suyamto. 2006. Teknologi Produksi Ubikayu Mendukung Industri Bioethanol. Puslitbangtan Bogor; 42 hlm.

Wargiono, J. 2007. Skenario Pengembangan Ubikayu Mendukung Program Penyediaan Bahan Baku Biofuel. Risalah Seminar 2006 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor: 1-14 hlm. Widiningsih. 1985. Evaluasi Lahan. Fakultas Pertanian Unibraw. Malang


(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Ubi Kayu

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari famili Euphorbiaceae yang terkenal sebagai sumber utama karbohidrat dan

daunnya sebagai sayuran. Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch, gaplek, tepung ubi kayu, etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamate, tepung aromatic, dan pellets.

Varietas ubi kayu unggul yang biasa ditanam, antara lain Adira 1, Adira 4, Adira 2, Darul Hidayah, Malang 1, Malang 2, Malang 4, Malang 6, UJ 3, dan UJ 5. Produksi Ubi kayu tahun 2010 sebesar 19.5 juta ton dengan areal seluas 1.24 juta ha. Provinsi Lampung adalah daerah penghasil ubi kayu terbesar (24 %), Jawa Timur (20 %), Jawa Tengah (19 %), Jawa Barat (11 %), Nusa Tenggara Timur (4.5 %), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (4.2 %).

Ubi kayu tanaman yang mudah ditanam dan dapat tumbuh di berbagai lingkungan agroklimat tropis, walaupun tentunya tingkat produksinya akan bervariasi

menurut tingkat kesuburan dan ketersediaan air tanah. Ubi kayu merupakan tanaman yang tahan di lahan kering, sedangkan pada lahan-lahan dengan tingkat kesuburan tinggi akan menyerap unsur hara yang banyak. Berdasarkan

karakteristik iklim di Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubi kayu dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun


(11)

beriklim kering sepanjang air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman tiap fase pertumbuhan (Wargiono, 2007), serta jenis lahan yang didominasi oleh tanah alkalin dan tanah masam, kurang subur, dan peka terhadap erosi.

Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, tanpa pemupukan akan terjadi pengurasan hara, sehingga kesuburan hara menurun dan produksi ubi kayu akan menurun. Berikut adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu (Wargiono, 2007).

- Pupuk Organik : 5 – 10 ton ha-1 setiap musim tanam - Urea : 150 – 200 kg ha-1

- SP36 : 100 kg ha-1 - KCl : 100 – 150 kg ha-1

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan ubi kayu di klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae Genus : Mahihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz.

Menurut Danarti dan Najiati (1999), tanaman ubi kayu dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 - 800 m dpl. Di atas ketinggian lebih dari 800 m dpl pertumbuhan


(12)

akan lambat, daunnya kecil, dan umbinya pun kecil dan sedikit. Drainase harus baik, tanah tidak terlalu keras dan curah hujan 760 – 2.500 mm tahun-1, dengan bulan kering tidak lebih dari 6 bulan. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60 % – 65 % dengan suhu berkisar 25 0 C – 28 0 C dengan tekstur tanah berpasir hingga liat, tumbuh baik pada tanah lempung berpasir yang cukup hara, serta struktur tanah yang gembur, pH tanah 4,5 - 8,0 optimal 5,8.

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10 - 700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10 - 1.500 m dpl. Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol (Wargiono dkk., 2006).

2.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji (Hardjowigeno, 1994). Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah dilakukan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan

tersebut diberikan masukkan-masukkan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan


(13)

dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan (Mahi, 2005).

2.3 Tipe Evaluasi Lahan

Hasil evaluasi lahan dapat dikemukakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai macam penggunaan yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Evaluasi kualitatif terutama digunakan dalam survai tinjau (reconnaissance) sebagai kegitan pendahuluan dalam rangka penelitian yang lebih detil (Mahi, 2004).

Evaluasi kuantitatif secara fisik seringkali digunakan sebagai dasar evaluasi ekonomi. Evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah evaluasi yang hasilnya diberikan dalam bentuk keuntungan atau kerugian masing-masing macam penggunaan lahan. Secara umum, evaluasi kuantitatif dibutuhkan untuk proyek khusus dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan investasi. Nilai uang digunakan pada data kuantitatif secara ekonomi yang dihitung dari biaya input dan nilai produksi. Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan

perbandingan bentuk-bentuk produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan karena dapat menggunakan satu harga yang berlaku atau harga bayangan dalam menilai produksi yang dibandingkan (Mahi, 2005).

2.4 Kualitas Lahan Dan Karakteristik Lahan


(14)

dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (Land Characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).

Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor negatif (Mahi, 2001). Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan (merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor penghambat atau pembatas.

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Beberapa pustaka menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan.

2.5 Klasifikasi Kesesuaian Lahan


(15)

secara spesifik pada tipe lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan dapat berbeda tergantung dari tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Menurut FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Ordo : pada tingkat ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan tidak sesuai (N).

2. Kelas : pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan marginal sesuai (S3). Sedangkan

lahan yang tergolong tidak sesuai (N) dibedakan antara lahan tidak sesuai sementara (N1) dan lahan tidak sesuai permanen (N2). Tingkat kelas dibagi

menjadi 5 yaitu :

(a) Lahan kelas sangat sesuai (S1)

Lahan yang relatif tidak memliki faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaannya secara berkelanjutan.

(b) Lahan kelas cukup sesuai (S2)

Mempunyai faktor pembatas yang berpengaruh terhadap

produktifitasnya, sehingga memerlukan tambahan (input) untuk meningkatkan produktifitas pada tingkat yang optimum.

(c) Lahan kelas sesuai marjinal (S3)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, sehingga berpengaruh terhadap produktifitasnya dan memerlukan input lebih besar daripada lahan kelas cukup sesuai (S2).


(16)

(d) Lahan kelas tidak sesuai sementara (N1)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang lebih berat tetapi sifatnya tidak permanen, sehingga dengan input pada tingkat tertentu masih dapat ditingkatkan produktifitasnya.

(e) Lahan kelas tidak sesuai permanen (N2)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan sifatnya permanen, sehingga tidak mungkin diperbaiki.

3. Sub Kelas: pada tingkat ini menggambarkan macam faktor pembatas atau perbaikan yang diperlukan dalam tingkat kelas.

4. Unit: pada tingkat ini menunjukkan sifat tambahan yang diperlukan untuk pengelolaan dalam tingkat sub kelas.

Menurut Djaenuddin dkk. (2000), deskripsi karakteristik lahan yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai berikut :

a. Temperatur (tc)

Temperatur merupakan suhu tahunan rata-rata yang dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada.

b. Ketersedian Air (wa)


(17)

rata-rata atau curah hujan selama masa pertumbuhan, bulan kering, dan kelembaban, yaitu:

(1) Curah Hujan

Curah hujan dinyatakan dalam curah hujan tahunan rata-rata (mm), atau dalam curah hujan rata-rata selama masa pertumbuhan.

(2) Bulan Kering

Bulan kering merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun yang jumlah curah hujannya kurang dari 60 mm bln-1.

(3) Kelembaban Udara

Kelembaban udara merupakan kelembaban udara rata-rata tahunan yang dinyatakan dalam persen (%).

c. Ketersediaan Oksigen (oa)

Karakteristik lahan yang menggambarkan ketersediaan oksigen adalah kelas drainase. Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukan lamanya dan seringnya jenuh air. Hal ini dapat dilihat dari ruang pori tanah pada lahan penelitian tersebut,

semakin besar ruang pori tanah maka kapasitas menahan airnya cepat, tetapi sebaliknya jika ruang pori tanah kecil maka kapasitas menahan airnya

buruk.

d. Kondisi Perakaran (rc)


(18)

tekstur tanah, bahan kasar, dan kedalaman tanah.

(1) Tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm, yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dibagi menjadi 6 kelas, yaitu : halus, agak halus, sedang, agak kasar, kasar, dan sangat halus.

(a)Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu.

(b)Agak halus : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu.

(c)Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu

(d) Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir, lempung berpasir halus

(e) Kasar : pasir, pasir berlempung (f) Sangat halus : liat (tipe mineral liat 2:1)

(2) Bahan Kasar

Bahan kasar dengan ukuran > 2 mm, yang menyatakan volume dalam persen (%), merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah. Bahan kasar dibedakan menjadi sedikit, sedang, banyak, dan sangat banyak.

(3) Kedalaman Tanah


(19)

yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang dievaluasi. Kedalaman tanah dibedakan menjadi sangat dangkal, dangkal, sedang, dan dalam.

e. Retensi Hara (nr)

Karakteristik lahan yang menggambarkan retensi hara adalah kapasitas tukar kation (KTK) liat, reaksi tanah (pH H2O), kejenuhan basa (KB), dan

kandungan C organik.

(1) KTK Liat

KTK Liat menyatakan kapasitas tukar kation fraksi liat, yang didapat dari persamaan berikut:

KTK liat = 100 × (% liat)-1 × KTK tanah (cmolc kg-1)

(2) Reaksi tanah (pH)

Reaksi tanah adalah nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering dinyatakan dengan data laboratorium atau pengukuran lapangan, sedangkan pada tanah basah diukur di lapangan.

pH = - Log [H+]

(3) Kejenuhan Basa

Kejenuhan basa adalah jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam

100 g contoh tanah yang dinyatakan dalam persen. Basa – basa dapat ditukar (cmolc kg-1)

KB = × 100 % KTK tanah (cmolc kg-1)

(4) C – Organik


(20)

f. Toksisitas

Toksisitas menggambarkan kandungan garam terlarut (salinitas) yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (DHL).

g. Bahaya Sulfidik (xs)

Kedalaman sulfidik dinyatakan oleh kedalaman ditemukannya bahan

sulfidik yang diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik atau pirit (FeS2). Pirit banyak ditemukan pada lapisan tanah yang paling

dangkal pada wilayah yang dekat dengan daerah pantai atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

h. Sodisitas

Sodisitas menggunakan nilai exchangeable sodium percentage atau ESP (%) yaitu dengan perhitungan.

Na dapat ditukar (cmolc kg-1)

ESP = × 100 %

KTK tanah (cmolc kg-1) i. Bahaya Erosi (fh)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya erosi adalah lereng dan bahaya erosi.

(1) Lereng

Lereng merupakan hasil beda ketinggian antara dua tempat

(kedudukan) dengan jarak datarnya yang dinyatakan dalam persen. Slope atau lereng dinyatakan dalam persen (%) atau derajat (o). Perbedaan tinggi diukur dari puncak sampai dasar lereng dan


(21)

dinyatakan dalam meter.

(2) Bahaya erosi

Bahaya erosi dapat diketahui dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun dibandingkan tanah yang tidak

tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A.

j. Bahaya Banjir (fh)

Bahaya banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh kedalaman banjir (x) dan lamanya banjir (y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir dapat diketahui dengan melihat kondisi lahan yang pada permukaan tanahnya terdapat genangan air.

Menurut Djaenuddin dkk. (2000), kriteria tanaman ubi kayu yaitu temperatur berkisar antara 20 - 35o C, yang optimum berkisar antara 22 - 28o C, dengan curah hujan antara 500 – 5.000 mm tahun-1 dan yang optimum 1.000 – 2.000 mm tahun

-1. Kedalaman tanah minimum 50 cm optimum ≥ 100 cm, konsistensi gembur

(lembab), permeabilitas sedang, drainase agak cepat sampai baik, tingkat

kesuburan sedang, tekstur lempung berpasir sampai liat. Reaksi tanah (pH) antara 4,5 – 8,2 yang optimum 5,2 sampai 7,0 serta pengapuran diperlukan pada pH < 5,0. Penurunan hasil bias terjadi karena salinitas dengan daya hantar listrik

mencapai (DHL) ≥ 0,5 ds m-1

. Penurunan hasil bisa mencapai 50 % apabila DHL mencapai 3 ds m-1, dan tanaman tidak mampu berproduksi jika DHL mencapai 7


(22)

ds m-1 (Tabel 10, Lampiran).

2.6 Analisis Finansial

Aspek finansial merupakan pokok dari kelayakan ekonomi. Dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain Net Present Value (NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR) (Ibrahim, 2003).

2.6.1 Compounding Factor (CF)

Compounding Factor (CF) adalah suatu bilangan yang lebih besar dari satu yang dipakai untuk mengalikan dan mengurangi suatu jumlah di waktu yang lalu sehingga diketahui nilainya saat ini, dihitung dalam persen (%).

2.6.2 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara manfaat dengan biaya pada discount rate tertentu. NPV menunjukan kelebihan manfaat dibandingkan biaya yang dikeluarkan dalam suatu usahatani. Perhitungan Net Present Value

merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai faktor diskon.

2.6.3 Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio)

B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan disbanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (Cost), sedangkan output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (Benefit).


(23)

2.6.4 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r) (Ibrahim, 2003).


(24)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada lahan Kelompok Tani Karya Lestari Desa Karang Rejo Kabupaten Lampung Selatan, dengan luas areal yang di teliti seluas 9 ha areal lahan komoditi tanaman ubi kayu. Secara administratif batas-batas wilayah Karang Rejo sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sidoharjo dan Desa Purwotani - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sinar rejeki dan Desa Sidoharjo - Sebelah Barat berbatasan dengan PTP N VII Trikora Rejo Mulyo.

Lokasi penelitian terdiri dari 4 lokasi yang berbeda dengan titik koordinat: Lahan pertama, 0543650 – 0543840 mT dan 9421028 – 9420807 mU. Lahan kedua, 0543607 – 0543784 mT dan 9421069 – 9421268 mU. Lahan ketiga, 0543409 – 0543506 mT dan 9420902 – 9421024 mU. Lahan keempat, 0543510 – 0543575 mT dan 9420899 – 9420989 mU. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2011.


(25)

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan antara lain :

1. Bor tanah : untuk pembuatan profil borring, pengambilan sampel tanah dan deskripsi karakteristik tanah

2. Meteran : untuk mengukur kedalaman tanah 3. Kantong plastik : untuk tempat sampel tanah

4. Kamera digital : untuk mengambil gambar yang mendukung kelengkapan data pada lokasi penelitian

5. Buku munsell soil colour chart : digunakan untuk mengamati dan mengetahui karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah

6. GPS (Global Positioning System) : untuk mengukur titik koordinat lokasi penelitian, kemiringan lereng dan titik pengambilan sampel tanah.

7. Alat-alat tulis : untuk mencatat data yang diperoleh langsung di lapangan, dan alat-alat laboratorium untuk menganalisis tanah.

8. Alat-alat Laboratorium : digunakan untuk menganalisis sampel tanah di laboratorium

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah yang diambil dari 4 titik dengan kedalaman pengambilan sampel tanah 0 – 40 cm, serta

bahan-bahan kimia untuk analisis tanah.

3.3 Metode Penelitian


(26)

evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan analisis fisik lingkungan berdasarkan kriteria fisik Djaenuddin dkk. (2000) dan analisis kelayakan usaha budidaya tanaman ubi kayu dengan menilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Pelaksanaan survei dilakukan bertahap yaitu: tahap persiapan, survei utama, dan analisis data.

3.4Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

3.4.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi pembuatan surat izin untuk penelitian, studi pustaka tentang keadaan umum lokasi penelitian sehingga diperoleh gambaran umum tentang lokasi penelitian, seperti data iklim, peta lokasi, karakteristik lahan dan penggunaan lahan, serta penyusunan daftar pertanyaan (kuesioner).

3.4.2 Pra Survei

Pada tahap ini dilakukan peninjauan lapangan secara kasar dan penentuan titik pengambilan contoh tanah pewakil berdasarkan keadaan lapang. Pengambilan titik contoh tanah dilakukan menggunakan GPS dan peta dasar survai seperti pada tahap persiapan. Berdasarkan prasurvei ditentukan 4 titik lokasi secara diagonal untuk pengambilan contoh tanah.


(27)

3.4.3 Pengumpulan Data 3.4.3.1Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:

(1) Data Fisik

Data fisik meliputi data fisik primer dan data fisik sekunder. Pengumpulan data fisik primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan petani pemilik lahan. Data yang dikumpulkan meliputi: media perakaran (tekstur tanah, bahan kasar, kedalaman tanah), ketersediaan oksigen (drainase), bahaya sulfidik (pirit), lereng, bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi), bahaya banjir (genangan), dan penyiapan lahan (batuan permukaan dan batuan singkapan).

Pengumpulan data fisik sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan yaitu data temperatur, ketersediaan air (curah hujan, bulan-bulan kering, dan kelembaban udara) 10 tahun terakhir.

(2) Data Sosial Ekonomi

Pengumpulan data sosial ekonomi primer dilakukan dengan cara wawancara kepada 8 orang petani Kelompok Tani Karya Lestari Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan yang mencakup 9 ha selama 5 tahun terakhir (5 musim).


(28)

Data yang dikumpulkan adalah biaya tetap, biaya variabel, dan data produksi. Sedangkan, data sosial ekonomi sekunder diperoleh dengan cara melihat suku bunga bank yang berlaku saat ini.

3.4.3.2 Pengamatan Lapang dan Cara Pengukurannya

Variabel yang diamati pada tahap pengamatan lapang meliputi:

ketersediaan oksigen (drainase), media perakaran (tekstur tanah, bahan kasar, kedalaman tanah), bahaya sulfidik (pirit), lereng, bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi), bahaya banjir (genangan), dan penyiapan lahan (batuan permukaan dan batuan singkapan).

(1) Drainase dapat dilihat dengan cara ada tidaknya genangan air atau karatan pada lapisan tanah.

(2) Cara pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil dalam tanah dengan cara pengeboran tanah, kemudian dilakukan perhitungan bahan kasar berdasarkan % volume.

(3) Kedalaman tanah diukur dengan melakukan pengeboran sampai ditemukannya lapisan padat yang kontinyus sehingga tidak dapat ditembus oleh akar.

(4) Bahaya sulfidik dapat diukur dengan cara melihat ada tidaknya pirit (Fe2S) di lapangan. Pada daerah penelitian kandungan sulfidik


(29)

dipengaruhi pasang surut air laut, sehingga diasumsikan kandungan pirit > 100 cm.

(5) Erosi diprediksi berdasarkan kondisi di lapangan, yaitu dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Dapat pula dilakukan dengan pendekatan lain yaitu dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan dengan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan dengan masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan dengan warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. (6) Kemiringan lereng diukur dengan menggunakan GPS, dinyatakan dalam persen. Kemiringan lereng dapat mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan.

(7) Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani setempat, apakah terdapat genangan air yang menutupi seluruh lahan pada saat musim hujan, selain itu bahaya banjir juga dibedakan berdasarkan kedalaman dan lamanya banjir. (8) Batu-batu di permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya

batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan tanah. Cara mengukur batuan di permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi penelitian.


(30)

(9) Singkapan batuan diamati dengan melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lokasi penalitian dan kemudian diukur persentasi banyaknya batuan yang tersingkap pada lahan tersebut.

3.4.3.3Pengambilan Contoh Tanah

Prinsip pengambilan contoh tanah adalah tanah yang diambil harus mewakili daerah yang diteliti. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada 4 lokasi yang berbeda di areal pertanaman ubi kayu. Sampel tanah diambil dengan menggunakan bor tanah dan di setiap lokasi diambil satu titik sampel tanah dan satu profil borring sampai kedalaman 120 cm. Keempat contoh tanah pada kedalaman tersebut dikomposit atau

dicampur, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dianalisis di Laboratorium.

3.4.4 Analisis Tanah di Laboratorium

Analisis laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis sampel tanah yang diambil pada 4 titik yang berbeda (titik garis diagonal) dengan kedalaman 0 – 40 cm. Kemudian sampel tanah dikering udarakan, lalu diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Tanah yang telah diayak, dianalisis di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia dan fisiknya.


(31)

Sifat kimia yang dianalisis adalah kapasitas tukar kation (KTK), pHH2O (1 : 2,5),

basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), C-organik, dan kejenuhan basa (KB). Sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah, dengan metode analisis yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Metode Analisis Laboratorium

Analisis Metode

KTK NH4OAc 1 N pH 7

pH H2O (1 : 2,5) pHmeter elektrik

C-organik Walkey & Black

Basa-basa dapat ditukar (Na, K, Ca, Mg) NH4OAc 1 N pH 7

Tekstur tanah Hydrometer

3.4.5 Analisis Data

3.4.5.1 Penilaian Kesesuaian Lahan Kualitatif

Analisis kesesuaian lahan dilakukan atas cara membandingkan potensi fisik lingkungan dengan mencocokkan persyaratan tumbuh tanaman ubi kayu

berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000) (Tabel 10, Lampiran) dengan menilai karakteristik dan kualitas lahan di lapang.

Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tani ubi kayu ini menguntungkan dan layak atau tidak. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria NPV, Net B/C ratio, dan IRR.

3.4.5.2 Analisis Kelayakan Finansial


(32)

sebagai berikut :

1) Compounding Factor (CF)

Merupakan suatu bilangan yang lebih besar dari satu yang dipakai untuk

mengalikan dan mengurangi suatu jumlah di waktu yang lalu sehingga diketahui nilainya saat ini, dihitung dalam persen (%).

Secara matematis rumus untuk menghitung CF adalah sebagai berikut CF = (1 + i)n

Keterangan :

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku n = waktu

2) Net Present Value (NPV)

Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut

i n

n i

Keterangan :

B = benefit (manfaat) sosial kotor usahatani

C = biaya sosial kontrol sehubungan dengan usahatani i = tingkat bunga bank yang berlaku

n = lama kegiatan/waktu Kriteria investasi :


(33)

Bila NVP > 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila NVP < 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila NVP = 0, usaha dalam keadaan break even point 3) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

e a i ni i nyang ernilai p si i

n

i i n yang ernilai nega i

Keterangan :

B = benefit (manfaat) C = cost (biaya)

i = tingkat bunga bank yang berlaku n = waktu

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even poin

4) Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang

menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NVP) sama dengan seluruh investasi usaha. Rumus yang digunakan adalah :


(34)

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NVP pada tingkat suku bunga (i1) yang bernilai positif

NPV2 = NVP pada tingkat suku bunga (i2) yang bernilai negatif

Kriteria investasi :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila IRR < tingkat suku bunga, usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila IRR = tingkat suku bunga, usaha dalam keadaan break even point.


(35)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Lahan penelitian milik Kelompok Tani Karya Lestari Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas tekstur tanah halus, KTK liat dan C-organik (S2rcnr)

untuk tanaman ubi kayu.

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman ubi kayu pada lahan Kelompok Tani Karya Lestari Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, dengan nilai NPV rata-rata selama 5 tahun tiap hektar sebesar Rp 18.464.689,-. Net B/C rata-rata sebesar 1,53 dan IRR rata-rata sebesar 6,80 % bulan-1 yang nilainya lebih besar dari tingkat suku yang berlaku saat ini yaitu diasumsikan sebesar 1,08 % bulan-1 atau 13 % tahun-1.


(36)

Lokasi penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas tekstur tanah, KTK liat dan C-organik sehingga tindakan

penanggulangan faktor pembatas yang dapat dilakukan yaitu melalui pemupukan dengan menggunakan bahan organik berupa pupuk organik berupa kompos dan pupuk kandang, serta pemberian mulsa berupa sisa-sisa tanaman.


(37)

Dengan mengucap syukur “Alhamdulillah”

Kupersembahkan karya kecilku ini sebagai rasa hormat, bakti, cinta, tanggung jawab, dan terimakasihku

Kepada

Almamaterku tercinta Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas Lampung


(38)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada Jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.


(39)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Pertanian merupakan salah satu sektor sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar dan beragam. Namun, sampai saat ini sektor pertanian belum handal dalam mensejahterakan petani, memenuhi kebutuhan sendiri, menghasilkan devisa, dan menarik investasi (Karama, 2004). Menurut Hilman dkk. (2004), khusus untuk ubikayu, perannya dalam perekonomian nasional terus menurun karena dianggap bukan komoditas prioritas sehingga kurang mendapat dukungan investasi baik dari sisi penelitian dan pengembangan, penyuluhan, pengadaan sarana dan prasarana, serta dalam pengaturan dan

pelayanan. Akibatnya luas areal panen terus berkurang dan produktivitas tidak meningkat secara nyata.

Di Indonesia, ubi kayu merupakan bahan pangan utama ketiga setelah padi dan jagung. Ubi kayu merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh di berbagai lingkungan agroklimat tropis, walaupun tentunya tingkat produksinya akan bervariasi menurut tingkat kesuburan dan ketersediaan air tanah.

Tanaman ubi kayu sebagian besar dikembangkan secara vegetatif yakni dengan setek. Jenis bahan tanaman (varietas/klon) ubikayu yang banyak ditanam di Lampung antara lain adalah varietas UJ 3 (Thailand), varietas UJ 5 (Cassesart),


(40)

dan klon lokal (BPS Lampung, 2009).

Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2008) jumlah luas lahan ubi kayu di Indonesia adalah 1.204.933 hektar dengan produksi 21.756.991 ton atau rata-rata sekitar 18 ton hektar-1. Produksi ubi kayu di Indonesia sebagian besar dihasilkan di Jawa (56.6 %), Provinsi Lampung (20.5 %) dan propinsi lain (22.9 %).

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah penghasil ubi kayu, dengan luas perkebunan mencapai 297.392 ha dan produktivitas 18,011 ton hektar-1 tahun-1 atau sekitar 5.386.062 ton tahun-1. Setiap hektar tanaman ubi kayu varietas unggul mampu menghasilkan 150 ton hektar-1 tahun-1, sementara ubi kayu lokal hanya 20 - 40 ton hektar-1 tahun-1 (BPS Provinsi Lampung, 2009).

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara

potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang.

Evaluasi kesesuaian lahan merupakan penilaian dan pendugaan potensi lahan untuk penggunaan tertentu. Dengan evaluasi lahan tersebut, potensi lahan dapat dinilai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan. Hal ini sangat diperlukan bagi usaha perkebunan. Pelaksanaan evaluasi lahan pada dasarnya mengarah pada rekomendasi penggunaan lahan dengan mempertimbangan semua aspek yang


(41)

menjadi pembatas dalam penggunaan lahan yang ditetapkan, agar lahan dapat berproduksi secara optimal dan lestari (Mahi, 2004).

Hasil evaluasi lahan menggambarkan kesesuaian lahan untuk berbagai keperluan dan sekaligus dapat diketahui hambatan dan kebutuhan biaya dalam pemanfaatan sumber daya lahan tersebut, sehingga berapa besar keuntungan dan bahkan kemungkinan kerugian yang didapat, baik secara fisik maupun secara finansial akan di ketahui melalui evaluasi lahan tersebut (Mahi, 2005).

Ubi kayu merupakan salah satu komoditas yang dibudidayakan petani di Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Pada kenyataannya petani belum pernah melaksanakan kegiatan evaluasi lahan. Penggunaaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan yang optimal sesuai daya dukungnya dapat dilakukan apabila tersedia informasi mengenai kesesuaian lahannya, serta penggunaan lahan baru dapat dikatakan menguntungkan apabila dengan biaya input yang dikeluarkan dapat menghasilkan jumlah produksi atau pendapatan lebih besar dari biaya input yang dikeluarkan. Bedasarkan hal tersebut perlu adanya penilaian kesesuaian lahan secara kualitatif dan kuantitatif pada lahan pertanaman ubi kayu di Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan agar mengetahui apakah lahan layak atau tidak untuk diusahakan.


(42)

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif tanaman ubi kayu (Manihot esculenta

Crantz) pada lahan Kelompok Tani Karya Lestari Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000).

2. Mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan finansial budidaya tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) pada lahan Kelompok Tani Karya

Lestari Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

1.3 Kerangka Pemikiran

Terjadinya alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non pertanian merupakan salah satu penyebab berkurangnya lahan pertanian, sedangkan lahan pertanian yang terus-menerus digunakan akan mengakibatkan kerusakan dan berkurangnya kesuburan tanah sehingga produksi yang dihasilkan lahan tersebut akan terus menerus menurun, karena itu diperlukan teknologi yang tepat untuk

mengoptimalkan penggunaan sumber daya lahan secara berkelanjutan.

Evaluasi Lahan merupakan suatu proses penilaian suatu lahan sehingga sesuai dengan kondisinya pada penggunaan-penggunan tertentu (Djaenuddin dkk., 2000). Evaluasi lahan berguna untuk mengetahui potensi atau kemampuan lahan bagi bagi penggunaan-penggunaan lahan tertentu. Misalnya bagi tanaman pariwisata, dan pemukiman. Apabila potensi lahan ini diketahui secara dini, perencanaan untuk tata guna lahan akan diharapkan akan memberikan dampak berkelanjutan bagi lahan tersebut.


(43)

lahan untuk tujuan tertentu. FAO (1976) menjelaskan bahwa dalam evaluasi lahan perlu memperhatikan aspek-aspek seperti ekonomi, sosial serta lingkungan yang berkaitan dengan perencanaan tata guna lahan.

Menurut Mahi (2005), kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan pada tipe lahan tertentu. Penilaian kelas kesesuaian lahan dilakukan

dengan cara mencocokkan antara kualitas lahan dan karakteristik lahan dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas lain yang dievaluasi. Dalam hal ini evaluasi lahan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Menurut Djaenuddin dkk. (2000), lahan ubi kayu yang termasuk ke dalam kelas S1 yaitu temperatur berkisar 22 – 28 °C, dengan curah hujan rata-rata antara 1.000 – 2.000 mm tahun-1, drainase baik sampai agak terhambat, pH tanah berkisar antara 5,2 - 7,0. KTK liat ≥ 16 cmolc kg-1, kejenuhan basa ≥ 20 %, kandungan C-

organik tanah lebih dari 0,8 %, dan kemiringan lereng kurang dari 8 %,

persyaratan tanaman ubi kayu selengkapnya tertera pada Tabel 10 (Lampiran).

Penelitian berlokasi di Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Desa Karang rejo memiliki ketinggian 47 - 110 m dpl, topografi datar sampai berombak dengan kemiringan 5 %, kedalaman tanah dalam, pH tanah berkisar 4 – 5,9 dengan tingkat kesuburan tanah dari sedang sampai baik dan drainase dari sedang sampai baik serta curah hujan 2.188,9 mm tahun-1 (Badan Pusat Statisik, 2007).


(44)

Lahan penelitian merupakan lahan garapan Kelompok Tani Karya Lestari yang telah berdiri sejak tahun 1999. Tanaman ubi kayu bukanlah satu-satunya

komoditi yang dibudidayakan di kelompok tani ini, tetapi ada komoditas lain yaitu Jagung (Zea mays.). Tanaman ubi kayu yang dibudidayakan Kelompok Tani Karya Lestari adalah ubi kayu varietas UJ 3. Varietas UJ 3 banyak ditanam petani karena berumur pendek tetapi kadar pati yang lebih rendah sehingga

menyebabkan tingginya rafaksi (potongan timbangan) saat penjualan hasil di pabrik (Biro Pusat Statistik, 2007).

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa petani di Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan menghasilkan panen ubi kayu sebanyak 15,134 – 24,795 ton hektar-1 dengan pendapatan sebesar Rp. 8.903.960,- hektar-1 sampai Rp. 12.397.500,- hektar-1 dengan biaya produksi Rp. 3.948.000,- hektar-1 musim-1.

Penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menggunakan kriteria biofisik yang disusun oleh Djaenuddin dkk. (2000), sedangkan penilaian secara kuantitatif adalah dengan menganalisis kelayakan finansial budidaya tanaman ubi kayu yang dilakukan dengan menghitung nilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), dan Internal Rate of Return (IRR).

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kondisi yang ada di daerah penelitian seperti yang dikemukakan dalam kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:


(45)

1. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada lahan Kelompok Tani Karya Lestari Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan adalah cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan air dan pH H2O (S2wanr).

2. Usaha budidaya tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) pada lahan Kelompok Tani Karya Lestari Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan secara finansial menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.


(46)

Judul Penelititan : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta

Crantz.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI

KARYA LESTARI DESA KARANG REJO KECAMATAN JATI AGUNG

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Nama Mahasiswa : Widia Della Gita Saputri

No. Pokok Mahasiswa : 0714031021 Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. Ir. Hery Novpriansyah, M. Si. NIP 19471127 197603 1 001 NIP. 19661115 19901 1 001

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P NIP 19641118 198902 1 002


(47)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. ………

Sekretaris : Ir. Hery Novpriansyah, M. Si. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Fahri, M.Sc. ………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S NIP 19610826 198702 1 001


(48)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Widia Della Gita Saputri dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 2 April 1989, anak kedelapan dari delapan bersaudara, dari pasangan Bapak Subarno dan Ibu Partini. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Sam Ratulangi Bandar Lampung pada tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Penengahan pada tahun 2001, Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 22 Bandar Lampung pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur PKAB dan pada tahun 2008 diintegrasikan pada Program Studi Agroteknologi.

Selama menjalani masa kuliah, penulis pernah menjadi asisten praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah pada tahun 2008-2009. Penulis melaksanakan praktik umum di PT Great Giant Pineapple (PT GGP) Departement Plantation Group II (PG II) Terbanggi Besar Bandar Lampung, dengan Judul Laporan ”Praktek Aplikasi Pupuk Kimia dan Kompos Kulit Singkong pada Tanaman Pisang (Musa spp.) ” pada bulan Juli-Agustus tahun 2010.


(49)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, hidayah, dan inayahnya serta segala nikmat yang tak terhingga.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian sampai dengan selesainya pembuatan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Ir. Hery Novpriansyah, M. Si., selaku Pembimbing II yeng telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Ir. Fahri, M.Sc., selaku pembahas dan penguji materi yang telah

memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Ir. Abdul Kadir Salam, P.hd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.


(50)

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan jurusan Agroteknologi Universitas Lampung umumnya serta Dosen Ilmu Tanah khususnya yang telah memberi ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis.

8. Kedua orangtuaku : Bapak dan Mama’, yang telah memberikan dukungan, doa, perhatian, bantuan moral, spritual, dan materil.

9. Mbakku, Kakakku, dan Keponakkan, yang telah memberikan perhatian dan membuat penulis tersenyum di dalam suka dan duka.

10. Kakak Jamal Akbar yang selalu setia disampingku, selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya.

11.Keluarga besar Bapak Muchlis Anas yang telah memberikan dukungannya. 12.Bapak Aris, S.P., yang telah rela meluangkan waktu untuk membantu penulis

mencari lokasi penelitian dan Bapak Sugiono sebagai ketua Kelompok Tani Karya Lestari Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, atas izin yang telah diberikan, serta atas bantuan dan kerjasamanya. 13.Saudara-saudaraku seperjuangan dan seperguruan Yuanita, S.P.,Wiwi,

Tommi, Mahavira, S.P., Yunita, Esti S.P., Dwi Ayu, Missy, Mira, Enny, S.P., dan Teresia yang selalu memberikan semangat, doa, dan keceriaan, semoga kita selalu bersama sampai di penghujung kehidupan nanti dan jangan pernah kita lunturkan persaudaraan yang telah kita bangun selama ini.

14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala saran dan perhatiannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.


(51)

15.Buat kakak-kakak angkatan 2003, 2004, 2005, 2006 serta adik-adik angkatan 2008, 2009, 2010, 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala saran dan masukannya.

16.Karyawan/ti Jurusan Ilmu Tanah dan Program Studi Agroteknologi; Mas Warto, Pak Kasimin, Mas Pono, Pak Rojali, Mas Rico atas segala bantuan dan kerja samanya.

Bandar lampung, 11 Januari 2012 Penulis


(1)

Judul Penelititan : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta

Crantz.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI

KARYA LESTARI DESA KARANG REJO KECAMATAN JATI AGUNG

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Nama Mahasiswa : Widia Della Gita Saputri

No. Pokok Mahasiswa : 0714031021 Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. Ir. Hery Novpriansyah, M. Si. NIP 19471127 197603 1 001 NIP. 19661115 19901 1 001

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P NIP 19641118 198902 1 002


(2)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. ………

Sekretaris : Ir. Hery Novpriansyah, M. Si. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Fahri, M.Sc. ………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S NIP 19610826 198702 1 001


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Widia Della Gita Saputri dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 2 April 1989, anak kedelapan dari delapan bersaudara, dari pasangan Bapak Subarno dan Ibu Partini. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Sam Ratulangi Bandar Lampung pada tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Penengahan pada tahun 2001, Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 22 Bandar Lampung pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur PKAB dan pada tahun 2008 diintegrasikan pada Program Studi Agroteknologi.

Selama menjalani masa kuliah, penulis pernah menjadi asisten praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah pada tahun 2008-2009. Penulis melaksanakan praktik umum di PT Great Giant Pineapple (PT GGP) Departement Plantation Group II (PG II) Terbanggi Besar Bandar Lampung, dengan Judul Laporan ”Praktek Aplikasi Pupuk Kimia dan Kompos Kulit Singkong pada Tanaman Pisang (Musa spp.) ” pada bulan Juli-Agustus tahun 2010.


(4)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, hidayah, dan inayahnya serta segala nikmat yang tak terhingga.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian sampai dengan selesainya pembuatan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Ir. Hery Novpriansyah, M. Si., selaku Pembimbing II yeng telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Ir. Fahri, M.Sc., selaku pembahas dan penguji materi yang telah

memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Ir. Abdul Kadir Salam, P.hd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.


(5)

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan jurusan Agroteknologi Universitas Lampung umumnya serta Dosen Ilmu Tanah khususnya yang telah memberi ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis.

8. Kedua orangtuaku : Bapak dan Mama’, yang telah memberikan dukungan,

doa, perhatian, bantuan moral, spritual, dan materil.

9. Mbakku, Kakakku, dan Keponakkan, yang telah memberikan perhatian dan membuat penulis tersenyum di dalam suka dan duka.

10. Kakak Jamal Akbar yang selalu setia disampingku, selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya.

11.Keluarga besar Bapak Muchlis Anas yang telah memberikan dukungannya. 12.Bapak Aris, S.P., yang telah rela meluangkan waktu untuk membantu penulis

mencari lokasi penelitian dan Bapak Sugiono sebagai ketua Kelompok Tani Karya Lestari Desa Karang Rejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, atas izin yang telah diberikan, serta atas bantuan dan kerjasamanya. 13.Saudara-saudaraku seperjuangan dan seperguruan Yuanita, S.P.,Wiwi,

Tommi, Mahavira, S.P., Yunita, Esti S.P., Dwi Ayu, Missy, Mira, Enny, S.P., dan Teresia yang selalu memberikan semangat, doa, dan keceriaan, semoga kita selalu bersama sampai di penghujung kehidupan nanti dan jangan pernah kita lunturkan persaudaraan yang telah kita bangun selama ini.

14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala saran dan perhatiannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.


(6)

15.Buat kakak-kakak angkatan 2003, 2004, 2005, 2006 serta adik-adik angkatan 2008, 2009, 2010, 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala saran dan masukannya.

16.Karyawan/ti Jurusan Ilmu Tanah dan Program Studi Agroteknologi; Mas Warto, Pak Kasimin, Mas Pono, Pak Rojali, Mas Rico atas segala bantuan dan kerja samanya.

Bandar lampung, 11 Januari 2012 Penulis


Dokumen yang terkait

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crant) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

5 67 57

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF UNTUK PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI KELOMPOK TANI ”TANI MAKMUR” DESA SINAR MULYA NATAR LAMPUNG SELATAN

0 8 3

PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI PT NUSANTARA TROPICAL FRUIT (NTF) BLOK 731 KECAMATAN LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR

0 17 57

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI TRI MULYA DESA GALIH LUNIK KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

3 29 51

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA KELOMPOK TANI REJO TANI DESA NATAR KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 14 47

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA MAKMUR DESA BUMI SARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

12 87 55

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI RUKUN TANI DESA BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 26 76

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA TANI I DESA KARANG REJO KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

1 10 55

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI LAHAN KELOMPOK TANI USAHA MAJU DESA TANJUNG SENANG KECAMATAN KOTABUMI SELATAN LAMPUNG UTARA

5 23 68

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI SUMBER REZEKI DESA SIDORENO KECAMATAN WAY PANJI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 2 12