KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK GADING KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

(1)

ii ABSTRAK

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

KELUARGA BURUH PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK GADING KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

Oleh

RANGGA SETIA NIAGA

Pendapatan kepala keluarga yang rendah mendorong para istri sebagai ibu rumah tangga untuk ikut bekerja membantu perekonomian keluarga. Para ibu rumah tangga berusaha untuk membantu perekonomian keluarga mereka dengan cara bekerja sebagai buruh pembuat emping. Hal ini dapat kita temukan di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung dimana seluruh buruhnya adalah para ibu rumah tangga.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Pembuat Emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011. Kajian penelitian ini adalah umur buruh, tingkat pendidikan buruh, pendapatan keluarga, jumlah jiwa dalam kelurga, peenuhan kebutuhan pokok keluarga dan status kepemilikan rumah dalam keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, sedangkan teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi dan wawancara terstruktur serta, Teknik analisis data dengan tabel persentase. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 22 keluarga buruh pebuat emping dan penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Hasil penelitian ini menunjukan: 1). Umur buruh pembuat emping rata-rata adalah 34 tahun dan 100% tergolong dalam usia produktif. 2). Tingkat pendidikan buruh

pembuat emping adalah (68,18%) tergolong ke dalam pendidikan dasar. 3). Pendapatan keluarga responden 59,09% di bawah rata-rata Rp 814 100. 4). Jumlah jiwa dalm keluarga buruh pembuat emping (81,82%) memiliki jumlah jiwa dalam keluarga yang kecil. 5). Pemenuhan kebutuhan pokok keluarga buruh pembuat emping (63,63,%) terpenuhi. 6). Status kepemilikan rumah dalam keluarga buruh pembuat emping (90,91%) berstatus milik sendiri.


(2)

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH

PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK

GADING KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

(Skripsi)

Oleh

RANGGA SETIA NIAGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2012


(3)

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH

PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK GADING

KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

Oleh

RANGGA SETIA NIAGA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(4)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka pikir ... 28 2. Peta Administratif Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk

Betung Barat Kota Bandar lampung Tahun 2011 ... 40 3. Peta Asal Buruh Pembuat Emping Di Kelurahan Negeri Olok Gading

Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar lampung Tahun 2011 .... 41 4. Piramida Penduduk Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan


(5)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Kegunaan Penelitian ... 9

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Pengertian Geografi ... 11

2. Pengertian Karakteristik Sosial Ekonomi ... 11

2.1.Umur ... 13

2.2.Tingkat Pendidikan ... 14

2.3.Jumlah Jiwa Dalam Keluarga... 16

2.4.Pendapatan Keluarga ... 17

2.5.Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum ... 19

2.6.Kepemilikan Rumah Atau Tempat Tinggal ... 21

4. Buruh ... 22

5. Ibu Rumah Tangga ... 24

6. Emping ... 24

B. Hasil Penelitian Yang Relevan………. 26


(6)

xiii III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 29

B. Populasi ... 29

C. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel ... 30

1. Variabel Penelitian ... 30

2. Definisi Operasional Variabel ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Teknik Observasi ... 35

2. Teknik Dokumentasi ... 35

3. Teknik Wawancara Terstruktur ... 35

E. Teknik Analisa Data ... 36

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 37

1. Letak Astronomis ... 37

2. Letak dan Batas Administratif ... 38

3. Luas Wilayah ... 38

4. Letak Sosial Ekonomi ... 39

B. Keadaan Penduduk ... 42

1. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk ... 42

2. Kepadatan Penduduk ... 44

3. Komposisi Penduduk ... 46

3.1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin .. 47

3.2. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 52

D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

1. Umur Responden ... 54

2. Pendidikan Responden ... 55

3. Jumlah Jiwa dalam Keluarga Responden ... 56

4. Pendapatan Keluarga Responden ... 57

5. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga Responden 60

6. Status Kepemilikan Keluarga Responden ... 61

E. Pembahasan 1. Umur ... 62

2. Pendidikan ... 64

3. Jumlah Jiwa dalam ... 65

4. Pendapatan Keluarga ... 67


(7)

xiv

6. Status Kepemilikan Rumah ... 71 IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 73 B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Mata Pencaharian Kelurahan Negeri Olok Gading ... 4

2. Data Umur, Pendidikan, Pendapatan Kepala Keluarga Perbulan Buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011 .. 4

3. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum Perkapita Per Tahun di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011 ... 20

4. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecaatan Teluk Betung Barat ... 42

5. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011. ... 48

6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011 ... 53

7. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan. ... 56

8. Jumlah Jiwa Dalam Keluarga Responden ... 57

9. Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga... 59

10.Jumlah Responden menurut Pemenuhan Kebutuhan pokok Minimum 61 11.Jumlah Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah Responden... 62


(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Edy Haryono, M.Si ……… Sekretaris :.Sugeng Widodo, S.Pd, M.Pd. ……… Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Zulkarnain, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(10)

Judul Sripsi : KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KELUARGA BURUH PEMBUAT EMPING DI KELURAHAN NEGERI OLOK GADING KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

Nama Mahasiswa : RANGGA SETIA NIAGA No. Pokok Mahasiswa : 0713034037

Jurusan : Pendidikan IPS Program Studi : Pendidikan Geografi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,

Drs. Edy Haryono, M.Si. Sugeng Widodo, S.Pd, M.Pd. NIP 19571218 198603 1 002 NIP 19750517 200501 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Sudi Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Geografi

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Zulkarnain, M.Si.


(11)

(12)

viii

MOTTO

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali kita jatuh.

(Confusius )

Mereka yang takut melakukan kesalahan adalah mereka yang hanya

berdiri di tempat.

(penulis)

Kesederhanaan adalah cara hidup yang terbaik

(penulis)


(13)

vi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : Rangga Setia Niaga 2. NPM : 0713034037

3. Program Studi : Pendidikan Geografi 4. Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/FKIP

5. Alamat : Jl. Bumimanti 2 No. 26 Kel. Kampung Baru, Kec. Kedaton Bandar Lampung.

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2012

Rangga Setia Niaga NPM. 071304037


(14)

ix

PERSEMBAHAN

Seiring dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT dengan kerendahan hati kupersembahkan karya kecilku ini untuk :

1.Bapak dan Ibuku tercinta untuk perjuangan, kelembutan kasih sayang dan cintanya yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran dan memberikan doanya untuk keberhasilanku


(15)

vii

RIWAYAT HIDUP

Rangga Setia Niaga dilahirkan pada tanggal 14 Januari Tahun 1989 di Kelurahan Kuripan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung dari pasangan Bapak Mulyadi dan Ibu Hafsah, dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Talang diselesaikan Tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 3 Bandar Lampung diselesaikan Tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Reguler.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi kampus yaitu menjadi Ketua Umum UKMU Pencak Silat Merpati Putih periode 2009-2010. Menjadi Tim Pemantau Ujian Nasional tahun 2010. Melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) fisik dan manusia, dan melaksanakan KKL terpadu di daerah Jawa Timur, Bali dan Yogyakarta, serta pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di SMAN 8 Bandar Lampung Tahun 2011.


(16)

x

SANWACANA

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Pembuat Emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011”. Sholawat seiring salam selalu tercurah kepada tauladan terbaik Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan Insya Allah kita sebagai umatnya.

Penulis menyadari bahwa isi yang tersaji dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, arahan, pemikiran, saran, nasehat serta kesabaran dari Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si. selaku Pembimbing Utama sekaligus sebagai Pembimbing Akademik (PA) dan Bapak Sugeng Widodo, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing Pembantu serta Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Dosen Penguji

Dalam kesempatan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin yang telah diberikan sehingga penulis dapat memperoleh ilmu di Fakultas ini.


(17)

xi

2. Bapak Pembantu Dekan I, II dan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Terimakasih atas izin pelayanan administrasi yang telah diberikan. 4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas saran maupun kritik yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan

6. Bapak M.Badri selaku Lurah Negeri Olok Gading terima kasih atas izinnya untuk melakukan penelitian di Kelurahan Negeri Olok Gading

Penulis berharap semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan terbaik dari Allah SWT. Akhir kata dengan penuh harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan Allah SWT akan selalu memberikan kekuatan kepada kita semua, amin.

Bandar Lampung, Januari 2011

Penulis

Rangga Setia Niaga


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan hal yang tidak mudah untuk diatasi, dan permasalahan ini bukan hanya tugas pemerintah untuk menanggulanginya dan membenahinya, namun warga masyarakatpun harus turut berjuang untuk mengatasinya. Perkembangan zaman yang semakin maju dan kebutuhan akan hidup semakin mahal sedangkan pendapatan tidak dapat mencukupi, maka kesulitan ekonomi semakin terasa.

Kemajuan teknologi saat ini semakin menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan peralatan teknologi modern yang digunakan dalam berbagai bidang. Dimana penggunaan peralatan-peralatan teknologi tersebut dapat membantu meningkatkan jumlah produksi serta kualitas dari barang-barang yang diproduksi.

Terkait dengan kemajuan teknologi, dapat memunculkan beberapa permasalahan. Salah satu contoh yaitu kurangnya kemampuan sumber daya manusia dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi. Dimana kebanyakan dari mereka tidak mengerti kegunaan dari teknologi-teknologi tersebut dan bagaimana


(19)

2 menggunakannya. Salah satu penyebabnya yaitu karena rendahnya pendidikan serta pengetahuan yang mereka dapatkan.

Tingkat pendidikan yang rendah dan keterbatasan skill atau kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Biasanya mereka hanya dapat bekerja dengan pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan atau unskill, yaitu pekerja kasar seperti buruh, kuli bangunan dan pekerjaan unskill lainya. Sehingga dengan jenis pekerjaan tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan yang mereka dapatkan rendah, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka. Adanya fenomena tersebut menyebabkan kemiskinan saat ini masih berlangsung dan pendapatan yang mereka peroleh tidak sesuai dengan kebutuhan hidup mereka.

Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin besar pula beban yang harus ditanggung oleh kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

Pendapatan kepala keluarga yang rendah akan menyebabkan tidak terpenuhinya pemenuhan kebutuhan pokok minimum. Hal ini dapat dilihat pada upaya pemenuhan kebutuhan pokok yang diperlukan guna kelangsungan hidup manusia, seperti dalam peryataan berikut : kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar (basic human needs) merupakan kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu (makan, pakaian, perumahan) maupun keperluan pelayanan sosial (air minum, sanitasi, transportasi, kesehatan, pendidikan), (Mulyanto Sumardi, 1985:2).


(20)

3 Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa untuk memperoleh kebutuhan hidup yang layak, berarti semua kebutuhan pokok minimum yang diperlukan hendaknya dapat terpenuhi walaupun dalam tingkat pemenuhan kebutuhan hidup yang minimum. Pada kenyataannya masih banyak penduduk Indonesia, contoh di daerah Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat dimana keadaan perekonomiannya masih tergolong berpendapatan rendah yaitu kurang dari Rp 865.000,00 dibawah nilai UMR (Upah Minimum Regional) pada Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

Berdasarkan Profil Kelurahan Tahun 2011, Jumlah penduduk Kelurahan Negeri Olok Gading pada tahun 2011, yaitu 3223 jiwa dengan 797 kepala keluarga, yang terdiri dari 1647 jiwa penduduk laki-laki dan sebanyak 1576 jiwa penduduk perempuan (Profil Kelurahan Negeri Olok Gading). Kelurahan Negeri Olok Gading merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Barat yang memiliki luas wilayah 109 Ha yang terdiri dari lahan pemukiman umum, lahan Pertanian dan ladang, lahan perkantoran, lahan perkarangan, jalan dan fasilitas umum. Berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk maka kepadatan penduduk di Kelurahan Negeri Olok Gading yaitu 30 jiwa per Ha, dan setiap kepala keluarga mempunyai anggota keluarga sebanyak 4 jiwa per KK. (Profil Kelurahan Negeri Olok Gading, Tahun 2011).

Penduduk di Kelurahan Negeri Olok Gading memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam dan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :


(21)

4 Tabel 1. Komposisi Mata Pencaharian Kelurahan Negeri Olok Gading.

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Karyawan/PNS 168

2 TNI 11

3 Dagang 315

4 Buruh 993

5 Buruh Pembuat Emping (Wanita) 22

6 Tani 280

7 Guru 25

8 Lain-lain 1516

Jumlah 2337

Sumber : Profil Kelurahan Negeri Olok Gading Tahun 2011

Dari Tabel l dilihat bahwa komposisi mata pencaharian penduduk di Negeri Olok Gading beraneka ragam namun yang dominan adalah buruh yang bekerja di berbagai bidang. Salah satunya yaitu pekerjaan sebagai buruh pembuat emping dimana tenaga kerjanya adalah para wanita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang buruh pembuat emping didapat gambaran sementara mengenai pendidikan buruh pembuat emping serta pendapatan kepala keluarga mereka perbulan, dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Umur, Pendidikan, Pendapatan Kepala Keluarga Perbulan Buruh Pembuat Emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Tahun Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung 2011.

No Nama

Responden Umur Pendidikan Jumlah Anak kepala keluarga Pendapatan (Rp)

1 Mastiah 53 tahun SD 6 650.000

2 Yeni 30 tahun SD 1 500.000

3 Syariah 45 tahun SD 3 750.000

4 Lina 52 tahun SD 3 450.000

5 Merli 35 tahun SMP 2 500.000

Sumber: Hasil wawancara dengan buruh pembuat emping pada 11 Januari 2011 Berdasarkan Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa para buruh pembuat emping berada pada usia produktif. Tingkat pendidikan para buruh pembuat emping tergolong


(22)

5 rendah hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Para buruh pembuat emping umumnya sudah menikah sehingga mereka memiliki suami sebagai kepala keluarga.

Pendapatan rata-rata yang diperoleh oleh suami buruh pembuat emping setiap bulannya ialah sebesar Rp 570.000,00. Rendahnya pendapatan yang mereka peroleh hal ini terkait dengan jenis pekerjaan yang mereka dapatkan. Jenis pekerjaan tersebut bisa berupa pekerjaan formal maupun non formal. Semakin baik tingkat pekerjaan yang mereka dapatkan semakin tinggi pula pendapatanya. Jenis pekerjaan yang mereka peroleh tersebut berkaitan dengan pendidikan formal yang mereka tempuh. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pekerjaan yang akan mereka dapatkan, serta pendapatannya pun akan semakin tinggi.

Jika pendapatan seseorang tinggi maka pada akhirnya selain kebutuhan pokok keluarga mereka terpenuhi, mereka pun akan mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga lainya. Salah satunya yaitu rumah atau tempat tinggal. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh suami dari para buruh pembuat emping tergolong rendah yaitu sekitar Rp 500.000,00/bulan dan masih dibawah upah Minimum Regional Kota Bandar Lampung Rp 865.000,00/bulan tahun 2011 (http://radarlampung.co.id/read/berita-utama diakses pada tanggal 20 juni 2011 pukul 19.00 WIB). Permasalahan seperti ini yang mendorong istri untuk membantu perekonomian keluarga mereka dengan cara bekerja menjadi buruh pembuat emping.


(23)

6

Pekerjaan buruh pembuat emping dimulai pada pagi hari yaitu pada pukul 07.30 setelah mereka selesai membereskan pekerjaan rumah mereka seperti sarapan, bersih bersih dan sebagainya. Pekerjaan ini umumnya mereka lakukan di rumah mereka sendiri setelah mereka mengambil tangkil dari agen. Pekerjaan mengolah bahan baku tangkil menjadi emping yang siap dipasarkan berakhir pada pukul 11.00 namun terkadang lebih cepat tergantung berapa banyaknya tangkil yang mereka olah. Setelah tangkil yang mereka olah menjadi emping selesai mereka menjemurnya hingga kering. Emping yang sudah jadi mereka serahkan ke agen dan mereka mendapatkan enam ribu rupiah per kilogram dari setiap emping yang sudah jadi.(Hasil wawancara dengan agen dan buruh pembuat emping pada Tanggal 11 Januari 2011).

Setelah selesai bekerja buruh disibukkan kembali dengan pekerjaan seperti mencuci, membersihkan rumah dan lain lain karena mereka juga memilki keluarga yang harus diurusi. Bekerjanya istri mencari pendapatan tambahan untuk keluarga bukanlah sebuah hal yang mudah karena ibu-ibu yang bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan harus bekerja berlipat ganda selain mengurus pekerjaan mereka juga harus bekerja membuat emping mendapatkan penghasilan tambahan untuk keluarga. Sehingga apabila dihitung rata-rata jam kerja ibu yang bekerja di luar akan lebih banyak dibandingkan kepala keluarga yang hanya bekerja diluar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti karakteristik sosial ekonomi keluarga buruh pembuat emping di Kelurahan


(24)

7 Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengidentifikasikan karakteristik sosial ekonomi buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung antara lain sebagai berikut :

1. Umur Buruh Pembuat Emping

2. Pendidikan Formal Keluarga Buruh Pembuat Emping 3. Jumlah Jiwa dalam Keluarga Buruh Pembuat Emping 4. Pendapatan Keluarga Buruh Pembuat Emping

5. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga 6. Status Kepemilikan Rumah

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapakah umur buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011?

2. Bagaimanakah tingkat pendidikan formal keluarga buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011?


(25)

8 3. Berapakah jumlah jiwa dalam keluarga buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011?

4. Berapakah tingkat pendapatan keluarga perbulan buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011?

5. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan pokok minimum buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011 ?

6. Bagaimanakah status kepemilikan rumah buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011 ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pada penelitian ini ialah untuk mendapatkan informasi tentang Karakteristik Sosial Ekonomi yang meliputi :

1. Untuk mendapatkan informasi mengenai umur buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

2. Untuk mendapatkan informasi mengenai pendidikan formal buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011.


(26)

9 3. Untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah jiwa dalam keluarga

buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

4. Untuk mendapatkan informasi mengenai pendapatan keluarga buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

5. Untuk mendapatkan informasi mengenai pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

6. Untuk mendapatkan informasi mengenai status kepemilikan rumah buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

E. Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana kependidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai salah satu aplikasi pengetahuan yang telah didapat selama pendidikan di bangku kuliah dalam memecahkan masalah yang terdapat di lapangan.

3. Sebagai suplemen bahan ajar Geografi SMA Kelas X semester II pokok bahasan sumber daya manusia.


(27)

10 G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Subyek penelitian adalah ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh pembuat emping

2. Ruang lingkup objek penelitian yaitu karakteristik sosial ekonomi buruh pembuat emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

3. Ruang lingkup tempat penelitian yaitu di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2011. 5. Ruang lingkup ilmu penelitian adalah Geografi sosial

Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya aspek keruangan karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur kebudayaan, dan kemasyarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988: 56). Alasan digunakanya Geografi Sosial sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini karena topik kajian dalam penelitian ini yang menjadi objek pokoknya karakteristik penduduk dan berhubungan dengan aktivitas manusianya yaitu umur, pendidikan buruh, jumlah jiwa dalam keluarga, pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan pokok dan kepemilikan rumah atau tempat tinggal.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Geografi

Menurut Ikatan Geografi Indonesia (1988) dalam Nursid Sumaadmadja (2001:11), geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala gejala yang ada di permukaan bumi baik lingkungan alamnya maupun makhluk hidupnya termasuk manusia. Geografi sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara penduduk dengan keadaan alam serta aktivitas dan usaha manusia dalam menyesuaikan dan menguasai keadaan alam demi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya (Bintarto, 1977:17). Unsur pokok yang dipelajari dalam geografi sosial adalah manusia, lingkungan alam, hubungan dan pengaruh timbal balik antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan lingkungan alam.

2. Pengertian Karakteristik Sosial Ekonomi

Karakteristik adalah sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh suatu benda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:308), selanjutnya menurut pendapat dari


(29)

12 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:308), Karakteristik berasal dari kata ”karakter” yang berarti mempunyai sifat khusus. Karakteristik dapat artikan sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh suatu benda.

Selanjutnya menurut Aris Ananta (1993:21), karakteristik sosial dapat mencakup status keluarga, tempat lahir, tingkat pendidikan. Sedangkan karakteristik ekonomi meliputi antra lain aktivitas ekonomi, jenis pekerjaan, status pekerjaan, lapangan pekerjaan dan pendapatan

Keadaan sosial ekonomi setiap daerah berbeda tergantung sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dalam hal ini Irwan Efendi (2005:77) merinci keadaan sosial ekonomi sebagai berikut.

Keadaan sosial:

1. Jumlah dan besarnya keluarga 2. Agama dan adat istiadat 3. Sejarah dari daerah tersebut

4. Kepemimpinan

5. Tingkat pendidikan penduduk

6. Lembaga-lembaga sosial yang ada serta peranannya. Keadaan ekonomi:

1. Tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat 2. Kesehatan masyarakat

3. Koperasi dan fasilitas pemasaran 4. Fasilitas pemberitaan

5. Masalahan perburuhan dan kesempatan kerja

6. Usaha atau kegiatan yang berkaitan dengan usahatani 7. Sistem managemen dari usahatani

8. Bentuk-bentuk kerja dan sistemnya 9. Sistem upah buruh

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas bahwasanya karakteristik ialah gambaran mengenai sifat-sifat khusus berdasarkan aspek sosial dan aspek ekonomi. Adapun karakteristik sosial ekonomi dalam penelitian ini mencakup:


(30)

13

2.1. Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan) (kamus bahasa indonesia, 2005: 1244). Sedangkan menurut Kartono (1995: 56), umur adalah usia seseorang pada saat ulang tahun yang terakhir. Dengan demikian umur merupakan salah satu identitas seseorang yang mampu mencerminkan kondisi seseorang dalam aktivitas kehidupanya sehari-hari, kaitanya dalam produktivitas kerja. Pekerjaan sebagai buruh pembuat emping merupakan salah satu pekerjaan informal. Dalam pengerjaanya di dalam sektor ini sangat dianjurkan orang yang berusia produktif. Hal ini sejalan dengan pendapatan Payaman J. Simanjuntak (2001: 46), menyatakan bahwa:

”umur mempengaruhi tingkat partisipasi kerja. Penduduk berumur muda umunya mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga.bahkan umumnya mereka bersekolah. Penduduk dalam kelompok umur 25-55 tahun , terutama laki-laki, umumnya dituntut untuk ikut serta mencari nafkah dan oleh sebab itu TPK relatip besar. Lebih lanjut lagi penduduk di atas 55 tahun sudah mulai menurun kemampuanya untuk bekerja , dan TPK umumnya rendah”. Berdasarkan uraian di atas, bahwasanya umur dapat mempengaruhi kemampuan kerja seseorang. Selanjutnya dalam penelitian ini penggolongan umur produktif buruh berdasarkan Daldjoeni (1977: 74), bahwa:

a. Umur 0-14 tahun (belum produktif)

b. Umur 15-19 tahun (belum produktif penuh) c. Umur 20-54 tahun (produktif penuh)

d. Umur 55-64 tahun (tidak produktif penuh lagi) e. Umur 65+ (tidak produktif lagi)


(31)

14

Berdasarkan penjelasan di atas, umur dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja seseorang. Kaitanya dengan pekerjaan sebagai buruh atau buruh yang merupakan jenis pekerjaan kasar dan berat, dibutuhkan pekerja kuat yang biasanya masih dalam usia prodiktif. Hal ini akan berpengaruh terhadap upah yang mereka dapatkan. Semakin lanjut umur seseorang maka semakin berkurang juga kemampuanya dalam bekerja sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal, sehingga pendapatanya pun juga rendah.

2.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan proses berkesinambungan yang dilaksanakan manusia dalam rangka meningkatkan harkat kehidupannya, baik secara formal maupun informal. Pendidikan juga diartikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang tujuannya untuk menentukan kualitas kehidupan manusia itu sendiri.

Dalam UU. RI. tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Faud Ihsan (2005:1-2), Pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan


(32)

15 kebudayaan. Pendidikan memegang peranan penting bagi manusia, oleh sebab itu tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap jenis pekerjaanya, serta pendidikan juga mempunyai kaitan dengan tinggi rendahnya pendapatan seseorang.

Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Loekman Soetrisno (1997:25), yang menyatakan bahwa ”pendidikan merupakan wahana yang ampuh untuk mengangkat manusia dari berbagai ketertinggalan, termasuk dalam lembah kemiskinan, melalui pendidikan selain memperoleh kepandaian berupa ketrampilan berolah pikir manusia juga memperoleh wawasan baru yang akan membantu upaya meningkatkan harkat hidup mereka. Pendidikan yang rendah menyebabkan keluarga miskin dan harus mau menerima pekerjaan yang rendah baik dari segi upah maupun jenis pekerjaanya”.

Lebih lanjut lagi Payaman J. Simanjuntak (2001:46), menyatakan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja. Dengan semakin tinggi pendidikan, kecenderungan untuk bekerja semakin besar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dapat dikatakan bahwa pendidikan sangat penting bagi perkembangan kehidupan manusia dalam mendapatkan lapangan pekerjaan dan kehidupan dengan penghasilan yang lebih baik. Dengan pendapatan yang rendah maka seseorang harus merelakan dirinya untuk mau bekerja pada sektor informal saja, salah satunya yaitu bekerja sebagai buruh pembuat emping. Dimana pada pekerjaan tersebut upah yang didapatpun rendah dan bahkan mungkin tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.


(33)

16 Dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan, jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal dan informal. Pembagian mengenai Jenjang pendidikan formal di sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, Selainjenjang pendidikan itu dapat diadakan pendidikan prasekolah, yang tidak merupakan prasyarat untuk memasuki pendidikan dasar (Faud Ihsan, 2005:22). Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama pendidikan formal yang ditempuh oleh buruh pembuat emping. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 17, 18, dan 19 tentang Sistem pendidikan bahwa pendidikan dibagi menjadi 3 jenjang pendidikan, yaitu sebagai berikut:

a. Pendidikan dasar = Tamat SD dan tamat SMP

b. Pendidikan menengah = Tamat SMA/SMK

c. Pendidikan tinggi = Tamat Diploma/Sarjana

2.3. Jumlah Jiwa Dalam Keluarga

Jumlah jiwa dalam keluarga dapat diartikan banyaknya individu yang terdapat dalam suatu keluarga dan menjadi beban dalam mencukupi berbagai kebutuhan pokok untuk hidup yang harus dapat dipenuhi demi kelangsungan hidupnya. Selanjutnya Daldjeoni (1977:76) mengemukakan bahwa tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang belum bekerja atau tidak bekerja, yaitu mereka yang dibawah umur atau lanjut usia.

Ada kecenderungan keluarga berpendapatan rendah memiliki jumlah anak lebih banyak dibandingkan dengan keluarga berpendapatan tinggi. Hal ini tentu saja


(34)

17 akan menjadi beban tersendiri bagi kepala keluarga yang berpendapatan rendah. Dengan pendapatan yang minim pada keluarga miskin, kepala keluarga harus menanggung kebutuhan hidup keluarganya. Keadaan demikian dapat menimbulkan beberapa permasalahan pada keluaraga miskin. Permasalahan tersebut diantaranya adalah anak putus sekolah dan bekerja di bawah umur yang disebabkan kepala keluarga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

Menurut pendapat Abu Ahmadi (2002:250), menyatakan bahwa: 1. Besar, bila jumlah tanggungan 5 orang atau lebih dari 5 orang. 2. Kecil, bila jumlah tanggungan kurang dari 5 orang.

2.4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan adalah gambaran yang jelas tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga yang digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu pendapatan tinggi, sedang dan rendah. Menurut Masri Singarimbun (1976:63) pendapatan adalah arus kesempatan untuk membuat pilihan-pilihan diantara berbagai alternatif penggunaan sumber-sumber yang langka. Pendapatan juga merupakan suatu gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga (termasuk barang-barang dan hewan piaraan yang dipakai untuk membagi ekonomi keluarga dalam tiga kelompok yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi).


(35)

18 Besar kecilnya pendapatan itu sendiri akan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Emil Salim (1994:44) bahwa rendahnya pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok, seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) terdapat perincian pendapatan sebagai berikut: pendapatan sektor formal merupakan yaitu segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi dari sektor formal, pendapatan sektor informal merupakan segala penghasilan baik itu berupa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontras dari sektor informal dan pendapatan sektor subsistem terjadi apabila produksi dengan konsumsi terletak disatu tangan atau masyarakat kecil (Mulyanto Sumardi, 1985:94). Sedangkan menurut pendapat Loekman Soetrisno (1997:25), menyatakan, pendidikan yang rendah menyebabkan keluarga miskin dan harus mau menerima pekerjaan yang rendah baik dari segi upah maupun jenis pekerjaanya.

Pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah pendapatan total yaitu pendapatan yang diterima buruh ditambah dengan pendapatan yang diterima istri buruh dan ditambah dengan pendapatan anggota keluarga lainya yang diberikan kepada kepala keluarga untuk keperluan keluarga.

Selanjutnya tingkat pendapatan keluarga buruh dapat dikelompokan menjadi 2 kriteria, berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh keluarga buruh yaitu:


(36)

19 2. Pendapatan keluarga di atas rata-rata

Kriteria tingkat pendapatan tersebut diperoleh berdasarkan interval dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah seluruh pendapatan keluarga respoden Banyaknya jumlah responden

Semakin tinggi penghasilan seseorang maka akan tercukupi kebutuhan hidupnya sedangkan semakin rendah penghasilan seseorang maka akan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada umumnya tingkat pendidikan buruh yang rendah akan memperoleh pekerjaan yang kasar dan biasanya pendapatan yang diperoleh juga rendah.

Pendapatan keluarga buruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan total keluarga buruh yang diperoleh dari upah buruh yang diperoleh dari membuat enmping dalam waktu satu bulan dan ditambah dengan pendapatan yang diperoleh anggota keluarga lainya dan dihitung dengan nilai rupiah.

2.5. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk dapat hidup wajar. Menurut Daan Dimara dalam Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1985:300) kebutuhan pokok adalah kebutuhan akan bahan makanan, perumahan, sandang serta barang-barang dan jasa serta pendidikan, kesehatan dan partisipasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa kebutuhan pokok manusia ini dibedakan menjadi dua kebutuhan yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder, selain itu menurut perhitungan Totok Mardikanto (1990:12) dinyatakan bahwa “kebutuhan


(37)

20 pokok bagi kehidupan manusia yang harus dicukupi meliputi : sandang, pangan, papan, perumahan, kesehatan, pendidikan dasar dan keamanan”.

Ukuran pemenuhan kebutuhan pokok dapat diketahui dari pemenuhan kebutuhan minimum atas sembilan bahan pokok per kepala per tahun. Menurut Arie Kusuma Dewa dalam Totok Mardikanto (1990:23) pemenuhan kebutuhan pokok berdasarkan sembilan bahan pokok sebagai berikut: kebutuhan pokok minimum per kapita per tahun mencakup sembilan bahan pokok yang meliputi; beras 140 kg, ikan asin 15 kg, gula pasir 3,5 kg, tekstil kasar 4 meter, minyak tanah 60 liter, minyak goreng 6 kg, garam 9 kg, sabun cuci 20 kg dan kain batik 2 potong. Karena standar yang dikemukakan oleh Arie Kusuma Dewa menggunakan standar bahan pokok (barang) sehingga perlu dirupiahkan dengan harga yang berlaku pada saat survey di daerah penelitian yaitu di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Agar lebih jelasnya, rincian kebutuhan pokok minimum perkapita per tahun di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk betung Barat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum Perkapita Per Tahun di Kelurahan

Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011

No Jenis Kebutuhan Pokok Kebutuhan Jumlah Harga Satuan (Rupiah) (Rupiah) Total

1 Beras 140 Kg 7.000,- 980.000,-

2 Ikan Asin 15 Kg 28.000,- 420.000,-

3 Gula Pasir 3,5 Kg 11.000,- 38.500,-

4 Tekstil Kasar 4 Meter 20.000,- 80.000,-

5 Minyak Goreng 6 Kg 11.000,- 66.000,-

6 Minyak Tanah 60 Liter 9.000,- 540.000,-

7 Garam 9 Kg 5.000,- 45.000,-

8 Sabun 20 Kg 10.000,- 200.000,-

9 Kain Batik 2 Potong 52.500,- 105.000,-

Jumlah 2.474.500,-

Sumber : Data Pra Survey, pada 11 Januari 2011 di Kelurahan Negeri Olok Gading


(38)

21

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pokok minimum perkapita per tahun berdasarkan harga jual 9 bahan pokok sebesar Rp 2.474.500 dan bila dihitung per bulan maka kebutuhan pokok minimumnya adalah

Rp 2.474.500 dibagi 12 bulan = Rp 206.208 kemudian untuk mencari kebutuhan pokok per keluarga per bulan maka Rp 206.208 dikalikan dengan jumlah anggota keluarga, sehingga akan didapat total kebutuhan pokok minimum keluarga

per bulan.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka didapatkan ketentuan apabila jumlah pemenuhan kebutuhan pokok minimum per kepala keluarga per bulan kurang dari atau sama dengan pendapatan bersih yang diperoleh kepala keluarga per bulan maka pemenuhan kebutuhan pokok minimum kepala keluarga per bulan terpenuhi, tetapi apabila jumlah pemenuhan kebutuhan pokok minimum per kepala keluarga per bulan lebih dari pendapatan bersih yang diperoleh kepala keluarga per bulan maka pemenuhan kebutuhan pokok minimum kepala keluarga per bulan tidak terpenuhi.

2.6. Kepemilikan Rumah atau Tempat Tinggal

Kondisi kesejahteraan suatu keluarga dapat dilihat dari banyaknya barang berharga yamg dimilikinya. Semakin banyak jumlah kepemilikan barang berharga maka akan dapat dikatakan semakin sejahtera Keluarga tersebut.

Kepemilikan adalah proses pembuatan dan cara memiliki (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:583). Sedangkan berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum


(39)

22 diakses Kamis, 13 Oktober 2011 pukul 21.00 pm barang berharga adalah tiap barang yang menjadi objek dari hak milik yang tinggi nilainya dan mahal. Barang dibedakan atas barang bergerak dan tidak bergerak. Barang bergerak adalah barang yang dapat berpindah sendiri atau dipindahkan, sedangkan barang tidak bergerak adalah barang yang tidak dapat berpindah sendiri atau berpindah ke tempat lain tanpa dipindahkan dengan cara merusak sebagian atau keseluruhan dari barang tersebut terlebih dahulu. Rumah atau tempat tinggal termasuk dalam kategori barang tidak bergerak

Berdasarkan dua pengertian di atas, rumah atau tempat tinggal termasuk dalam kategori barang tidak bergerak. Kepemilikan barang berharga adalah kepemilikan tiap barang yang menjadi objek dari hak milik yang tinggi nilainya dan mahal harganya bagi pemiliknya. Barang berharga yang dimaksud bukan hanya barang yang mahal harganya, tetapi juga merupakan peralatan kebutuhan pokok serta barang untuk kemegahan, kebanggaan, kecantikan dan kesenangan.

Kepemilikan rumah atau tempat tinggal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepemilikan rumah yang diantaranya sebagai beikut :

a. Kepemilikan rumah yang diantaranya terbagi atas milik sendiri,

b. Kepemilikan rumah dengan menyewa (kontrak)

c. Kepemilikan rumah atau tempat tinggal dengan cara menumpang

3. Buruh

Menurut UU No.13 tahun 2003, buruh adalah orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Jadi pada dasarnya, semua yang


(40)

23 bekerja di (baik diperusahaan/luar perusahaan) dan menerima upah atau imbalan adalah buruh.

Menurut Siswanto Sastrohadi Wiryo (2003:27) buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan maupun tulisan yanmg biasanya imbalan kerja itu diberikan secara harian.

Menururt undang-undang No.3 th.1947 pasal 6 ayat 1(tentang kecelakaan) menegaskan bahwa buruh adalah setiap orang yang bekerja pada majikanya diperusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan dengan mendapat upah. Sedangkan pasal 1 ayat 1 huruf (a) undang-undang nomor 22 tahun 1957 juga menegaskan tentang pengertian buruh yaitu barang siapa yang bekerja pada majikan dengan mendapat upah (Abdul Rachmad Budiono, 1999:2). Meskipun beberapa rumusan dan kedua pasal tersebut agak berlainan tetapi dikatakan bahwa rumusan dan kedua pasal tersebut menunjukan pada pengertian yang sama, yaitu kedua unsur yang sama : (1) orang yang bekerja pada orang lain (majikan) dan (2) adanya upah sebagai imbalan yang telah dilakukan.

Dalam perkembangan perburuhan indonesia, istilah buruh didiupayakan diganti dengan pekerja, hal ini karena istilah buruh yang kurang sesuai dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu ditekan dan berada dibawah pihak lain (majikan). Hal ini sesuai dengan usulan


(41)

24 pemerintah (depnaker) pada waktu Kongres FBSI II tahun 1985 yang mengajukan pengupayaan penggantian istilah ”buruh” menjadi ”pekerja”.

Menurut Lulu Husni, (2007:34) istilah buruh kurang sesuai dengan perkembangan sekarang, buruh sekarang ini tidak sama dengan buruh masa lalu yang hanya bekerja pada sektor formal seperti bank, hotel dan lain-lain. Karena itu lebih tepat jika menyebutnya dengan istilah pekerja

4. Ibu Rumah Tangga

Ibu Rumah tangga dapat didefinisikan secara terpisah yaitu pengertian ibu dan pengertian keluarga secara sendiri-sendiri. Ada beberapa pengertian mengenai ibu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitui (1) Wanita yang telah melahirkan seorang anak, (2) Sebutan wanita yang sudah bersuami, (3) Panggilan yang lazim kepada wanita baik yang sudah maupun yang belum menikah.

Untuk pengertian rumah tangga,dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (1) Suatu hal yang berkenaan dengan urusan kehidupan di dalam rumah (seperti hal belanja rumah), (2) Suatu hal yang berkenaan dengan keluarga kemudian Richard G. Lipsey dkk, (1998:103) mengartikan keluarga sebagai semua orang hidup dibawah sebuah atap dan yang membuat keputusan keuangan bersama.

Dari pendapat diatas dimaksud dengan Ibu Rumah tangga adalah seorang wanita yang telah bersuami baik yang telah memiliki seorang anak maupun belum memiliki seorang anak yang bekerja untuk mengurusi keluarganya (seperti memasak, mencuci, mengasuh anak dan lain-lain). Dalam hal ini ibu Rumah


(42)

25 tangga yang dimaksud adalah ibu-ibu yang bekerja sebagai buruh pembuat emping.

5. Emping

Menurut wikipedia diakses pada tanggal 15 januari 2011 pukul 20.00 WIB, emping adalah sejenis makanan ringan yang dibuat dengan menghancurkan bahan baku (biasanya biji melinjo) hingga halus kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.

Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Emping melinjo dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung kualitas emping. Emping yang bermutu tinggi adalah emping yang sesuai dengan standar (SNI 01-3712-1995) yaitu emping yang tipis sehingga kelihatan agak bening dengan diameter seragam kering sehingga dapat digoreng langsung. Emping dengan mutu yang lebih rendah mempunyai ciri lebih tebal, diameter kurang seragam, dan kadang-kadang masih harus dijemur sebelum digoreng. Sampai sekarang, pembuatan emping yang bermutu tinggi masih belum dapat dilakukan dengan bantuan alat mekanis pemipih. Emping ini masih harus dipipihkan secara manual oleh pengrajin emping yang telah berpengalaman. Emping yang dimaksud dalam penelitian ini adalah emping yang terbuat dari biji malinjo atau tangkil yang didapatkan dari agen kemudian di diolah dengan cara dipipihkan kemudian dijemur sampai kering. Emping yang telah kering kemudian diserahkan kembali kepada agen dan kemudian mendapatkan upah Rp6.000,00/Kg dari setiap emping mentah yang telah jadi.


(43)

26

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian Sutarto (2010) yang berjudul "Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Buruh Pabrik Penggilingan Padi Wakiyo Berkah di Desa Sumber Rejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010" , Dapat diketahui :

"1). umur responden 100% tergolong dalam usia produktif. 2). Sebagian besar (68,18%) tingkat pendidikan responden tergolong ke dalam pendidikan dasar. 3). Sebagian besar (81,82%) jumlah anggota rumah tangga responden mempunyai anggota rumah tangga kecil. 4). Pendapatan rumah tangga responden 59,09% di bawah rata-rata. 5). kriteria kemiskinan rumah tangga responden 59,09% tergolong miskin. 6). Kepemilikan barang berharga rumah tangga responden sebagian besar (90,91%) tergolong sedang, yaitu dengan skor antara 14-24." Sedangkan hasil penelitian Restia Nilandari (2010) yang berjudul "Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Pada Pengusaha Ternak Ayam Petelur Di Desa Tanjung Kesuma Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011" , Dapat diktahui dari 36 responden dan hasilnya sebagai berikut :

(1) tingkat pendidikan responden sebanyak 77,8% pendidikan dasar dan 22,2% pendidikan menengah, (2) jumlah tanggungan keluarga responden sebanyak 66,7% memiliki jumlah tanggungan yang banyak dan 33,3% memiliki jumlah tanggungan keluarga sedikit, (3) tingkat pendapatan responden seluruhnya (100%) memiliki pendapatan yang rendah yaitu kurang dari atau sama dengan Rp 767.500, (4) Pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga responden menunjukkan sebanyak 5,6% responden dapat memenuhi kebutuhan pokok minimum keluarga yaitu sebesar Rp 206.208 per kapita per bulan dan 94,4% responden kebutuhan pokok minimum keluarganya tidak terpenuhi, (5) strategi untuk memenuhi kebutuhan pokok responden sebanyak 33,3% memilih strategi berhemat dalam mengatur pola makan, 30,6% memilih menghutang ke teman/tetangga, 16,7% memilih menghutang ke warung, 11,1% memilih menghutang ke rentenir, 5,5% memanfaatkan pinjaman pemberi kredit dan 2,8% memanfaatkan pinjaman koperasi.

Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut, Dapat kita lihat memiliki kesamaan dengan penelitian penulis yang berjudul " Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Pembuat Emping Di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk


(44)

27 Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011", Kesamaan itu terdapat pada kajian yang di Teliti tentang Sosial Ekonomii yang meliputi Umur, Pendapatan, Jumlah Jiwa dalam Keluarga dan Pemenuhan Kebutuhan Pokok.

C. Kerangka Pikir

Setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup akan dipenuhi dari hasil kerja dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan manusia yang cukup banyak jenisnya akan berpengaruh terhadap karakteristik sosial ekonomi para penduduk terhadap manusia yang bekerja. Jenis pekerjaan tersebut pada umumnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan keluarga serta jumlah anggota yang dimiliki.

Hal ini tercermin dari jenis pekerjaan mereka yaitu sebagai pekerja unskill atau pekerja kasar dimana untuk mengerjakan pekerjaan jenis ini dibutuhkan orang-orang yang masih dalam usia produktif, dimana masih memiliki fisik dan tenaga yang kuat. Pekerjaan yang mereka dapatkan diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki sehingga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan mereka. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh juga tergantung dari banyak sedikitnya hasil yang mereka dapat produksi. Selanjutnya pendapatan tersebut akan berpengaruh kepada tingkat kemiskinan keluarga serta kepemilikan rumah atau tempat tinggal keluarga. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan 1


(45)

28

Bagan 1. Kerangka Pikir Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Pembuat Emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011


(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1.Rata-rata umur buruh pembuat emping adalah 34 tahun. Usia termuda buruh

adalah 24 tahun, sedangkan usia tertua adalah 52 tahun. Seluruh buruh pembuat emping tergolong pada usia produktif penuh

2.Tingkat pendidikan dari buruh pembuat emping adalah 68,18% tamat SD dan

tamat SMP (berpendidikan dasar), dan 31,82% tamat SMA sederajat (berpendidikan menengah).

3.Jumlah rata-rata jiwa dalam keluarga buruh pembuat emping adalah 4 orang.

Jumlah Jiwa dari keluarga buruh pembuat emping yaitu 82% (> 5 orang), dan

18,18% ( ≤5 orang)

4. Rata-rata pendapatan dari keluarga buruh pembuat emping adalah sebesar

Rp 814.000,00. Tingkat pendapatan keluarga buruh pembuat emping 59,09% dibawah rata rata dan 40,91% d iatas rata-rata.

5.Tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga buruh pembuat

emping adalah 63,64% terpenuhi (Rp 206.208 per kapita per bulan) dan 36,36% tidak terpenuhi.

6.Tingkat kepemilikan rumah keluarga buruh pembuat emping berstatus 90,91%


(47)

74 B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi para buruh yang berpendidikan dasar diharapkan mau menambah

wawasan yang baru baik melalui media (cetak dan elektronik) maupun penyuluhan yang ada di kelurahan, sehingga pengetahuan yang dimiliki semakin bertambah.

2. Bagi keluarga buruh yang memiliki jumlah jiwa dalam keluarga yang banyak,

diharapkan mulai saat ini menyadari bahwa keluarga besar tidak menjamin pendapatan yang dihasilkan juga besar, bahkan semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin berat pula beban yang harus ditanggung oleh kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokok.

3. Mengingat tingkat pendapatan keluarga tergolong rendah karena pendapatan

yang diperoleh kepala keluarga rendah, diharapkan ibu rumah tangga untuk menambah produktivitas dan jam kerja mereka sehingga pendapatan tambahan yang diperoleh akan semakin besar untuk membantu memenuhi kebutuhan pokok keluarga.

4. Hendaknya pihak agen emping menaikkan sedikit upah bagi para buruhnya

terutama upah harian dari hasil produksi emping yang mereka buat, karena upah yang mereka terima masih tergolong rendah.


(1)

tangga yang dimaksud adalah ibu-ibu yang bekerja sebagai buruh pembuat emping.

5. Emping

Menurut wikipedia diakses pada tanggal 15 januari 2011 pukul 20.00 WIB, emping adalah sejenis makanan ringan yang dibuat dengan menghancurkan bahan baku (biasanya biji melinjo) hingga halus kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.

Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Emping melinjo dapat dibagi menjadi beberapa jenis tergantung kualitas emping. Emping yang bermutu tinggi adalah emping yang sesuai dengan standar (SNI 01-3712-1995) yaitu emping yang tipis sehingga kelihatan agak bening dengan diameter seragam kering sehingga dapat digoreng langsung. Emping dengan mutu yang lebih rendah mempunyai ciri lebih tebal, diameter kurang seragam, dan kadang-kadang masih harus dijemur sebelum digoreng. Sampai sekarang, pembuatan emping yang bermutu tinggi masih belum dapat dilakukan dengan bantuan alat mekanis pemipih. Emping ini masih harus dipipihkan secara manual oleh pengrajin emping yang telah berpengalaman.

Emping yang dimaksud dalam penelitian ini adalah emping yang terbuat dari biji malinjo atau tangkil yang didapatkan dari agen kemudian di diolah dengan cara dipipihkan kemudian dijemur sampai kering. Emping yang telah kering kemudian diserahkan kembali kepada agen dan kemudian mendapatkan upah Rp6.000,00/Kg dari setiap emping mentah yang telah jadi.


(2)

26

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian Sutarto (2010) yang berjudul "Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Buruh Pabrik Penggilingan Padi Wakiyo Berkah di Desa Sumber Rejo Kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010" , Dapat diketahui :

"1). umur responden 100% tergolong dalam usia produktif. 2). Sebagian besar (68,18%) tingkat pendidikan responden tergolong ke dalam pendidikan dasar. 3). Sebagian besar (81,82%) jumlah anggota rumah tangga responden mempunyai anggota rumah tangga kecil. 4). Pendapatan rumah tangga responden 59,09% di bawah rata-rata. 5). kriteria kemiskinan rumah tangga responden 59,09% tergolong miskin. 6). Kepemilikan barang berharga rumah tangga responden sebagian besar (90,91%) tergolong sedang, yaitu dengan skor antara 14-24."

Sedangkan hasil penelitian Restia Nilandari (2010) yang berjudul "Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Pada Pengusaha Ternak Ayam Petelur Di Desa Tanjung Kesuma Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011" , Dapat diktahui dari 36 responden dan hasilnya sebagai berikut :

(1) tingkat pendidikan responden sebanyak 77,8% pendidikan dasar dan 22,2% pendidikan menengah, (2) jumlah tanggungan keluarga responden sebanyak 66,7% memiliki jumlah tanggungan yang banyak dan 33,3% memiliki jumlah tanggungan keluarga sedikit, (3) tingkat pendapatan responden seluruhnya (100%) memiliki pendapatan yang rendah yaitu kurang dari atau sama dengan Rp 767.500, (4) Pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga responden menunjukkan sebanyak 5,6% responden dapat memenuhi kebutuhan pokok minimum keluarga yaitu sebesar Rp 206.208 per kapita per bulan dan 94,4% responden kebutuhan pokok minimum keluarganya tidak terpenuhi, (5) strategi untuk memenuhi kebutuhan pokok responden sebanyak 33,3% memilih strategi berhemat dalam mengatur pola makan, 30,6% memilih menghutang ke teman/tetangga, 16,7% memilih menghutang ke warung, 11,1% memilih menghutang ke rentenir, 5,5% memanfaatkan pinjaman pemberi kredit dan 2,8% memanfaatkan pinjaman koperasi.

Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut, Dapat kita lihat memiliki kesamaan dengan penelitian penulis yang berjudul " Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Pembuat Emping Di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk


(3)

Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011", Kesamaan itu terdapat pada kajian yang di Teliti tentang Sosial Ekonomii yang meliputi Umur, Pendapatan, Jumlah Jiwa dalam Keluarga dan Pemenuhan Kebutuhan Pokok.

C. Kerangka Pikir

Setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup akan dipenuhi dari hasil kerja dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan manusia yang cukup banyak jenisnya akan berpengaruh terhadap karakteristik sosial ekonomi para penduduk terhadap manusia yang bekerja. Jenis pekerjaan tersebut pada umumnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan keluarga serta jumlah anggota yang dimiliki.

Hal ini tercermin dari jenis pekerjaan mereka yaitu sebagai pekerja unskill atau pekerja kasar dimana untuk mengerjakan pekerjaan jenis ini dibutuhkan orang-orang yang masih dalam usia produktif, dimana masih memiliki fisik dan tenaga yang kuat. Pekerjaan yang mereka dapatkan diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki sehingga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan mereka. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh juga tergantung dari banyak sedikitnya hasil yang mereka dapat produksi. Selanjutnya pendapatan tersebut akan berpengaruh kepada tingkat kemiskinan keluarga serta kepemilikan rumah atau tempat tinggal keluarga. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan 1


(4)

28

Bagan 1. Kerangka Pikir Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Buruh Pembuat Emping di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2011


(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Rata-rata umur buruh pembuat emping adalah 34 tahun. Usia termuda buruh adalah 24 tahun, sedangkan usia tertua adalah 52 tahun. Seluruh buruh pembuat emping tergolong pada usia produktif penuh

2. Tingkat pendidikan dari buruh pembuat emping adalah 68,18% tamat SD dan tamat SMP (berpendidikan dasar), dan 31,82% tamat SMA sederajat (berpendidikan menengah).

3. Jumlah rata-rata jiwa dalam keluarga buruh pembuat emping adalah 4 orang. Jumlah Jiwa dari keluarga buruh pembuat emping yaitu 82% (> 5 orang), dan 18,18% ( ≤5 orang)

4. Rata-rata pendapatan dari keluarga buruh pembuat emping adalah sebesar Rp 814.000,00. Tingkat pendapatan keluarga buruh pembuat emping 59,09% dibawah rata rata dan 40,91% d iatas rata-rata.

5. Tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga buruh pembuat emping adalah 63,64% terpenuhi (Rp 206.208 per kapita per bulan) dan 36,36% tidak terpenuhi.

6. Tingkat kepemilikan rumah keluarga buruh pembuat emping berstatus 90,91% milik sendiri dan 9,09 % bersetatus menyewa.


(6)

74 B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi para buruh yang berpendidikan dasar diharapkan mau menambah wawasan yang baru baik melalui media (cetak dan elektronik) maupun penyuluhan yang ada di kelurahan, sehingga pengetahuan yang dimiliki semakin bertambah.

2. Bagi keluarga buruh yang memiliki jumlah jiwa dalam keluarga yang banyak, diharapkan mulai saat ini menyadari bahwa keluarga besar tidak menjamin pendapatan yang dihasilkan juga besar, bahkan semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin berat pula beban yang harus ditanggung oleh kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokok.

3. Mengingat tingkat pendapatan keluarga tergolong rendah karena pendapatan yang diperoleh kepala keluarga rendah, diharapkan ibu rumah tangga untuk menambah produktivitas dan jam kerja mereka sehingga pendapatan tambahan yang diperoleh akan semakin besar untuk membantu memenuhi kebutuhan pokok keluarga.

4. Hendaknya pihak agen emping menaikkan sedikit upah bagi para buruhnya terutama upah harian dari hasil produksi emping yang mereka buat, karena upah yang mereka terima masih tergolong rendah.


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB REMAJA MENGKONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL (Studi pada Remaja di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung)

0 22 101

KONTRIBUSI SOSIAL BUDAYA PENYEBAB MALNUTRISI PADA BALITA DIKELUARGA NELAYAN (Studi pada Keluarga Nelayan di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung)

1 25 91

PADA BALITA DI KELUARGA NELAYAN ( Studi pada Keluarga Nelayan di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung)

1 11 11

PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA PEMERINTAHAN ADAT DALAM UPAYA PELESTARIAN BUDAYA LAMPUNG SAIBATIN (Studi Lamban Dalom dan Benda-Benda Budaya Kebandaran Marga Balak Lampung Pesisir di Kelurahan Negeri Olok Gading Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampun

5 88 96

PENILAIAN POTENSI TAMAN WISATA WIRA GARDEN KELURAHAN BATU PUTUK KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

3 13 46

DAMPAK KETIDAKSESUAIAN LOKASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK DI KELURAHAN TELUKBETUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG

3 17 72

KONDISI SOSIAL EKONOMI NELAYAN KERANG HIJAU DI PULAU PASARAN KECAMATAN TELUK BETUNG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016

1 12 69

KEANEKARAGAMAN PHYTOTELMATA DAN SERANGGA YANG MENDIAMINYA DI SUKAHARUM KELURAHAN BATU PUTUK KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG

2 9 53

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI LINGKUNGAN PULAU PASARAN KELURAHAN KOTA KARANG KECAMATAN TELUK BETUNG TIMUR KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 5

IMPLEMENTASI PROGRAM KOTAKU (KOTA TANPA KUMUH) SEBAGAI MODEL PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN NEGERI OLOK GADING KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG Skripsi DiajukanUntukMelengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Sya

0 4 101