UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VII SMP ISLAM KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013

(1)

Karya Kecil ini kupersembahkan untuk

Istri dan bUAh hati tercinta yang selalu

mendukung dan memberikan motivasi

Pembimbing skripsi yang telah memberikan

bimbingan dalam penulisan skripsi

Bapak/ Ibu dosen program studi Pendidikan

Kewarganegaraan yang telah memberikan

bantuan untuk terselesainya skripsi ini

Kepala Sekolah dan Dewan guru SMP Islam

Kalianda yang telah memberi kesempatan

dan atas dukungan morilnya

Almamater tercinta

Unversitas Lampung


(2)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan manusia agar mampu mandiri, mengembangkan potensi diri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan dapat hidup dalam pembangunan bangsa. Salah satu tuntutan mendasar yang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Hal ini timbul karena semakin tingginya kesadaran masyarakat dalam pembangunan. Sejalan dengan hal tersebut maka sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dalam memenuhi harapan serta tujuan tersebut.

Pendidikan memiliki peran penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas dan handal dalam pelaksanaan pembangunan kehidupan berbangsa. Sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menyatakan bahwa :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(3)

Memperhatikan isi dari UU No. 20 tahun 2003 tersebut, bahwa tugas seorang pendidik sangat berat, sebab kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas. Hal ini sejalan dengan misi pendidikan kewarganegaraan yang menyatakan bahwa, “Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi

oleh Pancasila dan UUD 1945”.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”.

Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik.

Berdasarkan hasil dari observasi serta wawancara dengan siswa dan guru yang dilakukan di SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan diperoleh informasi bahwa pada saat ini SMP tersebut masih menggunakan proses pembelajaran yang bersifat konvensional antara lain mencatat dan menggunakan metode ceramah serta guru mendominasi dalam jalannya proses pembelajaran di kelas. Siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru berpusat pada guru bukan


(4)

berpusat pada siswa. Penggunaan model pembelajaran yang bersifat demikian menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran dan terkadang merasa kurang memotivasi dalam belajar dan kurang mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Sehingga respon siswa untuk menyimak pelajaran pun kurang, indikasinya sebagian siswa ada yang mengganggu temannya, dan berbicara dengan temannya. Rendahnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang selama ini dilakukan oleh siswa dan guru kurang bervariasi atau dengan kata lain hanya menggunakan metode yang sama dan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Rasa bosan serta menyepelekan inilah yang membuat siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan pada akhirnya mempengaruhi nilai yang diperoleh siswa. Walaupun demikian keberhasilan siswa tetap ada walaupun dengan kreteria yang belum sesuai dengan yang telah ditentukan dan diharapkan. Sejalan dengan hal tersebut dapat diketahui bahwa hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya motivasi belajar siswa antara lain model pembelajaran tidak efektif, guru terlalu mendominasi kelas sehingga kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan berpendapat, siswa merasa takut dan malu jika pendapatnya salah, guru sering memberika pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya jawab sehingga siswa tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Maka diperlukan suatu upaya pengembangan


(5)

pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar dan memahami materi pelajaran.

Kaitannya dengan peningkatan kualitas hasil belajar, faktor guru sangatlah menentukan. Posisi dan peran guru sebagaimana ditegaskan oleh Sardiman

(1987: 123) “tidak semata-mata trasfer of knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer of value dan sekaligus pembimbing yang

mengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar”. Dari kutipan, ternyata

keberhasilan dalam proses belajar mengajar tidak hanya diukur dari meningkatnya pengetahuan anak, tetapi juga harus meningkat pemahamannya terhadap nilai-nilai moral. Keadaan yang demikian ini menuntut guru untuk dapat meningkatkan kualitas mengajarnya melalui berbagai macam kegiatan konstruktif sehingga dapat memaksimalkan hasil mengajar.

Proses pembelajaran adalah proses belajar dan mengajar yang saling mempengaruhi satu sama lain. Belajar diartikan sebagai suatu kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman baru berdasarkan pengetahuan membangun makna atau pemahaman dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki, sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi belajar yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa sebagai subjek belajar untuk memeperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku dan kesadaran diri. Berdasarkan latar belakang inilah penulis tertarik untuk lebih mengetahui ”Bagaimanakah Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Group Investigation


(6)

Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas VII SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn rendah.

2. Guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan proses pembelajaran yang bersifat konvensional

3. Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran 4. Respon siswa dalam proses pembelajaran rendah

5. Model Pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru belum efektif meningkatkan motivasi siswa dalam belajar mata pelajaran PKn

6. Siswa sibuk dengan pekerjaannya sendiri sehingga tidak fokus dalam mengikuti proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, maka masalah Penelitian ini dibatasi

pada kajian “upaya meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaranGroup Investigation”.


(7)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “ Bagaimanakah upaya meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran group investigation pada mata pelajaran PKn di kelas VII SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013”

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian eksperimen ini digunakan untuk menjelaskan Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas VII SMP Islam Kalianda

Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013”.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian tentang upaya meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajarangroup investigationpada mata pelajaran PKn di kelas VII SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran

2012/2013”secara teoritis untuk mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji tentang Pendidikan Pencasila dan Kewarganegaraan dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah.


(8)

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini berguna untuk guru mata pelajaran PKn di SMP dalam meningkatkan kemampuan dan kemauan guru dalam menggunakan berbagai model pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation. Penelitian ini juga berguna untuk siswa agar lebih meningkatkan motivasi belajar dan kecintaan terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan dengan wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang membahas tentang pelaksanaan model pembelajaran Group Investigation dalam upaya meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Yang menjadi Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Group Investigation.

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Islam Kalianda kabupaten Lampung Selatan.


(9)

4. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkan surat izin penelitianaan pendahuluan oleh Dekan FKIP Unila sampai dengan penelitian ini selesai.


(10)

A. Deskripsi Teoritis

1. Tinjauan Umum tentang Belajar dan pembelajaran

Belajar merupakan proses yang terus terjadi secara berkesinambungan dalam kehidupan manusia baik dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Belajar menurut Sardiman A.M (2005: 20) adalah "merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya".

Pendapat di atas memiliki makna bahwa belajar merupakan suatu proses yang dapat ditandai dengan perubahan yang terlihat pada diri seseorang. Sejalan dengan pernyataan di atas Ahmad Rohani HM (2004: lt) menyatakan bahwa, " Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan". Pendapat lain menyatakan bahwa, "Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman" (Oemar Hamalik, 2004: 27). pada bagian yang sama beliau juga mengemukakan bahwa, "Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya". Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara


(11)

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).

Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini maka antara proses belajar dengan perubahan sebagai bukti hasil yang diproses.Belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita (Hamalik, 2002:45). Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003:2). Sehubungan dengan itu, ada beberapa ciri-ciri belajar seperti dikutip oleh Darsono (2000:30) yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan dipakai sebagai arah kegiatan sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan belajar.

2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan pada orang lain. Jadi belajar bersifat individual.

3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. Berarti individu harus aktif bila dihadapkan pada suatu lingkungan tertentu keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk belajar.

4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yanglain. Adapun prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran adalah sebagai berikut (1) kesiapan belajar, (2) perhatian, (3) motivasi, (a) keaktifan siswa, (5) Mengalami sendiri 6) pengulangan. (7i materi


(12)

pelajaran yang menantang, (8) balikan dan penguatan, dan (9) perbedaan individual.

Berdasarkan ciri dan prinsip prinsip tersebut, maka proses pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke subyek belajar atau siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan subyek belajar merekonstruksi sendiri pengetahuannya. Menggunakan pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan definisi di atas, maka belajar dapat disimpulkan sebagai suatu serangkaian proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya dengan tujuan perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

Menurut paham konvensional (Darsono, 2000;24), pendidikan dalam arti sempit sempitdiartikan sebagai bantuan kepada siswa terutama pada aspek moral atau budi pekerti, sedangkan pengajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik dibatasi pada aspek intelektual dan keterampilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian pendidikan, pembelajaran dan pengajaran mempunyai hubungan yang konseptual yang tidak berbeda, kalau dicari perbedaannya pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas yaitu mencakup baik pengajaran maupun pembelajaran, dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran.

Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan terjadi perubahan tingkah laku,


(13)

maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilalekan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).

Aliran behavioristik mengemukakan bahwa pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Sedangkan dari aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari (Darsono, 2000: 24)

Humanistik mendekripsikan pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Sugandi, 2004: 9).

a. Ciri-ciri Pembelajaran

Sesuai dengan ciri-ciri belajar, berdasarkan pendapat Darsono (2000:25) maka ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

1) Pembelalaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

2) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa

3) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.


(14)

4) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi sisira.

5) Pembelajarun dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.

6) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berftrngsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.

b. Teori Belajar

“Belajar adalah proses perubahan di dalam kepribadiaan manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain

kemampuan.” ( Thursan Hakim,2005:1).

Berdasarkan defenisi diatas, yang sangat perlu digaris bawahi adalah bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan orang itu dalam berbagai bidang.


(15)

Beberapa aktififtas belajar adalah: a. Mendengarkan

b. Memandang

c. Meraba,membau, dan mencicipi/ mencecap d. Menulis atau mencatat

e. Membaca

f. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan h. Menyusun paper atau kertas kerja

i. Mengingat j. Berpikir

k. Latihan dan praktek (Dalyon,1997:218)

1. Teori Belajar Piaget

Piaget memandang bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, dengan bertambah umur seseorang, makin kompleks susunan sel syarafnya, makin meningkat pula kemampuannya. Mana kala seseorang berkembang menjadi dewasa akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan kemampuan berpikir dalam struktur kognitifnya, tingkatan itu bersifat hierarkhik, maksudnya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu yaitu mulai tingkat sensorimotorik sejak lahir sampai usia 18 bulan. Operasional konkrit usia 18 bulan sampai 11 tahun, dan operasi formal usia 11 tahun sampai dewasa, selanjutnya Piaget (1962) menjelaskan pula bahwa seseorang mendapat kecakapan intelektual pada umumnya berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang dirasakan diketahui pada satu sisi dengan fenomena baru yang dihadapi sebagai suatu pengalaman atau persoalan. Bila seseorang dalam kondisi saat ini dapat mengatasi situasi baru, keseimbangannya tidak terganggu, berarti ia telah memperoleh kecakapan


(16)

intelektual, jika tidak ia harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif, akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru, sedangkan ekulibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Alex Moore menjelaskan bahwa teori belajar Piaget dapat membantu sensitifitas berpikir siswa, untuk disampaikan kepada guru secara interaktif, guna memahami suatu konsep secara lengkap. Dengan adanya keterlibatan siswa dalam penataan struktur kognitif, maka siswa dapat membentuk skema baru dari pengalaman dan informasi baru. Teori skema dari Piget melandasi pandangannya pada konstruktivisme., peran guru dapat dilakukan sebagai fasilitator belajar.

2. Teori Belajar Vigotsky

Vigotsky berpandangan bahwa perkembangan kognitif seseorang ditentukan oleh individu sendiri secara aktif dan lingkungan sosialnya. Teori sosiogenesis dari Vigotsky yang dikenal dengan revolusi sosial culturall mengemukakan 2 konsep, yaitu: hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development) dan Zone perkembangan proximal ( Zona of proximall development) dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Genetic law of development

Dalam penerapan hukum genetik tentang pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif, ia berpandangan bahwa kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melalui tataran sosial, tempat orang bergaul dalam lingkungan sosialnya, dan tataran psikologis yang terjadi dalam


(17)

diri orang yang bersangkutan. Lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang. Pada tataran psikologis, pengetahuan dan perkembangan kognitif melaluii penguasaan dan internalisasi nilai dalam proses sosial yang dialaminya.

Penerapan hukum genetik tentang perkembangan memunculkan pemikiran bahwa bahan ajar hendaknya menyiapkan tugas-tugas yang memberii kesempatan siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Selanjutnya proses pemaknaan dan mengkonstruksi pengetahuan dapat diperoleh, setelah terjadinya proses internalisasi. Dalam hal ini belajar dan berkembang merupakan 2 hal yang saling berkaitan dan menentukan pembentukan pengetahuan dani perkembangan kognitif seseorang.

b.Zone of Proximal Development (ZPD)

Vigotsky menjelaskan bahwa kemampuan dan perkembangan kognitif seseorang dapat dibedakan dalam dua tingkatan yaitu: Tingkat perkembangan aktual anak yang tampak dari kemampuannya melaksanakan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri, dan tingkat perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah, ketika dibimbing oleh orang dewasa atau ketika bekerjasama dengan teman sebaya. Jarak antara perkembangan actual dengan perkembangan potensial disebut ZPD. ZPD dipandang sebagai wilayah penyangga untuk mencapai taraf


(18)

perkembangan kognitif semakin tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan Cognitif Scaffolding, yaitu berupa bantuan berupa petunjuk atau pedoman mengerjakan tugas, langkah-langkah prosedur kegiatan, bagan alaur yang memudahkan seseorang belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan perkembangan kognitifnya.

3. Teori belajar Robert M. Gagne

Gagne mengemukakan teori pemrosesan informasi, bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah, sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisiinternal dankondisi eksternal individu. Peringkat proses pembelajaran menurut teori Gagne (1985) dikutip oleh Mohamad Surya terjadi melalui 8 fase yaitu: (1) motivasi, (2) pemahaman, (3) pemerolehan; (4) penahanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan, dan (8) umpan balik. Dalam setiap fase akan terjadi pemrosesan tertentu. Selanjutnya Gagne mengemukakan sembilan langkah pembelajaran di kelas yaitu:

(1) Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa

(2) Memberikan informasi kepada siswa tujuan pembelajaran dan topik yang dibahas

(3) Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran. (4) Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik. (5) Memberi bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran (6) Memberikan pemantapan kepada perilaku belajar siswa (7) Memberikan umpan balik terhadap respon siswa


(19)

(8) Melaksanakan penilaian proses dan hasil pembelajaran

(9) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran.

4. Teori Belajar David Ausubel

Ausubel mengatakan seseorang akan dapat belajar secara bermakna, apabila ia dapat menghubungkan informasi yang diterima dengan apa yang telah diketahui sebelumnya. Advance Organizer yang juga dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance Organizer sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka dalam bentuk ringkasan konsep dasar tentang apa yang dipelajari.

5. Teori Belajar Jerome Bruner

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yaitu:

1) Tahap enaktif, seseorang melakukan kegiatan belajar sebagai upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik

2) Tahap ikonik, seseorang memahami obyek melalui visualisasi verbal, atau dalam bentuk perumpamaan dan perbandingan

3) Tahap simbolik, adalah kemampuan belajar seseorang telah melahirkan ideatau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.


(20)

c. Konsep Belajar

Berdasarkan pengertian di atas maka konsep belajar adalah rencana/ pandangan untuk mengabtraksikan perubahan tingkah laku seseorang atau sekelompok besar orang melalui suafu pengalaman dan latihan. Konsep belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkeftun dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi), Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah:

a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan penalaran atau pikiran terdiri dari katagori pengetahuan, pemahaman,penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisisi dan pembentukan pola hidup.

c. sikomotorik yaitu kemampuan mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan aktivitas.

Penjelasan di atas selanjutnya dijelaskan oleh Benjamin Bloom {1956) menjadi tiga kawasan (dominan) yaitu : "domain kognitif mencakup kemampuan intelekfual mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara hirarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan


(21)

mengkoordinasikan gerakan terdiri dari : gerakan repleks, gerakan dasar, kemampuan persepfual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif ,.

Konsep belajar harus memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa agar pembelajaran yang dilaksanakan mendapat hasil yang maksimal yaitu perubahan struktural yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.

2. Motivasi Belajar Siswa

a. Pengertian Motivasi

Motivasi mempunyai peranan penting dalam belajar karena tanpa motivasi di dalam belajar hasil yang diperoleh tidak akan memuaskan. Dengan mengetahui kemampuan potensial maka pengajar akan mendapatkan gambaran dalam menciptakan situasi-situasi yang mungkin dapat mempermudah dan mempercepat siswa dalam mempelajari sesuatu dan guru dapat mengarahkan atau memberi petunjuk yang bisa membangkitkan kegairahan dalam kegiatan belajar. Dalam kehidupan manusia ada faktor penting yang berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai tujuan hidup. Faktor tersebut adalah dorongan atau semangat untuk melakukan sesuatu. Yang biasa disebut dengan motivasi.

”Motivasi dapat diartikan sebagai yang telah menjadi alternatif atau


(22)

belajar, sehinggan tujuan yang dikehendaki segara tercapai”

(Sardiman,2001:71)

“ Fungsi motivasi :

1. mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi

2. menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai 3. menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.”( Sardiman,2001:83).

Motivasi belajar dapat menimbulkan rasa senang dan semangat dalam kegiatan belajar sehingga siswa yang memilki motivasi belajar yang tinggi akan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan belajar dalam skala yang tinggi pula. Dengan motivasi yang baik, dalam belajar akan menunjukan perolehan hasil yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.

” Di dalam literatur psikologi, terdapat dua tipe motivasi sebagai berikut :

1. Motif intrinsik

Motif intrinsik adalah motif yang mendorong seseorang melakukan sesuatu kegiatan tertentu.

2. Motif Ekstrinsik

Motif Ekstrinsik adalah motif yang mendorong seseorang melakukan kegiatan tertentu, tetapi motif tersebut terlepas atau tidak berhubungan

langsung dengan kegiatan yang ditekuni itu.”

( Thursan Hakim,2005: 28)

Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik bersifat ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.


(23)

“ Dua Jenis motivasi yang sama juga dikemukakan oleh Sardiman, yaitu :

a. Motif intrinsic, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinys tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

b. Motif ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif karena adanya

rangsangan dari luar.”

(Sardiman,2001:87-89)

Berdasarkan dari pendapat di atas maka disimpulkan bahwa morivasi adalah sesuatu kekuatan atau keadaan yang mendorong atau membangkitkan sesorang untuk melakukan suatu tindakan yatau kegiatan untuk mencapai tujuan.

Sedangkan untuk membangkitkan motif-motif ekstrinsik iti dapat dilakukan dengan memiliki berbagai keinginan yang perlu dimiliki untuk membangkitkan motivasi belajar diantaranya sebagai berikut :

1. Keinginan untuk mendapatkan nilai yang baik

2. Keinginan untuk menjadi juara kelas atau juara umum 3. Keinginan naik kelas atau lulus ujian

4. Keinginan untuk menjaga harga diri gengsi, missal ingin untuk dianggap sebagai orang pandai

5. Keinginan untuk menang bersaing dengan orang lain

6. Keinginan untuk menjadi siswa atau mahasiswa yang teladan

7. Keinginan untuk dapat memenuhi persyaratan dalam memasuki pendidikan lanjut

8. Keinginan untuk menjadi sarjana

9. Keinginan untuk dikagumi sebagai orang yang berprestasi

10. Keinginan untuk menutupi atau mengimbangi kekurangan tertentu dalam diri sendiri

11. Keinginan untuk melaksanakan anjuran atau dorongan dari orang lain seperti orang tua, kakak, teman akrab, guru dan orang lain yang disenangi

( Thursan Hakim,2005:30)

Hal ini serupa dengan yang dikatakan Sardiman, ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar sekolah


(24)

1. Memberikan angka 2. Hadiah

3. Persaingan atau kompetisi 4. Ego-ivolvemen

5. Memberi ulangan 6. Mengetahui hasil 7. Pujian

8. Hukuman

9. Hasrat untuk belajar 10. Minat

11. Tujuan yang dilakukan ( Sardiman,2001: 89-93)

Cara membangkitkan motivasi belajar yang telah diuraikan diatas, selain perlu diterapkan oleh siswa juga perlu dikembangkan lebih jauh agar motivasi siswa tersebut semakin lama semakin kuat dan stabil. Setiap siswa biasa memiliki hambatan dan kesulitan dalam proses belajar dapat diatasi atau setidaknya dapat mencegah agar tidak terjadi hal yang merugikan bagi siswa.

3 (tiga) kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, W (2001) a. Kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah

pada prilaku sosial

b. Keinginan memberikan tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan

c. Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas prilaku seseorang

Menurut Morgan (dalam Soemanto,1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendorong tingkahlaku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior) dan tujuan dari tingkah laku tersebut ( goals or ends of such behavior)


(25)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakam proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya suatu kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusias.

3. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan pengetahuan dan sikap terhadap pribadi dan perilaku peserta didik. Peserta didik berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda, baik agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Hal ini bertujuan agar warganegara Indonesia menjadi cerdas, terampil, kreatif, dan inovatif serta mempunyai karakter yang khas sebagai bangsa Indonesia yang dilandasi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Dalam UUD 1945 ketentuan tentang Pendidikan Nasional diatur menurut pasal 31 ayat 3 dan ayat 5. Ayat 3 berbunyi ”Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan suatu sistem Pendidikan Nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang”. Ayat 5 berbunyi ”Pemerintah memajukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan serta kesejahteraan umat manusia”.


(26)

Menurut pasal 39 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dalam Cholisin (2001:1) bahwa “Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan warga negara dengan pemerintah agar

menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara”.

Menurut Tim Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006:11), Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui:

1) Civic Intellegence

Yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, mupun sosial.

2) Civic Responsibility

Yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warg negara yang bertanggung jawab.

3) Civic Particiption

Yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan.

Menurut pendapat S. Sumarsono (2002: 6) “Pendidikan Kewarganegaraan

adalah usaha untuk membekali peserta didik dengan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta


(27)

pendidikan pendahuluan bela negara, agar menjadi warga negara yang dapat

diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

CICED (Center For Indonesian Civic Education) dalam Cholisin (2001:1) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan adalah :

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan proses transformasi yang membantu membangun masyarakat yang heterogen menjadi satu kesatuan masyarakat Indonesia, mengembangkan warga negara Indonesia yang memiliki pengetahuan dan kepercayaan terhadap Tuhan, memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hak dan kewajiban, berkesadaran hukum, memiliki sensitivitas politik, berpartisipasi politik, dan masyarakat madani (Civic Society)

Menurut Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaraan SMA, SMK dan MA (Depdiknas, 2003: 2) dan sesuai dengan paradigma baru pendidikan kewarganegaraan, dimana anak didik (siswa) diarahkan juga agar memiliki kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civics skill) dan watak atau nilai-nilai kewarganegaraan (civics value) serta juga memiliki kecakapan-kecakapan hidup nantinya, khususnya kecakapan hidup dibidang personal, sosial dan intelektual.

Salah satu komponen yang masuk kedalam keterampilan kewarganegaraan adalah keterampilan intelektual kewarganegaraan (intellectual skill) yaitu keterampilan yang berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran kewarganegaraan yang meliputi kajian atau pembahasan tentang negara, warganegara, hubungan antara negara dengan warganegaranya, hak dan kewajiban negara dan warganegara, masalah pemerintahan, hukum, politik, moral, dan sebagainya. Sedangkan keterampilan intelektual mengandung arti


(28)

keterampilan, kemauan, atau kapabilitas manusia yang menyangkut aspek kognitif, bukan aspek gerakan (psycomotor) fisik atau sikap (Depdiknas 2003:3).

Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan serta nilai-nilai kewarganegaraan akan menjadi seorang warga negara yang memiliki rasa percaya diri, kemudian warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan akan menjadi seorang warga negara yang berpengetahuan dan berkepribadian.

Adapun substansi kajian PKn terdiri dari:

1. Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge)

Mencakup bidang politik, hukum, dan moral. Secara rinci materi pendidikan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hokum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik.

2. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skills)

Meliputi keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya: berperan serta dan aktif mewujudkan masyarakat madani, proses pengambilan keputusan politik, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, mengelola konflik, keterampilan hidup dan sebagainya.


(29)

3. Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values)

Mencakup percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma, dan nilai luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, perlindungan terhadap minoritas dan sebagainya

Dimensi-dimensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat, karena pendidikan kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik, berakhlak, dan bertanggung jawab sesuai dengan Falsafah dan Konstitusi Negara Kesatuan Repubik Indonesia.

b. Visi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Tim Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006:11), visi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan proses pendidikan yang integral di sekolah untuk pengembangan kemampuan dan kepribadian warga negara yang cerdas, partisipasif, dan bertanggung jawabyang pada gilirannya akan menjadi landasan untuk berkembangnya masyarakat Indonesia yang demokratis.

c. Misi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan kepada visi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, maka dapat dikembangkan misi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai berikut:


(30)

1) Mengembangkan kerangka berpikir baru yang dapat dijadikan landasan yang rasional untuk menyusun pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan intelektual kearah pembentukan warga negara yang demokratis.

2) Menyusun substansi pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokratis yang berlandaskan pada latar belakang sosial budaya serta dalamkonteks politik, kenegaraan, dan landasan konstitusi yang dituangkan dalam pilar-pilar demokrasi Indonesia.

d. Fungsi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Selain mengajukan visi dan misi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan Tim Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006:11) juga mengajukan fungsi pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

e. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Tim Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006:12), tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.


(31)

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dpat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan dunia secara langsung atau tidak langsung degan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

B. Model Pembelajaran Group Investigation

Model pembelajaran sangat berperan dalam memandu proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, mudah dilakukan, dan dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan, salah satu model pembelajarannya ialah group investigation atau investigasi kelompok.

Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam pengembangannya, model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok di sini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Adapun pengertian group investigation adalah


(32)

Group Investigationmerupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya siswa dapat mencari dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan dalam proses pembelajaran, mulai dari menentukan topik hingga cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

(http://naurasetia.wordpress.com/2009/06/23)

Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.

Model pembelajaran Group Investigation ini membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan pembelajaran ini motivasi belajar siswa meningkat dan hasil pembelajarannya diharapkan lebih meningkat dan bermakna bagi siswa.


(33)

Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005: 28) ini ada di mengemukakan hal penting untuk melakukan metodeGroup Investigationadalah:

1. Membutuhkan kemampuan kelompok

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. 2. Rencana kooperatif

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. 3. Peran guru

Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007: 59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.

Pembagian kelompok dalam group investigasi dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas. Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Trianto, 2009: 80), dapat dikemukakan sebagai berikut:


(34)

1. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. 2. Merencanakan kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) diatas.

3. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan 4. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas 5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

6. EvaluasiGuru

Beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Pada proses pembelajaran PKn saat ini, masih banyak guru yang belum menerapkan model pembelajaran yang dapat menggali serta mengembangkan


(35)

keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam kenyataan kini, banyak guru yang masih menggunakan model pembelajaran yang terpusat pada guru itu sendiri dan hanya sedikit melibatkan aktivitas siswa.

Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Aktivitas merupakan asas atau prinsip yang terpenting dalam proses pembelajaran. Salah satu indikator untuk melihat keinginan siswa dalam belajar ialah dengan melihat aktivitas siswa selama proses belajar mengajar. Adanya aktivitas yang meningkat ini diharapkan akan merubah cara belajar siswa dari cara belajar pasif menjadi cara belajar aktif, sehingga lebih mudah dalam menguasai atau menyerap materi-materi yang diajarkan oleh guru di sekolah. Salah satu cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan aktivitas siswa ialah model pembelajaran koperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat berpikir secara aktif. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Group Investigation (GI). Model


(36)

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik secara kelompok maupun individual. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat menjadi alternatif yang digunakan dalam pembelajaran PKn karena dengan metode Group Investigationguru tidak lagi mendominasi kegiatan belajar siswa, melainkan siswa dituntut untuk aktif pada saat proses pembelajaran dengan diskusi bersama kelompoknya dan juga aktivitas yang lain yang mendukung proses pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn, selain itu aktivitas belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan perubahan pengetahuan dan ketrampilan pada diri siswa. Dalam penelitian ini aktivitas siswa yang akan diamati adalah kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung yang dibatasi pada memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi / bertanya antara siswa dengan guru, mengerjakan LKS secara individu, diskusi antar siswa dengan kelompok dan mempresentasikan atau menanggapi hasil diskusi. Aktivitas belajar yang baik akan berpengaruh positif pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Dengan adanya aktivitas dan model pembelajaran yang tepat disertai dengan pembelajaran yang benar, maka akan terjadi peningkatan hasil belajar pada diri siswa tersebut.


(37)

A. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. “Penelitian tindakan kelas atau class room action research adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar, sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama”(Arikunto, 2007: 3).

Penelitian ini akan dilakukan untuk menguji penggunaan model pembelajaran

Group Investigation apakah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VII SMP Islam Kalianda kabupaten Lampung Selatan.tahun pelajaran 2012/ 2013.

Peneliti berusaha untuk mengkaji hubungan sebab akibat dan mencari pengaruh yang terjadi dalam pelaksanaannya terhadap upaya meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaranGroup Investigation.


(38)

B. Faktor yang Diteliti

Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1) Motivasi belajar yaitu sesuatu dapat menimbulkan rasa senang dan semangat dalam kegiatan belajar sehingga siswa yang memilki motivasi belajar yang tinggi akan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan belajar dalam skala yang tinggi pula. Dengan motivasi yang baik, dalam belajar akan menunjukan perolehan hasil yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.

2) Model Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya siswa dapat mencari dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan dalam proses pembelajaran, mulai dari menentukan topik hingga cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat melatih siswa


(39)

untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

C. Definisi Oprasional

1. Motivasi merupakam proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya suatu kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusias.

2. Model pembelajaran Group Investigation ini membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan pembelajaran ini motivasi belajar siswa meningkat dan hasil pembelajarannya diharapkan lebih meningkat dan bermakna bagi siswa.


(40)

D. Operasional Penelitian

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa siklus atau putaran dimana setiap siklus terdiri dari empat komponen yang meliputi perencanaan (planing), tindakan (acting), observasi (abserving) dan refleksi (refecting). Setelah dilakukan refleksi kemudian diikuti dengan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Rangkaian rencana tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(41)

Gambar 1. Model penelitian tindakan (Arikunto, 2006: 16)

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

SIKLUS I

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan


(42)

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat siklus. Prosedur kerja dalam penelitian ini dirancang dalam siklus- siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yang harus dijalani, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

1. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

2. Merencanakan kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) diatas.


(43)

3. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan

4. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.


(44)

6. Evaluasi Guru

Beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

7. Pengamatan

Penelitian tindakan kelas, pengamatan yang dilaksanakan yaitu guru bersama kolaburator mengamati keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam bekerja kelompok. Observasi dilakukan dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan untuk mengumpulkan data.

8. Refleksi

Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja siswa. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Analisis dilakukan untuk mengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I, kemudian mendiskusikan hasil analisis secara kolaburasi untuk perbaikan dan digunakan sebagai dasar pelaksanaan siklus selanjutnya.


(45)

F. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu cara untuk melengkapi penelitian ini dengan menggunakan teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap yang nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan skenario model pembelajaran yang telah dipersiapkan.

2. Tes

Tes disajikan dalam bentuk diskusi antar kelompok, untuk mengetahui hasil belajar siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari jumlah poin-poin yang diperoleh setiap anggota kelompok.

3. Dokumentasi

Teknik dekomentasi digunakan untuk mendapatkan data-data primer yang berupa data jumlah siswa, foto aktifitas pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar penilaian.


(46)

G. Data Penelitian

Data penelitian dalam pembelajaran adalah data sekunder (data yang diperoleh dari selain subyek) yang digunakan untuk menilai aktivitas guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi–kisi observasi aktivitas guru

NO Jenis Aktifitas Skor

1 2 3 4 5

A. Pendahuluan

1 Membuka Pelajaran

2 Menumbuhkan motivasi belajar

B. Kegiatan Inti

3 Membentuk kelompok 4 Memilih topik bahasan

5 Merencanakan prosedur belajar 6 Membimbing siswa dalam kerja

kelompok

7 Membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan.

8 Membimbing siswa untuk menyampaikan ide-ide

9 Mengkoordinir jalannya presentasi

C. Penutup

10 Bersama siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas

11 Mengakhiri Pelajaran JUMLAH

Presentasi kerja guru Kategori kerja guru

Keterangan :

1. Sangat baik 2. Baik

3. Kurang baik 4. Tidak baik 5. Sangat tidak baik


(47)

Data motivasi belajar siswa yang sesuai dengan pembelajaran adalah data primer (data yang berasal dari subyek) yang digunakan untuk menilai motivasi belajar yang sesuai dengan pembelajaran. Kisi-kisi observasi motivasi siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Motivasi Belajar Siswa

NO NAMA PESERTA DIDIK

Aspek yang Diamati Skor

1 2 3 4 5 6 7

Keterangan:

1. Keinginan untuk mendapatkan nilai yang baik 2. Keinginan naik kelas atau lulus ujian

3. Keinginan untuk menjaga harga diri gengsi, missal ingin untuk dianggap sebagai orang pandai

4. Keinginan untuk menang bersaing dengan orang lain 5. Keinginan untuk menjadi sarjana


(48)

7. Keinginan untuk melaksanakan anjuran atau dorongan dari orang lain seperti orang tua, kakak, teman akrab, guru dan orang lain yang disenangi

Skor:

1 : Sangat rendah 2 : Rendah 3 : Sedang 4 : Cukup Tinggi 5 : Sangat tinggi

H. Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh maka peneliti akan menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari data aktivitas siswa, dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Dalam hal ini, data kualitatif menggunakan metode focus group discussion, dimana setiap kelompok diberi pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti sesuai dengan materi yang diberikan.

Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klaksikal dalam setiap pertemuan dangan memberi skor pada lembar observasi yang telah disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Indikator siswa dikatakan aktif jika lebih dari atau sama dengan 75% frekuensi yang ditetapkan per-indikator


(49)

dilakukan siswa. Setelah selesai diobservasi dihitung jumlah aktivitas yang dilakukan siswa, lalu dipresentasikan.

Menentukan persentase aktivitas yang dilakukan siswa dengan menggunakan rumus

F

P = --- X 100% N

Keterangan:

P : Angka persentase

F : Frekuensi aktivitas siswa N : Jumlah individu

(Sudijono: 1996)

1. 81 - 100% adalah aktivitas siswa sangat baik 2. 61 - 80% adalah aktivitas siswa baik

3. 41 - 60% adalah aktivitas siswa cukup 4. 21 - 40% adalah aktivitas siswa kurang 5. 0 - 20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan motivasi belajar siswa (on task) dimana > 75% dari seluruh siswa kelas VII. A mencapai indikator yang telah ditetapkan.


(50)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation pada siswa kelas VII. SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 55,25%, meningkat pada siklus kedua sebesar 12,68% dengan rata-rata motivasi belajar siswa 67,93% dan kemudian pada siklus III meningkat sebesar 14,5% dengan rata-rata motivasi belajar siswa mencapai 82,43%.

B. Saran

1) Kepada guru SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan hendaknya memilih dan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran yang salah satunya adalah model pembelajaranGroup Investigation.


(51)

2) Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan baik yang berupa sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran yang lebih baik serta memadai sehingga jalannya proses pembelajaran dapat berlangsung serta dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.


(52)

PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VII SMP ISLAM KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2012-2013

(Skripsi)

Oleh

RAHMAT HIDAYAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(53)

PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VII SMP ISLAM KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Oleh

RAHMAT HIDAYAT

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PPKn

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(54)

(55)

Halaman

ABSTRAK ... ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

1. Kegunaan Teoritis ... 6

2. Kegunaan Praktis ... 7

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 7

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 7

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 7

4. Ruang Lingkup Wilayah ... 8

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 8

II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis ... 9

1. Tinjauan Umum Tentang Belajar dan Pembelajaran ... 9

a. Ciriciri Pembelajaran ... 12

b. Teori Belajar ... 13

2. Motivasi Belajar Siswa ... 20

3. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 24


(56)

C. Oprasional Penelitian ... 39

D. Prosedur Penelitian ... 41

E.Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Data Penelitian ... 45

G. Teknik Analisis Data... 47

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1. Siklus I ... 50

1.1 Perencanaan Siklus I ... 50

1.2 Pelaksanaan Siklus I ... 51

1.3 Observasi Siklus I ... 52

1.4 Refleksi Siklus I ... 53

4.5 Rekomendasi Siklus I ... 55

2. Siklus II ... 56

2.1 Perencanaan Siklus II ... 57

2.2 Pelaksanaan Siklus II ... 57

2.3 Observasi Siklus II ... 59

2.4 Refleksi Siklus II ... 59

2.5 Rekomendasi Siklus II ... 61

3. Siklus III ... 62

3.1 Perencanaan Siklus III ... 62

3.2 Pelaksanaan Siklus III ... 62

3.3 Observasi Siklus III ... 64

3.4 Refleksi Siklus III ... 64

3.5 Rekomendasi Siklus III ... 66

B. Pembahasan ... 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(57)

Arikunto, S. 2009.Penelitian TindakanKelas.Bumi Aksara. Jakarta

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Dahlan, M. D. 1984.Model-Model Mengajar.CV. Diponegoro. Bandung. Dimyati dan Mudjiono. 1999.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2000.Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta. Jakarta.

Eggen dan Kauchak. 1996. Strategy For Teacher. Allyn And Bacon Publisher. Boston.

Hakim, Thursan. 2005.Belajar Secara Efektif.Puspa Swara. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

http://dian_p.student.fkip.uns.ac.id/2009/12/04/MACAM-MACAM-METODE-PEMBELAJARAN/ (dikutip tanggal 24 November 2012)

http://wantik.wordpress.com/2008.09/03/makalah-seminar/ (dikutip tanggal 21 November 2012)

http://uzairsuhaimi.files.wordpress.com/2009/11/focus-group-discussion2.pdf (dikutip tanggal 22 April 2010)

Lie, A. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learbing di Ruang-Ruang Kelas.Grasindo: Jakarta.

Sardiman, A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo. Jakarta.


(58)

Slavin, RE. 1995.Cooperative Learning: Theory, Reseach and Practice. Boston. Allyn and Bacon

Slavin, R.E. 1997.Educational Psychology: Theory and Practice. First edition. Massachusetts. Allyn and Boston Publiser

Soemanto. 1998.Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Wahab, Abdul Azis. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar. Alfabeta. Bandung


(59)

Halaman 1 Kisi-kisi aktivitas guru ... . 45 2 Kisi-kisi observasi motivasi belajar siswa ... 46


(60)

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena barkat rahmat dan hidayahN-ya penulis dapat menyelesaikan proposal PTK ini dengan kemauan dan tekat yang keras agar kuliah yang selama ini dijalani dapat diselesaikan sebaik mungkin.

Meskipun halangan dan rintangan silih berganti namun, tidak mampu menyurutkan kemauan untuk terus maju dan berkembang, akhirnya dengan kerendahan hati proposal PTK ini disusun sebagai pertimbangan dan syarat untuk menyusun skripsi dan juga kelulusan kuliah.

Penulis mengharapkan mudah-mudahan proposal PTK ini dapat memperlancar ketahap berikutnya yaitu menyusun skripsi, dan dapat berguna bagi pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2012


(61)

Judul : Upaya Meningakatakan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Group Investigatioan Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas VII. SMP Islam Kalianda Kabuapaten Lampauang Selatan Tahun Pelajaran 2012-2013

Nama Mahasiswa : Rahmat Hidayat NPM : 1013074004

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Irawan Suntoro, M.S. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. NIP 19560323 198403 1 003 NIP 19820727 2006 04 1002

Mengetahui

Ketua Program Studi PPKn

Drs. Holillulloh, M.Si NIP 19610711 1987 03 1003


(62)

Judul : Upaya Meningakatakan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Group Investigatioan Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas VII. SMP Islam Kalianda Kabuapaten Lampauang Selatan Tahun Pelajaran 2012-2013

Nama Mahasiswa : Rahmat Hidayat NPM : 1013074004

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Komisi Pembimbing Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Irawan Suntoro, M.S. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. NIP 19560323 198403 1 003 NIP 19820727 2006 04 1002

Mengetahui

Ketua Program Studi PPKn

Drs. Holillulloh, M.Si NIP 19610711 1987 03 1003


(63)

Pelajaran PKn di Kelas VII. SMP Islam Kalianda Kabuapaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012-2013

Nama Mahasiswa : Rahmat Hidayat NPM : 1013074004

Jurusan : Ilmu Pendidikan Sosial Program Studi : PPKn

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Irawan Suntoro, M.S Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. NIP 19560323 198403 1 003 NIP 19820727 2006 04 1002

2. Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si.


(64)

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Irawan Suntoro, M.S. ………

Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. ………

Penguji : Drs. Holilulloh, M.Si ………

Bukan Pembimbing

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(65)

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya;

hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu,

tetapi dibalas dengan buah.

(Abu Bakar Sibli)

Slalu bersyukur dengan apa yang didapatkan dan dimiliki

( Rahmat Hidayat)


(66)

Penulis Rahmat Hidayat di lahirkan di Desa Kasugihan Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 20 Mei 1981 anak ke enam dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Zulkifli dan Ibu Halimah.

Riwayat pendidikan :

1. Pendidikan sekolah Dasar Negeri Kesugihan Kabupaten Lampung Selatan selesai tahun 1994.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kalianda Kabupaten Lampung Selatan selesai tahun 1997.

3. Sekolah Menengah Kejuruan SMK Satu Nusa 3 Teluk Betung Bandar Lampung selesai tahun 2000.

4. Diploma 3 ( D. III ) IST AKPRIND Yogyakarta selesai tahun 2004.

5. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa penyetaraan S 1 Dalam Jabatan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung.


(67)

Bismillaahirrahmaannirrahim,

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi tindakan kelas yang berjudul Upaya Meningkatakan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Pada mata Pelajaran PKn di kelas VII SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012-2013. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, diantaranya Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., sebagai pembimbing I dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II terimakasih atas bimbingan dan arahanya sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Dan tidak lupa pula Penulis mengucapkan terimakasih kepada :


(68)

2. Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Drs. Holilulloh, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Bapak Muhammad Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku pembahas II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10. Kepala SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan izin penelitian serta terimakasih atas segala bantuan yang diberikan kepada Penulis.


(69)

12. Teristimewa untuk Istri dan buah hati, terimakasih atas doa, dan dukungan moral selama mejalani studi.

13. Teman-teman seperjuangan S 1 guru dalam jabatan semuanya tanpa terkecuali untuk kekompakan dalam suka maupun duka selama ini.

14. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2013


(70)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, adalah : Nama : Rahmat Hidayat

NPM : 1013074004 Program Studi : PPKn

Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/FKIP Unila Alamat : Kalianda Lampug Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013

Rahmat Hidayat NPM 1013074004


(1)

Motto

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya;

hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu,

tetapi dibalas dengan buah.

(Abu Bakar Sibli)

Slalu bersyukur dengan apa yang didapatkan dan dimiliki

( Rahmat Hidayat)


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Rahmat Hidayat di lahirkan di Desa Kasugihan Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 20 Mei 1981 anak ke enam dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Zulkifli dan Ibu Halimah.

Riwayat pendidikan :

1. Pendidikan sekolah Dasar Negeri Kesugihan Kabupaten Lampung Selatan selesai tahun 1994.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kalianda Kabupaten Lampung Selatan selesai tahun 1997.

3. Sekolah Menengah Kejuruan SMK Satu Nusa 3 Teluk Betung Bandar Lampung selesai tahun 2000.

4. Diploma 3 ( D. III ) IST AKPRIND Yogyakarta selesai tahun 2004.

5. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa penyetaraan S 1 Dalam Jabatan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung.


(3)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaannirrahim,

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi tindakan kelas yang berjudul

Upaya Meningkatakan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Pada mata Pelajaran PKn di kelas VII SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012-2013. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, diantaranya Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., sebagai pembimbing I dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II terimakasih atas bimbingan dan arahanya sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Dan tidak lupa pula Penulis mengucapkan terimakasih kepada :


(4)

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Drs. Holilulloh, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Bapak Muhammad Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku pembahas II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10. Kepala SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan izin penelitian serta terimakasih atas segala bantuan yang diberikan kepada Penulis.


(5)

11. Bapak dan Ibu guru dan serta staf tata usaha SMP Islam Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.

12. Teristimewa untuk Istri dan buah hati, terimakasih atas doa, dan dukungan moral selama mejalani studi.

13. Teman-teman seperjuangan S 1 guru dalam jabatan semuanya tanpa terkecuali untuk kekompakan dalam suka maupun duka selama ini.

14. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2013


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :

Nama : Rahmat Hidayat

NPM : 1013074004

Program Studi : PPKn

Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/FKIP Unila Alamat : Kalianda Lampug Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013

Rahmat Hidayat NPM 1013074004


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII.D SMP NEGERI 2 SIDOMULYO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 54

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP NEGERI 1 PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 67

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 63

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWER POINT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VII SMP XAVERIUS PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 43

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 SELESAI TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 2 28

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Pembelajaran Model Group Investigation Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kadokan 01 Pelajaran 2011/2012.

0 3 16

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Pada Siswa Kelas III SDN Pekuwon Tahun Pelajaran 2014 / 2015.

0 1 19

PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VII F SMP Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 6

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WANAYASA TAHUN PELAJARAN 2013 2014

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WANAYASA TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 - r

0 0 10