77
BAB VI SCHEMATIC DESIGN PHASE
Pada tahap rancangan skematik atau pra-rancangan ini berdasarkan konsep rancangan yang paling tepat dan memenuhi program perancangan, arsitek menyusun
bentuk gubahan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-gambar. Pada bab-bab sebelumnya telah dibahas mengenai tema yang diambil serta gaya arsitektural yang
berhubungan dengan tema “Fluidity Geometry of Water in Motion”. Penerapan tema organik pada bangunan ini terdiri dari beberapa ide utama yaitu bentuk bangunan dan
kulit bangunan serta perancangan tapak yang terintergrasi, serta prinsip keberlanjutan. Bentuk adalah suatu media komunikasi untuk menyampaikan arti yang dikandung oleh
bentuk itu sendiri atau untuk menyampaikan pesan tertentu dari arsitek kepada masyarakat sebagai penerima. Salah satu ciri dari bangunan organik dengan bentuk
metafora yaitu bangunan yang didesain mengikuti bentuk-bentuk alam dengan karakteristik utamanya yakni bentuk melengkung atau meliuk-liuk. Pada perancangan
tapak ini, penulis menerapkan bentuk metafora dari alam berupa tetesan air dan aliran sungai yang kemudian ditransformasikan ke dalam dua massa podium yang memiliki
fungsi sebagai ruang publik serta tower yang terletak pada podium .
Gambar 6.1 Konsep Utama Rancangan
Drops of water River flow
Fludity Geometry of Water in Motion
Universitas Sumatera Utara
78
Gambar 6.2 Transformasi Konsep Rancangan
Bangunan dan tapak perancangan ini terhubung dengan harmonis seolah-olah adanya pergerakan air sungai yang mengalir dari bangunan ke tapak perancangan dan
menuju ke sungai. Unsur-unsur organik metafora dapat dilihat pada perubahan, pergerakan fisik dari komponen bangunan, struktur dan kulit bangunan, ruang yang
terbuka dan beragam, denah dengan grid yang tidak seragam. TOWER
PODIUM TOWER
PODIUM
Universitas Sumatera Utara
79
Menurut Edward 2001, salah satu konsep yang muncul pada arsitektur organik kontemporer yaitu keyakinan bahwa bentuk-bentuk organik adalah bentuk yang paling
ideal untuk sebuah bangunan hijau. Bangunan dengan bentuk kurva dapat menyesuaikan dengan hukum fisika, sebab hukum alam yang menentukan kedinamisan dari cairan,
panas, cahaya, suara dan gaya tekanan kebanyakan bekerja secara non-linear. Bentuk kurva linier juga memberikan wujud atau bentuk optimum yang lebih efisien, ekonomis,
dan sesuai untuk iklim tropis dan kondisi lingkungan. Dalam analisa aliran angin misalnya, bentuk aerodinamis yang melengkung
merespon lebih baik daripada bentuk yang linear atau kotak. Sedangkan dalam analisa sinar matahari, hubungan antara luas permukaaan bangunan dan volume ruang
menentukan seberapa besar panas yang dapat tembus ke dalam bangunan. Bentuk bangunan tentu memiliki kaitan dengan penerimaan panas. Penulis menerapkan bentuk
aerodinamis ini pada massa tower yang berfungsi untuk mengurangi turbulensi angin yang seringkali terjadi di sekitar bangunan tinggi pada daerah perkotaan khususnya pada
daerah komersial pusat kota. Bentuk bangunan tower dengan bagian bawah bangunan lebih besar dan semakin ke atas semakin melancip ini dapat mengurangi beberapa efek
negatif dari bangunan-bangunan tinggi dengan menghamburkan cahaya matahari dan membelokkan hembusan angin yang keras. Namun dengan perletakan tapak yang
memiliki bentuk persegi memanjang ke arah utara-selatan, maka posisi bangunan ini memiliki orientasi timur-barat. Dalam menanggapi panas matahari ini, penulis berusaha
untuk mempertahankan konsep terbuka dengan alam ini dengan menerapkan konsep shading dan penghijauan pada perancangan bangunan maupun tapak.
Bentuk dan gaya arsitektur selalu berkaitan erat dengan sistem konstruksi dan material yang berlaku pada masa tertentu. Pada zaman sekarang, seiring dengan
perkembangan teknologi, struktur mulai diperhitungkan sebagai salah satu faktor penentu
Universitas Sumatera Utara
80
estetika bangunan. Bentuk-bentuk struktur dengan wujud alami dapat disebut sebagai struktur metafora. Dengan menggunakan struktur atap yang menunjukkan karakteristik
organik metafora ini, penulis menggambarkan pergerakan aliran air seperti ombak, sehingga bangunan ini seolah-olah merupakan elemen sungai itu sendiri. Bentuk atap ini
mengalir dari massa podium depan yang mengalir ke massa podium belakang. Selain struktur, arsitektur organik dapat diekspresikan melalui material yang
digunakan. Material yang dipilih antara lain adalah material yang dapat memproduksi bentuk bebas atau bentuk plastis. Material yang penulis aplikasikan dalam perancangan
kulit bangunan ini adalah material GRC Glass Reinforced Cement.
8
Material ini mudah diaplikasikan serta mampu membentuk detail yang rumit, sehingga sangat memudahkan
untuk membentuk kulit bangunan dengan bentuk metafora yang diterapkan dalam perancangan ini. GRC memiliki bentuk tipis serta pemasangan yang mudah sehingga
mengurangi biaya pengangkutan dan pemasangan. GRC merupakan material yang tahan cuaca, tahan api, tahan korosi, tidak berjamur dan anti rayap. Kemudahan pemasangan
adalah hal penting dari GRC, Sistem pemasangan GRC ini umumnya menggunakan rangka Stud Frame, yaitu rangka besi penahan beban yang dapat dipasanga terlebih
dahulu, kemudian panel-panel GRC yang telah dilengkapi fitting-fitting dipasangkan pada rangka besi tersebut.
Dengan karakter bentuk bangunan yang kurvalinear, arsitektur organik dapat membawa manfaat dari segi efisien energi. Perancangan dengan konsep organik ini
didesain dengan kesadaran ekologi untuk menciptakan arsitektur yang ramah lingkungan. Namun, pentingnya untuk memperhatikan fungsi juga selain dilihat dari nilai estetika,
sebab manusia merupakan faktor penting dalam melahirkan bentuk ruang dalam konsep perancangan. Jadi perancangan ini tidak hanya merepresentasikan dari segi bentuk saja
8
GRC atau Glassfiber Reinforced Cement adalah bahan komposit yang terdiri dari campuran semen dengan pasir agregat halus, dipompakan untuk kemudian disemprotkan dan diberi
penulangan.
Universitas Sumatera Utara
81
namun juga merepresentasikan proses keberlanjutan seperti alam. Manusia hidup dalam ruang, manusia menciptakan ruang untuk hidup. Namun, selama ini manusia membangun
berdasarkan bidang Cartesian, berdasarkan sistem grid yang diterapkan pada karya-karya arsitektur. Penerapan bentuk metafora pada ruang ini tidak berbentuk grid yang datar,
ruang memiliki keberagaman bentuk dan pola, kedinamisan, dapat menekuk, melengkung, dan berkelok-kelok.
Universitas Sumatera Utara
82
BAB VII “Road to the Improvement”