82
BAB VII “Road to the Improvement”
Pelaksanaan evaluasi Preview 1
9
dari rancangan skematik awal ini mencakup aspek perancangan arsitektur, penerapan tema kasus proyek, perencanaan dan
perancangan kota, hubungan antara manusia, bangunan, dan lingkungan, serta kemajuan kegiatan studio. Mahasiswa melakukan presentasi dengan menyusun rancangan skematik
dalam bentuk poster. Presentasi dan poster yang dihasilkan harus mampu menyampaikan pokok pikiran mengenai rancangan skematik tersebut terdiri dari konsep program ruang,
penerapan tema dalam rancangan bangunan dan tapak, penerapan UU dan peraturan terkait dalam rancangan lingkungan dan bangunan, konsep dan gaya arsitektural
bangunan dan tapak, rancangan tapak, porongan tapak dari berbagai profil, denah lantai dasar dan denah lantai atas lengkap, tampak dan porongan bangunan, perspektif eksterior
dan interior serta gambar aksonometri bangunan. Pelaksanaan sidang Preview pertama ini memberikan banyak pembelajaran yang
mendalam kepada mahasiswa, baik dari presentasi perancangan secara informasi maupun kontennya. Dari masukan dosen penguji tersebut, mahasiswa dapat berkonsultasi dengan
dosen pembimbing dan dosen profesional untuk memperbaiki rancangan skematik tersebut atau tetap melanjutkan tahap pengembangan rancangan selanjutnya. Dari hasil
presentasi tersebut, penulis mendapat beberapa masukan dari dosen penguji untuk lebih menekankan konsep arsitektur yang diterapkan dalam perancangan.
Arsitektur organik memiliki berbagai pemahaman yang luas dan berbeda-beda dari setiap arsitek dan ahli teori. Dari berbagai ahli teori arsitektur organik yang muncul,
9
Priview 1 adalah sidang pertama yang diadakan sebagai evaluasi kegiatan studio perancangan arsitektur dalam tahap perancangan skematik.
Universitas Sumatera Utara
83
penulis perlu mengambil benang merah
10
yang menjadi pilar yang kuat dalam konsep perancangan ini. Penekanan konsep organik yang penulis terapkan dalam rancangan
arsitektur ini dapat terlihat dalam bangunan berdasarkan bentuk, struktur dan kulit bangunan, serta prinsip keberlanjutan. Perancangan skematik yang akan dibahas
selanjutnya merupakan hasil dari evaluasi Preview 1 rancangan skematik. Dalam rancangan tampak skematik sebelumnya, konsep arsitektur yang diambil
masih kurang jelas dimengerti dan tertangkap dalam bentuk perancangan bangunan secara keseluruhan. Penerapan tema dalam perancangan masing kurang, hal ini
dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap tema yang diterapkan dapat berakibat konflik dan kemacetan dalam pengembangannya. Tema sebagai kerangka pendekatan
penyelesaian permasalahan dapat mencakup area yang berhubungan dengan fungsi dan bentuk, teknologi, sosial dan perilaku, budaya serta iklim dan lingkungan. Tema
“Fluidity Geometry of Water in Motion” dalam perancangan skematik sebelumnya kurang
menekankan makna dari tema individu itu sendiri dalam perancangan. Serta keselarasan antara arsitektur organik dengan tema yang diterapkan belum dapat dijelaskan dengan
baik dalam perancangan. Penulis mengambil beberapa teori arsitektur organik untuk mencari benang merah yang diterapkan dalam perancangan ini. Salah satunya adalah
perancangan yang mengambil dari pendekatan dengan alam. Menurut Ganguly 2008 dalam artikelnya yang berjudul What is Organic in Architecture, mendefinisikan
arsitektur organik merupakan filosofi arsitektur yang menjunjung harmoni antara lingkungan hidup manusia dan dunia alam melalui pendekatan desain. Arsitektur organik
terintegrasi dengan baik dengan tapak dan memiliki sebuah kesatuan, komposisi yang
10
Benang merah meupakan sebuah istilah keterkaitan dari beberapa hal yang digabung hingga menjadi satu kesatuan, dalam proses perancangan ini, arsitek harus dapat menghubungkan segala
konsep dan teori arsitektur organik dan menjadi satu kesatuan tiang penguat dalam perancangan ini.
Universitas Sumatera Utara
84
saling berkaitan, berisi bangunan-bangunan dan lingkungan sekitarnya. Arsitektur organik merupakan sebuah interpretasi prinsip-prinsip alam yang dijadikan bentuk.
Dari beberapa teori di atas, pendekatan benang merah yang penulis ambil adalah berupa ide atau penerapan, ide yang menjelaskan karakteristik arsitektur organik
kontemporer ini terbagi menjadi tiga ide utama yang merupakan ciri utama dari arsitektur organik.
7.1 Integrasi Bangunan dan Lingkungan Tapak . Ciri utama dari tema organik yang penulis terapkan dalam perancangan tapak
dan bangunan ini adalah konsep yang menunjukkan antara bangunan dan lingkungan tapak tersebut terintegrasi dengan baik. Dimulai dari revisi perancangan tapak yang
kurang menujukkan adanya konsep yang menerapkan aliran sungai sebagai karakteristik konsep organik yang mengintegrasikan bangunan dan lingkungan alam. Penulis
merencanakan aliran sungai serta jembatan yang menghubungkan area sirkulasi pejalan kaki dengan area water zone yang terdapat pada daerah tepian sungai. Pejalan kaki dapat
menikmati dan merasakan keberadaan sungai ketika berada dalam lingkungan tapak. Pada dasar bangunan terdapat sebuah ruang terbuka aktif yaitu food court outdoor dan aktivitas
olahraga dimana pengunjung dapat merasakan dan menikmati pergerakan aliran sungai buatan.
Universitas Sumatera Utara
85
Gambar 7.1 Revisi Rancangan pada RTH
7.2 Kesatuan Ruang Dalam dan Ruang Luar Pada gambar perspektif dari perancangan skematik awal skenario ini tidak
menunjukkan karakteristik dari konsep organik yang diterapkan. Untuk revisi terhadap bentuk perancangan bangunan, perancangan harus lebih mendekatkan manusia dengan
Kanal buatan
S u
n g
a i
De li
S u
n g
a i
De li
Universitas Sumatera Utara
86
lingkungan alam melalui konsep bukaan yang maksimal pada perancangan beserta tema “Fluiidty” yang menunjukkan karakteristik bentuk sebagai sebuah keadaan yang tidak
stabil tidak lurus namun memiliki bentuk yang mengalir dalam perancangan bentuk bangunan.
Gambar 7.2 Perancangan perspektif awal skenario
Revisi perancangan ini terletak pada bentuk massa bangunan serta konsep kulit bangunan yang lebih memaksimalkan bukaan dengan lingkungan alam dan sekitarnya.
Dikarenakan ciri kedua dari tema organik adalah kesatuan antara ruang dalam dengan ruang luar. Pendekatan ciri kedua ini dilakukan dengan menerapkan bukaan yang banyak
pada dinding bangunan serta area terbuka hijau dalam bangunan. Bukaan tersebut bertujuan agar pengunjung yang berada di dalam bangunan dapat merasakan keberadaan
nya dalam lingkungan alam. Menghindari dinding masif yang membuat manusia seperti terperangkap di dalamnya.
Masif
Universitas Sumatera Utara
87
Gambar 7.3 Revisi Perancangan Kulit Bangunan
Gambar 7.4 Sketsa Revisi Perancangan
Untuk penerapan konsep pada kulit bangunan yang mewujudkan konsep bentuk metafora tetesan air ini terlihat pada kulit bangunan tower dan podium yang seolah-olah
Bangunan Preservasi
Podomoro Deli City
Permukiman penduduk
Permukiman penduduk
Permukiman penduduk
Universitas Sumatera Utara
88
mengalir menuju tapak menjadi satu kesatuan dengan alam. Namun, salah satu ide yang melekat pada arsitektur organik adalah pada metode komposisi yang bekerja dari dalam
ke luar, yakni dari program kebutuhan penghuni dan harapan mengenai penampilan luar bangunan. Dalam hal ini, penulis menerapkan konsep keterbukaan ruang manusia ke alam
dengan cara memperbanyak bukaan pada bangunan, serta penghijauan pada ruang dalam maupun ruang luar bangunan, sehingga baik ketika berada dalam maupun luar
bangunan,ruang manusia secara visual, fisik dan psikologi menyatu dengan lingkungan alam.
Tidak ada suatu hal yang benar atau salah dalam penerapan konsep dalam arsitektur. Namun beberapa cara penerapan konsep tersebut memiliki konsekuensi yang
perlu diperhatikan sehingga kerugian dan ketidakpuasan pengguna bisa diminimalisasi. Dalam rancangan bangunan ini, olahan bentuk dan fasad bangunan dengan konsep
organik kontemporer yang menjadi nilai estetika ini merupakan sesuatu yang sulit untuk berlaku secara universal, dikarenakan estetika pada bangunan bernilai subjektif. Sesuatu
dapat dikatakan indah oleh seseorang namun orang lain yang melihatnya belum tentu memiliki pendapat yang sama. Dalam hal ini, penulis berusaha merancang bentuk
bangunan dengan pendekatan pergerakan air dan bentuk tetasan air sebagai perwujudan dari tema yang penulis terapkan dalam perancangan ini. Estetika yang penulis wujudkan
dalam perancangan ini terlihat dan dirasakan dari bentuk dasar bangunan yang berbentuk ellips tidak simetris yang diadopsi dari bentuk tetesan air.Pengolahan tampak bangunan
yang ditampilkan serta lingkungan sekitar bangunan yang menunjukkan keserasian dan keharmonisan lingkungan dan bangunan tersebut berdiri juga menjadi bagian dari sumber
penerapan estetika. Perkembangan bentuk arsitektur akan dipengaruhi dan mempengaruhi teknologi
struktur-konstruksi serta materialnya. Fasad merupakan salah satu elemen terpenting
Universitas Sumatera Utara
89
dalam penampilan suatu bangunan. Banyak arsitek yang menggunakan olahan pada fasad untuk memberikan kein
dahan sesuai dengan yang diinginkan. Kata “fasad” atau “facade’ berasal dari bahasa latin yaitu “facies”, yang berarti wajah utama atau tampak dari
bangunan yang dapat dilihat dari jalan atau area publik sekitarnya. Elemen-elemen yang bersama-sama membentuk fasad dapat bermacam-macam bagian mulai dari permukaan
dinding, struktur, pengaturan bukaan dan ornamentasi. Hingga saat ini fasad masih menjadi bagian paling penting dalam arsitektur untuk mengkomunikasikan fungsi dan
nilai suatu bangunan. Pada perancangan bangunan dengan konsep arsitektur organik ini, penulis lebih menekankan bentuk metafora tetesan air
“drops of water”pada kulit bangunan, serta sifat dari fluidity yaitu sebagai sebuah keadaan yang tidak stabil tidak
lurus namun memiliki bentuk yang mengalir pada bangunan dan tapak perancangan. Dari fasad bangunan ini terlihat perancangan yang memaksimalkan bukaan pada
keseluruhan bangunan fungsi pusat perbelanjaan maupun fungsi hunian, fasad bangunan ini diwujudkan sebagai pendekatan pada konsep organik yang ekologis dan pendekatan
manusia dengan lingkungan sekitarnya 7.3 Flowing Line
Bentuk organik berkaitan erat dengan ekspresi bentuk yang dihadirkan pada arsitektur kontemporer. Bentuk organik sebagai ciri ketiga yang terdapat dalam bangunan
ini adalah konsep bentuk yang mengalir. Hubungan antara massa A dan B tidak terintegrasi dengan baik, tidak tertangkap sebagai suatu kesatuan yang harmonis.
Universitas Sumatera Utara
90
Gambar 7.5 Perancangan Tampak Awal Skenario
Menurut Pearson 2009, arsiitektur organik dari segi bentuk lebih menekankan pada keindahan dan harmoni pada bentuk bebas mengalir dengan bentuk-bentuk ekspresif
yang berpengaruh pada psikologi manusia. Setelah revisi perancangan, penerapan bentuk aliran air tidak stabil ini terlihat seperti ombak pada massa bangunan pertama dan kedua
Gambar menunjukkan hubungan massa bangunan A dan B.
Gambar 7.6
Revisi Perancangan Tampak
Massa B
Massa A
Massa B
Massa A
Universitas Sumatera Utara
91
Arsitektur organik adalah arsitektur yang memperhatikan aspek ekologis, namun arsitektur organik bukanlah arsitektur hijau. Bangunan dengan bentuk bangunan kurva
liniermemberiikan wujud atau bentuk optimum yang lebih efisienm ekonomis, dan sesuai untuk iklim lokal dan kondisi lingkungan Pearson, 2009 . Jadi penekanan arsitektur
organik tidak hanya merepresentasikan dari segi bentuk saja namun juga merepresentasikan proses keberlanjutan seperti alam. Prinsip keberlanjutan pada
bangunan ini mengarah pada efisiensi bangunan dengan cara mengoptimalkan pencahayaan dan penghawaan alami dalam bangunan pada pagi hingga siang hari.
Perancangan bangunan ini memiliki ventilasi alami dengan jendela yang dapat dibuka di semua unit hunian. Bentuk bangunan yang berkarakter kurva liniermemiliki kaitan erat
dengan prinsip keberlanjutan, yakni dalam hal meminimalisirkan luas permukaan bangunan terhadap penyerapan panas menjadi berkurang. Hal inilah yang merupakan
salah satu kriteria arsitektur organik, yaitu harmonisasi dengan alam, berprinsip ekologis agar tidak merusak lingkungan.
Sesuai dengan fungsi bangunan campuran, yaitu sebagai pusat perbelanjaan dan hunian kondominium, bentuk menara merupakan solusi tepat pada lahan dengan luas
terbatas. Bentuk organik merupakan konsep bentuk keseluruhan bangunan yang terintegrasi dengan kebutuhan ruang.
Universitas Sumatera Utara
92
BAB VIII INTEGRATED BUILDING SYSTEM