hadis adalah sebab yang terselubung dan tersembunyi yang merusak kesahihan hadis.
Cacat suatu hadis dapat terjadi pada sanad maupun pada matan. Hanya mereka yang berpengatahuan luas, meiliki daya hafal istimewa dan ahli isn±d dan
matan yang dapat membedakan hadis yang cacat dari yang sahih. ‘Abd ar-
Ra¥m±n bin Mahd³ w. 194 H bahkan mengatakan bahwa untuk dapat menemukan sebuah hadis ma
‘l-l, seorang membutuhkan intuisi ilham. Ibn al- Mad³n³ w. 234 H dan al-Kha¯³b al-Baghd±d³ w. 463 berkata sebuah
kecacatan dalam isn±d hanya dapat ditemukan apabila isn±d sebuah hadis tertentu dan dikumpulkan dan dianalisis.
54
B. Kritik Matan
Para kritikus hadis dalam melakukan verifikasi penyandaran hadis kepada Nabi saw. tidak hanya meneliti sanad tapi juga meneliti matan, karena adanya
periwayatan hadis secara makna. Ini berdasarkan kenyataan bahwa terdapat sejumlah matan yang tidak dapat disandarkan kepada Nabi saw. meskipun
sanadnya tampak £iqah. Dengan kata lain, sanad yang £iqah tidak harus berarti matannya juga dipercaya. Disamping kepercayaan isn±d, ke-£iqahan matan juga
harus dibuktikan untuk keautentikan sebuah hadis. Dengan kritik matan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh seorang
perawi dapat dikontrol dan penilaian seorang kritikus hadis terhadap sebuah hadis dapat diverifikasi. Selanjutnya, para perawi dapat dinilai £iqah atau sebaliknya,
hanya setelah menguji riwayat mereka dan meneliti matannya. Demikian pula, kenyataan bahwa sejumlah hadis yang kontradiktif dengan sanadnya yang £iqah,
dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadis, hal tersebut menjadikan studi matan hadis tidak dapat diabaikan.
Pada umumnya kritik matan dilakukan dengan: Membandingkan dengan Alquran, hadis dengan hadis yang lebih tinggi kualitasnya, hadis dengan akal
rasional, hadis dengan kenyataan sejarah. Sebagai contoh menjelang Umar
54
Ibn al-¢ala¥, ‘Ul-m al-¦ad³£. h. 82. Al-Suy-¯³, Tadr³b. h. 135.
menghembuskan nafas terakhir Umar berpesan agar tidak ada seorangpun yang menangisinya. Alasannya, karena Umar pernah mendengar bahwa Nabi saw.
bersabda, “Mayat itu akan disiksa karena ditangisi oleh keluarganya”.
55
Mendengar berita itu ‘Aisyah langsung berkomentar, “Semoga Umar dirahmati
Allah swt. Rasulullah saw. tidak pernah bersabda mayat orang mukmin itu akan disiksa karena ia ditangisi oleh keluarganya. Beliau hanya bersabda,
“Sesungguhnya Allah swt. akan menambah siksa mayat orang kafir yang ditangisi oleh keluarganya.” Kata Aisyah selanjutnya, “Cukuplah bagi kalian sebuah ayat
yang mengatakan bahwa “Seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain.”
al-An ‘±m: 165.
56
Pada umumnya, dalam melakukan kritik matan para ulama hadis telah membuat paradigma sebagai barometer ketika melakukan kritik matan, yaitu:
1. Tidak bertentangan dengan Alquran.
2. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih tinggi tingkat
kesahihannya. 3.
Tidak bertentangan dengan akal rasional. 4.
Tidak bertentangan dengan fakta sejarah.
57
Ini beberapa standar dalam menilai kualitas matan sebuah hadis, apakah ia dapat diterima untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari atau tidak dapat
dijadikan pedoman dalam beragama. Hadis Nabi yang sahih maupun yang hasan secara logika tidak akan
bertentangan dengan Alquran, karena Nabi merupakan utusan Allah kepermukaan bumi ini untuk menyampaikan risalah Tuhan, sehingga manusia dapat mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
55
Ab³ ‘Abdillah Mu¥ammad bin Ism±‘³l al-Bukh±r³, ¢a¥³¥ al-Bukh±r³ Bandung:
Diponegoro, tt Juz. 1, h. 493.
56
Ibid., Juz. 1, h. 496. Lihat juga Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis Jakarta: Pustaka Firdaus, cet. 3, 2000, h. 2-3.
57
Al-Adlab³, Manhaj Naqd al-Matn. h. 209.
BAB III KRITIK SANAD HADIS-HADIS KEUTAMAAN Y
²S´N DALAM KITAB
KUTUB AT- TIS’AH
A. Teks Hadis tentang Keutamaan Y±s³n