ULUMUL QURAN DAN HADITS UNIVERSITAS ISLA

  ULUMUL QUR’AN DAN HADITS

  ILMU QARIBUL HADITS DI S U S U N Oleh : NAMA : AIDIL SYAHPUTRA UNIT : 14 JURUSAN : PERBANKAN SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH – DARUSSALAM

  PENDAHULUAN A. Latar belakang

  Ditinjau dari segi bahasa (Gharib) diambil dari akar kata (Ba’idun ‘anwathanihi)

yakni jauh dari rumah atau tempat tinggal.Orang yang tidak sedang di rumah atau

tempat tinggal nya kita katakana asing. Imam Abu Sulaiman al-Khattabi Berkata :

“Asing dalam perkataan adalah jauh dari pemahaman seperti jauh nya seseorang dari

rumah atau tempat tinggal nya.

  

Memahami hadis sebagai warisan Nabi Muhammad saw. haruslah menyeluruh dan

universal. Menyeluruh dalam artian memahami secara benar, sedang universal

berarti tidak meninggalkan satu lafazh pun dalam menelaahnya. Terkait dengan

memahami secara menyeluruh dan universal di era kini akan terbentur dengan

pemahaman bahasa yang tentunya berkembang sebanding dengan perkembangan

peradaban manusia itu sendiri.

  Peninjauan hadits dari segi dirayah nya yang lebih spesifik dalam membahas istilah yang sulit dikenal atau sering disebut ilmu gharib al-hadis. Dengan adanya

pembahasan secara khusus ini diharapkan generasi yang semakin menjauhi bahasa

hadis bisa memahami lebih tepat terhadap arti kosakata hadits itu sendiri. Sehingga

dengan pemahaman yang tepat akan dihasilkan hukum yang tepat pula.

  B. Rumusan masalah 1. Pengertian ilmu gharib al-Hadits.

  2. Cara-Cara menafsirkan ke-Gharib-an al-Hadits.

  3. Perintis Ilmu Gharib al-Hadits dan Kitab-kitabnya.

  

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Ilmu Gharib Al-Hadits Ibnu Shalah menta’rifkan Ilmu Gharibul-Hadits, ialah Ilmu pengetahuan untuk

mengetahui lafadh-lafadh dalam matan Hadits yang sulit lagi sukar difahamkan,

  Dengan memperhatikan ta’rif tersebut, hanyalah kiranya bahwa yang menjadi obyek ilmu Gharibil-Hadits ialah susunan kalimat yang sukar dipahamkan maksudnya. Dan nyata pulalah kiranya tujuan yang hendak dicapai oleh ilmu ini, ialah melarang seseorang menafsirkan secara menduga-duga dan mentaqlidi pendapat seseorang yang bukan ahlinya.

  Ilmu ini membahas dan menjelaskan Hadits Rosulullah s.a.w yang sukar diketahui dan

dipahami orang banyak karena telah berbaur dengan bahasa lisan atau bahasa arab

pasar. Sedangkan Menurut Ulumul Hadis, ilmu ini menyingkap apa yang tersembunyi

dalam lafadz hadits. Menurut ibnu Shalah dalam buku ulumul hadis menyatakan: “

Ilmu untuk mengetahui lafadz matan hadis yang sulit lagi sukar dipahami, karena

jarang sekali dipakai ”. Kitab yang cukup baik dalam masalah ini adalah An-Nihayah fi Ghoribil Hadis wal Atsar, karya ibnu Atsir.

2. Cara-Cara menafsirkan ke-Gharibul al-Hadits.

  Para Muhadditsin mengemukakan hal-hal yang dapat digunakan untuk menafsirkan ke-Gharib-an matan Hadits. Di antara hal-hal yang dipandang baik untuk menafsirkan ke-Gharib-an Hadits ialah: a. Hadits yang sanadnya berlainan dengan hadits yang bermatan gharib tersebut.

  

b. Penjelasan dari Sahabat yang meriwayatkan Hadits atau dari Sahabat lain yang

tidak meriwayatkannya.

  c. Penjelasan dari rawi selain sahabat.

  Contoh matan hadits gharib yang ditafsirkan dengan hadits yang berasanad lain, seperti sebuah hadits Muttafaqun ‘alaih yang diriwayatkan oleh ibnu Umar r.a. tentang ibnu syayyad : هللللا ىلللص يبنلا لاق ! خدلا وه : دايص نبإ لاق ؟ اذامف ,ائيبخ كل تأبخ ينإ ملسو هيلع هللا ىلص يبنلا لاق

  كردق ودعت نلف ! أسخإ : ملسو هيلع “Nabi Muhammad saw. Berkata : saya menyimpan sesuatu untukmu, apa itu ? sahut ibnu Shayyad: yaitu asap. Salah ! kata Nabi saw., kamu tidak akan lepas secepat pperkiraanmu.” Lafadh addukhkhu dalam hadits tersebut adalah lafadh yang gharib. Menurut uraian yang dikemjkakan oleh Al-Jauhari, lafadh addukhkhu tersebut berarti asap(menurut pengertian bahasa), tetapi menurut pendapat yang lain berate tumbuh-tumbuhan.Bahkan ada sebagian yang mengatikan dengan jima’. Untuk mendapatkan penafsiran yang tepat, kita berusaha mendapatkan sanad selain sanad Bukhary-Muslim. Ternyatakita dapati pentakhrijan hadits Abu Dawud dan At-turmidzy yang bersanadkan Az-Zuhri, salim dan Ibnu ‘Umar r.a. memberikan penafsiran terhadap kegharibannya. Kata Ibnu ‘Umar : ناللهكلاةداع ضللعبلا دايللص نللبا كردأف (نيبم ناخدب ءامسلا ىتأت موي ) هلأبخ ملسو هيلع هللا ىلص نإ يبنلا

  خدلا وه : لاقف ,نايبلا مامت ىلع فوقو ريغ نم نيطايشلا نم ئيشلا ضعب فاطتخا ىف “ Suatu ketika nabi Muhammad saw. menyembunyikan untuk Ibnu Shayyad, ayat : ( tunggulah sampai langit mengumpulkan asap-asap yang nyata ), lalu Ibnu Shayyad mendapatkan sesuatu alat yang biasa dipakai tukang-tukang tenung untuk mencapai sesuatu perantaraan setan-setan, dan tanpa berfikir panjang lagi dia menjawab: itulah asap…” Dengan bantuan dari hadits Abu Dawud dan At-Turmidzy tersebut, maka lafadh addukhkhu itu dapat diketahui artinya, yitu asap.

3. Perintis Ilmu Gharib al-Hadits dan Kitab-kitabnya.

  Kebanyakan para Muhadditsin menganggap bahwa perintis Ilmu Gharibil-Hadits itu adalah Abu Ubaidah Ma’mar bin Mutsanna at-Taimy salah seorang Ulama Hadits yang berasal dari kota Basrah. Beliau Meninggal pada tahun 210 H. Sebagian Ulama Hadits yang lain berpendapat bahwa promotor ilmu tersebut ialah Abu Hasan an Nadir bin Syamil Al-Maziny, seorang ulama ilmu Nahwu, yang meninggal pada tahun 204 H. ia adalah seorang guru dari imam Ishaq bin Rahawaih, guru imam Bukhary itu.

  Ilmu yang telah dirintis oleh kedua ulama tersebut disempurnakan dan dikenbangkan oleh ulama-ulama kemudian, hingga melahirkan beberapa kitab gharibil-Hadits yang sangat berguna dalam memahami Al-Hadits. Kitab-kitab itu antara lain :

  1. Gharibil Hadits oleh Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (157-224 H). Tidak sedikit para ahli ilmu yang memuji kitab itu sebagai kitab yang kaya akan faidah dan berharga.

  2. Al-Faiqu fi Gharibil-Hadits, karya Abu Qasim Jarullah Mahmud bin Umar Az- Zumakhsyary (468-538) Kitab yang mencangkup seluruh ilmu Gharibil Hadits yang telah ditulis oleh ulama-ulama yang mendahuluinnya itu telah dicetak berulang kali di

  3. An-Nihayah fi Gharibil-Hadits wal-Atsar, karya Imam Majdudin Abis- Sa’adat Al- Mubarak bin Muhammad ( Ibnu’I Atsir ) Al-Jazary (544-606 H). Buku ini merupakan buah daripada hasil-karya ulama-ulama sebelumnya yang diperbaiki susunannya menurut alfabetis dari lafadh-lafadh yang gharib. Hadits-Hadits yang ada hubungannya denagn hadits yang Gharib itu dikemukakan pula serta ditafsirkankanlah kalimat demi kalimat hingga hilang keGharibannya. Kitab yang terdiri dari 4 jilid itu dicetak berulang kali diMesir. Pada cetakan yang terakhir, ia dijadikan 5 jilid dengan diberi tahqiq ( interpensi ringkas ) oleh kedua ulama besar, Tharir Ahmad Az-Zawy dan Mahmud Muhammad At-Thanahy dan dicetak oleh Daru Ihya’l-kutubi’l Arabiyah (Mesir) pada tahun 1383 H = 1963 M.

  4. Kemudian disusul oleh Abu Hafsh umar bin Muhammad bin Raja’I Al-Ukbury ( 380- 458H). Ia adalah salah seorang guru Abu Yahya Muhammad bin Al-Husain Al-Farra Al- Hanbaly dan salah seorang murid dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal.

  PENUTUP

  A. Kesimpulan Ilmu gharib hadits adalah Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadits yang sukar diketahui maknanya dan jarang terpakaioleh umum.

  Adapun Cara-Cara Menafsirkan Ke- Ghariban Al-Hadits, di antaranya :

  B. Kritik dan saran Demikianlah isi makalah ini, tentu masih masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka perlu kritik dan saran yang dari saudara/I yang bersifat membangun.