Ulumul Quran dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Kitab terakhir ini

  merupakan sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya ( Hablum min Allah wa hablum min an-nas), serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna ( kaffah), diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh- sungguh dan konsisten.

  Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Diturunkan dalam bahasa Arab, baik lafal maupun uslub- nya. Suatu bahasa yang kaya kosa kata dan sarat makna.

  Kendati Al-Qur’an berbahasa Arab, tidak berarti semua orang Arab atau orang yang mahir dalam bahasa Arab, dapat memahami Al-Qur’an secara rinci.Al-Qur’an adalah kitab yang agung, memiliki nilai sastra yang tinggi. Meskipun diturunkan kepada bangsa Arab yang lima belas abad lalu terkenal dengan jiwa yang kasar. Al-Qur’an mampu meruntuhkan dominasi sya’ir- sya’ir Sastrawan Arab, hingga tidak berdaya dihadapan Al- Qur’an.

  Kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam harus dipahami dengan benar. Hasbi Ash-Shidieqi menyatakan untuk dapat memahami Al-Qur’an dengan sempurna, bahkan untuk menterjemahkannya sekalipun, diperlukan sejumlah ilmu pengetahuan, yang disebut Ulum Al-Qur’an.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik permasalahan sebagai berikut:

  1

  1. Apa dan bagaimana Ulum Al-Qur’an?

  2. Bagaimana perkembangan Ulum Al-Qur’an?

  C. Tujuan 1. Mengetahui apa dan bagaimana Ulum Al-Qur’an.

  2. Mengetahui perkembangan Ulum Al-Qur’an.

BAB II ULUM AL-QUR’AN DAN PERKEMBANGANNYA A. Pengertian Ulum Al-Qur’an Istilah Ulum Al-Qur’an, secara etimologis merupakan

  gabungan dari dua kata bahasa Arab ulum dan al-Qur’an. Kata ulum bentuk jama’ dari kata ilmu. Menurut Abu Syahbah ilmu berarti sejumlah materi pembahasan yang dibatasi kesatuan Sedangkan Al-Qur’an menurut istilah adalah: “Firman Allah

  Swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang memiliki kemukjizatan lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis dalam mushaf, dimulai dengan surat Al- Fatihah dan di akhiri dengan surat An-

  Kata ulum yang disandarkan kepada kata “al-Qur’an” telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya.

  Secara istilah, para ulama telah merumuskan berbagai defenisi Ulum Al-Qur’an.

  1. Manna’ al-Qathan memberikan defenisi bahwa Ulum AL- Qur’an adalah ilmu yang mencakup pembahasan- Ulum Al-Qur’an, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008, hlm.

  1 DR. Rosihon Anwar,

  11

  

2 Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Al-Madkhal li Dirasat Al-Qur’an al- pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an, dari sisi informasi tentang asbab an-nuzul (sebab-sebab turunnya Al Qur’an), Kodifikasi dan tertib penulisan Al Qur’an, ayat- ayat yang diturunkan di Mekah (makkiyyah) dan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah (madaniyyah), dan hal-hal lain

  2. Al-Zarqani merumuskan pengertian Ulum Al-Qur’an adalah beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an, dari sisi turunnya, urut-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemukjizatannya, nasikh dan mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa

  3. Menurut Abu Syahbah Ulum Al-Qur’an ialah sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an, mulai proses penurunan, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-mansukh, muhkam-mutasyabih, sampai pembahasan-pembahasan

  Defenisi di atas pada dasarnya sama. Ketiganya menunjukkan bahwa ulum Al-Qur’an adalah sejumlah

  Mabahits fi ‘Ulum Al-Qu’an. Mansyurat Al-‘Ashr Al Hadis,

  3 Manna’ Al-Qathan, ttp., 1973, hlm. 15-16 Manahil al-‘Irfan, Dar al-Fikr, Beirut,

  4 Muhammad ‘Abd al-‘Azhim al-Zarqani, t.t., jilid 1, hlm. 27. op. cit., hlm. 25.

  5Syahbah,

  Penjelasan-penjelasan di atas juga menunjukkan adanya dua unsur penting dalam defenisi Ulum Al-Qur’an. Pertama, bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah pembahasan. Kedua, pembahasan-pembahasan ini mempunyai hubungan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek keberadaannya sebagai Al- Qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia.

B. Ruang lingkup Ulum Al-Qur’an

  Berdasarkan pengertian Ulum Al-Qur’an di atas dapat dipahami tentang ruang lingkup Ulum Al-Qur’an, yaitu semua ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an.Bahkan menurut Abu Bakar Al’Arabi, ilmu-ilmu Al-Qur’an itu mencapai 77.450. Hitungan ini diperoleh dari hasil perkalian jumlah kalimat Al- Qur’an dengan empat, karena masing-masing kalimat mempunyai makna zhahir, batin, had, dan mathla’. Dan akan semakin bertambah menjadi tak terhingga jika melihat urutan kalimat di dalam Al-Qur’an serta hubungan antar urutan Namun menurut M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ulum Al-Qur’an

  1. Persoalan Turunnya Al-Qur’an (Nuzul Al Qur’an), yang meliputi waktu dan tempat turunnya Al Qur’an; sebab- sebab turunnya Al Qur’an; dan sejarah turunnya Al Qur’an.

  7Al-Zarqani, op. cit., hlm.23 Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an, Bulan

8 T. M. Hasbie Ash-Shiddieqy,

  2. Persoalan Rangkaian Para Periwayat (Sanad), meliputi riwayat mutawatir, riwayat ahad, riwayat syadz, macam- macam qira’at nabi, para perawi dan penghapal Al Qur’an, dan cara-cara penyebaran riwayat (tahammul).

  3. Persoalan Cara Pembacaan Al Qur’an (Qiraat), meliputi cara berhenti (waqaf), cara memulai (ibtida’), imalah, bacaan yang dipanjangkan (madd), meringankan bacaan hamzah dan memasukkan bunyi huruf yang sukun kepada bunyi sesudahnya (idgam).

  4. Persoalan Kata-kata Al Qur’an, meliputi kata-kata Al Qur’an yang asing (gharib), kata-kata Al Qur’an yang berubah- ubah harakat akhirnya (mu’rab), kata-kata Al Qur’an yang mempunyai makna serupa (homonym), padanan kata-kata Al Qur’an (Sinonim), isti’arah, dan penyerupaan (tasybih).

  5. Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum yang meliputi makna umum yang tetap dalam keumumannya, makna umum yang dimaksudkan makna khusus, makna umum yang maknanya dikhususkan sunnah, nash, makna lahir, makna global (mujmal), makna yang diperinci (mufashshal), makna yang ditunjukkan oleh konteks pembicaraan (manthuq), makna yang dapat dipahami dari konteks pembicaraan (mafhum), nash yang petunjuknya tidak melahirkan keraguan (muhkam), nash yang muskil ditafsirkan karena terdapat kesamaan di dalamnya (mutasyabih), nash yang maknanya tersembunyi karena suatu sebab yang terdapat pada kata itu sendiri

  (musykil), ayat yang “menghapus” dan yang “dihapus” (nasikh-mansukh), yang didahulukan (muqaddam), dan yang diakhirkan (mu’akhakhar).

  6. Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan kata-kata Al Qur’an, yang meliputi berpisah (fashl), bersambung (washl), uraian singkat (I’jaz), uraian panjang (ithnab), uraian seimbang (musawah) dan pendek (qashr).

C. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan ulum Qur’an

  Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, ulum Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu cabang disiplin ilmu setelah melalui proses pertumbuhan dan perkembangannya.

  Dalam hal ini tentu banyak Pribadi dan kondisi yang membuatnya sebagai cabang ilmu yang penting untuk memahami kitab suci Al Qur’an. Berikut ini kita lihat bagaimana alur lahirnya cabang ilmu ini.

1. Tahap Sebelum Kodifikasi

  Di masa Rasulullah dan para sahabat, Ulum Al-Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Bila mereka menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW.

  Ada beberapa faktor yang menyebabkan Ulumul Qur’an tidak dibukukan di masa Rasul dan Sahabat.

  1. Kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur'an dan rasul dapat menjelaskan maksudnya.

  2. Para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis Semuanya ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak tertulisnya ilmu ini baik di masa Nabi maupun di zaman sahabat.

  Adapun para perintis Ulum Al Qur’an pada abad I (atau sebelum kodifikasi) adalah sebagai berikut : a. Dari kalangan sahabat : Khulafa’ Ar-Rasyidin, Ibn ‘Abbas,

  Ibn Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka’ab, Abu Musa Al- Asyari, dan ‘Abdullah bin Zubair.

  b. Dari kalangan tabi’in : Mujahid, ‘Atha’ bin Yasar, ‘Ikrimah, Qatadah, Al Hasan Al Bashri, Sa’id bin Jubair, Zaid bin Aslam.

  c. Dari kalangan atba’tabi’in : Malik bin Anas.

2. Tahap Kodifikasi

  Di zaman khalifah Usman Bin Affan wilayah Islam bertambah luas sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan sahabat akan terjadinya perpecahan di kalangan muslimin tentang bacaan Al-Qur’an, selama mereka tidak memiliki sebuah Al- Qur’an yang menjadi standar bagi bacaan mereka. Sehingga disalinlah dari tulisan aslinya sebuah Al-Qur’an yang disebut Mushaf Imam. Dengan terlaksananya penyalinan ini, maka berarti Usman telah meletakkan suatu dasar Ulumul Qur’an yang Di masa Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu Qur’an. Karena melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non Arab, kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan Al-Qur’an.Ali menyuruh Abu al-Aswad al-Duali untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab. Hal ini dilakukan untuk memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan menjaga Al- Qur’an dari keteledoran pembacanya. Tindakan khalifah Ali ini Pada zaman Bani Umayyah, kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu pada penyebaran ilmu-ilmu Al-Qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran secara lisan, bukan melalui tulisan atau catatn.

  Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukuannya. Orang yang paling berjasa dalam usaha periwayatan ini adalah khalifah yang empat, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Zaid Ibn Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah Ibn al- Zubair dari kalangan sahabat. Sedangkan dari kalangan tabi’in ialah Mujahid, Atha’, Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan al-Bashri, Sa’id Ibn Jubair, dan Zaid Ibn Aslam di Madinah. Kemudian Malik bin Anas dari generasi tabi’tabi’in. mereka semuanya dianggap

  9 Muhammad Abdul ‘Azim Al-Zarqani, op.cit., hlm. 30

  

10 Kahar Mansyur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, sebagai peletak batu pertama bagi apa yang disebut ilmu tafsir, ilmu asban al-nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu gharib al- Qur’an dan lainnya.

  Pada abad ke 2 H Ulum Al Qur’an memasuki masa pembukuan.Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai Umm al-‘ulum Al- Qur’aniah (induk ilmu-ilmu Al-Qur’an). Penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah Ibn al-Hajjaj, Sufyan Ibn ‘Uyaynah, dan Wali’ Ibn al-Jarrah.

  Pada abad ke-3 terkenal seorang tokoh tafsir, yaitu Ibn Jarir al-Thabari. Dia orang pertama membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya atas lainnya. Ia juga mengemukakan I’rab dan istinbath (penggalian hukum dari Al- Qur’an). Di abad ini juga lahir ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah.

  Berikut ini dapat kita lihat karya ulama pada abad ke -3, yaitu:

  1. Kitab Asbab al-Nuzul karangan Ali Ibn Al-Madini

  2. Kitab nasikh dan mansukh, Qiraat dan keutamaan Al-Qur’an disusun oleh Abu ‘Ubaid al-Qasim Ibn Salam.

  3. Kitab tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah karya Muhammad Ibn Ayyub al Dharis

  Di abad ke-4 lahir ilmu gharib Al-Qur’an dan beberapa kitab Ulumul Qur’an. Adapun Ulama ulumul Qur’an pada masa ini adalah:

  1. Abu Bakar Muhammad Ibn al-Qasim al-Anbari, kitabnya ‘ Ajaib Ulumul Qur’an.

  Isi kitab ini tentang keutamaan Al-Qur’an, turunnya atas tujuh huruf, penulisan mushaf-mushaf, jumlah surah, ayat dan kata

  • –kata Al-Qur’an.

  2. Abu al-Hasan al-‘Asy’ari, kitabnya Al-Mukhtazan fi Ulumul Qur’an

  3. Abu Bakar al-Sijistani, kitabnya Gharib Al-Qur’an

  4. Muhammad Ibn Ali al-Adfawi, kitabnya Al- Istighna fi Ulumul

  Di abad ke-5 muncul pula tokoh dalam ilmu qiraat. Adapun para tokoh serta karyanya adalah;

  1. Ali Ibn Ibrahim Ibn Sa’id al- Hufi, kitabnya Al- Burhan fi Ulumul Qur’an dan I’rab Al-Qur’an

  2. Abu Amr al- Dani, kitabnya Al-Taisir fi al-Qiraat al-Sab’I dan Al- Muhkam fi al- Nuqath

  Pada abad ke-6 lahir pula ilmu Mubhamat Al-Qur’an. Abu Qasim Abdur Rahman al-Suahaili mengarang Mubhamat Al- Qur’an. Ilmu ini menerangkan lafal-lafal Al-Qur’an yang maksudnya apa dan siapa tidak jelas. Ibn al-Jauzi menulis kitab

11 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, op. cit.,hlm.14

  Funun al- Afnan Fi ‘Aja’ib Al-Qur’an dan kitab Al- Mujtaba fi Ulum Tata’allaq bi Al-Qur’an.

  Pada abad ke-7 Ibn Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan Al’Izz mengarang kitab Majaz Al-Qur’an.‘Alam al-Din al- Sakhawi mengarang tentang Qiraat. Ia menulis kitab Hidayah al- Murtab fi al- Mutasyabih. Abu Syamah Abd al-Rahman Ibn Ismail al- Maqdisi, menlis kitab Al- Mursyid al- Wajiz fi ma Yata’allaq bi al- Qur’an al- ‘Aziz.

  Pada abad ke-8 H muncul beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang Al-Qur’an, seperti berikut ini:

  1. Ibn Abi al- Ishba’, kitabnya tentang badai Al-Qur’an.

  Ilmu ini membahas berbagai macam keindahan bahasa dalam Al-Qur’an.

  2. Ibn Qayyim, menulis tentang Aqsamul Qur’an

  3. Najamuddin al-Thufi, menulis tentang Hujaj Al-Qur’an. Isi kitab ini tentang bukti-bukti yang dipergunakan Al-Qur’an dalam menetapkan suatu hukum

  4. Abu Hasan al-Mawardi menyusun ilmu amstal Al-Qur’an 5. Badruddin al-Zarkasyi, kitanya Al- Burhan fi Ulum Al-Qur’an.

  Pada abad ke- 9 muncul beberapa ulama melanjutkan perkembangan ilmu-ilmu Qur’an, yaitu:

  1. Jalaluddin al- Bulqini, kitabnya Mawaqi’ al- Ulum min Mawaqi’ al- Nujum. Menurut Al-Suyuthi, Al-Buqini dipandang sebagai ulama yang mempelopori penyusunan Ulumul Qur’an yang lengkap. Sebab dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al- Qur’an

  2. Muhammad Ibn Sulaiman al-Kafiaji, kitabnya Al-Tafsir fi Qawa’id al-Tafsir. Di dalamnya diterangkan makna tafsir, takwil, Al-Qur’an, surat dan ayat. Juga dijelaskan dalam kitabnya itu tentang syarat-syarat menafsirkan ayat-ayat Al- Qur’an.

  3. Jalaluddin al-Suyuthi, kitabnya Al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir(873

  H). Kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Menurut sebagian Ulama. Kitab ini dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an yang paling lengkap. Al-Suyuthi merasa belum puas, beliau menyusun lagi sebuah kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Di dalam kitab ini terdapat 80 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut al- Zarqani kitab ini merupakan kitab pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Setelah wafatnya Al-Suyuthi tidak terlihat munculnya penulis yang memiliki kemampuan seperti kemampuannya. Sehingga terjadi kevakuman sejak wafatnya Imam Al-Suyuthi sampai dengan akhir abad ke 13 H.

  Sejak penghujung abad ke-13 H hingga abad ke -15, perhatian ulama terhadap penyusunan kitab-kitab Ulumul Qur’an kembali bangkit. Kebangkitan ini sejalan dengan kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama lainnya.diantara Ulama yang menulis tentang Ulumul Qur’an ialah:

  1. Syeikh Thahir Al-Jazairi, kitabnya Al-Tibyan li Ba’dh Al- Mabahits Al-Muta’alliqah bi Al-Qur’an.

  2. Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi (1332 H) kitabnya, Mahaasin Al-Takwil

  3. Muhammad Abd Al-‘Azhim Al-Zarqani, kitabnya Manaahil Al-‘Irfan Fi ‘Ulum Al-Qur’an.

  4. Musthafa Shadiq Al-Rafi’, kitabnya I’jaz Al-Qur’an

  5. Sayyid Quttub, kitabnya Al-Thaswir al-Fanni Fi Al-Qur’an dan Fi Zilal Al-Qur’an

  6. Muhammad Rasyid, kitabnya Tafsir al-Mannar

  7. Shubhi al-Shalih, kitabnya Mabaahits Fi Ulum Al-Qur’an

  8. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqi, kitabnya ilmu-ilmu Qur’an

  9. Rif’at Syauki Nawawi dan Ali Hasan, kitabnya Pengantar ilmu Tafsir 10. M. Quraish Shihab, kitabnya membumikan Al-Qur’an.

  Adapun mengenai kapan lahirnya istilah Ulum Al-Qur’an, terdapat tiga pendapat, yaitu:

  1. Pendapat umum di kalangan para penulis sejarah ‘Ulum Al- Qur’an mengatakan bahwa lahirnya istilah ‘Ulum Al-Qur’an

  2. Ibn Sa’id yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi, dengan demikian menurutnya, istilah ini lahir pada permulaan abad

  3. Shubhi Al-Shalih berpendapat lain. Menurutnya, orang yang pertama kali menggunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an ialah Ibn Al-Mirzaban. Dia berpendapat seperti ini berlandasan pada penemuannya tentang beberapa kitab yang berbicara tentang kajian Al-Qur’an yang telah mempergunakan istilah ‘Ulum Al-

13 Muhammad Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, op.cit., hlm. 34

  Qur’an. Yang paling awal menurutnya ialah kitab Ibn Al- Mirzaban yang berjudul Al-Hawi Fi ‘Ulum Al-Qur’an yang ditulis pada abad ke-3 H. Hal ini juga disepakti oleh Hasbi As-

BAB III KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa UlumAl-Qur’an

  adalah ilmu yang membahas segala hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an dan ilmu-ilmu yang disandarkan kepada Al- Qur’an sebagai penunjang untuk memahami Al-Qur’an secara luas dan mendalam. Perlu kita pelajari agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al- Qur’an yang menjadi acuan dan pedoman hidup dalam rangka meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.

  Pertumbuhan dan perkembangan Ulum Al-Qur’an berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. Walaupun pada masa nabi hidup disiplin ilmu ini belum dibukukan, sebab sahabat merasa cukup meminta penjelasan dari rasul akan sesuatu yang tidak dipahami. Namun hal ini berkembang, dimana wilayah Islam telah luas dan banyak orang ‘Ajam (non Arab) yang masuk Islam, tentunya mereka mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami Al-Qur’an. Lahirlah inisiatif dari Usman untuk menyalin Al-Qur’an kembali dari Salinan Al-Qur’an yang pernah ditulis di masa Nabi hidup dan diperbanyak. Tindakan ini disusul dengan berbagai kegiatan para sahabat dan para tabi’in untuk menggali berbagai ilmu dalam Al-Qur’an, sehingga lahirlah berbagai kitab. Akhirnya pada abad ke-2 H ulum Qur’an mulai dibukukan. Dengan kitab-kitab yang sudah ditulis tersebut semakin meramaikan pembahasan para Ulama tentang Al-Qur’an.

  

14

DAFTAR PUSTAKA

  Abu Syahbah, Muhammad bin Muhammad, al- Madkhal li Dirasah al- Qur’an al- Karim, (Beirut: Dar al- Jil, 1992/1412).

  As-Shiddiqie, T.M. Hasbi, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).

  Al-Qathan, Manna’, Mabahits fi ‘Ulum al-Qu’an. ( Beirut: Al- Syarikah al-Muttahidah li al-tauzi’, 1973).

  Al-Shalih, Shubhi , Mabaahits fi Ulumul Qur’an,( Beirut: Dar al-‘ilm al-Malayin, 1977).

  Al-Zarqani, Muhammad ‘Abdul ‘Azhim, Manahil al- Irfan fi Ulum

  Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmi’ah, 1996/1416 H), Juz I.