LATAR BELAKANG MASALAH KEMAMPUAN ARANG AKTIF DARI KULIT SINGKONG DAN DARI TONGKOL JAGUNG DALAM PENURUNAN KADAR COD DAN BOD LIMBAH PABRIK TAHU.

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Kemajuan sektor industri di Indonesia berkembang dengan pesat. Kemajuan yang diciptakan oleh kegiatan industri dapat juga memberi efek buruk bagi lingkungan. Adanya pencemaran lingkungan akibat limbah yang dihasilkan dari proses industri mengakibatkan terganggunya keseimbangan lingkungan. Industri tahu merupakan salah satu jenis industri kecil yang limbah cairnya perlu segera ditangani karena di dalam proses produksinya mengeluarkan limbah cair yang cenderung mencemari lingkungan perairan di sekitarnya baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari proses merendam kedelai serta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu. Industri tahu pada umumnya menghasilkan air limbah yang polutif, dengan nilai CODChemical Oxygen Demand antara 4000-6000 mgL. Hal ini berarti bahwa setiap m 3 air limbah rata- rata dibutuhkan 5 kg O 2 . Biochemical Oxygen Demand BOD dari air limbah tahu berkisar antara 3000-4000 mgL. Sifat air limbah industri biodegradable atau mudah didegradasi secara biologis. Agar limbah industri tahu tidak mencemari lingkungan maka perlu penanganan lebih lanjut Djarwanti 2000:6. Apabila kandungan zat-zat organik dalam limbah tinggi, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organik tersebut, sehingga nilai BOD dan COD limbah akan tinggi pula. Oleh karena itu untuk 2 menurunkan nilai BOD dan COD limbah, perlu dilakukan pengurangan zat-zat organik yang terkandung di dalam limbah sebelum dibuang ke perairan. Pengurangan kadar zat-zat organik yang ada pada limbah industri tahu sebelum dibuang ke perairan, dapat dilakukan dengan mengadsorpsi zat-zat tersebut menggunakan adsorben. Salah satu adsorben yang memiliki kemampuan adsorpsi yang besar adalah arang aktif. Kemampuan adsorpsi arang akan meningkat apabila arang terlebih dahulu diaktifkan. Aktivasi adalah perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika atau kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi Budiono 2009:2. Aktifasi kimia pada penelitian ini menggunakan asam phospat 0,6 N. Konsentrasi tersebut mengacu pada penelitian Soebrata, dkk pada tahun 2006. Selulosa ini apabila diaktifasi baik secara kimia maupun aktifasi fisika dapat memperbesar luas permukaannya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai adsorben. Hal ini dikarenakan adanya pemutusan senyawa organik yang berlangsung sangat cepat dan tidak terkendali sehingga merusak penataan cincin segi enam karbon yang ada. Salah satu material biomassa dari residu hasil pertanian yang belum banyak dimanfaatkan dan mempunyai potensi yang cukup baik sebagai adsorben adalah kulit singkong, karena mengandung sellulosa non reduksi yang efektif untuk mengikat ion logam Suharso dan Buhani, 2007: 5. Dari hasil penelitian 3 terdahulu Nirmala, 1999 dalam Pranoto dkk, 2003: 2, karbon aktif yang berasal dari tongkol jagung yang mengandung selulosa dapat menyerap zat warna tekstil dan timbal dalam larutan. Juga dalam penelitian terdahulu dapat membuktikan bahwa kulit singkong dapat digunakan untuk adsorben logam PbII dan CdII Soebrata, dkk, 2006: 2 dan arang aktif kulit singkong yang diaktivasi dengan asam nitrat dapat mengadsorpsi ion PbII, CuII dan CdII Suharso, 2007: 7. Oleh kerena itu pada penelitian ini arang aktif dari kulit singkong dan tongkol jagung digunakan untuk adsorben dalam penurunan kadar COD dan BOD limbah pabrik tahu.

1.2 RUMUSAN MASALAH