Performa Produksi Ayam Arab Petelur yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum

RINGKASAN
YUGI YUNARDI. D14096020. 2012. Performa Produksi Ayam Arab Petelur
yang Diberi Jamu Ternak Melalui Air Minum. Skripsi. Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama

: Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr.

Pembimbing Anggota : Ir. Widya Hermana, M.Si.
Tanaman obat secara umum dikonsumsi oleh manusia untuk tujuan menjaga
kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu termasuk untuk
ternak. Harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal sehingga tidak
terjangkau oleh para peternak terutama peternak dalam skala menengah ke bawah
dan semakin memburuk sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Peternak
berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat
sebagai bahan tradisional pengganti obat konvensional yang disebut jamu ternak.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa ayam Arab periode bertelur
yang diberi jamu ternak melalui air minum. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan
Juni sampai dengan Agustus 2011. Penelitian dilakukan di kandang C Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bahan jamu yang digunakan yaitu
kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, daun sirih hijau, dan kayu

manis yang masih segar, juga ditambah molasses dan EM4. Ternak yang digunakan
pada penelitian ini adalah ayam Arab betina sebanyak 48 ekor yang berumur 19
minggu. Ayam dialokasikan ke dalam 3 perlakuan pemberian jamu ternak dalam air
minum dengan dosis 5 ml/ekor/hari, 10 ml/ekor/hari dan kontrol. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 4 ulangan. Data diolah dan dianalisis ragam (ANOVA/Analysis of
Variance) dan jika memberikan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan
uji jarak Duncan. Peubah yang diukur adalah performa ayam Arab yang terdiri atas
konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur, mortalitas, bobot telur,
pertambahan bobot badan, dan jumlah telur.
Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pemberian jamu dalam air
minum dengan dosis 10 ml/ekor/hari tidak mempengaruhi konsumsi pakan, bobot
telur, dan pertambahan bobot badan, tetapi menurunkan konversi pakan, jumlah telur
dan produksi telur (hen day production) dari 59,71% menjadi 43,86%. Jamu ternak
tidak menyebabkan kematian pada ternak ayam Arab.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan jamu ternak ke dalam air
minum ternak ayam Arab tidak meningkatkan performa ayam Arab dan pada taraf 10
ml/ekor/hari menurunkan produksi telur.
Kata-kata kunci: ayam Arab, jamu ternak, performa produksi


ii

ABSTRACT
Laying Performance of Arab Hens Fed Herbs Mixture Trough Drinking Water
Y. Yunardi, R. Afnan, and W. Hermana
This research was conducted on June until August 2011 in the Faculty of Animal
Science, Bogor Agricultural University to evaluate the laying performance of Arab
hens fed herbs mixture trough drinking water. Herbs mixture was composed from
lesser galangal, garlic, ginger, galangal, turmeric, ginger, green betel leaves,
cinnamon, molasses and effective microorganisms (EM4). All herb materials were
incubated for 5 days. Readily use herbs mixture was given to the hens through
dringking water for three consecutive days in a week during 6 weeks experiment. A
total of 48 of Arab hens age 19 weeks were kept and subjected to 3 different
treatments of herbal mixture addition in drinking water. The treatments were no
herbal mixture (P0), 5 ml/day (P1) and 10 ml/day (P2). This research was designed
completely randomized (CRD). Data were subjected to analysis of variance
(ANOVA) and the differences between treatments were tested by Duncan’s multiple
range test. Variables measured were feed consumption, feed conversion, hen day
production and mortality. The feed consumption revealed no significant differences
among treatments. However, the feed conversion increased and hen day production

decreased significantly at the higher level addition of herbal mixture. Herbs mixture
showed no harmful effect on hens health.
Keywords: Arab hens, herbs mixture, laying performances

iii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman obat secara umum dikonsumsi oleh manusia untuk menjaga
kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu termasuk penggunaan
untuk ternak. Harga obat-obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal sehingga tidak
terjangkau oleh para peternak terutama peternak dalam skala menengah ke bawah
dan semakin memburuk sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Peternak
berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa tanaman obat
sebagai bahan tradisional pengganti obat konvensional yang disebut jamu ternak.
Jamu ternak dapat dibuat dari kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit,
temulawak, daun sirih, dan kayu manis, serta ditambah molases dan Effective
Microorganism (EM4) (Saenab et al., 2002). Tujuan pemberian molases yaitu
sebagai sumber energi, mineral, dan pemberi rasa manis, sedangkan EM4 diberikan
untuk mempercepat proses fermentasi dan menghambat bakteri patogen.

Peternak ayam Kampung di Jakarta telah menggunakan racikan tanaman
obat, yaitu jahe, temulawak, kunyit, dan kencur yang dibuat sendiri. Peternak unggas
lokal umumnya memberikan jamu melalui pakan atau air minum. Manfaat
penggunaan tanaman obat bagi manusia dan ternak yaitu untuk meningkatkan daya
tahan tubuh, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan
(Sulandari et al., 2007).
Jamu ternak diberikan pada ayam Arab periode produksi melalui air minum
untuk mempelajari pengaruh jamu ternak terhadap performa produksi ayam Arab.
Pemberian jamu melalui air minum agar jamu lebih cepat terserap, mudah dan lebih
terukur jumlah pemberiannya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari performa ayam Arab periode
bertelur yang diberi jamu ternak melalui air minum dan menentukan level pemberian
jamu yang optimum untuk produksi telur.

1

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Arab
Ayam Arab merupakan ayam lokal yang berasal dari wilayah Eropa. Ayam

lokal petelur unggul di Eropa dikenal beberapa jenis antara lain bresse di Prancis,
hamburg di Jerman, mesian di Belanda, dan braekels di Belgia. Diantara jenis ayam
lokal tersebut, ayam braekels adalah jenis ayam lokal petelur introduksi yang paling
dikenal di Indonesia. Ayam braekels mempunyai nama lain yaitu Gallus turcicus.
Ayam Arab merupakan keturunan dari ayam braekles bersifat gesit, aktif, dan daya
tubuhnya kuat (Diwyanto dan Prijono, 2007).
Ayam Arab yang berada di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu ayam Arab
Silver dan ayam Arab Merah Golden Red. Menurut asal usulnya, ayam Arab Silver
diduga merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli Silver braekels
dengan betina lokal petelur. Ciri-ciri ayam Arab berwarna putih mengkilap sepanjang
leher, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu
ekor dominan hitam bercampur putih, jengger kecil berwarna merah dan mata
berwarna hitam dan dilingkari warna kuning. Nataamijaya et al. (2003) menyatakan
bobot badan ayam Arab jantan dewasa mencapai 1,5-1,8 kg dengan tinggi tubuh 30
cm sedangkan ayam Arab betina mencapai 1,1-1,2 kg dengan tinggi tubuh 22-25 cm.
Ayam Arab memiliki keunggulan dibandingkan dengan ayam buras lain.
Ayam Arab merupakan ayam yang jarang mengeram dan mempunyai produksi telur
yang cukup tinggi yaitu mencapai 190-250 butir per tahun dengan berat telur 42,3 g
(Rozi, 2003). Produktivitas ayam Arab yang dipelihara secara intensif dapat
mencapai produksi telur sebesar 70% atau 250 butir per tahun.

Kandungan protein telur ayam Arab relatif lebih tinggi, sedangkan
kandungan lemaknya relatif lebih rendah dibandingkan dengan telur ayam lainnya
(Susmiyanto et al., 2008). Kuning telur ayam Arab memiliki volume lebih besar
yaitu mencapai 53,2% dari bobot telur. Warna kerabang telur sangat bervariasi yakni
putih, kekuningan, dan coklat (Natalia et al., 2005). Performa produksi telur ayam
Arab dapat dilihat pada Tabel 1.

2

Molases
Molases merupakan hasil sampingan industri pengolahan dan pemurnian gula
(Cheeke, 1999) dan berbentuk cairan kental berwarna hitam (Hasan dan Ishida,
1992). Molases atau yang biasa dikenal dengan tetes dapat digunakan sebagai bahan
makanan ternak yang berenergi tinggi. Keunggulan penggunaan molases untuk
pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48%-60% sebagai gula), kadar mineral
cukup, dan rasanya disukai ternak. Kadar kalium molases yang tinggi dapat
menyebabkan diare jika konsumsinya terlalu banyak (Rangkuti et al., 1995).
Kandungan karbohidrat, protein dan mineral cukup tinggi, sehingga sering
digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung.
Kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma dan rasanya serta harganya murah.

Penambahan dalam ransum dapat memperbaiki aroma dan rasa (Hasan dan Ishida,
1992).
Effective Microorganism (EM4)
EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan
yaitu mikroorganisme inkubasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat, bakteri
fotosintetik, Actinomycetes sp., Streptomycertes sp., ragi dan jamur pengurai
sellulosa. EM4 bermanfaat menyehatkan ternak, mengurangi stres pada ternak,
menyeimbangkan mikroorganisme dalam saluran pencernaan ternak, meningkatkan
nafsu makan serta mengurangi polusi atau bau kandang dan lingkungan. Dosis
penggunaan EM4 pada ayam potong yaitu 1 ml EM4 : 1 liter air putih dan tidak
diberikan bersama dengan pemberian vaksin, vitamin maupun antibiotik (Awan,
2004).
EM4

meningkatkan

kecernaan

dan


populasi

mikroorganisme

yang

menguntungkan dalam saluran pencernaan unggas sehingga dapat memperbaiki
aktivitas pencernaan, meningkatkan kesehatan, menekan bakteri patogen, dan
meningkatkan produktivitas. Fungsi mikroorganisme tersebut adalah menjaga
keseimbangan mikroorganisme yang ada dalam saluran pencernaan sehingga
memperbaiki absorpsi makanan dalam usus. Hal tersebut dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi serta antisipasi stres dengan cepat. Pemberian
mikroorganisme pada ternak akan menurunkan pH di dalam usus yang dapat

11

menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella, Proteus dan
Campylobacteria (Lokapirnasari, 2007).
Ritonga (1992) bahwa penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata
sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat

membantu pencernaan dan dapat menghasilkan zat antibakteri yang dapat menekan
pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan. Surung (2008) menyatakan bahwa
penambahan EM4 dalam air minum dapat mengefisienkan pemberian pakan dan
dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam buras.
Penggunaan Jamu Ternak
Penggunaan jamu ternak melalui air minum sebanyak 10-30 ml/ekor/hari
pada ayam Arab umur 48 minggu dapat mengakibatkan konsumsi ransum dan
produksi telur menurun serta konversi ransum menjadi kurang baik (Romantis,
2010).
Wirapati (2008) menyatakan bahwa kencur bermanfaat untuk menambah
nafsu makan dan dapat memperlancar aliran darah. Hasil penelitian Agustiana
(1996), pemberian tepung kunyit sebanyak 0,6% dalam ransum dapat meningkatkan
pertumbuhan bobot badan dan konsumsi ransum ayam pedaging umur 6 minggu,
serta memiliki konversi ransum yang baik. Al-Sultan (2003) menyatakan pemberian
0,5%-1% tepung kunyit dalam ransum menghasilkan penampilan dan ketahanan
tubuh yang baik pada ayam pedaging umur 5 minggu. Ini menandakan bahwa tepung
kunyit dapat memperbaiki penampilan ayam pedaging.
Aris et al. (2006) menyatakan bahwa interaksi antara tepung temulawak dan
molasses pada itik peking umur 1-56 hari memberikan pengaruh yang nyata terhadap
konsumsi ransum sedangkan terhadap pertambahan bobot badan dan konversi

ransum tidak berpengaruh. Pengaruh tepung temulawak terhadap konsumsi ransum
dan pertambahan bobot badan memberi pengaruh yang sangat nyata. Molases
memberi pengaruh sangat nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot
badan sedangkan pada konversi ransum berpengaruh tidak nyata. Sinurat et al.
(2009) menyatakan bahwa pemberian imbuhan pakan berupa antibiotik, tepung
kunyit, tepung temulawak maupun campuran kunyit dan temulawak terhadap ayam
broiler tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan, efisiensi penggunaan pakan,
mortalitas, daya cerna zat gizi pakan dan persentase karkas ayam broiler. Hal ini

12

sama dengan yang dilaporkan oleh Mehala dan Moorthy (2008) dengan pemberian
tepung kunyit dalam ransum ayam broiler sebanyak 0,1%-0,2% tidak mempengaruhi
performa (pertumbuhan dan efisien penggunaan pakan). Namun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa imbuhan kunyit dapat meningkatkan performa ayam broiler
(Samarasinge et al., 2003). Imbuhan temulawak nyata meningkatkan performa ayam
petelur (Sinurat et al., 2008) dan ekstraknya dapat meningkatkan titer antibodi ayam
petelur terhadap Avian Influenza (Priosoeryanto et al., 2008). Septinova (2006)
menyimpulkan hasil penelitiannya terhadap ayam broiler bahwa konsumsi air
minum, bobot karkas, bobot jantung, dan bobot lemak abdominal semakin menurun

dengan bertambahnya tingkat temulawak, tetapi tidak ditemukan tingkat optimal
pemberian temulawak pada performan dan karkas broiler.
Tepung kunyit mengandung kurkumin (1%-5%) yang besifat anti bakteri dan
minyak atsiri. Kurkumin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama pada
saluran pencernaan sehingga meningkatkan pertumbuhan. Minyak atsiri kunyit
bersifat bakteriostatik terhadap E. coli (Susilowati et al., 1985).
Hasil penelitian Oetomo (1993) melaporkan bahwa temulawak dapat
meningkatkan konsumsi ransum pada tikus. Hermanu (2008) juga melaporkan bahwa
ekstrak temulawak meningkatkan nafsu makan pada tikus albino. Yasni et al. (1991)
melaporkan bahwa ekstrak temulawak dapat menurunkan konsumsi ransum pada
tikus yang dibuat menderita diabetes. Penelitian Samarasinghe et al. (2003)
menunjukkan bahwa tepung kunyit tidak menyebabkan perubahan konsumsi ransum
bila diberikan dalam ransum ayam broiler hingga 0,3%. Demikian juga hasil
penelitian pada ayam petelur menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik dan tepung
kunyit dengan dosis 125-500 mg kurkumin/kg pakan sebagai imbuhan pakan tidak
nyata menyebabkan perubahan konsumsi ransum, tetapi pemberian antibiotik dan
tepung temulawak dalam dosis 15 dan 30 mg kurkumin/kg pakan nyata
menyebabkan penurunan konsumsi ransum (Sinurat et al., 2008).
Sinurat et al. (2008) melaporkan bahwa penggunaan (antibiotik dan tepung
kunyit dosis 125-500 mg kurkumin/kg pakan) dan (antibiotik dan tepung temulawak
dosis 7,5-30 mg kurkumin/kg pakan) tidak nyata mempengaruhi bobot hidup ayam
umur 35 hari. Bintang dan Nataamijaya (2005) melaporkan bahwa penggunaan
tepung kunyit dosis 0,04% menghasilkan bobot hidup lebih berat dibanding ayam

13

yang diberi tepung kunyit dosis lebih dari 0,08%. Samarasinghe et al. (2003) juga
melaporkan bahwa pemberian kunyit (Tumeric longa) sebanyak 1 g/kg dalam
ransum broiler dapat meningkatkan pertumbuhan. Al-Sultan (2003) melaporkan
bahwa pemberian kunyit (Curcuma longa) sebanyak 0,5% (5 g/kg ransum) dalam
ransum adalah yang paling baik untuk meningkatkan pertambahan bobot hidup ayam
broiler.
Mide (2007) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi tepung temulawak
sebanyak 0,35%-1,05% dalam ransum tidak menyebabkan perubahan yang berarti
terhadap efisiensi penggunaan pakan (FCR).
Herawati (2006) melaporkan bahwa ayam broiler yang diberi jahe merah
dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik
pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan yang lebih rendah, dan
konversi pakan lebih baik.
Yulrahman (2008) melaporkan bahwa kelompok ayam petelur yang diberi
penambahan air rebusan daun sirih (5-12,5 ml/ekor/hari) ke dalam air minum tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap konsumsi ransum, konsumsi air minum,
produktifitas telur Hen Day, berat telur, dan konversi ransum.

14

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di kandang C Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan Agustus 2011.
Materi
Ternak
Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam Arab betina berumur 19 minggu.
Bobot badan rata-rata 1330,08 g ± 77,76 g. Ayam dialokasikan ke dalam 3 perlakuan
dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam.
Kandang
Kandang batere yang digunakan dalam penelitian ini berukuran panjang 110
cm x lebar 40 cm x tinggi 45 cm. Satu kandang batere terdiri dari dua ruang dan
setiap ruang diisi dua ekor ayam. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan
tempat minum terbuat dari bambu dan diletakkan memanjang sesuai dengan panjang
kandang batere. Kandang batere diletakkan di dalam kandang besar.
Pakan
Pakan yang digunakan adalah pakan yang disusun untuk memenuhi
kebutuhan ayam petelur dengan komposisi dan kandungan nutrien pakan seperti pada
Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Komposisi Pakan Penelitian
Nama Bahan
Jagung

Jumlah (%)
48,30

Dedak Padi

12,20

Bungkil Kedelai

15,00

Tepung Ikan

9,30

Minyak

5,50

CaCO3

9,00

Premix

0,50

DL-Methionin

0,10

NaCl

0,10

Total

100,00

15

Tabel 5. Kandungan Nutrien Pakan Penelitian (Berdasarkan As fed)
Nutrisi
Bahan Kering (%)

Kandungan
85,55

Abu (%)

11,21

Protein Kasar (%)

15,35

Lemak Kasar (%)

4,12

Serat Kasar (%)

6,43

Kalsium (%)

5,17

Fosfor (%)

0,90

Energi Bruto (kkal/kg)

3707

Sumber : Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB tahun 2011

Jamu Ternak
Bahan jamu yang digunakan merujuk pada bahan jamu yang digunakan oleh
Saenab et al. (2002) yaitu kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, temulawak,
daun sirih hijau, dan kayu manis yang masih segar, ditambah molasses dan EM4.
Jamu yang dibuat berjumlah 3 liter.
Bahan jamu dipotong-potong dan dihaluskan dengan blender kemudian
disaring dan diambil cairan atau ekstraknya. Jamu ditempatkan dalam ember plastik.
Jamu ditambahkan molases dan EM4 dan diencerkan dengan air bersih sampai
campuran berjumlah 3 liter. Jamu dimasukkan ke dalam jirigen plastik berukuran 5
liter dan ditutup rapat. Jamu diinkubasi selama 5 hari. Jamu diaduk setiap hari.
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk membuat jamu ternak adalah blender, ember,
jirigen plastik ukuran 5 liter yang digunakan untuk tempat inkubasi jamu ternak yang
diproduksi, gelas ukur 50 ml dan saringan untuk menyaring jamu. Peralatan yang
digunakan untuk pemeliharaan dan produksi adalah kandang batere, tempat pakan,
tempat minum, egg tray, dan timbangan digital.
Prosedur
Persiapan Kandang
Persiapan kandang dilaksanakan terlebih dahulu sebelum penelitian.
Persiapan kandang meliputi sanitasi kandang, peralatan kandang, dan lingkungan
sekitar kandang.

16

Pemeliharaan
Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal umur 19 minggu.
Penimbangan selanjutnya dilakukan di akhir penelitian. Masa adaptasi dilakukan
selama dua minggu untuk membiasakan ayam terhadap lingkungan dan konsumsi
ransum perlakuan. Ayam ditimbang di awal dan akhir penelitian.
Pakan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Ransum diberikan
sebanyak 100 g/ekor/hari dan minum disediakan ad libitum. Sisa pakan ditimbang
setiap minggu. Pengambilan telur dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Telur diberi kode sesuai perlakuan dan ditimbang.
Pemberian Jamu
Pemberian jamu dilakukan pada siang hari saat cuaca cukup panas dan
diharapkan ayam sering minum sehingga jamu cepat habis dikonsumsi. Sebelum
diberikan kepada ayam, jamu dicampur dengan air bersih terlebih dahulu sesuai
dengan jenis perlakuan. Jamu dan air dicampur pada ember sampai merata. Ayam
diberikan jamu pukul 10.00 pagi. Ayam dipuasakan minum air selama dua jam
sebelum jamu diberikan pada ayam.
Dosis jamu yang digunakan adalah 5 ml/ekor/hari ditambah 50 ml air pada
perlakuan pertama dan 10 ml/ekor/hari ditambah 50 ml air pada perlakuan kedua.
Setelah jamu habis, ayam diberi air minum ad libitum. Jamu diberikan selama tiga
hari berturut-turut setiap minggu pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin. Pemberian
jamu selama 8 Minggu.
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan adalah :
P0 : Kontrol (tidak diberi jamu)
P1 : Pemberian 5 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari
P2 : Pemberian 10 ml jamu dicampur ke dalam air minum sebanyak 50 ml/ekor/hari
Model
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 4 ulangan (Steel dan Torrie, 1993). Model matematis dari rancangan
tersebut adalah :

17

Yij = µ + Pi + єij
Keterangan :
Yij

: Nilai pengamatan performa produksi ayam dari pemberian jamu ke-i dan
ulangan ke-j

µ

: Nilai rataan umum

Pi

: Pengaruh pemberian jamu ke-i (i = 0, 5 dan 10 ml/ekor/hari)

єij

: Pengaruh galat percobaan (pemberian jamu) dari perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j

Analisis Data
Pengambilan data dilakukan selama delapan minggu. Data yang diperoleh
dianalisis ragam (ANOVA). Perbedaan diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji
Duncan.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati adalah :
a. Konsumsi Ransum (gram/ekor)
Konsumsi ransum dihitung dari selisih ransum yang diberikan (g) dengan sisa
ransum (g) yang ada setiap minggu selama pemeliharaan.
b. Konversi Ransum
Konversi ransum diperoleh dari jumlah ransum yang dikonsumsi (g) dibagi
dengan total bobot telur (g) selama penelitian.
c. Produksi Telur (Hen Day) (%)
Produksi telur diperoleh dari persentase jumlah telur yang dihasilkan dari jumlah
ayam yang ada.
d. Bobot Telur (g/butir)
Bobot telur (g) diperoleh dari penimbangan telur setiap hari.
e. Jumlah Telur (butir)
Jumlah telur (butir) diperoleh dari produksi telur setiap hari.
f. Mortalitas (%)
Mortalitas dihitung berdasarkan pada jumlah ayam yang mati (ekor) selama
penelitian dibagi dengan jumlah ayam awal (ekor) dikalikan 100%.

18

g. Pertambahan Bobot Badan (PBB)
PBB diperoleh dari bobot badan akhir penelitian (g) dikurangi bobot badan awal
penelitian (g).

19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh penambahan jamu ternak dalam air minum terhadap performa ayam
Arab dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Penambahan Jamu Ternak dalam Air Minum terhadap
Performa Ayam Arab
Peubah yang Diamati

Kontrol

5 ml/ekor/hari

10 ml/ekor/hari

Konsumsi Ransum (gram/ekor)

93,38±0,95

92,73±2,24

92,63±1,92

Produksi Telur (Hen Day
Production) (%)

59,71±2,23a

53,57±6,04a

43,86±7,75b

Bobot Telur (gram)

35,53±0,93

35,94±2,73

36,44±0,90

Jumlah Telur (butir)

133,75±4,99a

120±13,54a

95,75±14,66b

4,41±0,24a

4,87±0,51a

6,08±1,18b

0

0

0

291,63±36,26

307,63±46,36

325,19±77,56

Konversi Ransum
Mortalitas (%)
Pertambahan Bobot Badan
(PBB) (gram/ekor/8 minggu)

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata
(p