Gambaran Sel Darah Putih dan Indeks Stres Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kunyit, dan Kencur) melalui Air Minum

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH DAN INDEKS STRES
AYAM BROILER YANG DIBERI JAMU BAGAS WARAS
(JAHE, KUNYIT, DAN KENCUR) MELALUI AIR MINUM

LARAS AGUSTANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran Sel Darah
Putih dan Indeks Stres Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe,
Kunyit, dan Kencur) melalui Air Minum adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Laras Agustanti
NIM B04100122

ABSTRAK
LARAS AGUSTANTI. Gambaran Sel Darah Putih dan Indeks Stres Ayam
Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kunyit, dan Kencur) melalui Air
Minum. Dibimbing oleh ANDRIYANTO dan AULIA ANDI MUSTIKA.
Jamu bagas waras terdiri dari jahe, kunyit, dan kencur. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh jamu bagas waras terhadap profil sel darah
putih dan indeks stres ayam broiler. Sebanyak 20 ekor ayam broiler secara acak
dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dengan 5 ulangan. Kelompok perlakuan
jamu bagas waras terdiri dari dosis 0 mL/L (kontrol), dosis 0.1 mL/L (perlakuan
1), dosis 1 mL/L (perlakuan 2), dan dosis 10 mL/L (perlakuan 3). Pemberian jamu
bagas waras dilakukan setiap hari melalui air minum. Analisis darah dilakukan
dengan metode hemositometer dan preparat ulas. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa jumlah total leukosit dan limfosit pada ayam broiler yang diberi jamu
bagas waras selama 28 hari lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Jumlah monosit dan heterofil pada ayam broiler yang diberi jamu bagas waras

memiliki nilai lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Hasil yang didapat
menunjukkan bahwa pemberian jamu bagas waras dosis 0.1 mL/L mampu
memperbaiki profil sel darah putih dan menurunkan indeks stres ayam broiler
yang ditunjukkan melalui penurunan rasio heterofil/limfosit.
Kata kunci: broiler, jamu bagas waras, sel darah putih, rasio heterofil/limfosit

ABSTRACT
LARAS AGUSTANTI. White Blood Cells Profile and Stress Index of Broiler
with Administration of Jamu Bagas Waras (Jahe, Kunyit, and Kencur) through
Drinking Water. Supervised by ANDRIYANTO and AULIA ANDI MUSTIKA.
Jamu bagas waras is combination of jahe, kunyit, and kencur. The research
was conducted to study the influent of jamu bagas waras to white blood cells
profile and stress index on broiler. Twenty broilers were assigned into a complete
random design with 4 treatments and 5 replications. The treatments doses of jamu
bagas waras were consist of 0 mL/L (as control), 0.1 mL/L (treatment 1), 1 mL/L
(treatment 2), and 10 mL/L (treatment 3). The administration of jamu bagas waras
was given orally through drinking water daily. Blood analysis was conducted by
using haemocytometer and blood smear method. The results of this research
showed that the total number of leukocytes and lymphocytes in broiler with jamu
bagas waras administration for 28 days are higher than control group. The number

of monocytes and heterophils in broiler with jamu bagas waras administration are
lower than the control group. It was concluded that jamu bagas waras
administration at a dose of 0.1 mL/L improved white blood cells profile and
decreased stress index of broiler shown through the ratio reduction of heterophil/
lymphocyte.
Keywords: broiler, jamu bagas waras, white blood cell, ratio heterophil/lymphocyte

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH DAN INDEKS STRES
AYAM BROILER YANG DIBERI JAMU BAGAS WARAS
(JAHE, KUNYIT, DAN KENCUR) MELALUI AIR MINUM

LARAS AGUSTANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA

1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

8.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Gambaran Sel Darah Putih dan Indeks Stres Ayam

Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kunyit, dan Kencur) melalui Air
Minum”. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun secara tidak langsung
khususnya kepada:
Drh Andriyanto, MSi selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan
pengarahan kepada penulis selama penelitian dan penulisan.
Drh Aulia Andi Mustika, MSi selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan dukungan dan pengarahan selama penulisan.
Drh Ridi Arif yang telah memberikan banyak saran dalam pengolahan data dan
penulisan.
Ayah Panut Darto Wiyono, Ibu Ngatirah, Adikku Rahmat Prayoga, dan (Alm)
Ayah Tri Hardono, beserta seluruh keluarga tercinta atas doa, dorongan,
motivasi tiada henti baik berupa material maupun spiritual.
Pak Dikdik dan Mbak Dyah yang telah membantu dalam penelitian.
Rizka dan Putri sebagai rekan kerja penelitian.
Bagus Seta Chandra Wijaya, Wiwit, Ira, Siti Holijah, Risti, Shovia, Gamma,
Hida, Tiwa, Sistha, Yanuar, Mustofa, dan seluruh keluarga Acromion 47 yang
selalu memberikan bantuan serta dukungan.
Candra, Lufisari, Azizah, Nisfi, Bastiyan, Ilham, Samsi, Evita, dan seluruh
Keluarga Mahasiswa Klaten yang selalu ada memberikan bantuan serta

motivasi.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Bogor, September 2014
Laras Agustanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Ayam Broiler

2

Jamu Bagas Waras

2


Stres

3

Sel Darah Putih

3

METODE

5

Waktu dan Tempat Penelitian

5

Alat dan Bahan

6


Tahap Persiapan

6

Tahap Perlakuan

6

Prosedur Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Leukosit

9


Heterofil

9

Limfosit

10

Monosit

10

Eosinofil

11

Basofil

11


Rasio Heterofil/Limfosit

11

SIMPULAN DAN SARAN

12

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rata-rata jumlah leukosit, heterofil, limfosit, monosit, eosinofil,
basofil (x103 sel/µL) dan rasio heterofil/limfosit ayam broiler
umur 7, 21, dan 35 hari yang diberi jamu bagas waras

8

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam broiler memiliki nilai gizi tinggi dan harga yang murah sehingga
banyak diminati masyarakat. Ayam broiler merupakan unggas komersil yang
dibudidayakan untuk menghasilkan daging dalam waktu singkat. Pertumbuhan
yang cepat menyebabkan broiler kurang tahan terhadap stres. Ingram et al. (2000)
menyatakan bahwa banyak unggas dihadapkan pada stres yang berasal dari
berbagai sumber, antara lain kondisi lingkungan, nutrien dalam ransum, dan
manajemen pemeliharaan. Stres akan memengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas ayam (Apriliyani et al. 2013).
Penggunaan antibiotik, suplemen, hingga pemacu pertumbuhan (growth
promotor) mampu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ayam.
Penggunaan obat hewan yang kurang tepat dapat menimbulkan residu pada karkas
yang berakibat buruk bagi kesehatan manusia (Murdiati 2009). Penggunaan bahan
herbal menjadi alternatif lain untuk meningkatkan produktivitas ayam karena
tidak menimbulkan residu.
Indonesia adalah salah satu negara yang sangat potensial dalam hal
biodiversitas hayati, khususnya tanaman obat yang berkhasiat. Tanaman yang
biasa digunakan sebagai jamu di antaranya jahe (Zingiber officinale), kunyit
(Curcuma domestica), dan kencur (Kaemferia galanga L.). Kunyit diketahui
memiliki efek imunomodulator sehingga dapat membantu mengoptimalkan
kondisi kesehatan ayam broiler dengan meningkatkan jumlah leukosit. Kandungan
minyak atsiri tanaman kunyit memiliki aktivitas antibakteri sehingga
meningkatkan daya tahan tubuh ternak terhadap serangan bakteri patogen. Jahe
dilaporkan memiliki daya antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan rempahrempah lainnya sehingga mampu menurunkan indeks stres (Dewi et al. 2000).
Kikuzaki dan Nakatani (1993) melaporkan bahwa secara in vitro oleoresin jahe
memiliki daya antioksidatif lebih tinggi dari α-tokoferol. Kandungan alkaloid
dalam kencur berfungsi sebagai antiinflamasi dan antipiretik (Wed 2004).
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari efek jamu bagas waras yang
diberikan melalui air minum terhadap gambaran sel darah putih. Selain itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengamati rasio heterofil/limfosit sebagai indikator
stres ayam percobaan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu bagas
waras terhadap gambaran sel darah putih dan rasio heterofil/limfosit.

2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kemampuan jamu bagas waras untuk memperbaiki profil sel darah putih dan
mengurangi tingkat stres yang ditunjukkan melalui pengukuran rasio
heterofil/limfosit.

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Ayam pedaging disebut juga broiler memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging ayam. Broiler mampu menghasilkan daging
sebagai sumber protein hewani dalam jumlah yang cukup besar serta memiliki
rasa yang gurih. Waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan
yaitu 5 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Pertumbuhan yang sangat cepat
tidak akan tercapai bila tidak didukung dengan pakan yang mengandung protein
dan asam amino yang seimbang sesuai dengan kebutuhan. Suhu ideal
pemeliharaan ayam broiler berkisar 15 sampai 27 (Mulyantini 2010).

Jamu Bagas Waras
Jahe (Zingiber officinale) adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi
30–60 cm. Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin jahe
mengandung komponen gingerol, paradol, shogaol, zingerone, resin, dan minyak
atsiri (Wresdiyati et al. 2003). Berbagai penelitian membuktikan bahwa jahe
mempunyai sifat antioksidan dan antikanker. Beberapa komponen utama dalam
jahe seperti gingerol, shogaol, dan gingerone memiliki kandungan antioksidan
yang lebih tinggi dari antioksidan yang terkandung dalam vitamin E. Jahe mampu
menaikkan aktivitas sel natural killer (NK) dalam melisiskan sel target, yaitu sel
tumor dan sel yang terinfeksi virus (Zakaria et al. 1999).
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan tanaman yang banyak digunakan
sebagai aditif pakan golongan fitobiotik pada ayam broiler. Kandungan zat aktif
dalam kunyit terbagai dalam tiga golongan besar yaitu kurkuminoid, minyak
atsiri, dan pati. Komponen utama penyusun kurkuminoid adalah kurkumin, suatu
zat aktif yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh unggas. Kurkumin memiliki
aktivitas antioksidan (Araujo dan Leon 2001), antibakteri (Kumar et al. 2001),
antiinflamasi, antiviral, antiprotozoa, antifungal, dan hepatoprotektor (Pavuluri et
al. 2011). Kunyit berperan sebagai imunomodulator dengan mengoptimalkan
kesehatan ayam broiler. Hasil penelitian Li et al. (2011) menunjukkan bahwa
kunyit mengandung demetoxykurkumin, bisdemetoxykurkumin, dan minyak atsiri.
Kandungan minyak atsiri tanaman kunyit memiliki aktivitas antibakteri sehingga
membantu meningkatkan daya tahan tubuh ternak terhadap serangan bakteri
patogen (Chattopadhyay et al. 2004).

3
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tanaman suku
Zingiberaceae yang diketahui mengandung saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol,
dan minyak atsiri berupa borneol, kamfer, dan sineol (Gholib 2009). Rimpang
kencur mengandung komponen zat aktif sebagai biofungisidal bagi pertumbuhan
jamur. Kandungan minyak atsiri kencur memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi.
Rimpang kencur mempunyai aroma spesifik, daging buahnya berwarna putih dan
kulit luar cokelat.

Stres
Stres adalah reaksi tubuh terhadap tekanan lingkungan yang dapat
memengaruhi keadaan fisiologis normal tubuh. Reaksi tubuh terhadap perubahan
ini merangsang induksi beberapa hormon. Stres akan merangsang hipotalamus
mengeluarkan CRH (corticotropin releasing hormone) yang kemudian memberi
sinyal ke hipofise anterior menghasilkan ACTH (adrenocorticotropic hormone)
yang menginduksi korteks adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid yang
merupakan produk akhir hormon (Hillman et al. 1985; Sahin et al. 2003; Boonstra
2005).
Glukokortikoid mempunyai efek di dalam tubuh yaitu meningkatkan
pembentukan energi yang berasal dari protein, lemak, dan karbohidrat. Akan
tetapi, glukokortikoid berdampak pada penurunan bobot badan, penurunan sistem
imunitas tubuh, penurunan respon peradangan, dan perubahan diferensiasi
leukosit. Perubahan diferensiasi leukosit karena pengaruh glukokortikoid
menyebabkan jumlah heterofil meningkat di dalam pembuluh darah, sedangkan
jumlah limfosit mengalami penurunan. Rasio heterofil/limfosit digunakan untuk
mengetahui indeks stres yang terjadi pada hewan (Zulkifli et al. 2000).

Sel Darah Putih
Sel darah putih atau leukosit merupakan komponen dasar dalam sistem
imun seluler. Leukosit ini dibentuk sebagian di sumsum tulang dan sebagian lagi
di jaringan limfe yang kemudian diangkut dalam darah menuju berbagai bagian
tubuh (Guyton dan Hall 2006). Leukosit mampu keluar dari pembuluh darah
menuju jaringan dalam melakukan fungsinya. Perubahan komposisi leukosit dapat
terjadi pada keadaan stres, aktivitas fisiologis, umur, gizi, dan sebagainya
(Dellman dan Brown 1989). Peningkatan jumlah leukosit merupakan ciri umum
terjadinya infeksi didalam tubuh (Frandson dan Spurgeon 1992). Jenis infeksi di
dalam tubuh dapat dilihat dari diferensiasi leukosit (Guyton dan Hall 2006).
Berdasarkan keberadaan granul di sitoplasma, leukosit dibedakan menjadi
granulosit (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit)
(Bacha dan Bacha 2000).

4
Heterofil
Heterofil adalah bentuk neutrofil pada unggas sebagai sistem pertahanan
pertama sehingga dikenal sebagai first line defense. Heterofil dibentuk dalam
sumsum tulang dari myelosit. Sel ini memiliki bentuk yang cenderung bulat
dengan sitoplasma berwarna lebih muda yaitu eosinofilik. Heterofil mempunyai
inti kasar, tidak teratur, dan terdiri atas dua sampai tiga lobus. Granul sitoplasma
pada heterofil berbentuk batang atau jarum (Clark et al. 2009).
Heterofil merupakan salah satu basis pertahanan tubuh dari serangan
penyakit yang dapat mengakibatkan infeksi atau peradangan. Respons imun yang
digunakan oleh heterofil adalah dengan menggunakan enzim lisosom yang dapat
mencerna dinding sel bakteri, enzim proteolitik, ribonuklease, dan fosfolipase.
Enzim-enzim ini bekerja secara bersama dan dapat membunuh bakteri. Heterofil
melakukan fagositosis pada benda asing dibantu oleh monosit yang mengalami
transformasi ketika memasuki jaringan ikat. Proses pertahanan heterofil ini
merupakan pertahanan tubuh yang bersifat nonspesifik (Tizard 1988). Sel ini
bekerja dengan cara fagositosis yaitu dengan mengurung mikroorganisme asing di
dalam sitoplasma yang mengandung enzim proteolitik.

Limfosit
Limfosit merupakan jenis leukosit dengan jumlah paling banyak dalam
darah ayam (Bacha dan Bacha 2000). Persentase limfosit pada unggas berkisar 45
sampai dengan 75% (Jain 1993). Limfosit dihasilkan dari stem cell di folikel
limfatik dari limfonodus, tonsil, limpa, timus, dan jaringan limforetikuler (Peyer
patches) di usus. Limfosit menuju jaringan melalui mekanisme diapedesis dan
dapat kembali lagi ke dalam sirkulasi darah melalui kelenjar limfe (Melvin dan
William 1993).
Limfosit berperan dalam membentuk antibodi (kekebalan humoral) dan
kekebalan seluler. Limfosit dalam sirkulasi mampu memproduksi imunoglobulin
(IgG, IgM, dan IgA) (Frandson et al. 2009). Limfosit dalam darah ada 2 tipe yaitu
sel T dan sel B. Sel limfosit T menghasilkan tanggap kebal seluler berperantara
sel dan menghasilkan limfokin yang mencegah perpindahan makrofag sebagai
media kekebalan (Tizard 1988). Sel limfosit B terdiri atas sel B plasma dan sel B
memori. Sel B plasma berfungsi menghasilkan antibodi secara spesifik (Dellman
dan Brown 1989), sedangkan sel B memori berfungsi mengingat antigen secara
spesifik. Sel B bekerja cepat apabila terjadi suatu infeksi (Guyton dan Hall 2006).

Monosit
Monosit merupakan leukosit terbesar yang berdiameter 15-20 µm dan
jumlahnya 3-9% dari seluruh sel darah putih. Sel ini memiliki inti berbentuk
lonjong, berlekuk seperti tapal kuda dan tersusun dari kromatin-kromatin yang
halus dengan jumlah sitoplasma yang banyak berwarna abu-abu hingga basofilik
(Clark et al. 2009). Monosit memiliki kemampuan fagositosis dan berkembang
menjadi makrofag ketika keluar dari pembuluh darah dan masuk kedalam jaringan.
Sel ini menjadi makrofag tetap (fixed macrophage) seperti sinusoid hati, sumsum

5
tulang, alveoli paru-paru, dan jaringan limfoid. Makrofag melepaskan sejumlah
sinyal kimia yang mengkoordinasikan berbagai fungsi sel-sel lainnya dalam
merespon kerusakan jaringan dan invasi mikroba. Makrofag juga berfungsi
memproses antigen yang merupakan tahap awal dalam inisiasi respon kekebalan
(Frandson et al. 2009).

Eosinofil
Eosinofil memiliki inti yang terdiri atas dua lobus dengan sitoplasma
berwarna pucat hingga basofilik dan berisi granul eosinofilik. Eosinofil berasal
dari myelosit eosinofilik dari sumsum tulang. Sel ini sangat penting dalam respon
terhadap penyakit parasitik dan alergi (Hoffbrand 2006). Eosinofil mengandung
histaminase yang dapat mengaktifkan serta melepaskan serotonin (Dharmawan
2002). Eosinofil dapat pula mencegah penyebaran proses peradangan lokal,
dengan cara mendetoksifikasi toksin yang dapat menyebabkan radang yang
dilepaskan oleh sel-sel mast, sel basofil dan mungkin juga oleh jaringan yang
rusak. Pada saat reaksi alergi, sel mast dan basofil melepaskan faktor kemotaktik
eosinofil sehingga eosinofil bermigrasi ke arah jaringan yang meradang (Guyton
dan Hall 2006).

Basofil
Basofil merupakan granulosit yang paling jarang dijumpai dalam sirkulasi
darah (Schalm 2010; Latimer 2011). Basofil diproduksi di dalam sumsum tulang
dari myelosit. Basofil mempunyai fungsi membangkitkan proses peradangan akut
pada tempat deposisi antigen (Tizard 1988). Sel ini mengandung heparin, histamin,
asam hialuronat, kondroitin sulfat, serotonin, dan beberapa faktor kemotaktik.
Heparin berfungsi untuk mencegah pembekuan darah, sedangkan histamin
berfungsi untuk menarik eosinoid. Basofil berperan sebagai mediator untuk
aktivitas perbarahan dan alergi, memiliki reseptor imunoglobulin E (IgE) dan
imunoglobulin G (Ig G).

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan April 2014 di
kandang unggas Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL) dan Laboratorium
Bagian Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi FKH-IPB.
Hewan percobaan yang digunakan adalah ayam broiler.

6
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang ayam, tempat
pakan dan minum, timbangan, alat tulis, syringe, alkohol 70%, pakan, cairan
pengencer (larutan Rees dan Ecker), pipet pengencer leukosit, gelas objek, kaca
penutup, tisu, alat penghitung, kamar hitung Neubauer, metil alkohol, larutan
pewarna giemsa 10%, aquades, minyak imersi, dan mikroskop cahaya. Bahanbahan yang digunakan adalah ayam broiler berumur 1 hari atau day old chick
(DOC) sebanyak 20 ekor, disinfektan yang mengandung glutaraldehida,
benzalkonium klorida, dan isopropanol, multivitamin, vaksin new castle disease
dan infectious bronchitis (ND IB), vaksin gumboro, vaksin ND La Sota, jamu
bagas waras, dan pakan komersial ayam broiler. Pakan tersebut memiliki
kandungan nutrisi sebagai berikut protein kasar 20-22%, kadar air 12%, lemak
kasar 4-8%, serat kasar 4%, abu 8%, kalsium 0.9-1.2%, dan fosfor 0.7-1%. Selain
itu, bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dan sekam.

Tahap Persiapan
Persiapan Kandang dan Pembuatan Jamu Bagas Waras
Persiapan kandang dimulai dari membersihkan kandang, tempat pakan, dan
tempat minum yang digunakan. Pembersihan ini dilakukan 1 minggu sebelum
ayam masuk ke kandang. Lantai dan dinding kandang yang telah dibersihkan
diberi kapur untuk mencegah kejadian dan penularan penyakit. Lantai kandang
dilapisi dengan sekam kering dan disemprot dengan disinfektan. Kandang dibagi
menjadi empat flok dengan ukuran 2 x 2 m.
Pembuatan jamu bagas waras dilakukan 1 hari sebelum diberikan pada ayam.
Jamu bagas waras terbuat dari campuran jahe, kunyit, dan kencur dengan pelarut
air dengan perbandingan tertentu. Jahe, kunyit, dan kencur segar diparut sampai
halus. Kemudian, parutan jahe, kunyit, dan kencur dicampur dan ditambahkan air
dengan perbandingan tertentu. Selanjutnya, campuran tersebut dipanaskan hingga
suhu 60 dan diulang sebanyak 3 kali. Setelah dingin, campuran jahe, kunyit,
dan kencur (jamu bagas waras) disaring dan ditambahkan alkohol 70% sebanyak
0.003% (sebagai antijamur). Kemudian, jamu bagas waras dimasukkan ke dalam
botol dan disimpan di dalam lemari pendingin bersuhu 4 .
Tahap Perlakuan
Pemeliharaan Ayam
Hari pertama, ayam dimasukkan ke dalam kandang, diberi air gula, dan
multivitamin untuk meminimalisir terjadinya stres. Vaksinasi dilakukan pada hari
ke-3, 11, dan 18. Adapun vaksin yang diberikan tersebut secara berturut-turut
adalah vaksin ND IB, vaksin gumboro, dan vaksin ND La Sota yang diberikan
melalui tetes mata.
Pemberian pakan disesuaikan dengan standar yang telah umum diterapkan
di peternakan ayam komersial. Air minum yang diberikan dicampur dengan jamu
bagas waras sesuai dengan rancangan percobaan. Air minum diberikan setiap hari
ad libitum.

7
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah rancangan
acak lengkap (RAL) dengan pola faktorial. Faktor pertama ialah umur ayam yang
terdiri atas 3 level yaitu umur 7, 21, dan 35 hari. Faktor kedua ialah dosis jamu
bagas waras yang terdiri atas 4 level yaitu (dosis 0 mL/L) sebagai kontrol, dosis
0.1 mL/L (perlakuan 1), 1 mL/L (perlakuan 2), dan 10 mL/L (perlakuan 3).
Pengambilan dan Analisis Sampel
Pengambilan sampel darah dilakukan pada ayam umur 7, 21, dan 35 hari.
Sampel darah diambil dari vena axillaris, ditampung pada tabung vacuum reaksi
yang telah diberi antikoagulan ethylen diamine tetra acetic acid (EDTA) dan
disimpan dalam ice box. Perhitungan jumlah sel darah putih dilakukan dengan
metode hemositometer menggunakan larutan pengencer Rees dan Ecker. Sampel
darah dihisap sampai batas 0.5, ujung pipet leukosit dibersihkan dengan tisu
kemudian ditambahkan larutan pengencer Rees dan Ecker sampai batas angka
101. Kedua ujung pipet leukosit ditutup menggunakan jempol dan telunjuk
dengan posisi mendatar. Darah yang telah diencerkan pada pipet leukosit
dihomogenkan dengan membolak-balik pipet membentuk angka 8, kemudian
diteteskan ke dalam kamar hitung Neubauer dan ditutup dengan kaca penutup.
Jumlah sel darah putih dihitung pada 5 bujur sangkar di bawah mikroskop cahaya
dengan pembesaran 400 kali. Hasil penghitungan akhir adalah jumlah seluruh sel
darah putih dari ke-5 bujur sangkar yang dihitung dikalikan dengan 200.
Diferensiasi sel darah putih dihitung dengan menggunakan metode preparat
ulas darah. Dua gelas objek disiapkan dan dibersihkan dengan alkohol 70%.
Sampel darah diteteskan pada ujung gelas objek yang bersih. Sementara itu, gelas
objek lain disiapkan dan dipegang pada kedua sisi panjangnya. Ujung gelas objek
tersebut diletakkan pada tetesan darah membentuk sudut 45° terhadap gelas objek
pertama. Darah dibiarkan menyebar diujung gelas objek kedua. Gelas objek kedua
didorong sehingga darah menyebar sepanjang gelas objek pertama. Sediaan ulas
darah dikeringkan dan difiksasi dengan metil alkohol selama 5 menit. Setelah
kering, gelas objek dimasukkan ke dalam larutan giemsa 10% selama 30 menit.
Preparat ulas yang telah diwarnai kemudian dicuci dan dibersihkan dengan air
mengalir dan dikeringkan di udara. Diferensiasi sel darah putih diamati di bawah
mikroskop cahaya dengan pembesaran 1000 kali.
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah leukosit, heterofil,
limfosit, monosit, eosinofil, basofil, dan rasio heterofil/limfosit.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan metode multivariate general linear
model (GLM) untuk melihat interaksi dari masing-masing faktor perlakuan yang
diberikan.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil perhitungan jumlah leukosit, heterofil, limfosit, monosit, eosinofil,
basofil (x103 sel/µL) dan rasio heterofil/limfosit yang diamati pada ayam umur 7,
21, dan 35 hari disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Rata-rata jumlah leukosit, heterofil, limfosit, monosit, eosinofil, basofil
(x103 sel/µL) dan rasio heterofil/limfosit ayam broiler umur 7, 21, dan 35
hari yang diberi jamu bagas waras
D
Leukosit (x103 sel/µL)
0 mL/L
0.1 mL/L
1 mL/L
10 mL/L
Heterofil (x103 sel/µL)
0 mL/L
0.1 mL/L
1 mL/L
10 mL/L
Limfosit (x103 sel/µL)
0 mL/L
0.1 mL/L
1 mL/L
10 mL/L
Monosit (x103 sel/µL)
0 mL/L
0.1 mL/L
1 mL/L
10 mL/L
Eosinofil (x103 sel/µL)
0 mL/L
0.1 mL/L
1 mL/L
10 mL/L
Basofil (x103 sel/µL)
0 mL/L
0.1 mL/L
1 mL/L
10 mL/L
Rasio Heterofil/Limfosit
0 mL/L
0.1 mL/L
1 mL/L
10 mL/L

U
7 hari

21 hari

35 hari

U

D

U*D

4.44±2.70Ba
3.77±0.62Ba
3.64±2.35Ba
4.00±2.94Ba

8.92±2.84Aa
7.72±2.19Ba
12.00±3.63Aa
9.32±3.16Aa

9.28±2.73Aa
13.50±4.48Aa
10.60±5.21Aa
9.68±1.54Aa

*
*
*
*

-

-

0.62±0.53Ba
0.45±0.19Ca
0.96±1.24Ba
1.11±1.19Ba

4.52±1.55Aab
2.98±0.73Aa
4.68±3.31Ab
3.28±1.56Aab

1.33±0.42Aa
1.58±0.84Ba
2.21±1.80ABa
1.80±0.76ABa

*
*
*
*

-

-

3.47±2.06Ba
2.94±0.57Ba
2.43±1.14Ba
2.67±1.68Ba

3.95±1.17Bb
4.20±1.76Bab
6.91±1.59Aa
5.40±1.66Aa

6.96±2.02Aa
10.90±3.49Aa
7.82±3.73Aa
7.29±1.98Aa

*
*
*
*

-

*
*
*
*

0.28±0.18Ba
0.32±0.08Aa
0.22±0.13Aa
0.17±0.18Aa

0.32±0.26Ba
0.30±0.34Aa
0.40±0.33Aa
0.60±0.42Aa

0.88±0.58Aa
0.76±0.44Aab
0.32±0.13Ab
0.46±0.33Aab

*
*
*
*

-

-

0.06±0.10Aa
0.05±0.03Aa
0.04±0.04Ba
0.04±0.07Aa

0.12±0.06Aab
0.23±0.21Aa
0.02±0.06Bb
0.04±0.09Ab

0.11±0.08Aa
0.18±0.17Aa
0.19±0.18Aa
0.12±0.14Aa

*
*
*
*

-

-

0.00±0.00Aa
0.00±0.00Aa
0.00±0.00Aa
0.00±0.00Aa

0.00±0.00Aa
0.00±0.00Aa
0.00±0.00Aa
0.00±0.00Aa

0.00±0.00Aa
0.02±0.05Ab
0.00±0.00Aa
0.00±0.00Aa

-

-

-

0.16±0.05Ba
0.15±0.07Ba
0.30±0.29Aa
0.37±0.23Aa

1.16±0.23Aa
0.76±0.23Aab
0.72±0.65Aab
0.58±0.26Ab

0.19±0.05Ba
0.14±0.07Ba
0.26±0.21Aa
0.29±0.23Aa

*
*
*
*

-

-

Keterangan: U: Umur ayam; D: Dosis jamu bagas waras; U*D: Interaksi umur ayam dengan dosis
jamu bagas waras; Tanda (*): Signifikan (p0.05); Huruf superscript (A,B,C) yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p0.05).
Monosit dalam buluh darah menjadi makrofag di jaringan. Makrofag
melakukan aktivitas fagositosis dan inisiasi pada saat terjadi invasi
mikroorganisme dan inflamasi. Peningkatan jumlah monosit pada umur 35 hari
diduga karena kandungan kurkumin dalam kunyit dan kencur. Kurkumin
berfungsi sebagai imunostimulan yang meningkatkan sel monosit. Faktor dosis
jamu bagas waras secara nyata (p0.05) tidak dipengaruhi oleh faktor umur dan
dosis jamu bagas waras. Tidak terdapat interaksi antara umur ayam dengan dosis
jamu bagas waras. Hasil perhitungan jumlah basofil menunjukkan bahwa tidak
terdapat basofil dalam sirkulasi darah pada ayam berumur 7 dan 21 hari. Basofil
mengalami peningkatan yang signifikan (p