Factors that Relating to the Female Reproductive Period of 2010 in the Pesawaran District Lampung Province

 
 

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN
JANGKA REPRODUKSI WANITA TAHUN 2010 DI
KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

GRES MARETTA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Faktor-Faktor yang Berkaitan
dengan Jangka Reproduksi Wanita Tahun 2010 di Kabupaten Pesawaran Povinsi
Lampung adalah hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir dari tesis ini.

Bogor, Agustus 2011

Gres Maretta
G352090011

 
 
 
 
 
 
 
 
 

 


 
 

ABSTRACT
GRES MARETTA. Factors that Relating to the Female Reproductive Period of
2010 in the Pesawaran District Lampung Province. Under direction of
BAMBANG SURYOBROTO and SRI BUDIARTI
Female reproduction can only take place within a limited span starting
from menarche and ended at menopause. Menarche was the first menstruation
experienced by a woman, while menopause is the cessation of menstruation.
Pesawaran district of Lampung Province as a rural environment was chosen to
complement the scarce female reproductive period data in Indonesia. This study
used longitudinal method and data was collected from interview. The data was
processed using the Probit GLM (Generalized Linear Models) in R program. The
result showed that menopausal age was 49.08 years, menarche age was 14.55
years (in 1976), and reproductive period was 34.53 years. Women who use
hormonal contraception get faster menopause (48.59 years) than those using
nonhormonal contraception (49.08 years). Reproductive period of woman is not
related by their reproductive history, nutritional status, and socioeconomic level.

Age of menarche in 2010 (13.61 years) has an acceleration 0.94 years compared
to the age of menarche in 1976 (14.55 years).
Key words: menopause, menarche, reproductive period, Pesawaran district.

 
 

RINGKASAN
GRES MARETTA. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Jangka Reproduksi
Wanita Tahun 2010 di Kabupaten Pesawaran Povinsi Lampung. Dibimbing oleh
BAMBANG SURYOBROTO dan SRI BUDIARTI
Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung merupakan daerah rural yang
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Luas wilayah
Kabupaten Pesawaran adalah 1 173.77 km2 yang didiami oleh 397 294 jiwa
dengan 192 360 jiwa di antaranya adalah wanita, sehingga sex rationya sebesar
106.53 persen (BPS 2010). Keadaan kaum wanita yang berkaitan dengan
perubahan biologis sangat menentukan kualitas kehidupan anggota
masyarakatnya. Kemajuan pembangunan baik fisik maupun non fisik tidak lepas
dari peranan wanita di dalamnya. Salah satu bagian penting yang perlu
diperhatikan dalam kehidupan wanita adalah mengetahui jangka reproduksi yang

terkait dengan kodrat wanita untuk hamil (Sukmaningrasa 2009). Kehamilan
wanita hanya terjadi di dalam masa jangka reproduksinya. Jangka reproduksi
seorang wanita didapatkan dari usia menopausenya dikurangi dengan usia
menarkenya. Apabila terjadi perubahan pada usia menarke atau usia menopause
maka akan berubah pula jangka reproduksinya. Penelitian jangka reproduksi di
Provinsi Lampung belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jangka reproduksi dan faktor-faktor yang berkaitan
dengan jangka reproduksi pada wanita di Kabupaten Pesawaran Provinsi
Lampung tahun 2010. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi kesehatan dan secara tidak langsung sebagai tolok ukur kesejahteraan
wanita di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari sampai dengan Desember
2010. Lokasi pengambilan data meliputi tujuh Kecamatan di Kabupaten
Pesawaran Provinsi Lampung: Tegineneng, Negeri Katon, Gedong Tataan, Way
Lima, Kedondong, Padang Cermin, dan Punduh Pidada. Pengambilan data
menggunakan metode wawancara dan pengukuran antropometrika. Probandus
yang didapatkan sebanyak 735 orang. Probandus yang diambil datanya berjumlah
412 orang suku asli Lampung yang terdiri atas 204 orang berusia 40-60 tahun dan
208 orang berusia 7-18 tahun. Keaslian suku Lampung diketahui dengan
menanyakan suku orang tua dua generasi ke atas (ayah, ibu, kakek, dan nenek).

Penulis memilih probandus yang tidak menggunakan KB hormonal supaya
memiliki daur menstruasi alamiah sehingga berakhir pada usia menopause yang
alamiah juga. Pemilihan ini menghasilkan 138 orang dengan kisaran usia 40-60
tahun yang tidak menggunakan alat kontrasepsi KB hormonal untuk dianalisis
datanya.
Penentuan jangka reproduksi dilakukan dengan metode longitudinal.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan jangka reproduksi yang dianalisis meliputi
penggunaan kontrasepsi (KB), riwayat reproduksi wanita, dan status gizi. Riwayat
reproduksi wanita yang diukur meliputi: usia melahirkan anak pertama, jangka
kehamilan, paritas (jumlah anak), dan lama menyusui. Status gizi diketahui
dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Persen Lemak Tubuh (PLT).
Analisis data pada penelitian ini menggunakan Generalized Linear Model (GLM)

dan analisis varian (ANOVA) pada program R versi 2.11.0 dan dilakukan di
bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB.
Wanita Kabupaten Pesawaran mulai memasuki menopause pada usia 47
tahun. Separuh probandus memasuki masa menopause pada usia 49.08 tahun.
Usia menopause terakhir yang tercatat terjadi pada 56 tahun. Rata-rata usia
menarke wanita yang telah menopause di Kabupaten Pesawaran jatuh pada 14.55
tahun sehingga panjang jangka reproduksi dari 14.55 tahun sampai 49.08 tahun

adalah 34.53 tahun. Usia menopause wanita Kabupaten Pesawaran tidak
berkorelasi dengan usia menarkenya (ANOVA α=0.41, P>0.05), karena usia
menarke 13.50 tahun dapat bermenopause pada kisaran usia 48-53 tahun. Usia
menarke 14.50 dapat bermenopause pada kisaran usia 47-55 tahun. Selain itu,usia
menarke 15.50 dapat pula bermenopause pada kisaran usia 48-54 tahun.
Sebagai perbandingan penulis juga menghitung usia menopause wanita yang
menggunakan KB hormonal sebanyak 66 orang dengan kisaran usia 40-60 tahun.
Usia menopause mereka yang paling awal pada 45 tahun. Separuh probandus
memasuki menopause pada usia 48.59 tahun. Usia menopause terakhir yang
tercatat terjadi pada 55 tahun. Ketiga usia ini lebih cepat dibandingkan wanita
yang memakai KB nonhormonal.
Jangka reproduksi wanita rural Kabupaten Pesawaran (34.53 tahun) lebih
pendek daripada jangka reproduksi wanita urban di Kabupaten Bandung (35.55
tahun) (Sukmaningrasa 2009). Usia menarke wanita rural Kabupaten Pesawaran
14.55 tahun (tahun 1976) lebih lambat dibandingkan usia menarke wanita urban di
Kabupaten bandung yakni 13.98 tahun (tahun 1973) (Sukmaningrasa 2009),
namun usia menopause terjadi sebaliknya.
Riwayat reproduksi wanita menopause Kabupaten Pesawaran meliputi:
usia melahirkan anak pertama, jarak antara kehamilan pertama dengan kehamilan
terakhir (jangka kehamilan), jumlah anak (paritas), dan lama menyusui. Hasil

analisis menunjukkan usia melahirkan anak pertama (ANOVA α=-0.13, P>0.05),
jangka kehamilan (ANOVA α=0.001, P>0.05), paritas (ANOVA α=0.07, P>0.05),
dan lama menyusui (ANOVA α=-0.04, P>0.05) tidak berkorelasi terhadap usia
menopause wanita Kabupaten Pesawaran.
Untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Persen Lemak
Tubuh (PLT) dengan usia menopause, IMT dan PLT tersebut harus diukur pada
saat wanita memiliki jarak menstruasi terakhir lebih dari 1 dan kurang dari 2
tahun. Pemilihan ini menghasilkan probandus sebanyak 24 orang. Sebanyak 96%
probandus memiliki IMT normal dan 71% probandus memiliki PLT yang normal.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa IMT (ANOVA α=0.236, P>0.05) dan
PLT (ANOVA α=0.140, P>0.05) tidak berkorelasi dengan usia menopause wanita
Kabupaten Pesawaran. Sebagai cadangan energi, IMT dan PLT dipikirkan
dipengaruhi langsung oleh pengeluaran konsumsi keluarga perbulan (PKP).
Penelitian ini mendapatkan bahwa IMT (ANOVA α= 0.467, P>0.05) dan PLT
(ANOVA α= 0.497, P>0.05) pada wanita menopause tidak berkorelasi dengan
PKP. Keseluruhan probandus memiliki PKP di bawah Rp 750 000.00 setiap
bulannya. Upah Minimum Provinsi (UMP) Lampung tahun 2010 adalah Rp 767
500.00 perbulan. Jika dibandingkan dengan nilai UMP maka PKP yang
dikeluarkan probandus termasuk rendah, akan tetapi kebutuhan gizi probandus
dapat terpenuhi karena sebagian besar mereka memiliki IMT (96% probandus)

dan PLT (71% probandus) yang normal. Mungkin sekali PKP tidak

mencerminkan makanan yang sesungguhnya dikonsumsi. Sebagai daerah rural
yang sebagian besar adalah petani, kebutuhan pokok seperti beras dan sayuran
untuk konsumsi setiap hari tidak termasuk di dalam daftar pengeluaran untuk
makan karena didapatkan dari hasil pertanian mereka sendiri.
Usia menarke wanita muda masa kini tahun 2010 akan berbeda
dibandingkan usia menarke wanita pada tahun 1976. Oleh karena itu dilakukan
analisis terhadap sampel wanita muda sebanyak 208 orang dengan rentang usia 718 tahun. Berdasarkan grafik diketahui wanita muda masa kini Kabupaten
Pesawaran mulai memasuki usia menarke pada usia 13 tahun dengan separuh
probandus memasuki usia menarke pada usia 13.61 tahun. Usia menarke terakhir
yang tercatat terjadi pada usia 17 tahun.
Rata-rata usia menarke pada tahun 1976 jatuh pada 14.55 tahun. Usia
menarke wanita Kabupaten Pesawaran pada tahun 2010 mengalami percepatan
sebesar 0.94 tahun dibandingkan usia menarke pada tahun 1976. Usia menarke
yang lebih cepat menunjukkan status gizi dan sosial ekonomi di Kabupaten
Pesawaran mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan 34 tahun yang
lalu.
Kata kunci: menopause, menarke, jangka reproduksi, Kabupaten Pesawaran.


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

 
 

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN
JANGKA REPRODUKSI WANITA TAHUN 2010 DI
KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

GRES MARETTA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Mayor Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, Ph.D. 

Judul Tesis : Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Jangka Reproduksi Wanita
Tahun 2010 di Kabupaten Pesawaran Povinsi Lampung
Nama

: Gres Maretta

NRP

: G352090011


Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Bambang Suryobroto
Ketua

Dr. dr. Sri Budiarti
Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Biosains Hewan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Bambang Suryobroto

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 4 Agustus 2011

Tanggal Lulus:

 

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Febuari sampai Desember
2010 adalah Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Jangka Reproduksi Wanita
Tahun 2010 di Kabupaten Pesawaran Povinsi Lampung.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya terutama kepada pembimbing, yaitu Bapak Dr. Bambang
Suryobroto dan Ibu Dr. dr. Sri Budiarti yang telah banyak memberikan bimbingan
dan saran selama penelitian dan penulisan tesis ini. Terima kasih dan penghargaan
juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, Ph.D. yang telah
memberikan banyak masukan dalam perbaikan tesis ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Kementerian Agama Republik
Indonesia yang telah mengadakan program beasiswa pascasarjana dengan IPB,
Pemerintah Kabupaten Pesawaran yang telah memberikan izin lokasi penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, papa, mama, kakak, adik
serta seluruh keluarga atas doa, kasih sayang, dan dukungan. Tidak lupa kepada
staf dosen, teknisi, laboran mayor Biosains Hewan dan Departemen Biologi,
rekan-rekan BSH serta BUD 2009 atas bantuan dan kebersamaannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2011

Gres Maretta

 

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 9 Maret 1985 sebagai anak kedua dari
pasangan bapak Hadi Sucipto, BE dan ibu Nilawati. Pendidikan sarjana ditempuh
di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung, lulus pada tahun 2007. Sebelum melanjutkan studi di Program Magister
Sains IPB pada tahun 2009, penulis mengajar di Madrasah Tsanawiyah AlMadani Lampung Selatan. Penulis memilih mayor Biosains Hewan di
Departemen Biologi SPs IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD)
Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2009.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL

…..……………………………….………… xiv

DAFTAR GAMBAR

………………………………………..……. xv

DAFTAR LAMPIRAN

…………………………………................... xvi

PENDAHULUAN

……………………………………………... 1

Latar Belakang

…………………………………………...… 1

Tujuan

……………………………………………... 3

Manfaat

…………………………………………....... 3

TINJAUAN PUSTAKA

……………………………………............... 4

Menstruasi

....................................................................... 4

Menarke

……………………………………………... 6

Menopause

……………………………………………... 7

METODE PENELITIAN

……………………………………………... 9

Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………... 9
Pengambilan Data

……………. ………………………………. 9

Probandus Penelitian ……………………………………………... 10
Penentuan Jangka Reproduksi

..................…………………. 10

Penentuan Penggunaan Kontrasepsi (KB)

………...…................ 11

Penentuan Riwayat Reproduksi Wanita

…………..…………. 11

Usia Melahirkan Anak Pertama …………...………… 11
Jangka Kehamilan ………………………..……………. 11
Paritas

……………………………………………... 11

Lama Menyusui
Pengukuran Status Gizi

…………………………..…………. 11
……………..………………………. 11

Indeks Massa Tubuh (IMT)

……………………... 11

Persen Lemak Tubuh (PLT)

……………………... 12

Usia Menarke Wanita Muda Masa Kini

……………………... 12

Analisis Data …………………..…………………………………. 13

HASIL

…………………………………………………….……….. 14
Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

………….….. 14

Riwayat Reproduksi …………………………………….……….. 16
Status Gizi dan Tingkat Sosial Ekonomi

……………………... 17

Usia Menarke Wanita Muda Masa Kini Kabupaten Pesawaran ....... 20
PEMBAHASAN

................................................................................... 22

Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

………….….. 22

Riwayat Reproduksi ……………………………………………... 23
Status Gizi dan Tingkat Sosial Ekonomi

……………………... 24

Usia Menarke Wanita Muda Masa Kini

……………………... 25

SIMPULAN …………………………………………………………...… 27
DAFTAR PUSTAKA

……………….…………………….………. 28

LAMPIRAN

……….……………………………….……. 32

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Wilayah Kecamatan dengan jumlah probandus

……….……………..… 10

2 Perbandingan usia menarke, usia menopause
dan jangka reproduksi di daerah urban dan rural …………….................. 16
3 Hubungan antara riwayat reproduksi dengan usia menopause
4 Perbandingan usia menarke di daerah urban dan rural

……….. 17

……………….. 21

5 Perbandingan usia menarke wanita urban dan rural
di beberapa negara ……………………………………………………….. 26

 

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Ilustrasi mekanisme yang terjadi pada endometrium

………........... 5

2 Penurunan jumlah folikel bersamaan dengan
bertambahnya usia wanita ………………………………………...…… 6
3 Peta Kabupaten Pesawaran …………………………………………...… 9
4 Grafik usia menopause wanita Kabupaten Pesawaran

……………... 15

5 Plot hubungan usia menopause dengan usia menarke

……………... 15

6 Plot hubungan usia menopause (Tahun) dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT)

……………………………………………... 18

7 Plot hubungan usia menopause (Tahun) dengan Persen
Lemak Tubuh (PLT)

……………………………………………... 18

8 Plot hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Pengeluaran Konsumsi Keluarga Perbulan (PKP)

………...…… 19

9 Plot hubungan Persen Lemak Tubuh (PLT) dengan
Pengeluaran Konsumsi Keluarga Perbulan (PKP) ……………………... 20
10 Grafik usia menarke wanita masa kini
Kabupaten Pesawaran ……………………………………………….…. 21

 

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kuesioner data pribadi probandus ………………………………...

 
 

32

 
 

1
 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung merupakan daerah rural yang
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Luas wilayah
Kabupaten Pesawaran adalah 1 173.77 km2 yang didiami oleh 397 294 jiwa
dengan 192 360 jiwa di antaranya adalah wanita, sehingga sex rationya sebesar
106.53 persen (BPS 2010).
Keadaan kaum wanita yang berkaitan dengan perubahan biologis sangat
menentukan kualitas kehidupan anggota masyarakatnya. Kemajuan pembangunan
baik fisik maupun non fisik tidak lepas dari peranan wanita di dalamnya. Salah
satu bagian penting yang perlu diperhatikan dalam kehidupan wanita adalah
mengetahui jangka reproduksi yang terkait dengan kodrat wanita untuk hamil
(Sukmaningrasa 2009). Kehamilan bisa terjadi apabila wanita menghasilkan ovum
yang kemudian dibuahi oleh sperma. Jika ovum tidak terbuahi oleh sperma maka
seorang wanita akan mengalami menstruasi (pelepasan dinding rahim yang
disertai dengan pendarahan). Pada saat pubertas, sistem saraf pusat mulai aktif
mengatur ovarium untuk berovulasi yang ditandai dengan menstruasi pertama
(menarke) (Parent et al. 2003). Ovarium akan berhenti berovulasi pada usia
tertentu (menopause) yang menyebabkan tidak terjadinya kehamilan (Friedlander
& Jones 2002).
Usia menopause dapat berlangsung pada usia 45-60 tahun (Hajikazemi et
al. 2010). Tanda dan gejala, serta perubahan fisiologik yang menyertai menopause
terjadi akibat menurunnya estrogen dalam sirkulasi. Gejala-gejala umum
menopause adalah hot flushes (panas pada kulit), sakit kepala, mudah tersinggung,
vertigo, penambahan bobot badan, dan berkurangnya elastisitas kulit (Price &
Wilson 1995). Gejala-gejala tersebut secara tidak langsung mengurangi kualitas
hidup para wanita menopause (Friedlander & Jones 2002). Wanita menopause
secara fertilitas sudah tidak produktif lagi untuk melahirkan anak, namun secara
ekonomi masih produktif asalkan ditunjang oleh tingkat kesehatan yang tinggi
supaya secara ekonomi masih produktif (Sukmaningrasa 2009).


 

Rentang waktu dari menarke sampai menopause merupakan jangka
reproduksi wanita. Apabila terjadi perubahan pada usia menarke atau usia
menopause maka akan berubah pula jangka reproduksinya. Jangka reproduksi
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gizi, kegiatan fisik, sosial ekonomi,
kesehatan, dan lingkungan (Ikaraoha et al 2005; Mokha et al. 2006). Hasil
penelitian Ceballos et al. (2006) pada wanita Meksiko menunjukkan merokok,
status gizi, dan pendidikan yang rendah dapat mempercepat usia menopause,
tetapi usia menarke dan lama menyusui tidak mempengaruhi usia menopause
seseorang. Penelitian di Turki oleh Reis et al. (1998) melaporkan bahwa usia
menopause berhubungan positif dengan status perkawinan, lama menstruasi, dan
jumlah anak yang dilahirkan (paritas), sedangkan usia melahirkan anak pertama
dan penggunaan alat kontrasepsi oral berhubungan negatif dengan usia
menopause.
Jangka reproduksi pada wanita yang hidup di daerah urban berbeda
dengan wanita yang hidup di daerah rural. Penelitian pada wanita urban-rural
India menunjukkan bahwa usia menarke untuk wanita yang tinggal di daerah
urban lebih cepat dibandingkan dengan wanita di daerah pinggiran atau perdesaan
(rural) (Mokha et al. 2006), sedangkan usia menopause wanita di daerah urban
lebih lambat dibandingkan wanita di daerah rural (Kaur & Talwar 2009).
Perbedaan waktu menarke dan menopause ini menyebabkan jangka reproduksi
wanita di daerah urban lebih panjang daripada wanita di daerah rural. Penelitian di
Indonesia telah dilakukan oleh Sukmaningrasa (2009) di Kabupaten Bandung
daerah urban dengan jangka reproduksi sepanjang 35.55 tahun, di suku Baduy
daerah rural sepanjang 33.67 tahun (Rohmatullayaly 2010), dan di Kampung
Naga daerah rural sepanjang 36.47 tahun (Vidiawati 2009). Wanita Baduy
memiliki jangka reproduksi yang lebih pendek dibandingkan wanita Kabupaten
Bandung, sedangkan wanita Kampung Naga memiliki jangka reproduksi yang
lebih panjang dibandingkan jangka reproduksi wanita Kabupaten Bandung. Hasil
penelitian urban-rural di Indonesia ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mokha et al. (2006) dan Kaur & Talwar (2009). Untuk menjelaskan
perbedaan ini, kita memerlukan bukti-bukti dari wilayah yang lain. Hingga saat ini
penelitian jangka reproduksi di Provinsi Lampung belum pernah dilaporkan.

3
 

Penulis memilih Kabupaten Pesawaran sebagai salah satu lingkungan rural untuk
mulai menghitung data jangka reproduksi wanita di Provinsi Lampung.
Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jangka reproduksi dan faktorfaktor yang berkaitan dengan jangka reproduksi pada wanita di Kabupaten
Pesawaran Provinsi Lampung tahun 2010.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi kesehatan dan
secara tidak langsung sebagai tolok ukur kesejahteraan wanita di Kabupaten
Pesawaran Provinsi Lampung.


 

4
 

TINJAUAN PUSTAKA

Menstruasi
Menstruasi

adalah

peluruhan

sel-sel

endometrium

yang

disertai

pendarahan dan berlangsung 5-6 hari. Hari mulainya pendarahan dinamakan hari
pertama siklus menstruasi. Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal
mulainya menstruasi yang lalu dengan awal menstruasi berikutnya. Panjang siklus
menstruasi tidak dapat diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar menstruasi dari
ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui. Panjang siklus menstruasi yang
normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik adalah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita
yang sama. Kakak beradik bahkan saudara kembar akan memiliki siklus yang
tidak terlalu sama (Wiknjosastro et al. 2008). Endometrium merupakan lapisan
dalam uterus yang terdiri atas permukaan epitelium, kelenjar dan jaringan ikat
(stroma) (Price & Wilson 1995). Seluruh rangkaian siklus dalam endometrium
dipengaruhi oleh hormon steroid ovarium (Salamonsen & Lathbury 2000).
Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipotalamus.
Hipotalamus pada otak mensekresi gonadotropin – releasing hormone (GnRH),
yang menstimulasi kelenjar pituitari anterior untuk mensekresi follicle-stimulating
hormone (FSH) (Friedlander & Jones 2002). FSH mendorong pertumbuhan
folikel vesikuler yang berisi ovum di dalam ovarium. Ketika folikel matang, maka
akan menghasilkan estrogen. Estrogen dan FSH memicu pematangan ovum,
selain itu FSH juga merangsang penebalan endometrium pada uterus. Kelenjar
pituitari anterior kemudian mensekresi luteinizing hormone (LH) yang membantu
pematangan ovum dan ovum keluar (ovulasi) dari folikel menuju tuba fallopi.
Folikel yang kehilangan ovum berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum
akan mensekresi progesteron yang menjaga penebalan lapisan endometrium jika
terjadi pembuahan. Pada saat terjadi penebalan, endometrium mengandung lebih
banyak pembuluh serta mengembangkan kelenjar yang mensekresikan cairan
yang kaya akan glikogen. Glikogen ini diperlukan sebagai makanan bagi zigot.

5
 

Jika tidak terjadi pembuahan maka korpus luteum akan menghentikan
produksi estrogen dan progesteron, sehingga penebalan uterus tidak dapat
dipertahankan dan terjadilah menstruasi (Friedlander & Jones 2002).

Perkembangan
endometrium

 

Terjadi
pembuahan

Tidak terjadi
pembuahan
Progesteron menurun

Terjadi kehamilan
Progesteron
dipertahankan
Terjadi
menstruasi
Gambar 1 Ilustrasi mekanisme yang terjadi pada endometrium
(Jabbour et al.2006).
Peningkatan usia selalu disertai dengan pengurangan jumlah folikel
primordial (Gambar 2). Pada usia 10 tahun, rata-rata jumlah folikel primordial
sekitar 500 000 buah. Pada usia 40 tahun, rata-rata jumlah sel primordial menurun
drastis hingga kurang dari 100 000 buah. Penurunan jumlah folikel di dalam
ovarium akan terus berlangsung secara cepat selama 10 tahun menjelang
menopause, sehingga pada usia sekitar 50 tahun ovarium tidak berfungsi dan
folikel habis (Jones et al. 2007).

6
 

Gambar 2 Penurunan jumlah folikel bersamaan dengan bertambahnya usia wanita
(Jones et al. 2007).
Menarke
Dalam masa pubertas, ovarium mulai berfungsi di bawah pengaruh
hormon gonadotropin dari hipofisis, sehingga ovarium dapat menghasilkan ovum
(ovulasi). Ovulasi yang pertama kali terjadi diikuti oleh menstruasi pertama
(menarke) (Parent et al. 2003). Menarke terjadi antara usia 12-13 tahun, yaitu
dalam rentang usia 10-16 tahun dan diawali dengan periode pematangan yang
dapat memakan waktu 2 tahun (Price & Wilson 1995). Selama selang waktu ini,
terdapat

tanda-tanda

seksual

sekunder

berupa

perkembangan

payudara,

pertumbuhan rambut pubis dan aksila, serta pertumbuhan badan yang cepat
(Marshall & Tanner 1969; Price & Wilson 1995). Usia menarke dapat dipengaruhi
oleh kegiatan fisik, gizi, sosial ekonomi, dan kesehatan (Ikaraoha et al 2005;
Mokha et al. 2006). Usia menarke lebih lambat pada anak perempuan yang kurus
dibandingkan dengan anak perempuan yang gemuk (Kaplowitz 2008). Penelitian
di Nigeria dan India menunjukkan bahwa menarke terjadi lebih awal pada anak
perempuan yang tinggal di kota (urban) dibandingkan yang tinggal di perdesaan
(rural) (Ikaraoha et al 2005; Mokha et al. 2006). Status gizi dan kesehatan yang
lebih baik di daerah urban dapat mempercepat usia menarke (Kaplowitz 2008).

7
 

Menopause
Menopause adalah berhentinya siklus pendarahan endometrium yang
teratur selama lebih dari satu tahun. Menurunnya kadar estrogen yang bersikulasi
meningkatkan produksi FSH dan terus diproduksinya LH selama beberapa tahun
setelah wanita menopause.  Peningkatan kadar gonadotropin pada wanita
menopause disebabkan oleh tidak terdapatnya umpan balik negatif hormon
estrogen pada ovarium dan mungkin pula adanya penghambatan pelepasan
gonadotropik setelah berumur 60 tahun (Sievert 2006).
Perkiraan kadar estrogen dalam darah sedikit, artinya

kadar estrogen

berkurang untuk merangsang hormon perangsang folikel. Apabila ovarium tidak
memberikan respons lagi terhadap pituitari, maka hipotalamus pertama-tama akan
bereaksi dengan meningkatkan jumlah FSH untuk merangsang ovarium yang
gagal

menghasilkan

estrogen.

Peningkatan

FSH

dalam

darah

dapat

mengindikasikan adanya kegagalan ovarium yang tidak dapat menghasilkan
estrogen (Sievert 2006).
Usia menopause dapat dipengaruhi oleh gizi, sosial ekonomi, gaya hidup,
pendidikan, penggunaan alat kontrasepsi, dan kesehatan (Ikaraoha et al 2005;
Mokha et al. 2006). Usia menopause dapat berlangsung pada usia 45-60 tahun.
Wanita dikategorikan ke dalam menopause cepat jika usia menopausenya kurang
dari 45 tahun dan wanita dikategorikan menopause lambat jika usia
menopausenya lebih dari 60 tahun (Hajikazemi et al. 2010). Usia menopause yang
cepat dapat menyebabkan penyakit cardiovascular dan osteoporosis, sedangkan
usia menopause yang lambat dapat menyebabkan kanker endometrium dan
payudara (Reis et al. 1998). Estrogen diduga merupakan faktor protektif untuk
terjadinya arteriosklerosis (Akahoshi et al. 1996). Hormon estrogen juga berfungsi
di dalam pembentukkan tulang, remodelling tulang yang mempertahankan
keseimbangan kerja osteoblas (formasi tulang), dan osteoklas (penyerapan tulang)
(Reifenstein & Albright 1947).
Penelitian usia menopause terjadi lebih awal pada wanita dengan bobot
badan yang kurus dibandingkan dengan wanita dengan bobot badan gemuk. Hal
ini disebabkan oleh ketersediaan estrogen dari jaringan adipose pada wanita
gemuk yang dapat memperpanjang fungsi reproduktif (Friedlander & Jones 2002).

8
 

Hasil penelitian Ceballos et al. (2006) pada wanita Meksiko menunjukkan
merokok, pendidikan dan status gizi yang rendah dapat mempercepat usia
menopause. Rokok memiliki dampak negatif pada fungsi ovarium, yakni
kemungkinan akan meningkatkan atresia. Polycylic aromatic hydrocarbons yang
terdapat pada rokok putih akan meracuni folikel dalam ovarium sehingga dapat
mempercepat terjadinya menopause (Kaufman et al. 1980). Wanita yang
berpendidikan

rendah

pada

umumnya

akan

memiliki

pekerjaan

yang

membutuhkan energi yang lebih banyak, sehingga mengakibatkan asupan gizi
yang tidak seimbang dengan pengeluaran energi. Status gizi yang rendah dapat
menyebabkan amenorhea dan mempercepat terjadinya menopause. Penelitian di
Turki oleh Reis et al. (1998) melaporkan bahwa usia menopause berhubungan
positif dengan status perkawinan, lama menstruasi dan jumlah anak yang
dilahirkan (paritas), sedangkan usia melahirkan anak pertama dan penggunaan alat
kontrasepsi oral berhubungan negatif dengan usia menopause. Menopause juga
lebih awal terjadi pada wanita yang tinggal di perdesaan dibandingkan yang
tinggal di perkotaan (Kaur & Talwar 2009).

  

9
 

9
 

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari sampai dengan Desember
2010. Lokasi pengambilan data di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung
(Gambar 3).

Gambar 3 Peta Kabupaten Pesawaran (http://pesawarankab.go.id).
Pengambilan Data
Pengambilan data menggunakan metode wawancara dan pengukuran
antropometrika. Wawancara dilakukan untuk menanyakan menstruasi dan data
pribadi (Lampiran 1), yang meliputi antara lain informasi demografi dan riwayat
reproduksi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi usia menopause, di
antaranya adalah status gizi dan tingkat sosial ekonomi. Status gizi dapat
diketahui melalui pengukuran antropometrika yang meliputi: bobot badan, tinggi
badan, dan tebal lipatan kulit. Tingkat sosial ekonomi probandus diketahui dengan
menanyakan pengeluaran konsumsi keluarga perbulan (PKP).

10 
 

Probandus Penelitian
Probandus penelitian merupakan wanita yang bertempat tinggal di tujuh
Kecamatan di Kabupaten Pesawaran (Tabel 1). Probandus yang didapatkan
sebanyak 735 orang. Probandus yang diambil datanya berjumlah 412 orang suku
asli Lampung yang terdiri atas 204 orang berusia 40-60 tahun dan 208 orang
berusia 7-18 tahun. Keaslian suku Lampung diketahui dengan menanyakan suku
orang tua dua generasi ke atas (ayah, ibu, kakek, dan nenek). Alat kontrasepsi
Keluarga Berencana (KB) hormonal mengandung estrogen dan progesteron yang
secara langsung akan mempengaruhi siklus menstruasi sehingga hormon sintetis
ini mempengaruhi daur alamiah (Fraser et al. 1996). Penulis memilih probandus
yang tidak menggunakan KB hormonal supaya memiliki daur menstruasi alamiah
sehingga berakhir pada usia menopause yang alamiah juga. Pemilihan ini
menghasilkan 138 orang dengan kisaran usia 40-60 tahun yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi KB hormonal untuk dianalisis datanya.
Tabel 1 Wilayah Kecamatan dengan jumlah probandus
No

Kecamatan

Jumlah

Probandus

(orang)
1.

Tegineneng

107

2.

Negeri Katon

123

3.

Gedung Tataan

108

4.

Way Lima

77

5.

Kedondong

92

6.

Padang Cermin

95

7.

Punduh Pidada

133

Jumlah Kecamatan= 7

Jumlah Probandus=

735

Penentuan Jangka Reproduksi
Jangka reproduksi merupakan selisih antara usia menopause dengan usia
menarke. Penentuan jangka reproduksi dilakukan dengan metode longitudinal,
yaitu dengan cara mencari wanita yang sudah menopause dan menanyakan kapan
menarkenya dari orang yang sama (Kaur & Talwar 2009). Status menopause
diketahui dengan menanyakan kapan yang bersangkutan terakhir bermenstruasi

11
 

(Gold et al. 2001). Apabila tanggal terakhir menstruasi lebih dari 1 tahun berarti
probandus yang bersangkutan sudah mengalami menopause (Beall 1982; Gold et
al. 2001). Jika probandus ingat tahun kalender terjadinya menstruasi terakhir,
maka diasumsikan tanggal 1 Juli sebagai tanggal menstruasi terakhir. Jika
probandus ingat usia terjadinya menstruasi terakhir maka saat itu diasumsikan
sebagai tanggal 1 Januari pada tahun kalender yang sesuai dengan pengakuan usia
tersebut. Setelah itu, untuk orang yang sama penentuan usia menarke diperoleh
dari ingatan probandus yang bersangkutan (Kaur & Talwar 2009).
Penentuan Penggunaan Kontrasepsi (KB)
Probandus yang menggunakan pil, suntik, dan implan/susuk KB digolongkan
ke dalam akseptor KB hormonal, sedangkan probandus yang menggunakan Intra
Uterine Device (IUD) atau spiral dimasukkan ke dalam kelompok akseptor KB
non-hormonal dan datanya digabung dengan probandus yang tidak menggunakan
KB (konsepsi alamiah).
Penentuan Riwayat Reproduksi Wanita
Usia Melahirkan Anak Pertama. Usia melahirkan anak pertama didapatkan
dari jangka waktu antara tanggal lahir ibu sampai tanggal lahir anak pertama.
Jangka Kehamilan. Jangka kehamilan didapatkan dari selisih waktu antara
kehamilan pertama dan kehamilan terakhir.
Paritas. Paritas (jumlah anak) ditentukan melalui berapa jumlah bayi yang
dilahirkan oleh probandus baik hidup ataupun mati.
Lama Menyusui. Lama menyusui didapatkan dengan menanyakan berapa lama
rata-rata probandus memberikan air susu ibu (asi) kepada anaknya.
Pengukuran Status Gizi
Pengukuran status gizi probandus menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan Persen Lemak Tubuh (PLT). IMT dan PLT merupakan indikator yang baik
untuk melihat variasi cadangan energi pada individu (Luke et al. 1997).
Indeks Massa Tubuh (IMT). Penentuan indeks massa tubuh didapat dengan
rumus bobot badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m2) (Otte et al.
2000). Oleh karena itu dilakukan pengukuran bobot badan dan tinggi badan.

12 
 

Pengukuran bobot badan dilakukan dengan menggunakan timbangan badan digital
merk Oxone, sedangkan pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat pengukur
badan (antropometer) (Otte et al. 2000). Standar kategori IMT untuk dewasa
menurut World Health Organization (WHO) 2004 adalah kurus 0.05) (Gambar 5), karena usia menarke 13.50
tahun dapat bermenopause pada kisaran usia 48-53 tahun. Usia menarke 14.50
dapat bermenopause pada kisaran usia 47-55 tahun. Selain itu,usia menarke 15.50
dapat pula bermenopause pada kisaran usia 48-54 tahun.
Sebagai perbandingan penulis juga menghitung usia menopause wanita yang
menggunakan KB hormonal sebanyak 66 orang dengan kisaran usia 40-60 tahun.
Usia menopause mereka yang paling awal adalah pada 45 tahun. Separuh
probandus memasuki menopause pada usia 48.59 tahun. Usia menopause terakhir
yang tercatat terjadi pada 55 tahun. Ketiga usia ini lebih cepat dibandingkan
wanita yang memakai KB nonhormonal.

15 
 

Gambar 4 Grafik usia menopause wanita Kabupaten Pesawaran.

Gambar 5 Plot hubungan usia menopause dengan usia menarke.

16 
 

Jangka reproduksi wanita rural Kabupaten Pesawaran (34.53 tahun) lebih
pendek daripada jangka reproduksi wanita urban di Kabupaten Bandung (35.55
tahun) (Sukmaningrasa 2009). Usia menarke wanita rural Kabupaten Pesawaran
14.55 tahun (tahun 1976) lebih lambat dibandingkan usia menarke wanita urban di
Kabupaten Bandung yakni 13.98 tahun (tahun 1973) (Sukmaningrasa 2009),
namun usia menopause terjadi sebaliknya (Tabel 2).

Tabel 2 Perbandingan usia menarke, usia menopause dan jangka reproduksi di
daerah urban dan rural
Penelitian

Kab. Bandung (urban)

Usia
Tahun
Usia
Menarke Menarke Menopause
(Tahun)
(Tahun)
13.98
1973
49.53

Kampung Naga (rural)
Suku Baduy (rural)

14.52
14.97

1973
1976

50.99
48.64

Kab. Pesawaran (rural)

14.55

1976

49.08

Jangka
Sumber
Reproduksi
(Tahun)
35.55
Sukmaningrasa
(2009)
36.47 Vidiawati (2009)
33.67
Rohmatullayaly
(2010)
34.53
Penelitian ini

Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi wanita menopause Kabupaten Pesawaran meliputi:
usia melahirkan anak pertama, jarak antara kehamilan pertama dengan kehamilan
terakhir (jangka kehamilan), jumlah anak (paritas), dan lama menyusui. Hasil
analisis menunjukkan usia melahirkan anak pertama (ANOVA α=-0.13, P>0.05),
jangka kehamilan (ANOVA α=0.001, P>0.05), paritas (ANOVA α=0.07, P>0.05)
dan lama menyusui (ANOVA α=-0.04, P>0.05) tidak berkorelasi terhadap usia
menopause wanita Kabupaten Pesawaran (Tabel 3).

17 
 

Tabel 3 Hubungan antara riwayat reproduksi dengan usia menopause
No. Riwayat Reproduksi
Jumlah
Probandus
(orang)
1

2

3

4

Usia melahirkan anak pertama
≤ 19 tahun
20-29 tahun
Jangka kehamilan
3-4
tahun
≥5
tahun
Paritas
≤2
anak
≥2
anak
Lama menyusui
0-6
bulan
≥6
bulan

Rata-rata
Usia
Menopause
(tahun)

76
38

ANOVA
α
-0.13

P
>0.05

51.06
50.42
0.001 >0.05

2
112

51.60
50.83

4
110

48.45
50.93

1
113

50.44
50.85

0.07

>0.05

-0.04

>0.05

Status Gizi dan Tingkat Sosial Ekonomi
Untuk mengetahui korelasi Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Persen Lemak
Tubuh (PLT) dengan usia menopause, IMT dan PLT tersebut harus diukur pada
saat wanita memiliki jarak menstruasi terakhir lebih dari 1 dan kurang dari 2
tahun. Pemilihan ini menghasilkan probandus sebanyak 24 orang. Sebanyak 96%
probandus memiliki IMT normal dan 71% probandus memiliki PLT yang normal.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa IMT (ANOVA α=0.236, P>0.05)
(Gambar 6) dan PLT (ANOVA α=0.140, P>0.05) (Gambar 7) tidak berkorelasi
dengan usia menopause wanita Kabupaten Pesawaran.

18 
 

Gambar 6 Plot hubungan usia menopause (Tahun) dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT).

Gambar 7 Plot hubungan usia menopause (Tahun) dengan Persen Lemak Tubuh
(PLT).

19 
 

Sebagai cadangan energi, IMT dan PLT dipikirkan dipengaruhi langsung oleh
pengeluaran konsumsi keluarga perbulan (PKP). Penelitian ini mendapatkan
bahwa IMT (ANOVA α= 0.467, P>0.05) dan PLT (ANOVA α= 0.497, P>0.05)
pada wanita menopause tidak berkorelasi dengan PKP (Gambar 8 dan Gambar 9).

Gambar 8 Plot hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Pengeluaran
Konsumsi Keluarga Perbulan (PKP).

20 
 

Gambar 9 Plot hubungan Persen Lemak Tubuh (PLT) dengan Pengeluaran
Konsumsi Keluarga Perbulan (PKP).
Keterangan: A= PKP < Rp 500 000.00 perbulan
B= Rp 500 000.00 ≤ PKP < Rp 750 000.00 perbulan
Usia Menarke Wanita Muda Masa Kini Kabupaten Pesawaran
Usia menarke wanita muda masa kini tahun 2010 akan berbeda
dibandingkan usia menarke wanita pada tahun 1976. Hal ini disebabkan adanya
kecenderungan sekuler yang berupa perbedaan kegiatan fisik, status gizi, sosial
ekonomi, dan kesehatan. Oleh karena itu, dilakukan analisis terhadap sampel
wanita muda sebanyak 208 orang dengan rentang usia 7-18 tahun. Berdasarkan
grafik (Gambar 10) diketahui wanita muda masa kini di Kabupaten Pesawaran
mulai memasuki usia menarke pada usia 13 tahun dengan separuh probandus
memasuki usia menarke pada usia 13.61 tahun. Usia menarke terakhir yang
tercatat terjadi pada usia 17 tahun. Rata-rata usia menarke pada tahun 1976 jatuh
pada 14.55 tahun. Usia menarke wanita Kabupaten Pesawaran pada tahun 2010
mengalami percepatan sebesar 0.94 tahun dibandingkan usia menarke pada tahun
1976.

21 
 

Usia menarke wanita Kabupaten Pesawaran mendapatkan hasil yang
konsisten dengan daerah rural lain, yaitu lebih lambat dibandingkan usia menarke
wanita urban (Tabel 4).

Gambar 10 Grafik usia menarke wanita masa kini Kabupaten Pesawaran.

Tabel 4 Perbandingan usia menarke di daerah urban dan rural
Penelitian
Urban
Bogor
Kabupaten Bandung
Jakarta
Rural
Pekalongan
Suku Baduy
Kabupaten Pesawaran

Usia
Menarke (Tahun)

Tahun
Menarke

Sumber

12.40
12.71
12.39

2007
2008
2010

Suhartini (2007)
Sukmaningrasa (2009)
Alchoiriah (2010)

13.31
14.81
13.61

2008
2010
2010

Ulinnuha (2008)
Rohmatullayaly (2010)
Penelitian ini

22
 

PEMBAHASAN

Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran
Jangka reproduksi merupakan interval waktu yang menunjukkan
kemampuan seorang wanita untuk dapat bereproduksi yang ditandai sejak
terjadinya menarke sampai menopause. Jangka reproduksi ditentukan oleh usia
menarke dan menopause. Apabila terjadi perubahan pada usia menarke atau usia
menopause maka akan berubah pula jangka reproduksinya. Pemakaian alat
kontrasepsi oral (hormonal) dapat mempercepat usia menopause seseorang (Reis
et al. 1998). Wanita Kabupaten Pesawaran yang menggunakan KB nonhormonal
memiliki usia menopause yang lebih lama (49.08 tahun) dibandingkan yang
menggunakan KB hormonal (48.59 tahun). Pil KB hormonal mengandung
hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan panjang siklus menstruasi
menjadi tidak teratur (Fraser et al. 1996). Siklus menstruasi cenderung memendek
sehingga menyebabkan folikel mengalami atresia dan mempercepat terjadinya
menopause (Weinstein et al. 2003).
Jangka reproduksi pada wanita yang hidup di daerah urban berbeda dari
wanita yang hidup di daerah rural. Usia menarke untuk wanita yang tinggal di
daerah urban lebih cepat dibandingkan dengan wanita di daerah pinggiran atau
perdesaan (rural) (Mokha et al. 2006). Menopause untuk wanita di daerah urban
lebih lambat dibandingkan wanita di daerah rural (Kaur & Talwar 2009).
Perbedaan waktu menarke dan menopause ini menyebabkan jangka reproduksi
wanita di daerah urban lebih panjang daripada wanita di daerah rural.
Kabupaten Pesawaran merupakan daerah rural di Provinsi Lampung.
Jangka reproduksi wanita Pesawaran lebih pendek jika dibandingkan dengan
penelitian di Kabupaten Bandung (Sukmaningrasa 2009) yang merupakan daerah
urban. Jangka reproduksi wanita di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung
adalah 34.53 tahun dengan usia menarke 14.55 tahun dan usia menopause 49.08
tahun. Jangka reproduksi pada wanita di Kabupaten Bandung adalah sepanjang
35.55 tahun dengan usia menarke 13.98 tahun dan usia menopause 49.53 tahun
(Sukmaningrasa 2009). Jangka reproduksi yang pendek ini disebabkan oleh usia
menarke yang lebih lambat dan usia menopause yang lebih cepat. Jangka

23
 

reproduksi wanita rural Kabupaten Pesawaran (34.53 tahun) dan Suku Baduy
(33.67 tahun) (Rohmatullayaly 2010) lebih pendek daripada jangka reproduksi
wanita urban di Kabupaten Bandung (35.55 tahun) (Sukmaningrasa 2009).
Perbedaan data terlihat di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya (36.47 tahun)
(Vidiawati 2009). Jangka reproduksi yang lebih panjang ini disebabkan oleh usia
menarke dan menopause yang lebih lambat dibandingkan Kabupaten Bandung.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa wanita di Kampung Naga memiliki usia
menopause yang unik (lebih lambat daripada daerah urban) dibandingkan daerah
rural

yang

lain

yang

perlu

diteliti

lebih

lanjut

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan usia
menarke dan usia menopause rural-urban adalah status sosial ekonomi (Mokha et
al. 2006; Kaur & Talwar 2009). Status sosial ekonomi wanita urban lebih baik
daripada wanita rural hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan,
pelayanan kesehatan dan lingkungan.
Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi yang diperkirakan berkaitan dengan usia menopause
antara lain: usia melahirkan anak pertama, jarak antara kehamilan pertama dengan
kehamilan terakhir (jangka kehamilan), jumlah anak (paritas), dan lama menyusui.
Wanita yang usia melahirkan anak pertamanya lebih muda akan memiliki peluang
untuk hamil dan melahirkan anak yang lebih banyak. Wanita yang hamil,
melahirkan dan menyusui akan mengalami penghentian siklus menstruasi dan
terjadi penyimpanan folikel sehingga mengakibatkan penundaan terhadap usia
menopause (Reis et al. 1998). Akan tetapi, pada penelitian ini riwayat reproduksi
yang meliputi: usia melahirkan anak pertama, jarak antara kehamilan pertama
dengan kehamilan terakhir (jangka kehamilan), jumlah anak (paritas), dan lama
menyusui tidak berkorelasi dengan usia menopause wanita Kabupaten Pesawaran
Provinsi Lampung. Usia menopause dipengaruhi oleh tingkat folikel yang
mengalami atresia (Weinstein et al. 2003). Atresia merupakan proses degenerasi
yang disebabkan hilangnya ovum tanpa melewati ovulasi. Diperkirakan 99,9%
dari 500 000 oosit yang ada di dalam ovarium manusia ketika dilahirkan akan
hilang secara atresia pada stadium tertentu perkembangannya (Turner & Bagnara
1988).

24
 

Atresia ini dapat menurunkan produksi estrogen dan mempercepat
terjadinya menopause (Weinstein et al. 2003). Folikel yang mengalami atresia
diperkirakan dipengaruhi oleh status hormonal seseorang yang diatur sistem
neuroendokrin yaitu kelenjar pituitari (Whelan et al. 1990). Stres dapat
mempengaruhi sistem neuroendokrin yang menyebabkan siklus menjadi tidak
teratur (Bromberger et al. 1997).
Status Gizi dan Tingkat Sosial Ekonomi
Pengukuran status gizi probandus menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan Persen Lemak Tubuh (PLT). IMT digunakan untuk mengukur kegemukan
berdasarkan bobot badan dengan tinggi badan, sedangkan PLT digunakan untuk
mengukur cadangan lemak di bawah lipatan kulit tanpa memperhatikan bobot
badan dan tinggi badan. Manusia dan mamalia lain menumpuk cadangan makanan