Toksisitas Minyak Atsiri Kayu Surian (Toona Sinensis Roemor) Terhadap Larva Udang Artemia Salina Leach

TOKSISITAS MINYAK ATSIRI KAYU SURIAN
(Toona sinensis Roemor) TERHADAP LARVA
UDANG Artemia salina Leach

MARTUA YAN STEWARD NABABAN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Toksisitas Minyak
Atsiri Kayu Surian (Toona Sinensis Roemor) Terhadap Larva Udang Artemia
Salina Leach adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dibawah bimbingan
dosen Prof. Dr. Ir. Wasrin Syafii, M. Agr dan Dr. Ir. Rita Kartika Sari, M.Si dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Martua Yan Steward Nababan
NIM E24080094

ABSTRAK
MARTUA YAN STEWARD NABABAN. Toksisitas Minyak Atsiri Kayu Surian
(Toona sinensis Roemor) terhadap Larva Udang Artemia salina Leach. Dibimbing
oleh Wasrin Syafii dan Rita Kartika Sari.
Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi Indonesia
memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan spesies-spesies
tumbuhan obat serta mengeksplorasi senyawa aktif yang terkandung di dalamnya.
Surian (Toona sinensis Roemor) merupakan salah satu spesies yang memiliki
potensi obat karena telah terbukti mengandung senyawa aktif yang bersifat toksik
terhadap beberapa jenis kanker serta bersifat antioksidan dan antibakteri, namun
belum berhasil diisolasi senyawa aktifnya. Penelitian ini menggunakan metode
kromatografi kolom dengan eluen yang ditingkatkan kepolarannya untuk
memisahkan minyak atsiri kayu teras surian menjadi fraksi-fraksinya, kemudian
diuji toksisitasnya terhadap larva udang A. salina. Hasil fraksinasi menghasilkan 9

fraksi dengan fraksi 1 merupakan fraksi teraktif dengan nilai LC50 6.79 µg/mL.
Fraksi ini didominasi oleh senyawa spatulenol (14.93%), neoallosimena (10.17%),
α-kurkumena (6.54%), -elemena (3.40%) dan ledena (3.39%).
Kata kunci: fraksi, kromatografi kolom, senyawa aktif, surian, toksisitas

ABSTRACT
MARTUA YAN STEWARD NABABAN. The Toxicity of Essential Oil from
Surianwood (Toona sinensis Roemor) to the Artemia salina Leach. shrimp larvae.
Supervised by Wasrin Syafii and Rita Kartika Sari.
Indonesia which known as a high biological diversity is a potential country
to develop medicinal plants species and explore the active compounds contained
in it. Surianwood (Toona sinensis Roemor) is one of the species which potentially
developed because it has been proved for containing active compounds that are
toxic to certain types of cancer and has antioxidant and antibacterial effect, but it
haven’t managed to isolate the active compounds. This research uses the column
chromatography method with increased polarity to separate the essential oil into
its fractions, then tested to A. salina shrimp larvae. The fractionation generates 9
fractions with fraction 1 is most active fraction which LC50 6.79 µg/mL. This
fraction dominated by spathulenol (14.93%), neoallocimene (10.17%), αcurcumene (6.54%), -elemene (3.40%) and ledene (3.39%).
Key words : fraction, column chromatography, active compounds, surianwood,

toxicity

TOKSISITAS MINYAK ATSIRI KAYU SURIAN
(Toona sinensis Roemor) TERHADAP LARVA
UDANG Artemia salina Leach

MARTUA YAN STEWARD NABABAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi : Toksisitas Minyak Atsiri Kayu Surian (Toona Sinensis Roemor)
Terhadap Larva Udang Artemia Salina Leach
Nama
: Martua Yan Steward Nababan
NIM
: E24080094

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Wasrin Syafii, M Agr
Pembimbing I

Dr Ir Rita Kartika Sari, M Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, M Sc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
penyertaan, hikmat dan kasih setia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat
mengakhiri masa perkuliahan serta menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
yang berjudul Toksisitas Minyak Atsiri Kayu Surian (Toona Sinensis Roemor)
Terhadap Larva Udang Artemia Salina Leach yang dilaksanakan pada bulan Mei
2012 hingga bulan November 2012.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga yang
selalu mendukung penulis selama menyelesaikan perkuliahan. Penulis juga
memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Wasrin
Syafii, M. Agr dan kepada Ibu Dr. Ir. Rita Kartika Sari, M.Si selaku dosen
pembimbing yang tidak henti-hentinya memberikan bimbingan, arahan, dorongan
dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan studi.
Penulis berterimakasih kepada para staf dan teman-teman di Laboratorium
Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Kimia Organik (Bapak Supriatin, Bapak
Sabur, Mas Gunawan, Mae, Mita, Arip, Dumas Flis Tang, Umar, Rina, Toriq) atas
kerja sama, pertolongan, masukan dan semangatnya. Terimakasih pula kepada
Jose Hasibuan, Benny Sinaga, Togi Damanik, Robert Suek, Daniel Nainggolan,

Idho Tarigan, Tunggul E. Sitorus, Wellem Labatar, Samuel C. Nababan, Citra
Lumban Gaol, Lia Purba, Vonika Manurung, Paul M. Brugman dan Richard
Lawer atas kasih, inspirasi, teladan, kebersamaan, sharing hidup, dan doa yang
sangat berarti bagi penulis. Tidak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan
THH`45 dan Pondok Salman atas kebersamaan selama menempuh studi. Akhir
kata, semoga karya tulis ini berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan terutama di
bidang kehutanan. Terimakasih.

Bogor, Februari 2013

Martua Yan Steward Nababan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
PENDAHULUAN
1
METODE

2
Persiapan Bahan Baku
2
Penyulingan dan Penentuan Rendemen
2
Fraksinasi Minyak Atsiri
3
Uji Toksisitas Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
3
Analisis Data
4
Analisis Komposisi Kimia Fraksi Teraktif
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Rendemen dan Karakteristik Minyak Atsiri Kayu Teras Surian dan Fraksifraksinya
5
Toksisitas Fraksi Minyak Atsiri Surian
7
Identifikasi Senyawa yang Terkandung dalam Fraksi Teraktif

Minyak Atsiri Kayu Teras Surian
8
SIMPULAN DAN SARAN
10
Simpulan
10
Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11
RIWAYAT HIDUP
14

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil fraksinasi minyak atsiri kayu teras surian dengan kromatografi
kolom (elusi gradien)
Tabel 2 Nilai rata- rata mortalitasa larva udang Artemia salina dan LC50 fraksi
minyak atsiri kayu teras surian
Tabel 3 Nilai rata-rata mortalitasa larva udang Artemia salina dan LC50 fraksi
minyak atsiri kayu teras surian

Tabel 4 Komposisi kimia fraksi teraktif minyak atsiri kayu teras surian
berdasarkan analisis GC-MS

6
7
8
9

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Minyak atsiri kayu teras surian hasil penyulingan

5

1

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang
sangat tinggi diperkirakan memiliki sekitar 30,000 spesies tumbuhan berbunga.
Sekitar 1260 spesies merupakan tumbuhan obat yang secara pasti diketahui
berasal dari hutan tropika Indonesia (Zuhud et al. 1994). Sementara menurut

Darusman et al. (2003) baru kurang lebih 465 jenis tumbuhan saja yang terdaftar
dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Hal ini menunjukkan bahwa potensi
pengembangan spesies-spesies tumbuhan obat yang tumbuh di Indonesia sangat
besar dan eksplorasi senyawa aktif yang terkandung di dalam tumbuhan obat yang
berasal dari hutan tropika Indonesia sangat diperlukan.
Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi obat adalah surian (Toona
sinensis). Secara empiris hampir keseluruhan bagian dari pohon surian termasuk
biji, kulit, batang, tangkai dan daun digunakan sebagai obat tradisional di berbagai
negara (Edmond & Staniforth 1998). Akan tetapi penggunaan surian sebagai obat
tradisional di Indonesia masih terbatas sebagai obat diare (Djam`an 2002).
Padahal beberapa penelitian membuktikan bahwa daun surian mengandung
senyawa bioaktif yang bersifat sitotoksik terhadap beberapa jenis sel kanker
seperti sel kanker paru-paru, sel kanker ovarium, sel leukemia dan sel kanker
prostat serta bersifat antioksidan dan anti bakteri (Chang et al. 2002, Chang et al.
2006, Yang et al. 2006, Chen et al. 2009, Wang et al. 2007, Hseu et al. 2008, Lin
et al. 2012).
Selain bagian daun, bagian kayu surian potensial dikembangkan sebagai
sumber senyawa aktif antikanker. Penelitian Sari et al. (2011) menunjukkan
bahwa ekstrak etanol kayu teras surian memiliki aktivitas antioksidan dan sangat
toksik terhadap larva udang Artemia salina Leach. Hasil analisis kimianya

menunjukkan bahwa ekstrak etanol kayu teras surian mengandung beberapa jenis
senyawa kimia penyusun minyak atsiri yang berperan terhadap tingginya
toksisitas ekstrak. Meyer et al. (1982) menjelaskan bahwa uji toksisitas terhadap
larva udang A. salina tersebut berkorelasi positif dengan efek antikanker.
Penelitian lanjutan oleh Sari (2012) membuktikan bahwa minyak atsiri hasil
penyulingan kayu teras surian memiliki aktivitas antiproliferasi sel kanker
limfoma dan serviks tetapi tidak bersifat sitotoksik terhadap sel normal.
Penelitian fraksinasi minyak atsiri kayu teras surian yang dilakukan Sari
(2012) belum berhasil mengisolasi senyawa tunggal dari minyak atsiri tersebut.
Hal ini disebabkan fraksinasi menggunakan metode kromatografi lapis tipis
preparatif (KLTP). Metode pemisahan KLTP memakan waktu yang lebih singkat
dibandingkan pemisahan dengan kromatografi kolom, tetapi kelemahan dari
metode tersebut adalah sampel yang dipisahkan dalam jumlah yang lebih kecil
dan lebih efektif digunakan untuk sampel yang mengandung beberapa jenis
senyawa saja (Hostettmann et al. 1995). Sementara itu, analisis Gas
Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) yang dilakukan Sari (2012)
menunjukkan bahwa
minyak atsiri kayu teras surian hasil penyulingan
mengandung lebih dari 20 jenis senyawa. Kelemahan ini diharapkan dapat diatasi
dengan menggunakan metode pemisahan dalam kromatografi kolom (Gritter et al.
1991) sehingga diperoleh senyawa yang diinginkan.

2

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen minyak atsiri hasil
penyulingan kayu teras surian dan fraksi-fraksi hasil fraksinasinya dalam
kromatografi kolom, menguji toksisitas fraksi-fraksi tersebut terhadap larva udang
Artemia salina Leach, serta menganalisis komposisi kimia fraksi teraktifnya.

METODE
Penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan yaitu persiapan bahan baku,
penyulingan dan penentuan rendemen, fraksinasi minyak atsiri dalam
kromatografi kolom, uji toksisitas larva udang A. salina serta analisis kimia fraksi
teraktif menggunakan GC-MS.

Persiapan Bahan Baku
Bahan yang digunakan adalah pohon surian (Toona sinensis Roemor)
dengan tinggi ± 8 m dan diameter 21 cm. Pohon tersebut diperoleh dari hutan
rakyat Ciapus, Bogor, Jawa Barat. Untuk memastikan kebenaran jenis pohon yang
digunakan, bagian daunnya telah diidentifikasi di Herbarium Bogoriense Bidang
Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong. Contoh uji diperoleh dari bagian
teras kayu berupa serpihan kayu hasil penyerutan log.

Penyulingan dan Penentuan Rendemen
Sebanyak 3 kg contoh uji berupa serpih kayu basah dengan kadar air 20.75
% dimasukkan ke dalam alat penyulingan. Proses penyulingan menggunakan
metode kukus (water and steam distillation), yaitu penyulingan dengan
menggunakan air yang dipanaskan sehingga menghasilkan uap panas. Uap ini
kemudian melalui bahan baku yang dapat menguapkan minyak atsiri yang
terkandung. Uap panas tersebut mengalami pengembunan saat melalui kondensor.
Hasil pengembunan ini berupa air dan minyak atsiri yang kemudian ditampung
pada labu kondensat. Setelah disuling selama 8 jam, minyak atsiri yang dihasilkan
kemudian dipisahkan dengan air dan ditimbang bobotnya. Rendemen minyak
kemudian dihitung terhadap bobot kering tanur yaitu bobot kering yang terkoreksi
menggunakan penghitungan kadar air kayu. Rendemen diperoleh dengan
menggunakan rumus:
Rendemen (%)
Ket:

o tp t
× 100
inp t

output = bobot minyak atsiri (g)
input = bobot kering tanur bahan baku (g)

3

Fraksinasi Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang diperoleh melalui penyulingan kemudian dipisahkan
menjadi fraksi-fraksinya menggunakan kromatografi kolom. Fraksinasi
menggunakan metode kromatografi kolom merupakan metode pemisahan
senyawa kompleks menjadi menjadi komponen-komponennya melalui distribusi
antara fasa diam dan fasa geraknya berdasarkan kemiripan karakteristik secara
kimia (Houghton dan Raman 1998). Fasa diam berupa silika G60 yang bersifat
polar mengadsorbsi/ menjerap minyak atsiri yang dilewatkan pada kolom.
Sebelumnya, minyak atsiri ditotolkan pada pelat kromatografi lapis tipis
(KLT) jenis silika gel G60F254 dari Merck kemudian pelat dielusi dengan berbagai
eluen. Pelat hasil elusi kemudian diamati dibawah lampu UV 254 nm. Pelat yang
menghasilkan noda terbanyak dan terpisah menunjukkan bahwa eluen yang
digunakan sebagai eluen terbaik (Skoog et al. 2004). Eluen yang digunakan
adalah campuran n-heksana dan etil asetat. Elusi dengan pelarut n-heksana
(nonpolar) dan etil asetat (semipolar) akan mengakibatkan terjadinya desorbsi,
yaitu lepasnya penjerapan silika gel terhadap komponen minyak atsiri yang
memiliki kemiripan sifat dengan pelarut. Senyawa tersebut kemudian ikut terbawa
pada proses elusi.
Pengemasan kolom dilakukan menggunakan 600 g silika G60 untuk
memisahkan ±14 g sampel minyak atsiri. Di dalam kromatografi kolom, elusi
senyawa kimia penyusun minyak atsiri dimulai dengan 1 L pelarut n-heksana
100% dan dilanjutkan dengan campuran n-heksana dan etil asestat dengan
kepolaran yang ditingkatkan bertahap (step gradient) sebesar 10%. Hasil elusi
ditampung setiap 10 mL ke dalam vial yang kemudian dideteksi nodanya
menggunakan KLT di bawah lampu UV 254 nm. Hasil elusi dalam botol vial
yang menunjukkan pola noda yang sama berdasarkan uji KLT digabungkan
menjadi satu fraksi. Hasil elusi tiap fraksi kemudian dipekatkan menggunakan
evaporator putar untuk memisahkan eluennya, dan kemudian ditimbang untuk
mengetahui bobotnya.
Pemisahan senyawa dapat dilihat dari perbedaan gerak senyawa dengan laju
tertentu, yang dapat dinyatakan dengan Retention factor (Rf). Nilai ini dapat
diperoleh dengan membagi jarak yang ditempuh oleh noda sampel dengan jarak
yang ditempuh oleh pelarut yag terelusi (Gritter et al. 1991). Nilai Rf dapat
dijadikan sebagai suatu petunjuk suatu senyawa berdasarkan interaksinya dengan
pelat KLT yaitu dibandingkan dengan larutan pembanding yang telah diketahui
Rf-nya pada eluen yang sama (Stahl 1985).

Uji Toksisitas Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Langkah pertama dalam uji BSLT adalah penetasan telur udang A. salina.
Telur udang ditempatkan pada wadah yang telah berisi air laut dengan dilengkapi
aerator dan lampu penerangan selama 48 jam. Kemudian dilakukan persiapan
larutan fraksi minyak atsiri. Konsentrasi fraksi minyak atsiri dibuat 5 variasi yaitu
10 µg/mL, 50 µg/mL, 100 µg/mL, 150 µg/mL dan 200 µg/mL.
Penyiapan larutan uji diawali dengan menyiapkan larutan induk dengan
konsentrasi 500 ppm sebanyak 50 mL yang diperoleh dengan melarutkan 25 mg

4

minyak dalam 50 mL air laut. Larutan induk ini kemudian diambil pada jumlah
tertentu dan ditambahkan dengan air laut untuk memperoleh konsentrasi yang
diinginkan. Agar minyak dapat larut dalam air laut ditambahkan DMSO (Dimetil
Sulfoksida). Pengujian tiap konsentrasi larutan uji dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan. Kontrol dibuat berupa air laut yang hanya ditambahkan DMSO
maksimal 2%. Kemudian setelah 24 jam, pengamatan terhadap jumlah larva
udang yang mati dan yang hidup dilakukan untuk mendapatkan data mortalitas
dengan rumus:
o talita

j mlah la va mati
j mlah la va a al

100

Data mortalitas yang telah diperoleh kemudian dikoreksi dengan mortalitas
kontrol menggunakan rumus dari Abbott (1925) dalam Sari (2002) yaitu:
o talita te ko ek i

mo talita
– mo talita kont ol
100 - mo talita kont ol

100

Analisis Data
Data mortalitas larva udang hasil uji BSLT diolah dengan program Minitab
16 for Windows dengan probit analisis untuk mendapatkan nilai Lethality
Concentration 50% (LC50). Nilai LC50 (Lethal Concentration 50%) merupakan
suatu nilai yang menyatakan konsentrasi suatu senyawa kimia yang dapat
membunuh 50% hewan uji dalam satuan µg/mL atau ppm (part per million).
Nilai LC50 menentukan tingkat toksisitas fraksi-fraksi minyak atsiri.
Penentuan tingkat toksisitas menggunakan pedoman dari Meyer et al. (1982)
dimana LC50 < 30 µg/mL adalah sangat toksik, 30 µg/mL ≤ LC50 ≤ 1000 µg/mL
adalah toksik, dan LC50 > 1000 µg/mL adalah tidak toksik.

Analisis Komposisi Kimia Fraksi Teraktif
Penentuan fraksi minyak teraktif berdasarkan nilai LC50 terendah. Fraksi
teraktif diidentifikasi kandungan senyawanya dengan menggunakan instrumen
GC-MS. Kromatogram GCMS diperoleh dari alat GC-MS dengan spesifikasi alat
GC-17A (Shimadzu) yang ditandem dengan spektrometer massa MS QP 5050A
kolom kapiler HP-5 (Agilent) berukuran 0.25mm 0.25μm. Kandungan senyawa
yang muncul diidentifikasi dengan membandingkan spektrum massa yang
diperoleh dengan spektrum massa yang terdapat pada indeks pangkalan data Wiley
7th Library (2008).

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen dan Karakteristik Minyak Atsiri Kayu Teras Surian dan Fraksifraksinya
Penyulingan minyak atsiri dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dengan
rendemen rata-rata sebesar 0.64%. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil
penelitian Astari (2012) yang melaporkan rendemen rata-rata minyak atsiri kayu
teras Surian sebesar 0.63%. Hasil penelitian tersebut juga melaporkan bahwa
rendemen minyak atsiri yang diperoleh dari kayu teras lebih besar dibandingkan
dengan minyak atsiri yang diperoleh dari daun dan gubalnya. Ini menunjukkan
bahwa bagian pohon surian yang paling tepat dioptimalkan pemanfaatannya untuk
minyak atsiri adalah bagian teras karena bagian tersebut memiliki rendemen yang
lebih tinggi dibanding bagian lainnya. Minyak atsiri hasil penyulingan dari kayu
teras surian berwarna hijau jernih (Gambar 1).

Gambar 1 Minyak atsiri kayu teras surian hasil penyulingan
Minyak atsiri merupakan komponen minyak yang mudah menguap dengan
aroma khas. Hasil penelitian menunjukkan minyak atsiri kayu teras surian
memiliki aroma yang menyengat. Hal ini sesuai dengan penelitian Darmawan
(2011) dan Astari (2012) yang menyatakan aroma minyak atsiri Surian beraroma
menyengat. Menurut Sari (2012) aroma minyak atsiri kayu surian menyengat dan
pedas seperti merica atau sirih. Ciri khas aroma minyak atsiri kayu teras Surian
yang beraroma tajam seperti merica dan bawang putih (Edmonds & Staniforth
1998) juga ditemukan pada aroma batang pohon surian. Hal ini membuktikan
pernyataan Sirait (2007) bahwa minyak atsiri merupakan senyawa yang
bertanggung jawab terhadap aroma khas pada berbagai tumbuhan.
Hasil fraksinasi dalam kromatografi kolom terhadap minyak atsiri kayu
teras surian menghasilkan 9 fraksi. Fraksi dengan rendemen tertinggi adalah fraksi
1, kemudian diikuti oleh fraksi 5 fraksi 4 (Tabel 1). Persentase hasil elusi yang
mencapai 99.6% menunjukkan kemungkinan terkandungnya senyawa polar dalam
minyak atsri surian yang masih teradsorbsi pada fase diam (silika gel). Menurut
Cseke et al. (2006) campuran eluen sebagai fase gerak dalam kromatografi kolom
yang cocok untuk minyak atsiri (terpenoid) adalah campuran n-heksana dan etil
asetat. Penelitian oleh Darmawan (2011) melaporkan bahwa eluen terbaik minyak
atsiri kayu teras surian adalah campuran n-heksana:etil asetat dengan
perbandingan 8:2.

6

Tabel 1 Hasil fraksinasi minyak atsiri kayu teras surian dengan kromatografi
kolom (elusi gradien)
Eluena
H
H:EA (9:1)
H:EA (8:2)
H:EA (7:3)
H:EA (6:4)
H:EA (5:5)
H:EA (2:8)
Total
a

Fraksi Jumlah noda
kepada KLT
1
2
3
4
5
6
7
8
9

4
4
2
1
3
1
2
1
2

Rf
0.81 0.77 0.65 0.21
0.81 0.74 0.65 0.33
0.79 0.65
0.72
0.81 0.63 0.40
0.60
0.26 0.42
0.30
0.30 0.21

Bobot
(g)

Rendemen
(%)

4.8390
0.0281
0.0252
2.1426
4.3629
0.7890
0.8221
1.1496
0.0256
14.1841

33.83
0.20
0.18
14.98
30.50
5.52
5.75
8.04
0.18
99.16

elusi menggunakan n-Heksana:Etil asetat pada perbandingan 4:6, 3:7, 1:9 dan Etil asetat tidak
terdeteksi adanya fraksi
H = n-Heksana, EA = Etil Asetat

Minyak atsiri kayu teras surian diketahui didominasi oleh senyawa yang
cenderung bersifat nonpolar karena sekitar 34% merupakan fraksi hasil elusi
dengan n-heksana dan 45 % merupakan fraksi hasil elusi dengan campuran nheksana:etil asetat dengan perbandingan 8:2. Hal ini dipertegas oleh penelitian
Suryawati dan Murniyanto (2011) bahwa minyak atsiri didominasi oleh senyawa
yang bersifat nonpolar. Houghton dan Rahman (1998) menyatakan bahwa
senyawa yang umumnya larut dalam pelarut nonpolar adalah dari golongan senyawa
lemak, lilin, dan minyak atsiri (terpenoid). Analisis fitokimia yang dilakukan oleh
Darmawan (2011) terhadap berbagai bagian surian menunjukkan bahwa minyak atsiri
kayu surian mengandung senyawa terpenoid.
Fraksi 1 dan fraksi 5 hasil fraksinasi minyak atsiri kayu teras surian
meskipun merupakan fraksi dominan, tetapi belum merupakan senyawa tunggal.
Hal ini disebabkan karena jumlah noda hasil analisis pada KLT lebih dari satu.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lenny (2004) bahwa keberadaan beberapa noda
pada satu pelat mengindikasikan terdapatnya senyawa yang memiliki adanya
kemiripan, terutama polaritasnya terhadap eluen.
Hasil pemisahan ini menghasilkan 9 fraksi sedangkan penelitian Sari (2012)
hanya menghasilkan 5 fraksi. Perbedaan ini disebabkan karena kromatografi
kolom memiliki luas bidang kontak fasa diam dengan sampel lebih tinggi
dibandingkan KLTP sehingga senyawa-senyawa terpisah lebih baik. Gritter et al.
(1991) menyatakan bahwa pemisahan sampel yang paling baik adalah dengan
meningkatkan luas bidang kontak fasa diam (silika gel) dengan sampel. Selain itu
pemisahan dalam kromatografi kolom dapat menggunakan eluen dengan
kepolaran yang dapat ditingkatkan. Harvey (2000) mengemukakan bahwa metode
eluen dengan bertingkat (step gradient) digunakan bertujuan agar semua sampel
dalam kolom tersebut dapat terbawa. Namun penelitian ini juga belum dapat
memisahkan senyawa-senyawa menjadi senyawa tunggal. Hal ini diduga karena

7

tingkat kemiripan sifat kepolaran yang tinggi antar senyawa penyusun minyak
atsiri kayu surian. Pemisahan fraksi yang masih mengandung lebih dari satu
senyawa perlu dilanjutkan dengan menggunakan KLTP sehingga diperoleh
senyawa tunggal.

Toksisitas Fraksi Minyak Atsiri Surian
Uji toksisitas menggunakan metode BSLT terhadap kesembilan fraksi
minyak kayu teras surian dengan lima variasi konsentrasi menghasilkan nilai
mortalitas yang bervariasi pada tiap fraksinya. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak maka mortalitas larva udang semakin
besar (Tabel 2). Sementara itu mortalitas kontrol rata-rata adalah sebesar 2.31%.
Persentase mortalitas kontrol ini masih tergolong cukup rendah karena persentase
mortalitas kontrol dalam pengujian BSLT menurut Fajarningsih et al. (2006)
maksimal sebesar 10%. Dengan demikian DMSO yang digunakan untuk
meningkatkan kelarutan sampel dalam air laut dinilai baik.
Tabel 2 Nilai rata-rata mortalitasa larva udang Artemia salina dan LC50 fraksi
minyak atsiri kayu teras surian
Mortalitas (%)
Fraksi
Fraksi 1
Fraksi 2
Fraksi 3
Fraksi 4
Fraksi 5
Fraksi 6
Fraksi 7
Fraksi 8
Fraksi 9

10
µg/mL

50
µg/mL

50.74
13.70
26.67
43.33
42.96
3.33
3.33
13.33
13.33

100
100
100
100
100
33.33
16.67
13.33
7.04

100
µg/mL
100
100
100
100
100
50
23.33
35.19
35.93

150
µg/mL

200
µg/mL

100
100
100
100
100
83.33
40
72.22
55.56

100
100
100
100
100
90
60
78.52
67.41

LC50
µg/mLb
83.68
179.38
107.77
141.16

Kategoric

Toksik
Toksik
Toksik
Toksik

a

- rataan dari 3 kali ulangan
- dikoreksi dengan mortalitas kontrol
b
data fraksi 1 sampai fraksi 5 tidak terandalkan.
c
berdasarkan Meyer et al.(1982)

Fraksi 1 sampai dengan 5 lebih toksik dibandingkan fraksi lainnya karena
pada konsentrasi 50 µg/mL saja telah membunuh larva udang 100%, sedangkan
pada fraksi 6 sampai dengan fraksi 9 pada konsentrasi yang sama hanya mampu
membunuh 7% sampai 33% larva udang. Namun mortalitas yang sangat tinggi
pada konsentrasi yang diujikan tersebut membuat pengolahan data dengan analisis
probit tidak dapat digunakan karena data yang tersedia tidak terandalkan (Tabel
2). Untuk itu fraksi 1 sampai fraksi 5 tersebut diuji BSLT kembali dengan
menggunakan konsentrasi yang lebih rendah.

8

Hasil analisis probit menunjukkan bahwa berdasarkan nilai LC50, fraksi 6
sampai fraksi 9 tergolong ke dalam kategori toksik (Tabel 2). Hasil pengujian
BSLT lanjutan terhadap fraksi 1 sampai dengan fraksi 5 menunjukkan bahwa
semua fraksi yang diujikan tergolong sangat toksik dan fraksi 1 merupakan fraksi
teraktif (Tabel 3). Fraksi 1 yang merupakan hasil elusi dengan eluen n-heksana
100% diduga memiliki aktivitas antiproliferasi sel kanker yang tinggi karena hasil
penelitian Sari (2012) menunjukkan bahwa fraksi 1 hasil fraksinasi minyak atsiri
dalam KLTP dengan eluen n-heksana 100% memiliki aktivitas antiproliferasi sel
kanker limfosit Raji yang tinggi (nilai IC50 22 µg/mL). Fraksi teraktif dari minyak
atsiri kayu teras surian yaitu fraksi 1 kemudian diidentifikasi komponen
penyusunnya menggunakan instrumen analisis GC-MS.
Tabel 3 Nilai rata-rata mortalitasa larva udang Artemia salina
minyak atsiri kayu teras surian
Mortalitas (%)
LC50
Fraksi
5
10
20
50
(µg/mL)
µg/mL
µg/mL
µg/mL
µg/mL
Fraksi 1
43.33
60.00
100
100
6.79
25.00
Fraksi 2
0.00
16.67
33.33
93.33
c
Fraksi 3
11.93
Fraksi 4
6.67
30.74
96.67
100
Fraksi 5
0.00
6.67
80
100
16.68
a

b
c

dan LC50 fraksi

Kategorib
Sangat toksik
Sangat toksik
Sangat toksik
Sangat toksik

- rataan dari 3 kali ulangan
- dikoreksi dari mortalitas kontrol
menurut Meyer et al.(1982)
data fraksi 3 tidak dapat diperoleh karena rendemen yang dihasilkan sangat kecil

Identifikasi Senyawa yang Terkandung dalam Fraksi Teraktif
Minyak Atsiri Kayu Teras Surian
Meskipun hasil analisis KLT menunjukkan bahwa fraksi 1 terdiri dari 4
noda, ternyata hasil analisis GC-MS mengidentifikasi sebanyak 31 senyawa
(Tabel 4). Sebanyak 70.14% dari fraksi tersebut dapat teridentifikasi. Hampir
mencapai 30 % senyawa tidak dapat teridentifikasi dengan baik disebabkan
rendahnya kemiripan dengan pangkalan data sehingga tidak dapat dipastikan jenis
senyawanya. Identifikasi senyawa menunjukkan bahwa fraksi 1 minyak atsiri
kayu teras surian ini terdiri dari seskuiterpena dan seskuiterpena beroksigen.
Sekitar 33.12% dari senyawa yang teridentifikasi dalam fraksi 1 merupakan
seskuiterpena beroksigen sedangkan selebihnya merupakan seskuiterpena.
Menurut Ketaren (1985), senyawa yang tergolong hidrokarbon beroksigen adalah
sebagai penyebab utama aroma minyak atsiri, lebih tahan panas, serta lebih stabil
terhadap proses oksidasi. Senyawa penyebab aroma menyengat kayu surian
adalah senyawa seskuiterpena beroksigen tersebut.

9

Tabel 4 Komposisi kimia fraksi teraktif minyak atsiri kayu teras surian
berdasarkan analisis GCMS
No Waktu
Retensi
(menit)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

26
27
28
29

8.52
8.67
8.99
9.04
9.25
9.33
9.53
9.58
9.64
9.68
9.74
9.95
10.08
10.17
10.33
10.40
10.50
10.60
10.68
10.81
10.91
11.08
11.55
11.70
11.99

12.09
12.29
12.70
12.86

30 13.39

31 13.81
a

th

Nama

Konsentrasi Kesamaan Bobot
Rumus
Relatif
pangkalan molekul Molekul
dataa
(%)

δ-Elemena b
α – Kubebena b
Isoledena b
α - Kopaena b
- Elemena b
α - Guaiena b
α - Bergamotena b
- Funebrena b
Trans kariofilena b
- Sedrena b
- Gurjunena b
Neoallosimena b
α - Gurjunena b
Aromadendrena b
- Muurolena b
α - Kurkumena b
- Selinena b
Ledena b
- Bisabolena b
α - Amorfena b
L - Kalamenena b
Valensena b
Dehidroaromadendrena b
Spatulenol c
12-oxabicyclo[9.1.0]
dodeca-3.7-diene.
1.5.5.8-tetramethyl c
Aromadendrena oksida c
Isospatulenol c
Kadalena b
3-PhenylIndolizine 2Carbaldehyde c
7-(1.3-Dimethylbuta1.3-dienyl)-1.6.6trimethyl-3.8dioxatricyclo
[5.1.0.0(2.4)]octane c
- Oplopenona c

WILEY 7 library;

b

c

2.95
0.29
0.48
0.85
3.40
0.30
2.36
0.61
1.55
0.46
1.51
10.17
0.65
1.04
2.72
6.54
2.08
3.39
0.63
1.96
0.80
0.68
1.49
14.93

96
98
98
98
99
86
97
97
99
95
98
99
90
99
98
98
99
99
99
97
96
95
86
98

204
204
204
204
204
204
204
204
204
204
204
204
204
204
204
202
204
204
204
204
202
204
202
220

C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H22
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H24
C15 H22
C15 H24
C15 H22
C15 H24 O

1.60

89

220

C15 H24 O

0.53
0.74
1.50

97
91
91

220
220
198

C15 H24 O
C15 H24 O
C15 H18

1.69

90

221

C15 H11NO

1.41

80

234

C15 H22 O2

0.83

81

220

C15 H24 O

seskuiterpena; seskuiterpena beroksigen

10

Hasil identifikasi menggunakan GC-MS menunjukkan bahwa senyawa
utama pada fraksi teraktif minyak atsiri kayu teras surian adalah spatulenol
(14.93%), neoallosimena (10.17%), α-kurkumena (6.54%), -elemena (3.40%)
dan ledena (3.39%). Senyawa-senyawa utama tersebut merupakan senyawa dan
sesquiterpena kecuali spatulenol yang merupakan senyawa seskuiterpena
beroksigen. Hasil GC-MS pirolisis pada penelitian Sari (2012) terhadap minyak
atsiri kayu surian yang belum dipisahkan fraksi-fraksinya juga menunjukkan
bahwa minyak atsiri kayu teras surian didominasi oleh spatulenol namun dalam
persentase relatif lebih besar (21%). Hasil penelitian Mu et al. (2007) yang telah
melakukan analisis GC-MS pada ekstrak daun surian asal China melaporkan
bahwa komponen utama ekstrak daun tersebut adalah trans-kariofilena (21.42%).
Senyawa ini juga ditemukan pada hasil analisis fraksi 1 minyak atsiri surian
tetapi dalam konsentrasi relatif kecil (1.55%).
Spatulenol, α-kurkumena, dan -elemena yang merupakan senyawa utama
dalam fraksi teraktif diduga berperan terhadap tingginya toksisitas fraksi 1. Hal
ini dipertegas oleh hasil penelitian Sari (2012) menunjukkan bahwa spatulenol
dan -elemena merupakan senyawa utama dalam fraksi minyak atsiri kayu surian
yang memiliki aktivitas antiproliferasi sel kanker limfosit yang tinggi. Menichini
et al. (2009) juga melaporkan bahwa minyak atsiri Teucrium polium yang
didominasi oleh spatulenol memiliki aktivitas antikanker kolon CACO-2.
Penelitian oleh Itokawa et al. (1984) menunjukan bahwa α-kurkumena merupakan
komponen Curcuma xanthorrizza yang memiliki potensi antitumor paling aktif.
Senyawa δ-elemena juga dilaporkan bersifat sitotoksik (Duh et al. 1999). Namun
senyawa–senyawa yang memiliki konsentrasi kecil belum dapat diketahui secara
pasti pengaruhnya terhadap aktivitas suatu senyawa.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penyulingan kayu teras surian dengan metode kukus (water and steam
distillation) menghasilkan minyak atsiri dengan rendemen 0.64%. Hasil fraksinasi
minyak atsiri menggunakan metode kromatografi kolom menghasilkan 9 fraksi,
dengan fraksi 1 memiliki rendemen tertinggi sebesar 33.83%. Hasil uji toksisitas
terhadap larva udang Artemia salina Leach. menunjukkan bahwa fraksi 1-5
tergolong sangat toksik, sedangkan fraksi 6-9 tergolong toksik. Fraksi 1 minyak
atsiri kayu teras surian merupakan fraksi teraktif dengan nilai LC50 6.79 µg/mL.
Fraksi ini didominasi oleh senyawa spatulenol (14.93%), neoallocimena
(10.17%), α-kurkumena (6.54%), -elemena (3.40%) dan ledena (3.39%).
Saran
Saran yang diberikan setelah melaksanakan penelitian ini adalah perlu
dilakukan isolasi dari fraksi teraktif yang telah diperoleh melalui kromatografi
kolom, menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) sehingga
diperoleh senyawa tunggal yang kemudian akan diuji bioaktivitasnya.

11

DAFTAR PUSTAKA
Astari RP. 2012. Minyak atsiri surian (Toona sinensis roemor) sebagai
biolarvasida nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti linn) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Chang HC, Hung WC, Huang MS, Hsu HK. 2002. Extract from the leaves of
Toona sinensis Roemor exerts potent antiproliferatife effect on human lung
cancer cells. American J Chin Med 30 (2 & 3): 307-314.doi: 10.1142/S01924
15X0200022.
Chang HL, Hsu HK, Su JH, Wang PH, Chung YF, Chia YC, Tsai LY, Wu YC,
Yuan SS. 2006. The fractionated Toona sinensis leaf extract induces apoptosis
of human ovarian cancer cells and inhibits tumor growth in a murine xenograft
model. Gynec Oncol 102: 309-314.doi:10.1016/j.ygyno.2005.12.023.
Chen HM, Wu YC, Chia YC, Chang FR, Hsu HK, Hsieh YC, Chen CC, Yuan SS.
2009. Gallic acid, a major component of Toona sinensis leaf extracts, contains
a ROS-mediated anti-cancer activity in human prostate cancer cells. Canc
Letters 286: 161 – 171.doi:10.1016/j.canlet.2009.05.040.
Cseke LJ, Kirakosyan A, Kaufman PB, Warber SL, Duke JA, Brielmann HL.
2006. Natural Product from Plant. Boca Raton (US): Taylor & Francis.
Darmawan I. 2011. Bioaktivitas minyak atsiri pohon suren (Toona sinensis
Roemor) berdasarkan uji brine shrimp lethality test (BSLT) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Darusman D, Darusman LK, Rahmanendra D. 2003. Kelayakan agribisnis kumis
kucing dan kapulaga serta kontribusinya terhadap kelayakan pendapatan rumah
tangga petani di desa Kalaparea dan desa Palasari hilir kabupaten Sukabumi.
Di dalam: Lestari Y, editor. Seminar dan Pameran Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia XXIV. 2003 September 19-20; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat
Studi Biofarmaka LP IPB. hlm 45-49.
Djam`an DF. 2002. Informasi Singkat Benih 24. Bogor (ID): Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Perbenihan.
Duh CY, Wang SK, Weng YL, Chiang MY, Dai CF. 1999. Cytotoxic terpenoids
from the formosan soft coral Nephthea brassica. J Nat Prod 62: 1518-1521.
doi: 10.1021/np990212d.
Edmonds JM, Staniforth M. 1998. Plate 348 Toona sinensis. Curtis's Bot Mag
(15): 186-193.doi: 10.1111/1467-8748.00169.
Fajarningsih DF, Januar HI, Nursid M, Wikanta T. 2006. Potensi antitumor
ekstrak spons Crella papilata asal Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. J
Pascapanen & Biotek Kelautan & Perikanan [Internet]. [diunduh 2012 Sept
11]; (1):35-41. Tersedia pada http://www.sidik.litbang.kkp.go.id/index.php/
searchkatalog/byId/3811.
Gritter RJ, Bobbit JM, Schwarting AE. 1991. Pengantar Kromatografi.
Padmawinata K, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari:
Introduction of Chromatography.
Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York (US): McGraw-Hill.
Hostettmann K, Hostettmann M, Marson A. 1995. Cara Kromatografi Preparatif
Padmawinata K, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari:
Preparative Chromatography Techniques.

12

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratorary Handbook for the Fractionation of
Natural Extracts. New York (US): Chapman & Hall.
Hseu YC, Chang WH, Chen, CS, Liao JW, Huang CJ, Lu FJ, Chia YC, Hsu HK,
Wu JJ, Yang HL. 2008. Antioxidant activities of Toona Sinensis leaves extracts
using different antioxidant models. Chem toxicol 46:105-114.doi:10.1016/j.
fct.2007.07.003.
Itokawa H, Hirayama F, Funakoshi K, Takeya K. 1984. Studies on the antitumor
bisabolane sesquiterpenoids isolated from Curcuma xanthorrhiza. Chem pharm
bull [Internet]. [diunduh 2013 Feb 13] 3(8) 3488-3492. Tersedia pada
http://ci.nii.ac.jp/naid/110003625852/.
Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Balai Pustaka.
Lenny S. 2004. Senyawa terpenoida dan steroida [karya ilmiah]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Lin Q, Li M, Zhou R, Liu Y. 2012. Chemical composition and anti-bacterial
activity of essential oil from Cedrela sinensis (A. Juss.) Roem. seed. African J
Biotech.11: 1789-1795.doi: 10.5897/ajb11.2947.
Menichini F, Conforti F, Rigano D, Formisano D, Piozzi F, Senatore F. 2009.
Phytochemical composition, anti-inflammatory and antitumour activities of
four teucrium essential oils from Greece. Food Chem. 115:679-686. doi:10.10
16/j.foodchem.2008.12.067.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughin JL.
1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant constituents.
J of Med Plant Res [Internet]. [diunduh 2012 Aug 25]; 45:31-34. Tersedia pada
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17396775.
Mu R, Wang X, Liu S, Yuan X, Wang S, Fan Z. 2007. Rapid determination of
volatile compounds in Toona sinensis (A. Juss.) Roem. by MAE-HS-SPME
followed by GC-MS. Chromatographia 65:463-467.doi: 10.1365/s10337-0070183-00009-5893/07/04.
Sari RK. 2002. Isolasi dan identifikasi komponen bioaktif dari damar mata kucing
(Shorea javanica K. Et. V). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sari RK, Syafii W, Achmadi SS, Hanafi M. 2011. Aktivitas antioksidan dan toksisitas
ekstrak etanol surian (Toona sinensis). J Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 4(2):4652.
Sari RK. 2012. Aktivitas antioksidan, antiproliferasi sel kanker serta karakterisasi
kimia fraksi aktif kayu teras surian (Toona sinensis) dan suren (Toona sureni)
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung (ID): ITB Pr.
Skoog DA, West DM, Holler FJ, Crouch SR. 2004. Fundamentals of Analytical
Chemistry. 8th Edn. California (US): Thompson Learning
Stahl E. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopis. Padmawinata K,
penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: Drug Analysis by
Chromatography and Microscopic.
Suryawati S, Murniyanto E. 2011. Hubungan sifat tanah Madura dengan
kandungan minyak atsiri dan tingkat kelarutannya pada Jahe (Zingiber
officinale L.).Agrivigor [Internet]. [diunduh 2013 Feb 12]; (2) 99-104. Tersedia
pada http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2013/02/6.AgrovigorSept-2011-Vol-4-No-2-Hubungan-sifat-Tanah-Madura-Sinar-.pdf.

13

Wang KJ, Yang CR, Zhang YJ. 2007. Phenolic antioxidants from chinese toon
(fresh young leaves and shoots of Toona sinensis). J Food Chem 101: 365-371.
doi:10.1016/j.foodchem.2006.01.044.
Yang HL, Chang WH, Chia YC, Huang CJ, Lu FJ, Hsu HK, Hseu YC. 2006.
Toona sinensis extracts induces apoptosis via reactive oxygen species in human
premyelocytic leukimia cells. Food Chem Toxicol 44: 1978-1988.doi:10.1016/
j.fct.2006.06.027.
Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai
Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Di dalam: Zuhud
EAM, Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan
Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor &
Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).

14

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Siborongborong, Sumatera Utara pada tanggal 16
November 1990 sebagai anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak Jonsar
Nababan dan Ibunda Emmyda Saragi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di
SD Swasta St. Lucia Siborongborong pada tahun 2002, kemudian melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Siborongborong sampai tahun 2005. Pada tahun
2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 (plus) Matauli Pandan, Tapanuli Tengah.
Penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan tinggi
Negeri (SNMPTN) di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan pada tahun
yang sama. Kemudian pada tahun 2011 penulis memilih Bagian Kimia Hasil
Hutan sebagai bidang minat studi.
Selama mengikuti perkuliahan penulis terlibat aktif dalam Komisi
Pembinaan Pemuridan Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen
IPB. Penulis juga pernah dipercayakan menjadi Badan Pengurus Harian (BPH)
UKM PMK IPB tahun 2011. Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem
Hutan (PPEH) di Baturraden dan Cilacap, Jawa Tengah dan Praktek Pengelolaan
Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Penulis juga telah
melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Pindo Deli Pulp and Paper
Mills, Karawang. Pada 2011 penulis telah mengikuti Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh DIKTI.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian
dengan judul Toksisitas Minyak Atsiri Kayu Surian (Toona Sinensis Roemor)
terhadap Larva Udang Artemia Salina Leach dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir.
Wasrin Syafii, M. Agr dan Dr. Ir. Rita Kartika Sari, M.Si

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

4 23 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 4 58

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun annona muricata l terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 54 69

Kualitas Limbah Batik Pewarna Alami dan Toksisitas Terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach

6 29 42

Bioaktivitas ekstrak etanol suren beureum (Toona sinensis Roemor) terhadap larva udang Artemia salina Leach

5 19 68

Minyak Atsiri Surian (Toona sinensis Roemor) Sebagai Biolarvasida Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti Linn)

1 10 78