Kajian Pola Pertumbuhan Populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada Lima Varietas Sorgum

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI
Rhyzopertha dominica (F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE)
PADA LIMA VARIETAS SORGUM

RIZKIKA LATANIA ARANDA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ii

ABSTRAK

RIZKIKA LATANIA ARANDA. Kajian pola pertumbuhan populasi
Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada lima varietas sorgum.
Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP.
Sorgum merupakan tanaman serealia yang dapat digunakan sebagai pangan,
pakan ternak, dan bioetanol (bioenergi). Penanganan pascapanen yang kurang

baik dan lama penyimpanan dapat memengaruhi keutuhan butir sorgum serta
ketahanannya terhadap serangga hama salah satunya Rhyzoperta dominica. Susut
bobot yang disebabkan aktifitas hama ini mencapai 30% selama 3 bulan
penyimpanan pada suhu kamar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola
pertumbuhan populasi R. dominica dan susut bobot pada 5 varietas sorgum
dengan kadar air awal serta populasi awal yang berbeda. Serangga uji adalah
imago berumur 0 sampai 14 hari. Wadah plastik berisi 250 g biji sorgum lima
varietas ditetapkan kadar air yaitu 12, 14, 16, dan 18% yang diinfestasikan dengan
tingkat populasi awal 0, 10, 20, dan 30 serangga uji. Setelah inkubasi 60 hari,
semua unit percobaan dibongkar dan dilakukan penghitungan jumlah imago F1
dan susut bobot dihitung berdasarkan metode Adams. Terdapat korelasi positif
yang signifikan antara populasi awal dengan populasi akhir, populasi awal dengan
susut bobot, dan populasi akhir dengan nilai susut bobot. Analisis regresi
menunjukan bahwa pola pertumbuhan R. dominica berbeda antar varietas.
Kata Kunci : Rhyzopertha dominica, sorgum, kadar air, populasi.

iii

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI
Rhyzopertha dominica (F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE)

PADA LIMA VARIETAS SORGUM

RIZKIKA LATANIA ARANDA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

iv

Judul


: Kajian Pola Pertumbuhan Populasi Rhyzopertha dominica (F.)
(Coleoptera: Bostrichidae) pada Lima Varietas Sorgum

Nama

: Rizkika Latania Aranda

NIM

: A34080058

Disetujui
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si
NIP. 19591022 198503 1 002

Diketahui
Ketua Departemen Proteksi Tanaman


Dr.Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si
NIP. 19650621 198910 2 001

Tanggal lulus:

v

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juli 1990. Penulis adalah anak
ketiga dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Mohamad Rivai dan Ibu Yayah
Darul Afiah. Penulis memiliki dua orang kakak yang bernama M. Reva
Stegobiona dan M. Reda Megasciola, serta satu orang adik yang bernama M. Reza
Hidayatussolihin.
Penulis lulus dari SDN Polisi 5 Bogor pada tahun 2003, kemudian
melanjutkan ke SMPN 6 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama
melanjutkan ke SMAN 5 Bogor dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian
Bogor melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) dan diterima
sebagai mahasiswi Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah menjadi pengurus

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) divisi CSR periode
2010/2011 dan pengurus Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA)
divisi Kewirausahaan periode 2011/2012. Penulis juga aktif mengikuti pelatihan
dan seminar diantaranya, Seminar National Plant Protection Event “Peran
Perlindungan Tanaman dalam Menunjang Pertanian yang Berkelanjutan untuk
Menjamin Ketahanan Pangan Nasional” pada tahun 2011, Workshop Indonesian
Biotechnology Information Centre “Responsible Conduct of Research” pada
tahun 2012, Workshop “The Current Status of Sorghum Development in
Indonesia” pada tahun 2012, dan mengikuti Pelatihan “Fumigasi yang Baik dan
Benar” pada tahun 2012.

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan hanya untuk Allah SWT atas seluruh
berkah rahmat dan karunia Nya yang telah diberikan kepada seluruh manusia,
serta shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Pola Pertumbuhan
Populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada Lima
Varietas Sorgum”.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi serta
Drs. Sunjaya dan Ir. Sri Widayanti sebagai pembimbing di Laboratorium
Entomologi SEAMEO BIOTROP yang telah memberikan pengetahuan,
pengarahan, dukungan, dan bimbingan sejak awal hingga akhir penelitian. Terima
kasih kepada Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik
dan Dr. Efi Toding Tondok, M.Sc.Agr selaku dosen penguji tamu yang telah
memberikan banyak masukan dan koreksi penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar Fakultas Pertanian dan
laboran Departemen Proteksi Tanaman yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman selama menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian IPB.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih untuk Ibunda
Yayah Darul A., Ayahanda M. Rivai, kakak serta adik tercinta untuk dukungan,
do’a, kasih dan sayang yang selalu diberikan hingga menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih kepada Mas Heriyanto dan Dr. Supriyanto atas bantuan kerjasama
dan dukungan moril di SEAMEO BIOTROP hingga menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih kepada teman-teman DPT 45: Sagita Phinanthie, Fiqi Syaripah,
Nia Trikusuma, Rusman Arif, Keisha Disa, Rizky Nazzareta, Siti Syarah, Risa
Sondari, Rizky Irawan, M. Karami dan teman-teman lainnya atas kebersamaan,
semangat, persahabatan dan dukungannya selama kuliah.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
penulisan yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya.

Bogor, November 2012
Rizkika Latania Aranda

vii

DAFTAR ISI
         Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................................
PRAKATA .....................................................................................................................
PENDAHULUAN........................................................................................................
Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan Penelitian ...............................................................................
Manfaat Penelitian .............................................................................


ii
v
vi
1

1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................
Sorgum (Sorghum bicolor (L.)) .........................................................
Rhyzopertha dominica (F.) ................................................................
Pengaruh Kadar Air Awal Bahan Simpanan .....................................
Pertumbuhan Populasi .......................................................................

4
5
7
8


BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Tempat dan Waktu.............................................................................
Bahan dan Alat ..................................................................................
Metode Penelitian ..............................................................................

10
10
10
10

Penyediaan Sorgum ..................................................................
Pengembangbiakan Serangga Uji ............................................
Pelaksanaan Percobaan ............................................................
Perhitungan Persen Susut Bobot ..............................................
Rancangan Percobaan ..............................................................
Analisis Data ............................................................................

10
11
11

12
13
13

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
Populasi Akhir Rhyzopertha dominica ..............................................
Susut Bobot Pada Lima Varietas Sorgum .........................................

14
14
17

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan ........................................................................................
Saran ..................................................................................................

21
21
21


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................

22
26

4

viii

DAFTAR TABEL
No
1
2
3
4

Halaman
Rata-rata populasi akhir R. dominica pada populasi awal dan
varietas yang berbeda.................................................................

14

Rata-rata populasi akhir R. dominica pada kadar air awal dan
varietas yang berbeda................................................................

15

Rata-rata susut bobot R. dominica pada kadar air awal dan
varietas yang berbeda.................................................................

18

Hasil uji korelasi antara populasi awal dan kadar air dengan
populasi akhir dan susut bobot 5 varietas...................................

20

ix

DAFTAR GAMBAR
No

Halaman

1

Imago Rhyzopertha dominica...................................................

6

2

Penampakan fisik lima varietas sorgum yang diuji..................

11

3

Susunan stoples penyimpanan lima varietas berbagai kadar
air dan tingkat populasi Rhyzopertha dominica.......................

12

Grafik regresi hubungan antara populasi awal R. dominica
dan populasi akhir pada lima varietas sorgum..........................

16

Rata-rata susut bobot pada biji sorgum yang diinfestasi
dengan R. dominica pada populasi awal dan varietas yang
berbeda......................................................................................

17

Grafik regresi hubungan antara populasi awal R.dominica
dan susut bobot pada lima varietas sorgum...........................

19

4
5

6

x

DAFTAR LAMPIRAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Halaman
Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica
berdasarkan populasi awal yang berbeda...................................

26

Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica
berdasarkan kadar air awal yang berbeda..................................

27

Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica
berdasarkan populasi awal dan varietas yang berbeda...............

29

Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica
berdasarkan kadar air awal dan varietas yang berbeda..............

30

Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan populasi awal
yang berbeda..............................................................................

32

Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan kadar air awal
yang berbeda..............................................................................

33

Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan kadar air awal
dan varietas yang berbeda..........................................................

35

Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan populasi awal
dan varietas yang berbeda..........................................................

36

Uji korelasi antara populasi awal dan kadar air dengan
populasi akhir dan susut bobot pada lima varietas....................

38

Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan
populasi awal varietas CTY 33..................................................

40

Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan
susut bobot varietas CTY 33......................................................

40

Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan
populasi awal varietas Lokal Bandung.......................................

41

Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan
susut bobot varietas Lokal Bandung..........................................

42

Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan
populasi awal varietas Lokal Wonogiri......................................

42

Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan
susut bobot varietas Lokal Wonogiri.........................................

43

Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan
populasi awal varietas Numbu...................................................

44

Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan
susut bobot varietas Numbu......................................................

44

Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan
populasi awal varietas B-76.......................................................

45

Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan
susut bobot B-76.........................................................................

46

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebutuhan beras di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Sihono (2012) melaporkan
bahwa peningkatan jumlah penduduk terus berlangsung secara signifikan hingga
mencapai 1.5% per tahun. Pada tahun 2011 kebutuhan beras Indonesia mencapai
130-140

kg/tahun/kapita

sedangkan

orang

Asia

lainnya

hanya

65-70

kg/tahun/kapita (BPS 2012). Situasi ini tentu menghambat peningkatan produksi
beras, sebagai alternatif dilakukan diversifikasi peningkatan produktivitas
tanaman penghasil karbohidrat sebagai sumber pangan utama non beras di lahan
kering.
Sorgum merupakan tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi seperti
karbohidrat, lemak, kalsium, besi, serta fosfor yang cukup tinggi sehingga
tanaman sorgum layak dikembangkan di Indonesia sebagai alternatif pangan lokal
selain beras. Selain dapat digunakan sebagai bahan pangan, sorgum juga dapat
digunakan sebagai bahan baku industri kertas, pakan ternak, media tanam jamur
merang, dan bioetanol (Human 2011). Menurut Supriyanto (2012) sorgum
merupakan tanaman yang memiliki adaptasi luas dan dapat tumbuh di hampir
semua jenis lahan (baik subur maupun miskin), sehingga tanaman ini mampu
membantu Indonesia mengatasi masalah pangan khususnya masalah kekurangan
stok beras akibat musim kemarau yang berkepanjangan.
Program peningkatan produktivitas sorgum kadangkala tidak diikuti dengan
penanganan pascapanen yang baik, sehingga selama penyimpanan sering timbul
kerusakan dan susut baik mutu maupun kuantitasnya. Penanganan pascapanen
yang kurang baik dan lama penyimpanan dapat mempengaruhi keutuhan butir
sorgum serta ketahanannya terhadap serangga. Salah satu jenis serangga hama
yang banyak menimbulkan kerusakan pada penyimpanan sorgum

adalah

Rhyzoperta dominica. Serangga kosmopolitan ini banyak ditemukan di daerah
tropis dan subtropis dan merupakan hama utama pada biji-bijian serealia yang
masih utuh, terutama biji-bijian kecil seperti gandum, sorgum, jawawut, dan beras
(Rees 2004). R. dominica dikenal sebagai lesser grain borer (kumbang bubuk

2

gabah) dan merupakan serangga yang sebagian besar masa hidupnya (larva dan
imago) menyebabkan kerusakan yang cukup tinggi. Kerugian yang ditimbulkan
akibat serangan R.dominica yaitu biji yang diserang menjadi berlubang-lubang
dan menghasilkan banyak debu hasil gerekan (Rivai dan Indrosancoyo 2006).
Masalah hama adalah masalah populasi. Suatu jenis serangga mulai
dikategorikan sebagai hama apabila tingkat populasinya telah mencapai tingkat
yang dapat merugikan secara ekonomi atau kecenderungan populasinya selalu
berada pada tingkat tertentu (Harahap 2009). Pertumbuhan populasi serangga
hama gudang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelembaban udara, kadar
air bahan yang disimpan, tempat penyimpanan, dan jenis bahan yang disimpan
(Pabbage et al. 1990 dalam Pabbage 2005).
Kondisi penyimpanan yang baik untuk biji sorgum hampir sama dengan
penyimpanan biji jagung atau gabah. Faktor kadar air, suhu, dan kelembaban
merupakan 3 hal pokok yang perlu diperhatikan. Biji sorgum yang disimpan pada
kadar air awal lebih kurang 13% setelah terinfeksi hama sewaktu di lapangan dan
disimpan di dalam kaleng dengan tutup kurang rapat dan sering dibuka maka
kerusakan yang lebih kurang 30% biji sorgum berlubang-lubang setelah disimpan
selama tiga bulan dalam suhu kamar (Mas’ud 2007).
Kadar air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago atau
kemampuan larva untuk menggerek masuk ke dalam biji. Kadar air menjadi faktor
penting dalam penyimpanan karena tinggi rendahnya kadar air menentukan
kekerasan biji sorgum yang disimpan. Oleh karena itu studi ini diperlukan untuk
mengetahui kadar air yang cocok bagi biji sorgum di penyimpanan sebagai salah
satu teknik pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh R. dominica.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan populasi R.
dominica dan susut bobot pada 5 varietas sorgum dengan kadar air awal serta
populasi awal yang berbeda.

3

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai
referensi untuk mengetahui pola pertumbuhan populasi R. dominica dan susut
bobot pada 5 varietas yang berbeda dengan kadar air awal serta populasi awal
yang berbeda.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Sorgum (Sorghum bicolor (L.))
Tanaman sorgum termasuk famili Graminae atau rerumputan. Tanaman lain
yang termasuk dalam famili Graminae diantaranya adalah tanaman padi, jagung,
dan tebu.
Data klasifikasi tanaman sorgum:
Kelas

: Monocotyledon

Famili

: Gramineae

Genus

: Sorghum

Spesies

: Sorghum bicolor (L.) Moech
Holchus sorghum (L.)
Andropogan sorghum (L.)
Sorghum vulgare (L.)

Sorgum yang dibudidayakan di Indonesia mempunyai nama ilmiah
Sorghum bicolor (L) Moech. Selain itu disetiap daerah pengembangannya sorgum
dikenal dengan nama: Great Millet, Guinea Cora (Afrika Barat); Kafir Corn
(Afrika Selatan); Milo Sorgo (Amerika Serikat); Kaoliang (Cina); Durra (Sudan);
Mtama (Afrika Barat); Cantel (Jawa Tengah dan Jawa Timur); Chotam (India);
Jagung Cantrik (Jawa Barat) (Suprapto dan Mujidisono 1987).
Tanaman sorgum mempunyai keunggulan yang tak kalah dengan tanaman
pangan lain seperti daya adaptasi luas, tahan terhadap kekeringan, dapat diratun,
dan sangat cocok dikembangkan di daerah marginal. Selain budidaya yang
mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk
pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk
media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan
sebagainya (Supriyanto 2012).
Biji sorgum tergolong produk pertanian yang potensial mudah rusak apabila
disimpan karena terserang hama gudang. Jenis serangga yang sering menyerang
biji sorgum dalam penyimpanan adalah Sitophilus zeamais, Cryptolestes pussilus,
Tribolium casteneum, Rhyzopertha dominica, Corcyra cephalonica, Sitotroga

5

cerealella, Plodia interpunctella, Ephestia cautella, dan Doloessa viridis
(Pabbage et al. 1999 dalam Pabbage 2005).
Penyusutan bobot sorgum yang disimpan di gudang akibat infestasi hama
pascapanen dapat mencapai 30% (Mas’ud 2007). Di Indonesia, susut bobot
yang disebabkan oleh serangga hama gudang diperkirakan berkisar antara 26 –
29% (Semple 1985 dalam Pabbage 2005). Sedangkan tingkat kerusakan yang
diakibatkan oleh kumbang bubuk dapat mencapai 40% dan bervariasi tergantung
pada kadar air bahan saat penyimpanan (Badan Litbang Pertanian 1995).

Rhyzopertha dominica (F.)
Serangga R. dominica termasuk dalam ordo Coleoptera famili Bostrichidae.
Serangga ini mengalami metamorfosis holometabola dengan stadia perkembangan
telur, larva, pupa, dan imago (Edde 2012). Serangga ini termasuk hama penting
dan hama primer pada berbagi komoditas penyimpanan antara lain beras, gandum,
jagung, dan sorgum. Kumbang ini telah dilaporkan memiliki preferensi makanan
yang banyak (polifag) dan kosmopolit di daerah tropika dan subtropika (Potter
dalam Doung 2006).
Hama ini dikenal sebagai kumbang bubuk gabah (lesser grain borer) dan
banyak ditemukan pada penyimpanan gabah. Stadia larva dan imago memakan
bahan yang sama. Imago melubangi biji-bijian dan membuat lubang yang
bentuknya tidak beraturan sehingga menghasilkan bubuk dalam jumlah yang
banyak. Imago berukuran 2-3mm, berwana coklat berbentuk silindris (merupakan
ciri spesifik dari famili Bostrichidae). Imago yang baru muncul berwarna kuning
kecoklatan dan berubah menjadi coklat tua 7-10 hari setelah muncul. Kepala
imago tersembunyi di bawah protoraks, oleh karena itu hanya antena yang terlihat
dari atas. Antena berbentuk kapitat yang terdiri dari 10 ruas dan menggada di 3
ruas terakhir. Pada permukaan elitra kumbang ini memliki punctures yang beralur
dan berseta pendek serta berbentuk cembung menutupi abdomen (Dhoung 2006).
Rhyzopertha dominica memiliki sayap depan dengan permukaan yang kasar,
hama ini tidak aktif terbang, hanya disaat perpindahan tempat saja. Tahapan siklus
hidupnya berkisar antara 31-59 hari (Harahap 2009). Telur diletakkan pada celahcelah di permukaan biji. Larva dan pupa terdapat di dalam biji. Ketika pertama

6

kali diletakan telur berwarna keputih-putihan, buram dan terlihat berlilin, lalu
berubah menjadi kemerah mudaan. Telur berbentuk oval, berukuran 0.5-0.6 mm
dan berdiameter 0.2-0.25 mm (Kucevora dan Stejskal 2008). Masa pra oviposisi
6-15 hari dan masa oviposisi bervariasi dari 43 hari pada suhu 25°C dan rh 70%
sampai 4 bulan pada suhu 34°C dan rh 70%. Pada saat kemampuan makan
meningkat aktivitas oviposisi menjadi meningkat (Golebiowska 1969). Jumlah
maksimum telur yang dihasilkan diantara 33 dan 45 butir/ hari. Jumlah telur yang
diletakan bergantung pada temperatur, kelembapan, dan karakteristik makanan
imago, selama masa hidupnya betina mampu meletakan 207 hingga 586 butir
telur. Kira-kira 80% telur yang dihasilkan fertil (Howe 1950; Thompson 1966
dalam Edde 2012).

Gambar 1 Imago R. dominica
Larva berwarna putih dengan sedikit berambut, berbentuk eruciform
(seperti hurup C) dan terdapat seta. Ketika larva sudah mendekati masa pupa,
larva sudah tidak terlalu aktif, panjang pupa 3.9 mm berwarna putih kecoklatan
dan bagian anggota badan telah terbentuk dengan jelas sesuai dengan jenis
kelamin. Pupal pada jantan memusat, dua segmen, dan tidak menonjol sedangkan
pada betina tidak memusat, tiga segmen dan menonjol. Antara segmen terakhir ke
anus betina lebih jauh jaraknya dibandingkan jantan (Dhoung 2006).
Perkembangan dari larva sampai dewasa yaitu 21-40 hari. Larva lebih cepat
pertumbuhannya pada biji yang masih utuh daripada biji yang sudah didominasi
tepung, larva yang masih muda tidak dapat merusak biji yang masih utuh. Larva
dapat berganti kulit 4-5 kali. Perkembangan larva biasanya 30 hari pada suhu

7

28°C dan 46 hari pada suhu 25°C. Sedangkan perkembangan pupanya sekitar 5-9
hari, pada 28°C masa pupa sekitar 5-6 hari, sedangkan pada suhu 25°C selama 8
hari. Serangga dewasa dapat bertahan hidup sekitar 120-364 hari (Howe 1950;
Edde and Philllips 2006b; Birch 1953 dalam Edde 2012).
Batas minimum dan maksimum temperatur untuk perkembangan R.
dominica diantara 18.2°C dan 39°C. Kondisi optimum untuk perbanyakan
kumbang ini di gandum pada kadar air 14% dan rh 70% (Longstaff 1999). Suhu
optimum untuk perkembangan serangga ini 28°C dan untuk perbanyakan 34°C
(Howe 1950; Birch 1945a dalam Edde 2012). Kadar air biji optimum untuk
perkembangan diantara 12 dan 14%. Larva instar pertama paling banyak mati, hal
ini dikarenakan pada saat itu aktivitas larva ketika menggerek biji tinggi sehingga
kondisi larva melemah (Breese 1960 dalam Edde 2012). Pada kondisi umum
populasi R.dominica akan meningkat 20 kali/bulan pada temperatur 34°C dan rh
70% di dalam biji gandum (Birch 1953; Howe 1965a dalam Edde 2012).
Kerugian akibat serangan R.dominica yaitu biji yang diserang menjadi
berlubang-lubang dan menghasilkan banyak debu hasil gerekan. Larva maupun
pupa merupakan pemakan biji yang sangat rakus sehingga kerusakan pada
komoditi yang disimpan lebih besar dibandingkan hama lain. Besarnya intensitas
serangan dan nilai kerugian akibat serangan R. dominica pada industri flour miil
mencapai 1,78% dari seluruh kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama.
(Rivai dan Indrosancoyo 2006).

Pengaruh Kadar Air Awal Bahan Simpanan
Kadar air adalah kandungan air yang terdapat di dalam bahan. Kadar air
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago atau kemampuan larva untuk
menggerek masuk ke dalam biji. Semakin tinggi kadar air, biji akan semakin
lunak dan semakin mudah ditembus oleh larva yang baru keluar dari telur
(Harahap 2009). Menurut Bejo (1992) dalam Pabbage 2005, laju infestasi
serangga imago kumbang bubuk sangat dipengaruhi oleh suhu, waktu
penyimpanan, tinggi rendahnya kualitas bahan, kelembaban udara, dan kadar air
awal bahan. Faktor kadar air merupakan yang paling dominan berpengaruh

8

terhadap tingkat kekerasan kulit yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap
kualitas serangan.
Di dalam ekosistem gudang, kadar air biji dan kelembapan relatif udara
disekitarnya selalu berada dalam keadaan kesetimbangan. Jika misalnya kita
menyimpan biji-bijian berkadar air rendah di tempat yang kelembapan relatifnya
tinggi, maka kadar air biji tersebut akan meningkat sampai dicapainya
kesetimbangan dengan kelembapan relatif udara. Akan tetapi, kesetimbangan ini
bersifat dinamis karena molekul-molekul air akan tetap bergerak keluar masuk
biji. Jika tekanan uap di udara lebih besar daripada tekanan uap di dalam biji
maka biji akan menyerap uap air, demikan pula sebaliknya. Ketika kesetimbangan
tercapai, jumlah molekul air yang masuk ke dalam biji sama dengan jumlah
molekul air yang lepas ke udara. Dalam kondisi seperti ini kadar air biji tetap
stabil dan disebut kadar air kesetimbangan. Kesetimbangan ini akan berbeda pada
temperatur yang berbeda dan biji-bijian yang sifat higroskopisnya berbeda
(Harahap 2009). Hasil penelitian Santhoy dan Rejesus (1973) dalam Pabbage
2005 menyimpulkan bahwa kadar air antara 10-14% merupakan kondisi yang
kondusif untuk perkembangan hama kumbang bubuk pada komoditas sorgum.

Pertumbuhan Populasi
Populasi adalah sekelompok organisme dari spesies yang sama yang hidup
di suatu tempat tertentu pada kurun waktu tertentu. Pertumbuhan populasi hama
gudang dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari populasi serangga tersebut.
Faktor dalam seperti keperidian atau kemampuan bertelur dan siklus hidup, dapat
menentukan kecepatan berkembang biak suatu jenis serangga. Semakin tinggi
keperidian dan semakin singkat siklus hidup, pertumbuhan populasi serangga
tersebut akan semakin cepat (Harahap 2009).
Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan populasi serangga
adalah makanan, suhu, kelembaban, dan habitat. Populasi menunjukkan perkiraan
jumlah serangga secara tidak langsung dari level perkiraan pada kerusakan
komoditas atau produk dari aktivitas serangga. Misalnya kerusakan oleh serangga
pada biji, jejak serangga pada residu tepung pada lantai, atau terbentuknya
produksi sutera oleh mulut larva, sebagai indikasi tingkat infestasi serangga.

9

Indikator ini sangat berguna untuk mengambil tindakan sebelum populasi
serangga dan kerusakan komoditi terakumulasi lebih tinggi (Hidayat 2009).
Serangga hama gudang bisa dikatakan sebagai ’oportunis’, yaitu mereka
akan cepat memanfaatkan sumber daya yang tersedia, sehingga populasinya juga
meningkat dengan cepat, namun akhirnya sumber daya yang ada tidak dapat lagi
mendukung keberadaan serangga tersebut sehingga sebagian dari mereka
berpindah mencari sumber daya baru (Harahap 2009).
Mengendalikan serangga pada hakekatnya adalah mengendalikan populasi.
Oleh karena tingkat populasi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan baik biotik
maupun abiotik maka semakin dirasakan perlunya para ahli hama memahami
konsep-konsep ekologi (Pranata 1979).

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Entomologi, SEAMEO BIOTROP
Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai September 2012.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan
dominica

dalam

penelitian ini adalah serangga uji R.

yang diperoleh dari koleksi Laboratorium Entomologi SEAMEO

BIOTROP, dan sorgum dari varietas Numbu, Lokal Bandung, CTY-33, Lokal
Wonogiri, dan B-76 dengan berbagai kadar air mulai dari 12-18%.
Alat - alat yang digunakan antara lain wadah pembiakan dan pemeliharaan
serangga uji dengan tutup diberi kasa, timbangan sartorius, alat ukur kadar air
KETT PM 600, oven gallanhamp, hand sprayer, termohigrometer, sample
divinder, saringan besi ukuran 2mm, saringan plastik, nampan plastik, hand tall
counter, plastik zipper, kamera, alat tulis, label, dan kuas.
Metode Penelitian
Penyediaan Sorgum
Biji sorgum yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan langsung dari
berbagai lokasi di lapangan yaitu Wonogiri, Serang, Bandung, Bogor, dan
Jonggol. Varietas yang digunakan adalah Numbu, B-76, dan CTY-33 yang
merupakan hasil pemuliaan BATAN dan 2 varietas lokal yaitu varietas Lokal
Wonogiri dan Lokal Bandung.
Panen dilakukan dengan memotong bagian malai sorgum, selanjutnya malai
dikeringkan dengan dijemur (terkena sinar matahari langsung) selama 2 minggu.
Setelah dikeringkan malai sorgum dirontokkan secara manual atau dengan alat
perontok, selanjutnya dilakukan pengayakan untuk memisahkan biji dengan
bagian malai yang terbawa.

11

Gambar 2 Penampakan fisik lima varietas sorgum yang diuji
Pengembangbiakan Serangga Uji
Pengembangbiakan serangga uji dilakukan dengan menginfestasikan 500
imago R. dominica pada 250 g sorgum. Imago diinkubasikan selama 2 minggu,
setelah itu seluruh imago R. dominica dikeluarkan dan media sorgum diinkubasi
kembali hingga hari ke-48. Mulai hari ke-49 imago yang muncul dipanen setiap
harinya dan dipisahkan berdasarkan tanggal panen untuk mengetahui umur
serangga tersebut.

Pelaksanaan Percobaan
Sorgum yang akan digunakan dalam penelitian difumigasi dengan fosfin
(dosis 1.5 tablet/m3) selama 48 jam untuk membunuh seluruh serangga yang
mungkin terdapat di dalamnya. Biji sorgum kemudian dimasukkan ke dalam
wadah untuk dilakukan penetapan kadar air yang berbeda. Untuk menaikan kadar
air dilakukan dengan menyemprotkan air ke biji dan untuk menurunkan kadar air
dilakukan dengan menggunakan oven dengan suhu 60° C, setelah itu kadar airnya
diukur dengan alat ukur kadar air KETT PM 600 sehingga mendapat kadar air
sebesar 12, 14, 16, dan 18%. Imago yang digunakan sebagai serangga uji adalah
imago yang berumur seragam yaitu imago yang umurnya antara 0 sampai 14 hari.
Serangga tersebut diinfestasikan dengan tingkat populasi awal 0, 10, 20, dan 30
ekor ke dalam stoples plastik yang telah berisi 250 g biji sorgum. Inkubasi
dilakukan selama 2 minggu, setelah itu seluruh imago dikeluarkan dari wadah
(Dobie 1977, Siwale et al. 2009) kemudian media sorgum diikubasikan kembali
hingga hari ke-60. Inkubasi dilakukan pada ruangan dengan suhu 26-30 0C dan

12

kelembapan relatif 50-70 %. Percobaan ini diujikan pada 5 varietas yang berbeda
dengan masing-masing 3 kali ulangan.

Gambar 3 Susunan stoples penyimpanan lima varietas berbagai kadar air dan
tingkat populasi Rhyzopertha dominica
Pada hari ke 60 imago turunan pertama (F1) yang muncul dikeluarkan dan
dihitung. Setelah penghitungan jumlah imago F1 dari masing-masing ulangan,
dilakukan pengambilan sampel biji sorgum sebanyak 25 g dari masing-masing
ulangan dengan menggunakan sample divider.

Perhitungan Persen Susut Bobot
Penilaian susut bobot dan presentase biji berlubang dilakukan dengan
mengambil sampel 25 g dari masing-masing ulangan, kemudian dipisahkan antara
biji utuh dan tidak utuh setelah itu dilakukan penimbangan ulang untuk setiap biji
utuh dan tidak utuh pada setiap sampel. Persen susut bobot sorgum selama
penyimpanan, dihitung menggunakan formula Adams (Adams 1976), yaitu
dengan rumus:
Persen susut bobot =
Dimana :

U.N

.

U

= Bobot biji utuh

Nu

= Jumlah biji utuh

D

= Bobot biji berlubang

Nd

= Jumlah biji berlubang

N

= Jumlah biji utuh + jumlah biji berlubang

D.N

%

13

Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
Faktorial 4x4x5 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah tingkat populasi awal
yaitu 0 ekor, 10 ekor, 20 ekor, dan 30 ekor, faktor kedua adalah kadar air yaitu
12%, 14%, 16%, dan 18%, faktor ketiga adalah varietas yaitu Lokal Bandung,
Lokal Wonogiri, CTY-33, Numbu, dan B-76. Parameter yang diamati adalah
persen susut bobot (weight loss), jumlah biji berlubang, dan jumlah imago R.
dominica generasi pertama (F1) yang muncul.

Analisis Data
Data jumlah imago generasi F1 R. dominica yang muncul, dan nilai susut
bobot kemudian dianalisis dengan uji ANOVA (Analysis of Variance) dilanjutkan
dengan uji perbandingan nilai tengah dengan selang berganda DMRT (Duncan’s
Multiple Range Test) pada taraf α= 0.05 dengan program SAS 9.1. Analisis data
uji korelasi Pearson dan analisis regresi untuk mengetahui hubungan peubah
respon populasi awal dan kadar air awal terhadap populasi akhir dengan
menggunakan program SPSS 16.0.

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Akhir Rhyzopertha dominica
Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi imago F1 R. dominica pada
lima varietas sorgum yang diuji memiliki kecendrungan yang hampir sama yaitu
peningkatan populasi akhir sejalan dengan penambahan populasi awal yang
diinfestasikan.
Populasi akhir R. dominica tertinggi terdapat pada varietas Numbu dengan
populasi awal 30 ekor, yaitu 479.83 ekor (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan Pasaribu
(2009) yang menyatakan bahwa populasi Sitophilus zeamais bertambah seiring
lamanya penyimpanan dan tingkat populasi awal S. zeamais karena peluang
kumbang dalam menemukan pasangannya lebih besar dan akan lebih lama
melakukan kopulasi dengan pasangannya sehingga dapat menghasilkan generasi
yang lebih banyak. Pada kerapatan populasi rendah, keturunan yang dihasilkan
biasanya sedikit karena kesulitan untuk menemukan pasangan seksual.

Tabel 1 Rata-rata populasi akhir R. dominica pada populasi awal dan varietas
yang berbeda
Varietas
Lokal Bandung
Lokal Wonogiri
CTY 33
Numbu
B-76

0
0cA
0cA
0cA
0cA
0bA

Populasi awal (ekor)
10
20
123.33bBC
58.25bcC
174.50bB
317.25bA
190.50aB

128.33bCD
90.42bD
322.83aB
446.75abA
234.25aBC

30
225.92aB
175.00aB
337.50aAB
479.83aA
305.42aB

Keterangan: Angka dalam baris (huruf kecil) dan angka dalam kolom (huruf kapital) yang diikuti oleh huruf yang sama,
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda duncan pada taraf 5%.

Jumlah populasi akhir yang terdapat pada Numbu menunjukkan bahwa R.
dominica mampu berkembang biak dengan baik pada varietas ini. Preferensi
makan kumbang ini bisa dikatakan lebih tinggi pada Numbu karena pertumbuhan
populasi pada varietas ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan keempat varietas
lainnya. Harahap (2009) menyatakan bahwa pada kondisi yang menguntungkan
yaitu tersedianya makanan dan faktor lingkungan yang mendukung populasi

15

serangga hama gudang akan segera meningkat dengan cepat setelah infestasi.
Jenis makanan atau jenis varietas sangat berpengaruh terhadap perilaku serangga
dalam memilih makanan dan meletakan telur.
Kadar air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago atau
kemampuan larva untuk menggerek masuk ke dalam biji. Populasi akhir R.
dominica tertinggi terlihat pada varietas Numbu dengan kadar air 14%, yaitu
399.17 ekor (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan Longstaff (1999) yang
menyimpulkan bahwa kadar air biji 14% dan kelembapan relatif ruangan 70%
merupakan kondisi yang kondusif untuk perbanyakan hama kumbang R. dominica
ini pada komoditas gandum.
Harahap (2009) menyatakan semakin tinggi kadar air, biji akan semakin
lunak dan semakin mudah ditembus oleh larva yang baru keluar dari telur. Namun
hal ini tidak sesuai dengan jumlah populasi akhir R. dominica pada varietas Lokal
Bandung dan B-76 dengan kadar air 18% (Tabel 2). Ketidaksesuaian ini terjadi
karena di dalam ruangan percobaan kadar air dan kelembapan relatif udara di
sekitarnya berada dalam kesetimbangan. Biji yang berkadar air rendah di dalam
ruangan yang kelembapan relatifnya tinggi, maka kadar air biji tersebut akan
meningkat sampai dicapainya kesetimbangan dengan kelembapan relatif udara.
Akan tetapi, kesetimbangan ini bersifat dinamis karena molekul-molekul air akan
tetap bergerak keluar masuk biji. Jika tekanan uap di udara lebih besar
dibandingkan dengan tekanan uap di dalam biji maka biji akan menyerap uap air,
demikian juga sebaliknya jika tekanan uap di udara lebih rendah dibandingkan
dengan tekanan uap di dalam biji maka uap air akan keluar dari dalam biji.

Tabel 2 Rata-rata populasi akhir R. dominica pada kadar air awal dan varietas
yang berbeda
Varietas
Lokal Bandung
Lokal Wonogiri
CTY 33
Numbu
B-76

12
107.17abAB
58.08bB
177.00aAB
220.17aA
209.50abA

Kadar air awal (%)
14
16
166.00aB
59.08bB
193.25aB
399.17aA
230.08aB

163.92aAB
64.83bB
202.00aAB
277.83aA
235.83aA

18
40.50bC
141.67aBC
262.58aAB
346.67aA
54.75bC

Keterangan: Angka dalam baris (huruf kecil) dan angka dalam kolom (huruf kapital) yang diikuti oleh huruf yang sama,
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda duncan pada taraf 5%.

16

Rendahnya jumlah imago R. dominica yang muncul pada varietas Lokal
Bandung dan B-76 dengan kadar air 18% terjadi karena adanya kontaminasi S.
zeamais yang menyebabkan terjadinya kompetisi antar spesies di dalam wadah. S.
zeamais umumnya cenderung menyukai kondisi lingkungan yang dingin berbeda
dengan R. dominica yang menyukai kondisi lingkungan yang relatif panas.
Dengan kata lain R. dominica tidak dapat berkembang biak sebaik S. zeamais
dengan baik pada kondisi tersebut.
Berdasarkan hasil analisis regresi (Gambar 4) terlihat garis linier memiliki
persamaan yang berbeda antar varietas sorgum. Persamaan garis ini berdasarkan
populasi awal 0 hingga 30 ekor dan populasi akhir 0-1000 ekor.
Populasi akhir (ekor)

Populasi akhir (ekor)

CTY 33
1000

y = 34.583 + 11.608x
R2= 0.562

800
600
400
200

y = 16.983 + 6.828x
R2= 0.399

800
600
400
200
0

0
0

10
20
Populasi awal (ekor)

0

30

10

Populasi akhir (ekor)

y = - 2.658 + 5.572x
R2= 0.426

800

20

30

Populasi awal (ekor)

Lokal Wonogiri

1000
Populasi akhir (ekor)

Lokal Bandung

1000

600
400
200

Numbu

1000

y = 75.608 + 15.690x
R2= 0.456

800
600
400
200

0

0
0

10
20
Populasi awal (ekor)

30

0

10
20
Populasi awal (ekor)

30

B-76
Populasi akhir (ekor)

1000

y = 38.542 + 9.600x
R2= 0.297

800
600
400
200
0
0

Gambar 4

10
20
Populasi awal (ekor)

30

Grafik regresi hubungan antara populasi awal R. dominica dan
populasi akhir pada lima varietas sorgum

17

Susut Bobot pada Lima Varietas Sorgum
Pada tingkat populasi awal 30 ekor kelima varietas sorgum yang diuji
mengalami susut yang relatif tinggi. Dengan semakin banyaknya populasi R.
dominica yang berada di tempat penyimpanan menyebabkan penyusutan sorgum
semakin besar pula karena aktivitas serangga yang akan semakin banyak
memakan biji sorgum. Rata-rata populasi akhir R. dominica tertinggi terdapat
pada varietas Numbu, hal ini berbanding lurus dengan tingkat penyusutan yang
terjadi pada sorgum tersebut. Penyusutan yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh
waktu penyimpanan selama 2 bulan dan populasi yang terus berkembang selama
masa penyimpanan. Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat
secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian
lingkungan (Anonim 2009)

Susut bobot (%)

6

5.68aA

3.97aA
3.76aA

4
3.55aA

Lokal Bandung

3.25aA
2.36aA
2.25aB
2.05aCB

2.29aA
2.26aA

2

2.30abA

Lokal Wonogiri

2.27aA

CTY 33

1.80bA

Numbu

1.19abCD
0.85bD

B-76

0
0

10

20

30

Populasi awal (ekor)
Gambar 5 Rata-rata susut bobot pada biji sorgum yang diinfestasi dengan R.
dominica pada populasi awal dan varietas yang berbeda
Pada tingkat kadar air awal yang berbeda, kelima varietas sorgum
mengalami penyusutan yang tidak berbeda nyata. Pada varietas Numbu berkadar
air 14% diperoleh rata-rata populasi akhir R. dominica tertinggi namun susut
bobot yang terjadi pada sorgum terbesar terdapat pada CTY 33 dengan tingkat
kadar air 18% yaitu sebesar 3.3925% (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena jumlah
populasi akhir tidak berbeda nyata antar perlakuan kadar air, sehingga susut bobot
yang ditentukan oleh jumlah populasi akhir juga tidak berbeda nyata.

18

Tabel 3

Rata-rata susut bobot R. dominica pada kadar air awal dan varietas yang
berbeda

Varietas
Lokal Bandung
Lokal Wonogiri
CTY 33
Numbu
B-76

12
1.3858aB
1.1081bB
1.0474aB
3.0661aA
1.6533aB

Kadar air awal (%)
14
16
2.0744aA
1.5158abA
2.3969aA
3.2033aA
1.8124aA

2.0034aA
1.7165abA
1.4910aA
2.0288aA
3.0100aA

18
1.1167aAB
2.5552aAB
3.3925aA
2.4828aAB
0.7880aB

Keterangan: Angka dalam baris (huruf kecil) dan angka dalam kolom (huruf kapital) yang diikuti oleh huruf yang sama,
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda duncan pada taraf 5%.

Dari (Gambar 6) dapat diketahui persamaan garis linear varietas CTY 33
adalah y = - 0.618 + 0.180x. Secara umum pola tersebut dapat menggambarkan
26% kondisi sebenarnya (Lampiran 11). Jika populasi awal bertambah satu R.
dominica maka susut bobot yang ditimbulkan bertambah sebesar 0.18%.
Persamaan garis linier varietas Lokal Bandung adalah y = 0.590 + 0.070x. Pola
tersebut dapat menggambarkan 11.8% kondisi sebenarnya (Lampiran 13). Jika
populasi awal bertambah satu R. dominica maka susut bobot yang ditimbulkan
bertambah sebesar 0.07%. Pada varietas Lokal Wonogiri didapatkan persamaan
liner y = 0.659 + 0.071x. Pola tersebut menggambarkan 35.7% kondisi
sebenarnya (Lampiran 15). Persamaan garis linier varietas Numbu adalah
y = 0.950 + 0.116x. Sedangkan untuk varietas B-76 didapatkan persamaan linier
y = - 0.044 + 0.124x.
Berdasarkan hasil grafik regresi di atas (Gambar 4 dan Gambar 6) terlihat
garis linier dengan keseluruhan nilai R2 bernilai positif yang menyatakan arah
hubungan searah, dimana kenaikan/penurunan populasi awal akan mengakibatkan
kenaikan/penurunan populasi akhir. Begitu pula pada populasi awal dengan
jumlah kehilangan hasil. Semakin kecil nilai R2 maka semakin lemah hubungan
kedua variabel tersebut.

19

Lokal Bandung

CTY 33
25

y = - 0.618 + 0.180x
R2= 0.260

20
15

Susut bobot (%)

Susut bobot (%)

25

10
5
0

15
10
5
0

0

10
20
Populasi awal (ekor)

30

0

Lokal Wonogiri

25

Susut bobot (%)

y = 0.659 + 0.071x
R2= 0.357

15
10
5

10
20
Populasi awal (ekor)

30

Numbu
y = 0.950 +0.116x
R2= 0.496

25

20
Susut bobot (%)

y = 0.590 + 0.070x
R2= 0.118

20

20
15
10
5
0

0
0
0

10
20
Populasi awal (ekor)

10

20

30

30
Populasi awal (ekor)

B-76
Susut bobot (%)

25

y = - 0.044 + 0.124x
R2= 0.153

20
15
10
5
0
0

10

20

30

Populasi awal (ekor)

Gambar 6 Grafik regresi hubungan antara populasi awal R.dominica dan susut
bobot pada lima varietas sorgum
Berdasarkan hasil ANOVA terlihat bahwa tidak terdapat interaksi antara
populasi awal dengan kadar air awal sehingga tidak dilakukan uji korelasi. Pada
hasil uji korelasi kelima varietas sorgum (Tabel 4) terlihat korelasi positif
signifikan antara populasi awal dengan populasi akhir, populasi awal dengan susut
bobot, dan populasi akhir dengan susut bobot. Besar hubungan antara populasi
awal dan populasi akhir CTY 33 yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah
0.749. Hal ini menunjukan hubungan yang sangat erat diantara populasi awal dan
populasi akhir CTY 33 karena nilai R2 mendekati 1 dan p ≤ 0.01. Koefisien positif
(+) memiliki arti semakin banyak populasi awal maka populasi akhir cenderung

20

meningkat. Demikian pula sebaliknya makin sedikit populasi awal makin sedikit
pula populasi akhir.

Tabel 4 Hasil uji korelasi antara populasi awal dan kadar air awal dengan
populasi akhir dan susut bobot 5 varietas
Varietas
CTY 33
Lokal Bandung
Lokal Wonogiri
Numbu
B-76

Parameter
yang diamati

Populasi
awal

Kadar air
awal

% Susut
bobot

Populasi akhir
% Susut bobot
Populasi akhir
% Susut bobot
Populasi akhir
% Susut bobot
Populasi akhir
% Susut bobot
Populasi akhir
% Susut bobot

0.749**
0.510**
0.632**
0.343*
0.652**
0.598**
0.675**
0.705**
0.545**
0.391**

0.171
0.174
-0.187
-0.043
0.300*
0.382*
0.111
-0.177
-0.260
-0.044

0.479**
0.503**
0.666**
0.723**
0.334*

**korelasi sangat signifikan (p ≤ 0.01)
*korelasi signifikan (p ≤ 0.05)

Pada semua varietas kadar air awal memiliki pengaruh yang berbeda-beda.
Hal ini berkaitan dengan kemampuan setiap varietas untuk menyimpan air di
dalam biji yang berbeda. Varietas Lokal Bandung, Numbu, dan B76 memiliki
nilai R2 negatif (-) dan P ≥ 0.05 yang berarti tidak adanya korelasi antara kadar air
awal dengan populasi akhir, maupun kadar air awal dengan susut bobot.
Konstanta negatif memiliki arti semakin tinggi kadar air awal maka populasi akhir
akan semakin sedikit dan susut bobot pun menjadi rendah. Pada varietas CTY 33
baik kadar air awal dengan populasi awal, kadar air awal dengan susut bobot juga
tidak terlihat adanya korelasi namun nilai R2 positif, sedangkan pada varietas
Lokal Wonogiri menunjukan adanya korelasi positif signifikan antara kadar air
awal dengan populasi awal maupun kadar air awal dengan susut bobot. Korelasi
positif memiliki arti semakin tinggi kadar air awal maka populasi akhir akan
semakin banyak dan susut bobot pun menjadi semakin tinggi.

21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Populasi Rhyzopertha dominica mengalami peningkatan seiring dengan
pertambahan tingkat populasi awal. Pertambahan populasi ini juga menyebabkan
presentase penyusutan yang terjadi pada lima varietas sorgum. Kadar air awal
tidak memengaruhi tingkat populasi akhir dan presentase penyusutan. Pola
pertumbuhan R. dominica pada kelima varietas sorgum menunjukan perbedaan
satu sama lain.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui kadar air awal yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap jumlah populasi akhir karena kondisi lingkungan yang
kembali pada keadaan kesetimbangan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
lanjutan dengan menggunakan wadah yang dapat mempertahankan kadar air
dalam biji sorgum.

22

DAFTAR PUSTAKA

Adams J. M. 1976. Weight loss caused by development of Sitophilus zeamais
Motsch in maize. Journal of Stored Products Research. 12: 269-272.

Anonim.
2009.
Ekologi
hama
pascapanen.
http://abankudha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.html
[16
September 2012].
Badan Litbang Pertanian. 1995. Abstrak Hasil-Hasil Penelitian Pertanian di
Indonesia. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Badan
Litbang Pertanian. 1(13): 67.
Duong, T. N. 2006. Analysis of the behaviour of Rhyzopertha dominica (F.)
(Coleoptera: Bostrichidae) towards host volatiles. Duong, T. N. 2006.
Analysis of the behaviour of Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera:
Bostrichidae) towards host volatiles [Disertasi]. London (UK): Natural
Resources Institute, University of Greenwich.
Edde P.A., 2012. A review of the biology and control of Rhyzopertha dominica
(F.) the lesser grain borer. Journal of Stored Products Research 48, 1-18.
Golebiowska, Z., 1969. The feeding and fecundity of Sitophilus granarius (L.),
Sitophilus oryzae (L.), and Rhyzopertha dominica (F.) in wheat grain.
Journal of Stored Products Research. 5: 143-155.
Harahap I. 2009. Ekologi serangga hama gudang. Di dalam Prijono D,
Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu.
Bogor: KLH, UNINDO, SEAMEO Biotrop. Hlm 53-69.
Hidayat P. 2006. Sampling dan monitoring serangga pada gudang penyimpanan.
Pengendalian Hama Gudang di Tempat Penyimpanan Bahan Pangan,
Pakan, dan Tembakau. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.
Human S. 2011. Riset dan pengembangan sorgum dan gandum untuk ketahanan
pangan. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi.

23

Kucevora Z., Stejskal V., 2008. Differences in egg morphology of the stored-grain
pests Rhyzopertha dominica and Prosthephanus truncatus (Coleoptera:
Bostrichidae). Journal of Stored Products Research.44: 103-105.
Longstaff, B.C., 1999.An experimental and modelling study of the demographic
performance of Rhyzopertha dominica (F.) I. Development rate. Journal of
Stored Products Research. 35: 89-98.
Mas’ud S. 2007. Kumbang bubuk pada sorgum dan serta alternatif
penanggulangannya. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan
Perhimpunan Entomologi Indonesia Komisarial Daerah Sulawesi Selatan.
Pabbage MS. 2005. Hubungan antara faktor fisik dan kimia biji sorgum dengan
pertumbuhan populasi serangga hama gudang. Prosiding Seminar Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Pasaribu MJ. 2009. Pertumbuhan populasi Sitophilus zeamais Motsch.
(Coleoptera: Curculionidae) pada empat kultivar beras [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pranata RI. 1979. Pengantar Ilmu Hama Gudang. BIOTROP TROPICAL PEST
BIOLOGY and BOGOR Agriculture
Rees D. 2004. Insect of Stored Products. Australia: Csiro Publishing
Collingwood.
Rivai M. dan Indrosancoyo A. W. 2006. Hama Gudang & Pantri. Hama
Pemukiman Indonesia. FKH IPB, Bogor, Indonesia. Hal: 259- 286.
Sihono, 2012. Pemuliaan tanaman sorgum manis dengan teknik mutasi radiasi.
Workshop on The Current Status and Challenges in Sorghum Development
in Indonesia; 2012 Sep 25. Bogor. SEAMEO-BIOTROP
Siwale J, Mbata K, Mcrobert J, Lungu D. 2009. Comparative resistance of
improved maize genotypes and landracesto maize weevil. African Crop
Science Journal. 17(1): 1-16.
Subramanyam B & Hangstrum DW. 1996. Integrated Management of Insect in
Stored Products. New York: Marcel Dekker, Inc.

24

Suprapto dan R. Mudjisihono. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum. PT.
Penebar Swadaya, Jakarta.Duong, T. N. 2006. Analysis of the behaviour of
Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) towards host
volatiles.
Supriyanto, 2012. Pengembangan sorgum (Sorghum bic