Kajian Resistensi Lima Varietas Sorgum terhadap Rhyzopertha dominica (F.) (Coeloptera: Bostrichidae).

KAJIAN RESISTENSI LIMA VARIETAS SORGUM
TERHADAP Rhyzopertha dominica (F.)
(COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE)

RUSMAN ARIF

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SEKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Resistensi Lima
Varietas Sorgum terhadap Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Rusman arif
NIM A34080079

ABSTRAK
RUSMAN ARIF. Kajian Resistensi Lima Varietas Sorgum terhadap Rhyzopertha
dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae). Dibimbing oleh IDHAM SAKTI
HARAHAP.
Sorgum merupakan serealia sumber karbohidrat yang dapat dijadikan
sebagai substitusi beras. Di tempat penyimpanan, biji sorgum banyak mengalami
masalah yang disebabkan oleh hama gudang, salah satunya Rhyzopertha dominica
(F.). Kerusakan yang diakibatkan serangga hama gudang mencapai 30%. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui resistensi lima varietas sorgum terhadap
serangan R. dominica selama masa penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Entomologi SEAMEO-BIOTROP. Lima varietas sorgum yang
diujikan yaitu Numbu, Lokal Bandung, Lokal Wonogiri, CTY-33, dan B-76. Uji
resistensi dilakukan dengan menginfestasikan 40 imago R. dominica ke dalam
stoples plastik bervolume 1000 ml yang berisi 100 gr biji sorgum selama 14 hari,

kemudian seluruh imago dikeluarkan lagi, kemudian seluruh wadah diinkubasi
selama 42 hari. Antara hari ke-42-80 seluruh imago F1 yang muncul dikeluarkan
kembali dari biji sorgum dan dihitung. Tingkat resistensi biji sorgum didasarkan
pada Indeks Kerentanan Dobie (IKD). Hasil penelitian menunjukan bahwa
varietas CTY-33 relatif lebih resisten daripada varietas lainnya dengan nilai IKD
3.814, tingkat kekerasan biji sorgum diketahui sebagai faktor resistensi.
Kata kunci: sorgum, Rhyzopertha dominica, resistensi, indeks kerentanan dobie

ABSTRACT
RUSMAN ARIF. Study on Resistance of Five Sorghum Varieties to Rhyzopertha
dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) in Storage. Supervised by IDHAM
SAKTI HARAHAP.
Sorghum is a cereal crop source of carbohydrate that can be used as a
substitute for rice. Sorghum seed storage facing many problems caused by stored
product pest, one of them is Rhyzopertha dominica (F.). Damage to sorghum seed
caused by insect pests reach 30%. The objective of this research was to evaluate
the resistance of five sorghum varieties against R. dominica during storage.
Research was conducted at Entomology Laboratory SEAMEO- BIOTROP.
Bioassays were conducted by infesting 40 adults of R. dominica to 1000 ml
plastic jar containing 100 g sorghum seed for 14 days and then taken out from the

jars. All the jars, then incubated for 42 days. Five sorghum varieties tested were
Numbu, local Bandung , Local Wonogiri, CTY-33, and B-76. Between day 42-80,
all F1 adults came out from the seeds were counted. Resistance level then
determined by Dobie Index of Susceptibility (DIS). Weight loss from each variety
were also calculated. Research result showed that CTY-33 was the most resistant
variety with DIS value of 3.814, seed hardness seemed to be the resistance factor.
Keywords : sorgum, Rhyzopertha dominica, resistance, dobie index of
susceptibility

KAJIAN RESISTENSI LIMA VARIETAS SORGUM
TERHADAP Rhyzopertha dominica (F.)
(COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE)

RUSMAN ARIF

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman


DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kajian Resistensi Lima Varietas Sorgum terhadap Rhyzopertha
dominica (F.) (Coeloptera: Bostrichidae).
Nama
: Rusman Arif
NIM
: A34080079

Disetujui oleh

Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih M.Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian
Resistensi Lima Varietas Sorgum Terhadap Rhyzoperta dominica (F.) (Coleoptera:
Bostrichidae)”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam pelaksanaan kegiatan percobaan maupun dalam penulisan skripsi,
terutama kepada Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si, sebagai dosen pembimbing
skripsi yang bersedia memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam
pelaksanaan kegiatan penelitian dan penulisan skripsi. Kemudian terimakasih Drs.
Sunjaya dan Ir. Sri Widayanti sebagai pembimbing di Laboratorium Entomologi
SEAMEO BIOTROP yang telah memberikan pengetahuan, pengarahan, dukungan
dan bimbingan sejak awal hingga akhir penelitian. Kemudian terimakasih kepada
Dosen penguji yaitu Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc, yang telah memberikan saran
terhadap perbaikan penulisan skripsi penulis.

Terimakasih kepada keluarga yaitu ibu, bapak, kakak, dan adik yang selalu
memberikan dukungan dan doa buat penulis dalam pengerjaan skripsi. Rekanrekan satu penelitian sorgum yang turut membantu dalam kegiatan penelitian, yaitu
Sagitha Phinantie dan Rizkika Latania yang selalu mengisi kesepian dengan canda
tawa dan kebersamaan saat penelitian. Terimakasih kepada Mas Heriyanto dan
Dr.Supriyanto atas bantuan kerjasama dan dukungan moril di SEAMEO
BIOTROP hingga menyelesaikan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2013
Rusman Arif

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3


BAHAN DAN METODE

4

Waktu dan Tempat Penelitian

4

Bahan dan Alat

4

Tahap Persiapan

4

Penyediaan Serangga Uji

4


Pengembangbiakan Serangga Uji

4

Penyediaan Biji Sorgum Untuk Uji Resistensi

5

Uji Resistensi

5

Analisis dan Pengukuran Karakter Fisik dan Kimia Biji

6

Pengukuran Kekerasan Biji

6


Pengukuran Karakteristik Fisik Biji Sorgum

6

Analsis Kadar Tanin dan Kadar Total Fenol

6

Rancangan Percobaan

6

Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

8


Parameter Resistensi Biji Sorgum terhadap R. dominica

8

Korelasi Parameter Resistensi dengan Faktor-Faktor
yang mempengaruhi

13

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

15
15
15
16
23

vi

DAFTAR TABEL
1 Rata-rata median waktu perkembangan R. dominica pada lima varietas
Sorgum

9

2 Rata-rata jumlah imago F1 R. dominica yang muncul pada lima varietas
Sorgum

10

3 Rata-rata nilai susut bobot akibat serangan R. dominica pada lima
Varietas sorgum

11

4 Karakteristik fisik lima varietas sorgum

12

5 Karakteristik kimia lima varietas sorgum

12

6 Hasil uji korelasi parameter-parameter daya resistensi dengan kadar tanin,
Kadar feno,l dan kekerasan biji
13

DAFTAR GAMBAR
1 Penampakan fisik lima varietas sorgum yang diuji

5

2 Stoples berisi serangga uji dan sorgum selama inkubasi

5

3 Rata-rata Indeks Kerentanan Dobi (IKD)

8

4 Pertumbuhan populasi imago R. dominica pada lima varietas sorgum

10

5 Regresi hubungan antara jumlah imago F1 R. dominica dan kehilangan
Hasil pada lima varietas sorgum

11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sidik ragam rata-rata kekerasan biji sorgum

18

2 Sidik ragam rata-rata jumlah imago F1 R. dominica

18

3 Sidik ragam rata-rata median waktu perkembangan

18

4 Sidik ragam rata-rata nilai Indeks Kerentanan Dobie (IKD)

18

5 Sidik ragam rata-rata lebar biji sorgum

19

6 Sidik ragam rata-rata nilai susut bobot

19

7 Sidik ragam rata-rata panjang biji sorgum

19

8 Sidik ragam rata-rata tebal biji sorgum

19

9 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R.dominica dengan nilai
Kehilangan hasil

20

10 Uji korelasi parameter-parameter daya resistensi sorgum terhadap
R. dominica

21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi beras yang
cukup tinggi, yaitu mencapai 139.15 kg/orang/tahun dengan jumlah penduduk
mencapai 237,556,365 jiwa, sedangkan gabah kering yang dihasilkan hanya
68,956,292 ton, masih kurang untuk memenuhi kebutuhan nasional. Laju
pertambahan penduduk yang tinggi menyebabkan permintaan terhadap beras
meningkat setiap tahunnya. Sementara areal panen yang semakin sempit dan
faktor alam menyebabkan produksi beras mengalami penurunan, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia masih tetap dilakukan impor.
Menurut BPS (2011) impor beras Indonesia mencapai 2,75 juta ton. Salah satu
alternatif pemecahan masalah untuk menghadapi kelangkaan bahan pangan adalah
melalui substitusi dengan tanaman yang mengandung karbohidrat lainnya, salah
satu tanaman yang berpotensi untuk mendukung fungsi beras adalah sorgum
(Suarni 2004).
Sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak, serat, pupuk,
dan bioenergi (bioetanol) (Supriyanto 2012). Sebagai bahan pangan, nilai gizi
sorgum cukup memadai yaitu mengandung sekitar 83% karbohidrat, 3,5% lemak,
dan 10% protein (basis kering). Komposisi kimia dan zat gizi sorgum mirip
dengan gandum dan serealia lain. Rendahnya mutu tepung sorgum disebabkan
oleh tingginya kadar protein prolamin (asam amino yang tidak larut dalam air)
sehingga nilai gizinya relatif rendah. Namun demikian, menurut Suarni (2004)
belum ada bukti yang menunjukkan bahwa prolamin bersifat merugikan bila
sorgum diolah dengan baik.
Sungkono et al. (2009) menyatakan bahwa sebagai bahan baku bioenergi,
sorgum memenuhi tiga syarat utama yaitu tidak berkompetisi dengan tanaman
pangan, produktivitas tinggi, dan biaya produksi yang rendah. Tanaman sorgum
mempunyai keistimewaan lain yaitu lebih tahan terhadap kekeringan bila
dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya serta dapat tumbuh hampir di
setiap jenis tanah (Laimeheriwa 1990).
Tanaman sorgum (Sorgum bicolor (L)) berasal dari India, merupakan
tanaman yang kuat pertumbuhannya dengan rata-rata tinggi 100-110 cm.
Tanaman sorgum mirip dengan tanaman jagung. Di Indonesia, biji sorgum dikenal
dengan berbagai nama daerah, antara lain yaitu jagung pari, cantel, gandum ancer
(Jawa), jagung cetrik, gandrung, gandrum,degem, kumpay (Sunda) wataru hamu
(Sumba), sela (Flores), bata (Bugis), jagung garai, gandum (Minangkabau)
(Susila, 2005).
Warna biji dapat menunjukan kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih
terang akan menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk
dijadikan makanan lunak, seperti roti dan lainnya. Sedangkan varietas yang
berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan rasanya
pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan dasar minuman (Laimeheriwa, 1990).
Biasanya warna kulit biji sorgum terkait dengan kadar tanin dalam biji
sorgum yang sebagian besar terdapat pada lapisan testa. Sorgum yang
mengandung tanin tinggi biasanya kulit bijinya (testa) berwarna merah tua atau

2

coklat, sedangkan biji yang berwarna krem umumnya kandungan taninnya rendah.
Kandungan tanin pada biji sorgum dapat berkurang dengan dilakukan
penyosohan, namun penyosohan dapat mengurangi kandungan lemak pada biji
sorgum, karena sebagian besar mineral terdapat pada bagian kulit luar dari biji
sorgum yang terbuang sebagai dedak saat proses penyosohan (Sujatmiko et al.
2010).
Suarni (2004) menyatakan bahwa kandungan tanin biji sorgum menurun
drastis setelah penyosohan, penurunan kadar tanin sampai 75% yaitu dari1.823.98% menjadi 0.36-1.72%, namun protein ikut terbawa akibat bagian endosperm
yang dekat dengan aleuron banyak yang terkikis. Dengan menurunnya kadar tanin
ini, rasa pahit atau kesat berkurang dan dapat menghilangkan zat anti nutrisi tanin
dalam biji sorgum.
Pengembangan varietas sorgum sudah banyak dilakukan untuk
mendapatkan sorgum unggul. Sejumlah galur mutan tanaman sorgum dengan
sifat-sifat agronomi unggul seperti tahan rebah, genjah, produksi tinggi, kualitas
biji baik, dan lebih tahan terhadap kekeringan telah dihasilkan. Akan tetapi,
dengan sifat agronomi yang unggul saja belum bisa menjamin sorgum tersebut
tahan selama penyimpanan akibat serangan hama gudang (Sungkono et al. 2009).
Di daerah tropis seperti Indonesia, serangga merupakan penyebab utama
terjadinya susut dan kerusakan selama penyimpanan, tingkat kerusakan yang
diakibatkan serangga hama gudang mencapai 30% (Mas’ud 2007). Selain itu,
serangga juga dapat mengotori berbagai komoditas bahan pangan dengan ekskresi
(kotoran) dan eksuvia (kulit luar yang ditinggalkan stadia pra dewasa) yang dapat
menimbulkan berbagai bahaya baik bagi kesehatan maupun berkurangnya daya
terima konsumen.
Salah satu hama pascapanen yang menyebabkan kerusakan pada biji-bijian
adalah Rhyzopertha dominica (F.). Serangga yang tergolong hama primer ini
mampu berkembang biak dan menimbulkan kerusakan pada berbagai jenis biji
serealia biji utuh. Masa hidup serangga ini sebagian besar berada pada fase larva
dan imago yang cukup lama sehingga tingkat kerusakan yang diakibatkannya
cukup tinggi (Park et al. 2008).
Kerugian akibat serangan R. dominica yaitu biji yang diserang menjadi
berlubang-lubang dan menghasilkan banyak serbuk hasil gerekan. Larva maupun
imago merupakan pemakan biji yang sangat rakus sehingga kerusakan pada
komoditas yang disimpan lebih besar dibandingkan hama lain (Vardmen et al.
2006).
Kerusakan akibat serangan R. dominica menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas biji (Williams et al. 1981). Infestasi yang disebabkan oleh
kumbang ini juga berpengaruh terhadap rendahnya kandungan asam amino pada
biji gandum, jagung, dan sorghum (Jood et al. 1995). Menurut Marinez (1997),
kerusakan yang diakibatkan R. dominica berpengaruh terhadap kualitas tepung.
Penggunaan varietas tahan dalam pengendalian hama akan sangat
menguntungkan karena akan mudah diadopsi oleh para petani, praktis, relatif
murah, dan aman terhadap lingkungan. Akan tetapi informasi mengenai varietas
yang tahan terhadap serangan hama gudang ini masih sedikit, sehingga kajian
resistensi beberapa varietas sorgum terhadap R. dominica perlu dilakukan.

3

Tujuan
Mengetahui resistensi lima vairetas sorgum terhadap R. dominica selama
masa penyimpanan dan faktor yang memengaruhinya.

Manfaat Penelitian
Tersedianya informasi mengenai varietas sorgum yang resisten terhadap R.
dominica dan mengetahui faktor yang memengaruhinya.

4

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi
BIOTROP Bogor, dari Februari sampai September 2012.

SEAMEO

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji sorgum dengan 5
varietas yaitu B76 dari Bogor, CTY-33 dari Jonggol, Lokal Bandung dari
Bandung, Lokal Wonogiri dari Wonogiri, dan Numbu dari Serang dan fosfin
tablet. Serangga yang digunakan adalah serangga yang berasal dari SEAMEO
BIOTROP. Alat yang digunakan yaitu, ayakan plastik dan ayakan besi ukuran 2
mm digunakan untuk memisahkan serangga dari biji sorgum, hardness tester
digunakan untuk mengukur kekerasan biji, Kett P480 digunakan untuk mengukur
kadar air biji sorgum, sample divider digunakan untuk mengambil sampel biji,
stoples plastik volume 1000 ml sebagai media inkubasi, termohigrometer
digunakan sebagai pengukur kelembaban dan suhu ruangan, timbangan sartorius
untuk menimbang sampel biji.

Tahap Persiapan
Penyediaan Pakan Serangga Uji.
Biji sorgum diperoleh dari pertanaman sorgum milik SEAMEO
BIOTROP. Biji sorgum yang digunakan terdiri atas dua varietas yaitu CTY-33
dan B-76. Biji sorgum yang digunakan sebagai pakan disterilkan dahulu dengan
oven pada suhu 60 °C selama 1 jam. Setelah dingin, biji sorgum dimasukkan ke
dalam stoples kaca.
Pengembangbiakan Serangga Uji.
Serangga uji yang digunakan adalah imago R. dominica keturunan dari
koloni serangga yang diperoleh dan diperbanyak di Laboratorium Entomologi,
SEAMEO BIOTROP. Imago R. dominica diinfestasikan sebanyak 300- 1000 ekor
ke dalam stoples kaca yang telah diisi dengan sorgum dari salah satu varietas
CTY-33 dan B-76 sebanyak 400 gr. Setelah 2 minggu seluruh imago R. dominica
dikeluarkan, selanjutnya media sorgum diinkubasi selama 4 minggu. Pada hari ke42 dilakukan pengambilan imago yang muncul setiap harinya. Serangga yang
muncul pertama dihitung berumur 1 hari, Imago yang digunakan sebagai serangga
uji berumur seragam yaitu antara 1-14 hari.

6

Setelah penghitungan jumlah imago F1 R. dominica, dari setiap unit
percobaan diambil sampel sebanyak 25 gram dengan menggunakan sample
divider. Setiap sampel dipisahkan antara biji utuh dan tidak utuh kemudian
dilakukan penghitungan dan penimbangan ulang pada biji utuh dan tidak utuh dari
setiap sampel.

Analisis dan Pengukuran Karakter Fisik dan Kimia Biji Sorgum
Pengukuran kekerasan biji.
Analisis kekerasan biji dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor dengan alat
hardness tester. Pengukuran diulang sebanyak 10 kali untuk setiap varietas
sorgum.
Pengukuran karakteristik fisik biji sorgum.
Pengukuran dimensi biji (panjang, lebar, dan tebal) dilakukan di
Laboratorium Entomologi, SEAMEO BIOTROP menggunakan jangka sorong
elektronik. Pengukuran diulang sebanyak 10 kali untuk setiap varietas sorgum.
Analisis kadar tanin dan kadar total fenol.
Analisis kadar tanin dilakukan oleh Laboratorium PT. Saraswati Indo
Gentech, Bogor. Analisis kadar total fenol dilakukan oleh Laboratorium
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan 1 faktor perlakuan yaitu varietas sorgum yang
terdiri atas 5 taraf, perlakuan diulang sebanyak 10 kali dan disusun dalam
rancangan acak lengkap dengan parameter yang diamati adalah jumlah imago R.
dominica generasi pertama (F1) yang muncul dan persentasi susut bobot (weight
loss).
Tingkat resistensi biji sorgum dilihat menurut indeks kerentanan Dobie
(Dobie 1977 dalam Siwale et al. 2009):
Log F1
X 100
Indeks Kerentanan Dobie (IKD) =
D
F1 = jumlah R. dominica generasi pertama (generasi F1) yang menetas setelah 42
hari inkubasi
D = median waktu perkembangan (nilai tengah dari waktu peletakkan telur
(oviposition periode) hingga 50% imago F1 muncul).
Persentasi susut bobot sorgum selama penyimpanan, dihitung
menggunakan formula Adams (Adams 1976):
.
.
Persentasi susut bobot =
100%
(
)
U
D

= bobot biji utuh
= bobot biji berlubang

Nu
Nd

= jumlah biji utuh
= jumlah biji berlubang

7

Analisis Data
Data jumlah imago generasi F1 R. dominica yang mucul, median waktu
perkembangan, nilai IKD, nilai susut bobot, kekerasan biji sorgum, dan dimensi
biji kemudian dianalisis dengan uji ANOVA (analysis of variance) dilanjutkan
dengan uji perbandingan nilai tengah dengan selang berganda DMRT (Duncan’s
Multiple Range Test). Selain itu dilakukan uji korelasi Pearson dan regresi.
Analisis statistika dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0

8

HASI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Resistensi biji sorg
sorgum terhadap R. dominica dipengaruhi oleh
eh beberapa
faktor. Menurut Pabbage
ge ((2005) faktor penyebab tersebut salah satun
satunya yaitu
faktor fisik dan kimia. Fakt
aktor fisik yang diukur yaitu kekerasan biji da
dan dimensi
biji, sedangkan faktor kimia
ia (metabolit sekunder) yaitu total fenol dann ka
kandungan
tanin. Berbagai faktor fisik
sik dan kimia dianalisis dan dilihat korelasiny
sinya dengan
nilai-nilai yang berkaitan de
dengan parameter resistensi.

Parameter Resi
esistensi Biji Sorgum terhadap R. dominica
Parameter resistensi
nsi biji sorgum terhadap R. dominica terdiri at
atas jumlah
imago F1 R. dominica yang
ang muncul, median waktu perkembangan,
n, ni
nilai Indeks
Kerentanan Dobie (IKD),, da
dan susut bobot.
Resistensi beberapa
pa varietas sorgum dapat diketahui dengann m
menghitung
nilai Indeks Kerentanan D
Dobie (IKD). Semakin rendah nilai IKD maka
aka sorgum
tersebut semakin resisten tterhadap R. dominica, semakin tinggi nilaii IIKD maka
sorgum tersebut semakinn rrentan. Hasil pengujian resistensi menunjuk
ukan bahwa
dari lima varietas sorgum yyang diuji, ada satu varietas sorgum memili
iliki tingkat
resistensi berbeda nyata diba
dibandingkan empat varietas lain (Gambar 4)..

5.1343a

B-76
3.8142b

CTY-33

5.1219a

Lokal Wonogiri

4.8
.8554a

Lokal Bandung

5.3982a

Numbu
0

1

2

3

4

5

6

Angka-angka dengan huruf yang
ng sama tidak berbeda nyata satu sama lain (Uji Duncan
an pada p =
0.05)

Indeks Kerentanan Dobie (IKD) lima varietass sor
Gambar 4 rata-rata nilai Ind
sorgum
merupakan varietas yang memiliki tingkat
Varietas CTY-33 m
kat resistensi
D 3.8142. Hal ini menunjukan bahwa varieta
tertinggi dengan nilai IKD
tas CTY-33
paling resisten terhadap R. dominica, sedangka
merupakan varietas yangg pa
kan varietas
Numbu merupakan varietas
tas yang memiliki tingkat resistensi terendah de
dengan nilai
IKD 5.3982. Hal ini menunj
unjukan bahwa varietas Numbu merupakan var
varietas yang
paling rentan terhadap R.. dom
dominica. Tingkat resistensi dari varietas BB-76, Lokal
Wonogiri, lokal Bandung,, ddan Numbu tidak berbeda nyata, hal ini bera
berarti tingkat

9

resistensi dari empat varietas tersebut tidak terjadi perbedaan yang signifikan,
namun selisih nilai IKD menunjukan tingkatan resistensi dari varietas tersebut.
Jumlah populasi F1 R. dominica berkorelasi positif signifikan dengan nilai
IKD, hal ini menunjukan semakin tinggi jumlah populasi F1 R. dominica yang
muncul menyebabkan nilai IKD semakin tinggi. Median waktu perkembangan R.
dominica berkorelasi negatif dengan nilai IKD, hal ini menunjukan bahwa
semakin lama median waktu perkembangan R. dominica menyebabkan nilai IKD
menjadi semakin rendah (Lampiran 10).
Hasil pengamatan median waktu perkembangan R. dominica menunjukan
bahwa varietas Lokal Bandung memiliki median waktu perkembangan terlama
dibandingkan varietas lainnya (Tabel 1).
Tabel 1 Rata-rata median waktu perkembangan R. dominica pada lima
varietas sorgum
Varietas
Median waktu perkembangan (hari)
Numbu

43.4bc

Lokal Bandung

45.9a

Lokal Wonogiri

43.7b

CTY-33

43.9b

B-76

43.0c

Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain (Uji Duncan
pada p = 0.05)

Nilai median waktu perkembangan varietas Lokal Bandung yaitu 45.9
hari, kemudian tertinggi kedua yaitu CTY-33 dengan nilai 43.9, sedangkan
varietas yang lain median waktu perkembangannya berkisar pada 43 hari (Tabel
1). Menurut Hagstrum (1996) median waktu perkembangan R. dominica pada
suhu 25 °C–29 °C berkisar antara 39,5–56,4 hari. Median waktu perkembangan
menunjukan kesesuaian antara serangga dengan inangnya, semakin lama median
waktu perkembangan R. dominica maka varietas tersebut kurang sesuai untuk
perkembangan R. dominica. Tingkat kekerasan biji diduga sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan R. dominica.
Jumlah populasi F1 R. dominica pada varietas Numbu berbeda nyata
dengan jumlah populasi pada B-76, lokal Wonogiri, dan CTY-33. Varietas
Numbu memiliki jumlah populasi paling tinggi sedangkan varietas CTY-33
memiliki jumlah populasi paling rendah (Tabel 2). Menurut Sunajaya dan
Widayanti (2006) rata-rata jumlah telur yang diletakan pada suhu 25 °C berkisar
244-288 butir.
Jumlah populasi F1 R. dominica pada varietas CTY-33 sangat jauh sekali
dari rata-rata jumlah F1 R. dominica yang muncul pada kisaran suhu antara 25 °C29 °C (Tabel 2). Hal ini disebabkan varietas CTY-33 memilki tingkat kekerasan
tertinggi.

Varietas

Jumlah F1 yang muncul (individu)

Numbu

276.10a

Lokal Bandung

238.50ab

Lokal Wonogiri

188.0cc

CTY-33

67.30d

Jumlah imago R. dominica
(individu)

B-76

205.90bc

260
210

Numbu

160

Lokal Bandung
Lokal Wonogiri

110

CTY-33
60

B-76

10
10

20

30

40

Hari setelah 42 hari inkubasi

50

Susut bobot (%)

Varietas

Susut bobot (%)

Numbu

4.4175a

Lokal Bandung

2.1218c

Lokal Wonogiri

3.3367b

CTY-33

1.0649d

B-76

2.9365b

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

y = 0.007x + 1.397
R² = 0.340

0

100

200

300

400

500

Jumlah imago F1 R. dominica (individu)

600

700

12

Kekerasan biji dari yang terendah sampai tertinggi yaitu varietas B-76,
Lokal Wonogiri, Numbu, Lokal Bandung, dan CTY-33. Tingkat kekerasan biji
memengaruhi daya gerek serangga. Dimensi biji (panjang, lebar dan tebal)
menunjukan seberapa besar ukuran biji sorgum. Dimensi biji dari yang terkecil
sampai terbesar yaitu B-76, Lokal Wonogori, Numbu, CTY-33, dan Lokal
Bandung. Dimensi biji menunjukan kesesuaian ukuran biji sorgum untuk
pertumbuhan serangga dan menentukan pengaruhnya terhadap populasi R
dominica (Toews 1995).
Tabel 4 Karakteristik fisik lima varietas sorgum
Kekerasan biji
Panjang biji
Varietas
(kg)
(mm)

Lebar biji
(mm)

Tebal biji
(mm)

Numbu

7.17b

4.11b

3.55bc

2.31bc

Lokal
Bandung

9.06a

4.64a

4.04a

2.62a

Lokal
Wonogiri

6.03c

3.63c

3.46c

1.89d

CTY-33

9.26a

4.18b

3.74b

2.37b

B-76

2.72d

3.62c

3.44c

2.15c

Angka-angka pada kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain (Uji
Duncan pada p = 0.05)

Berdasarkan data pada Tabel 4, semua varietas sorgum yang diuji
memiliki dimensi lebih dari 3 mm. Menurut Kalshoven (1981) imago R. dominica
berukuruan 1.5-3 mm, maka semua varietas sorgum cocok untuk pertumbuhan R.
dominica. Ukuran biji sangat penting untuk R. dominica, sebab perkembangan
sebelum menjadi imago berada di dalam biji, menurut Hagstrum dan Flinn (1990)
R. dominica seluruhnya berada di dalam biji, bahkan imago R. dominica
cenderung selalu berada di dalam biji.
Tabel 5 Karakteristik kimia lima varietas sorgum
Varietas
Kadar tanin (%) Kadar fenol (mg/1000g)
Numbu

4.79

268.90

Lokal Bandung

5.09

278.02

Lokal Wonogiri

6.59

949.04

CTY-33

5.39

480.31

B-76

4.86

342.58

Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain (Uji Duncan
pada p = 0.05)

Berdasarkan Tabel 5, kadar tanin dari lima varietas berturut-turut dari nilai
terkecil, Numbu, B-76, Lokal Bandung, CTY-33 dan Lokal Wonogiri. Kadar
fenol berturut-turut dari terkecil yaitu Numbu, Lokal Bandung, B-76, CTY-33,
dan Lokal Wonogiri. Kandungan tanin terakumulasi dalam lapisan luar biji

13

sorgum (testa), kandungan tanin yang tinggi dapat terlihat pada permukaan biji
sorgum, pada biji yang memiliki kandungan tanin tinggi umumnya berwarna
merah atau kecoklatan. Umumnya kadar fenol tinggi terdapat kandungan tanin
yang tinggi (Sujatmiko 2010).

Korelasi Parameter Resistensi dengan Faktor-faktor yang Memengaruhi
Hubungan antara karakteristik kimia dan fisik biji sorgum dengan
parameter resistensi terhadap R. dominica diuji menggunakan korelasi pearson.
Hasil uji korelasi (Tabel 6), menunjukan tingkat kekerasan diduga sebagai faktor
resisten pada biji sorgum.
Kadar tanin dan fenol menunjukan korelasi negatif lemah dengan jumlah
populasi F1 R. dominica dan nilai IKD, hal ini menunjukan bahwa peningkatan
kadar tanin dan total fenol menyebabkan penurunan jumlah populasi serangga F1
dan nilai IKD yang tidak signifikan. Kekerasan biji berkorelasi positif signifikan
dengan median waktu perkembangan, semakin tinggi tingkat kekerasan maka
median waktu perkembangan semakin lama. Hal ini diduga karena biji dengan
kekerasan tinggi dapat menghambat perkembangan R. dominica. Menurut
Suryatmin (1990) R. dominica lebih menyukai makanan yang lunak atau tingkat
kekerasan rendah. Oleh karena itu, perkembangan R. dominica menjadi
terhambat. Sedangkan kekerasan biji berkorelasi negatif terhadap jumlah F1, nilai
IKD, dan susut bobot. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan kekerasan biji
menyebabkan penurunan jumlah populasi F1, susut bobot, dan nilai IKD.
Tabel 6 Hasil uji korelasi parameter-parameter daya resistensi dengan kadar
tanin, kadar fenol, dan kekerasan biji
Parameter
resistensi

Kadar
tannin

Kadar
fenol

Kekerasan
biji

Lebar biji

Panjang
biji

Tebal biji

Jumlah F1

-0.159

-0.167

-0.053

0.083

-0.008

0.190

Median waktu
perkembangan

-0.007

-0.104

0.262

0.336*

0.289*

0.297*

Indeks
Kerentanan
Dobie

-0.050

-0.024

-0.219

-0.172

-0.210

0.098

0.012

-0.215

-0.405*

-0.363*

-0.278*

% susut bobot
-0.035
*korelasi signifikan (p ≤ 0.05)

Persentasi susut bobot berkorelasi negatif sangat signifikan dengan
dimensi biji, pada biji berukuran besar tingkat susut bobot lebih rendah di banding
biji berukuran kecil, seharusnya biji berukuran besar tingkat susut bobot lebih
tinggi karena memiliki kelebihan dalam penyediaan makanan, ruang untuk
tumbuh, dan luas areal untuk peletakan telur (Rohayati 1992), hal ini menunjukan
bahwa dimensi biji tidak berpengaruh terhadap susut bobot.
Biji hanya menentukan kecocokan sebagai media untuk perkembangan R.
dominica. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, semua ukuran biji cocok untuk
perkembangan R. dominica, namun pada biji berukuran besar bersamaan dengan

14

tingkat kekerasan yang tinggi, jadi seolah-olah ukuran biji berpengaruh terhadap
susut bobot, padahal yang berpengaruh terhadap persentasi susut bobot yaitu
jumlah F1 R. dominica, populasi R. dominica F1 yang muncul setiap varietas
berbeda-beda disebabkan oleh kekerasan biji. Begitu pula dengan median waktu
perkembangan R. dominica, waktu perkembangan semakin lama dengan
bertambahnya ukuran biji padahal waktu perkembangan semakin lama disebabkan
karena tingkat kekerasan.
Pertumbuhan R. dominica pada sorgum tidak optimal karena lingkungan
kurang mendukung yaitu suhu dan kelembaban. Menurut Kalshoven (1981) R.
dominica berkembang optimum pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, R.
dominica optimum berkembang pada suhu 34 °C dan kelembaban rendah.
Menurut Edde (2012) R. dominica berkembang optimum pada kelembaban di
bawah 30%, sedangkan di tempat pengujian suhu rata-rata 25.4-29.1 °C dan
kelembaban relative 50-67 %.
Selain itu, faktor suhu menyebabkan total telur R. dominica yang diletakan
berkurang, pada keadaan optimum total telur imago R. dominica mencapai 573
sedangkan pada suhu 26 °C hanya 255 dan pada suhu 29 °C hanya 288. Tingkat
kematian siklus hidup R. dominica mencapai 26%. Jumlah telur memengaruhi
jumlah F1 yang muncul, menurut (Park et al. 2008) jumlah imago pada suhu 32
°C berbeda nyata dengan jumlah imago pada suhu 27 °C.

15

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tingkat resistensi lima varietas sorgum dari tertinggi sampai terendah
yaitu CTY-33, Lokal Bandung, Lokal Wonogiri, B-76, dan Numbu. Varietas
CTY-33 merupakan varietas yang paling resisten. Faktor yang memengaruhi
tingkat resistensi pada biji sorgum terhadap R. dominica adalah faktor fisik yaitu
kekerasan biji sorgum. Kekerasan berpengaruh terhadap jumlah F1 yang muncul
dan median waktu perkembangan. Semakin tinggi tingkat kekerasan biji sorgum
populasi R. dominica anakan F1 yang muncul semakin sedikit dan semakin lama
waktu perkembangan R. dominica dan berpengaruh terhadap nilai Indeks
Kerentanan Dobie (IKD) sebagai indikator resistensi biji sorgum.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah jumlah senyawa
metabolit sekunder lainnya selain yang diuji. Selain itu, perlu ditambah jumlah
varietas yang diuji sehingga lebih mudah diaplikasikan oleh petani untuk memilih
varietas mana yang tepat untuk dibudidayakan dengan tingkat susut bobot dalam
penyimpanan rendah.

16

DAFTAR PUSTAKA
Adams. 1976. Weight loss caused by development of Sitophilus zeamais Motsch
in maize. Journal of Stored Products Research. 12:269-272.
Bamaiyi LJ, Dike MC, Onu I. 2007. Relative susceptibility of some sorghum
varieties to the rice weevil Sitophilus oryzae L. (Coleoptera:
Curculionidae). Journal of Entomology. 4(5):387-392.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan beberapa indikator utama
sosial-ekonomi Indonesia. Jakarta (ID): BPS Pr.
Chanbang Y, Arthur FH, Wilde GE, Throne JE, Subramanyam BH. 2008.
Methodology for assessing rice varieties for resistance to the lesser grain
borer, Rhizopertha dominica. Journal of Stored Products Research.
8(16):1-5.
Edde AP. 2012. A review of the biology and control of Rhyzopertha dominica (F.)
the lesser grain borer. Journal of Stored Products Research 48:1-18.
Harahap IS. 2006. Ekologi serangga hama gudang. Di dalam Prijono D,
Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang
Terpadu. Bogor (ID): KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. Hlm 53-70.
Hagstrum DW, Flinn PW. Survival of Rhyzopertha dominica (Coleoptera:
Bostrichidae) in stored wheat under and winter temperature conditions.
Environ Entomol. 23(2):390-395.
Kalshoven IGE. 1981. The pest of crops in Indonesia. Jakarta (ID). Ichtiar Baru.
Marinez SRI, Rocha MOC, Dorane FO, Valdes MM, Silveira MI, 1997. End use
quality of flour from Rhyzopertha dominica infested wheat. Cereal
Chemistry. 74(4):481-483.
Mas’ud S. 2007. Kumbang bubuk pada sorgum dan serta alternatif
penanggulangannya. Di dalam Saenong MS, Baharuddin, Kuswinanti T,
Syam S, Said Y, Pabbage MS, Daud ID, Nurariaty A, Wakman W,
Tenrirawe A, et al. editor. Prosiding Seminar Ilmiah dan pertemuan
Tahunan Perhimpunan Entomologi Indonesia Komisarial Daerah
Sulawesi Tengah. 2007 November 24; Makasar, Indonesia. Makasar (ID):
Balai Karantina Tumbuhan Kelas 1. Hlm 235-240.
Jood, Kapoor SAC, Singh R, 1995. Availability carbohydrates of cereal grains as
affected by storage and insect infestation. Food Human Nutr. 43:45-54.
Laimeheriwa, L. 1990. Teknologi Budidaya Sorgum. Irian Jaya (ID): Balai
Informasi Pertanian, Departemen Pertanian.
Mebarkia A, Guechi A, Makhalif S, Makhlouf M. 2009. Biochemical composition
of the some cereal species on the behavior of Sitophilus garanarius (L.)
and Rhyzopertha dominica (F). species in semi-arid zone of Setif, Algeria.
Journal of Agronomy. 8(2):60-66.
Pabbage MS. 2005. Hubungan antara faktor fisik dan kimia biji sorgum dengan
pertumbuhan populasi serangga hama gudang. Prosiding Seminar Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Park SH, Arthur FH, Bean R, Scober TJ. 2008. Impact of differing population
levels of Rhyzopertha dominica (F.) on milling and physicochemical
properties of sorghum kernel and flours. Jurnal of Stored products
Research. 44:322-327

17

Rohayati A. 1992. Susut berat dua varietas beras dan gabah oleh beberapa tingkat
populasi Rhizopertha dominica (Coleoptera: Bostrichidae) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Siwale J, Mbata K, Mcrobert J, Lungu D. 2009. Comparative resistance of
improved maize genotypes and landracesto maize weevil. African Crop
Science Journal. 17(1):1-16.
Suarni. 2004. Pemanfaatan tepung sorghum untuk produk olahan. Jurnal Litbang
Pertanian 23(4):145-150.
Sujatmiko B, Sutrisno A, Erni SM. 2010. Degradasi senyawa tannin, asam fitrat,
antitrypsin dan peningkatan daya cerna protein secara in vitro pada sorgum
coklat (Sorghum bicolor L. Moench) dengan metode fermentasi ampok.
Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Sungkono, Trikoesoemaningtyas, Wirnas D, Sopandie D, Yudiarto. 2009.
Pendugaan parameter genetika dan seleksi galur mutan sorgum (Sorghum
bicolor (L.) Moench). Jurnal Agron. 37(30):220-225.
Sunjaya, Widayanti S. 2006. Pengenalan serangga hama gudang. Di dalam
Prijono D, Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama
Gudang Terpadu. Bogor (ID): KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. Hlm
42-43.
Supriyanto. 2012. Pengembangan sorgum (Sorghum bicolor) untuk menunjang
kebutuhan pangan, pakan, energy, dan serat. Workshop The current status
and challenges in sorghum developments in Indonesia [25-26 September
2012].
Suryatmin. M.1990. Preferensi makan dan peletakan telur Rhyzopertha dominica
F. (Coleoptera: Bostrichidae) terhadap gabah, jagung sorgum dan gaplek.
[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Susila BA, 2005. Keunggulan mutu gizi dan sifat fungsional sorgum (Sorghum
vulgare). Di dalam: Munarso J, Prabawati S, Abubakar, Setyadjit,
Risfaheri, Kusnandar F, Suaib F, editor. Teknologi inovatif pascapanen
untuk pengembangan industry berbasis pertanian. 2005 September 7-8;
Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hlm 527-534.
Toews M D. 1995. Susceptibility of eight U.S wheat cultivars to infestation by
leser grain borer, Rhyzopertha dominica (F) (Coleoptera: Bostrichidae).
Kansas (US): Fort Hays State University.
Vardeman EA, Campbell JM, Arthur FH, Necholas JR. 2006. Behavior of female
Rhyzopertha dominica (Coleoptera: Bostrichidae) in a mono-layer of
wheat treated with diatomaceous earth. Jurnal stored Products Research.
43:297-301.
Williams, H. J., R. M. Silverstein, W. E. Burkholder and A. Khorramshahi. 1981.
Components of aggregation pheromone from male lesser grain borer
Rhyzopertha dominica (Coleoptera: Bostrichidae). J Chem Eco. 7: 59-780.

20

Lampiran 9 Uji Regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan nila
susut bobot
Model

Variables Entered

Variables Removed

a

1

WL

Method
. Enter

a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: F1
b

Model Summary

Model

R

1

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

R Square

.343

a

.117

.099

138.947063

a. Predictors: (Constant), WL
b. Dependent Variable: F1
b

ANOVA

Model
1

Sum of Squares

Df

Mean Square

F

Regression

123354.973

1

123354.973

Residual

926701.747

48

19306.286

1050056.720

49

Total

Coefficients

Sig.
6.389

.015

a

a

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B

Std. Error

Coefficients
Beta

T

Sig.

(Constant)

WL

129.649

32.524

21.643

8.562

.343

3.986

.000

2.528

.015

a. Dependent Variable: F1

Residuals Statistics

Predicted Value
Residual

a

Minimum

Maximum

1.32670E2

4.23044E2 1.95160E2

3.640436E2

Mean

Std. Deviation

N

50.174181

50

3.356959E2

.000000

137.521928

50

Std. Predicted Value

-1.245

4.542

.000

1.000

50

Std. Residual

-2.620

2.416

.000

.990

50

a. Dependent Variable: F1

Lampiran 10 Uji korelasi parameter-parameter daya resistensi sorgum terhadap R. dominica
DIS
DIS

F1

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

D

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Tanin

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Fenol

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Kekerasan Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Lebarbiji

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Fenol

Kekerasan

Lebarbiji

Panjangbiji

Tebalbiji

WL

-.050

-.024

-.219

-.172

-.210

-.098

.654**

.000

.559

.728

.870

.126

.233

.143

.497

.000

50

50

50

50

50

50

50

50

50

50

**

1

.267

-.159

-.167

-.053

-.083

-.067

.073

.584**

.061

.269

.247

.712

.568

.643

.613

.000

50

50

50

50

50

50

50

50

*

*

*

-.081

1

Sig. (2-tailed)
F1

Tanin

-.085

Pearson Correlation
N

D
**

.824

.824

.000
50

50

-.085

.267

.559

.061

50

50

1
50

-.007

-.104

.262

.963

.474

.066

.017

.042

.036

.577

50

50

50

50

50

50

50

1

**

.042

-.179

*

**

-.035

.000

.773

.214

.021

.000

.810

50

50

50

50

50

50

-.102

*

**

**

.012

-.050

-.159

-.007

.728

.269

.963

50

50

50

50
**

-.024

-.167

-.104

.981

.870

.247

.474

.000

50

50

50

50

.981

1
50

-.326

-.464

.297

-.541

-.647

.029

.001

.000

.936

50

50

50

50

50

1

**

**

**

-.215

-.053

.262

.042

-.102

.126

.712

.066

.773

.480

50

50

50

50

50

50

-.172

-.083

*

-.179

*

**

.233

.568

.017

.214

.029

.000

50

50

50

50

50

50

-.309

-.309

.289

.480

-.219

.336

.336

.545

.545

.662

.526

.000

.000

.000

.134

50

50

50

50

1

**

**

-.405**

.000

.000

.004

50

50

50

50

.675

.624

21

22

22

Panjangbiji Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Tebalbiji

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

WL

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

-.210

-.067

.289*

-.326*

-.464**

.662**

.675**

.143

.643

.042

.021

.001

.000

.000

50

50

50

50

50

50

50

50

.297* -.541**

-.647**

.526**

.624**

.856**

1

-.278

1

.856**

-.363**

.000

.010

50

50

-.098

.073

.497

.613

.036

.000

.000

.000

.000

.000

50

50

50

50

50

50

50

50

50

50

**

**

-.081

-.035

.012

-.215

**

**

-.278

1

.000

.000

.577

.810

.936

.134

.004

.010

.051

50

50

50

50

50

50

50

50

50

.654

.584

-.405

-.363

.051

50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

27

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 17 Novemberr 1987.
Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Muplihin dan Ibu Irah.
Tahun 2001 penulis lulus dari SDN Sukamenak, Cikalong, Tasikmalaya.
Tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di MTs Baitul Hikmah, Salopa,
Tasikmalaya. Penulis melanjutkan studi di MAS YPK (Yayasan Pendidikan
Kalangsari) Cijulang, Ciamis dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor sebagai salah satu mahasiswa Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari
2008 hingga 2012.
Tahun 2009/2010 penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan sebagai
salahsatu anggota Leader and Entrepeunership Schooler (LES). Tahun 2010-2011
Penulis juga aktif sebagai salah satu staf Bisnis dan Kemitraan di Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian dan sebagai staf Entrepeuner Depelovment
unit di Divisi Bisnis dan Kemitraan BEM KM IPB. Penulis juga aktif mengikuti
pelatihan dan seminar diantaranya, Workshop Indonesian Biotechnology
Information Centre “Responsible Conduct of Research” pada tahun 2012,
Workshop “The Current Status of Sorghum Development in Indonesia” pada
tahun 2012, dan mengikuti Pelatihan “Fumigasi yang Baik dan Benar” pada tahun
2012. Penulis mendapatkan beasiswa dari Departemen Agama tahun 2008 hingga
2012.

ABSTRAK
RUSMAN ARIF. Kajian Resistensi Lima Varietas Sorgum terhadap Rhyzopertha
dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae). Dibimbing oleh IDHAM SAKTI
HARAHAP.
Sorgum merupakan serealia sumber karbohidrat yang dapat dijadikan
sebagai substitusi beras. Di tempat penyimpanan, biji sorgum banyak mengalami
masalah yang disebabkan oleh hama gudang, salah satunya Rhyzopertha dominica
(F.). Kerusakan yang diakibatkan serangga hama gudang mencapai 30%. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui resistensi lima varietas sorgum terhadap
serangan R. dominica selama masa penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Entomologi SEAMEO-BIOTROP. Lima varietas sorgum yang
diujikan yaitu Numbu, Lokal Bandung, Lokal Wonogiri, CTY-33, dan B-76. Uji
resistensi dilakukan dengan menginfestasikan 40 imago R. dominica ke dalam
stoples plastik bervolume 1000 ml yang berisi 100 gr biji sorgum selama 14 hari,
kemudian seluruh imago dikeluarkan lagi, kemudian seluruh wadah diinkubasi
selama 42 hari. Antara hari ke-42-80 seluruh imago F1 yang muncul dikeluarkan
kembali dari biji sorgum dan dihitung. Tingkat resistensi biji sorgum didasarkan
pada Indeks Kerentanan Dobie (IKD). Hasil penelitian menunjukan bahwa
varietas CTY-33 relatif lebih resisten daripada varietas lainnya dengan nilai IKD
3.814, tingkat kekerasan biji sorgum diketahui sebagai faktor resistensi.
Kata kunci: sorgum, Rhyzopertha dominica, resistensi, indeks kerentanan dobie

ABSTRACT
RUSMAN ARIF. Study on Resistance of Five Sorghum Varieties to Rhyzopertha
dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) in Storage. Supervised by IDHAM
SAKTI HARAHAP.
Sorghum is a cereal crop source of carbohydrate that can be used as a
substitute for rice. Sorghum seed storage facing many problems caused by stored
product pest, one of them is Rhyzopertha dominica (F.). Damage to sorghum seed
caused by insect pests reach 30%. The objective of this research was to evaluate
the resistance of five sorghum varieties against R. dominica during storage.
Research was conducted at Entomology Laboratory SEAMEO- BIOTROP.
Bioassays were conducted by infesting 40 adults of R. dominica to 1000 ml
plastic jar containing 100 g sorghum seed for 14 days and then taken out from the
jars. All the jars, then incubated for 42 days. Five sorghum varieties tested were
Numbu, local Bandung , Local Wonogiri, CTY-33, and B-76. Between day 42-80,
all F1 adults came out from the seeds were counted. Resistance level then
determined by Dobie Index of Susceptibility (DIS). Weight loss from each variety
were also calculated. Research result showed that CTY-33 was the most resistant
variety with DIS value of 3.814, seed hardness seemed to be the resistance factor.
Keywords : sorgum, Rhyzopertha dominica, resistance, dobie index of
susceptibility

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi beras yang
cukup tinggi, yaitu mencapai 139.15 kg/orang/tahun dengan jumlah penduduk
mencapai 237,556,365 jiwa, sedangkan gabah kering yang dihasilkan hanya
68,956,292 ton, masih kurang untuk memenuhi kebutuhan nasional. Laju
pertambahan penduduk yang tinggi menyebabkan permintaan terhadap beras
meningkat setiap tahunnya. Sementara areal panen yang semakin sempit dan
faktor alam menyebabkan produksi beras mengalami penurunan, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia masih tetap dilakukan impor.
Menurut BPS (2011) impor beras Indonesia mencapai 2,75 juta ton. Salah satu
alternatif pemecahan masalah untuk menghadapi kelangkaan bahan pangan adalah
melalui substitusi dengan tanaman yang mengandung karbohidrat lainnya, salah
satu tanaman yang berpotensi untuk mendukung fungsi beras adalah sorgum
(Suarni 2004).
Sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak, serat, pupuk,
dan bioenergi (bioetanol) (Supriyanto 2012). Sebagai bahan pangan, nilai gizi
sorgum cukup memadai yaitu mengandung sekitar 83% karbohidrat, 3,5% lemak,
dan 10% protein (basis kering). Komposisi kimia dan zat gizi sorgum mirip
dengan gandum dan serealia lain. Rendahnya mutu tepung sorgum disebabkan
oleh tingginya kadar protein prolamin (asam amino yang tidak larut dalam air)
sehingga nilai gizinya relatif rendah. Namun demikian, menurut Suarni (2004)
belum ada bukti yang menunjukkan bahwa prolamin bersifat merugikan bila
sorgum diolah dengan baik.
Sungkono et al. (2009) menyatakan bahwa sebagai bahan baku bioenergi,
sorgum memenuhi tiga syarat utama yaitu tidak berkompetisi dengan tanaman
pangan, produktivitas tinggi, dan biaya produksi yang rendah. Tanaman sorgum
mempunyai keistimewaan lain yaitu lebih tahan terhadap kekeringan bila
dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya serta dapat tumbuh hampir di
setiap jenis tanah (Laimeheriwa 1990).
Tanaman sorgum (Sorgum bicolor (L)) berasal dari India, merupakan
tanaman yang kuat pertumbuhannya dengan rata-rata tinggi 100-110 cm.
Tanaman sorgum mirip dengan tanaman jagung. Di Indonesia, biji sorgum dikenal
dengan berbagai nama daerah, antara lain yaitu jagung pari, cantel, gandum ancer
(Jawa), jagung cetrik, gandrung, gandrum,degem, kumpay (Sunda) wataru hamu
(Sumba), sela (Flores), bata (Bugis), jagung garai, gandum (Minangkabau)
(Susila, 2005).
Warna biji dapat menunjukan kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih
terang akan menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk
dijadikan makanan lunak, seperti roti dan lainnya. Sedangkan varietas yang
berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan rasanya
pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan dasar minuman (Laimeheriwa, 1990).
Biasanya warna kulit biji sorgum terkait dengan kadar tanin dalam biji
sorgum yang sebagian besar terdapat pada lapisan testa. Sorgum yang
mengandung tanin tinggi biasanya kulit bijinya (testa) berwarna merah tua atau

2

coklat, sedangkan biji yang berwarna krem umumnya kandungan taninnya rendah.
Kandungan tanin pada biji sorgum dapat berkurang dengan dilakukan
penyosohan, namun penyosohan dapat mengurangi kandungan lemak pada biji
sorgum, karena sebagian besar mineral terdapat pada bagian kulit luar dari biji
sorgum yang terbuang sebagai dedak saat proses penyosohan (Sujatmiko et al.
2010).
Suarni (2004) menyatakan bahwa kandungan tanin biji sorgum menurun
drastis setelah penyosohan, penurunan kadar tanin sampai 75% yaitu dari1.823.98% menjadi 0.36-1.72%, namun protein ikut terbawa akibat bagian endosperm
yang dekat dengan aleuron banyak yang terkikis. Dengan menurunnya kadar tanin
ini, rasa pahit atau kesat berkurang dan dapat menghilangkan zat anti nutrisi tanin
dalam biji sorgum.
Pengembangan varietas sorgum sudah banyak dilakukan untuk
mendapatkan sorgum unggul. Sejumlah galur mutan tanaman sorgum dengan
sifat-sifat agronomi unggul seperti tahan rebah, genjah, produksi tinggi, kualitas
biji baik, dan lebih tahan terhadap kekeringan telah dihasilkan. Akan tetapi,
dengan sifat agronomi yang unggul saja belum bisa menjamin sorgum tersebut
tahan selama penyimpanan akibat serangan hama gudang (Sungkono et al. 2009).
Di daerah tropis seperti Indonesia, serangga merupakan penyebab utama
terjadinya susut dan kerusakan selama penyimpanan, tingkat kerusakan yang
diakibatkan serangga hama gudang mencapai 30% (Mas’ud 2007). Selain itu,
serangga juga dapat mengotori berbagai komoditas bahan pangan dengan ekskresi
(kotoran) dan eksuvia (kulit luar yang ditinggalkan stadia pra dewasa) yang dapat
menimbulkan berbagai bahaya baik bagi kesehatan maupun berkurangnya daya
terima konsumen.
Salah satu hama pascapanen yang menyebabkan kerusakan pada biji-bijian
adalah Rhyzopertha dominica (F.). Serangga yang tergolong hama primer ini
mampu berkembang biak dan menimbulkan kerusakan pada berbagai jenis biji
serealia biji utuh. Masa hidup serangga ini sebagian besar berada pada fase larva
dan imago yang cukup lama sehingga tingkat kerusakan yang diakibatkannya
cukup tinggi (Park et al. 2008).
Kerugian akibat serangan R. dominica yaitu biji yang diserang menjadi
berlubang-lubang dan menghasilkan banyak serbuk hasil gerekan. Larva maupun
imago merupakan pemakan biji yang sangat rakus sehingga kerusakan pada
komoditas yang disimpan lebih besar dibandingkan hama lain (Vardmen et al.
2006).
Kerusakan akibat serangan R. dominica menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas biji (Williams et al. 1981). Infestasi yang disebabkan oleh
kumbang ini juga berpengaruh terhadap rendahnya kandungan asam amino pada
biji gandum, jagung, dan sorghum (Jood et al. 1995). Menurut Marinez (1997),
kerusakan yang diakibatkan R. dominica berpengaruh terhadap kualitas tepung.
Pengg