Analisis Determinan Status Gizi Balita di Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang
ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI
PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI
KELURAHAN PALEDANG
YUNITA MAGDALENA SIBARANI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Determinan
Status Gizi Balita di Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan
Paledang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Yunita Magdalena Sibarani
NIM I14090061
ABSTRAK
YUNITA MAGDALENA SIBARANI. Analisis Determinan Status Gizi Balita di
Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang. Dibimbing
oleh IKEU TANZIHA.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis determinan status gizi balita
permukiman padat penduduk bantaran sungai. Desain penelitian adalah cross
sectional dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 64 subjek. Data dikumpulkan
dengan kuesioner melalui wawancara dan dianalisis secara deskriptif dan
inferensia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara
karakteristik rumah dan pola asuh kesehatan dengan status gizi dan tidak terdapat
hubungan signifikan antara pendidikan orang tua, besar keluarga, pengeluaran,
pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan, skor morbiditas dan tingkat kecukupan
energi-protein dengan status gizi (p>0.1). Hasil uji regresi linier berganda
menunjukkan terdapat pengaruh positif nyata antara karakteristik rumah dan pola
asuh kesehatan terhadap status gizi dan tidak terdapat pengaruh antara pendidikan
orang tua, besar keluarga, pengeluaran, pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan,
tingkat kecukupan energi-protein terhadap status gizi (p>0.1).
Kata kunci: bantaran sungai, padat penduduk, pola asuh, status gizi
ABSTRACT
YUNITA MAGDALENA SIBARANI. Determinant Analysis of Nutritional
Status in Under Five Child in Densely Populated Riverbanks of Kelurahan
Paledang. Supervised by IKEU TANZIHA.
This study aimed to analyze nutritional status determinant of children
under five years old in densely populated riverbank area. A cross sectional study
of 64 subjects was conducted. Data was collected by questionnaire through
interview and was analyzed by descriptive and inference. The result showed there
was significant correlation between house characteristics and health parenting
with nutritional status, but there were no significant correlation between parents’
education, length of family, outcome, nutritional knowledge of mothers, eat
parenting, morbidity score and dietary allowance of energy-protein with
nutritional status. Result of multiple linear regression analysis showed that there
was real positive effect between characteristics of house and health parenting to
nutritional status (p0.1).
Key words: densely populated, nutritional status, parenting, riverbanks
ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI
PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI
KELURAHAN PALEDANG
YUNITA MAGDALENA SIBARANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
uJ Skripsi: Analisis Determinan Status Gizi Balita di Permukiman Padat
.:ill1a
_1
Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang
: Yunita Magdalena Sibarani
: 114090061
DisetujJi oleh
Dr Ir lkeu Tanziha, MS
Pembimbing
Tanggal Lulus:
2 4 OCT 2013
/
Judul Skripsi : Analisis Determinan Status Gizi Balita di Permukiman Padat
Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang
Nama
: Yunita Magdalena Sibarani
NIM
: I14090061
Disetujui oleh
Dr Ir Ikeu Tanziha, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Budi Setiawan, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Juni 2013 ini
ialah status gizi balita, dengan judul Analisis Determinan Status Gizi Balita di
Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS,
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Selain
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kecamatan Bogor Tengah dan
Kelurahan Paledang yang telah memberikan perizinan dan bantuan para kader
posyandu sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Mama dan Bapa, abang Edward Ronaldo, dan adikku
Nelly Octaviani dan Rivaldo Abednego atas dukungan moril, materil, doa, cinta
serta kasih sayangnya. Terima kasih juga untuk sahabat terbaik dan tersayang
Meirisa Rahmawati atas bantuan dalam penelitian dan dukungan serta semangat
bersama dengan Yohanes. Tidak lupa terima kasih untuk Gizi Masyarakat 46.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan. Namun penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi dan bermanfaat bagi semua.
Bogor, Oktober 2013
Yunita Magdalena Sibarani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
xv
xv
xvi
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Kegunaan Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
6
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
6
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
9
9
Karakteristik Contoh
11
Status Gizi
12
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh
13
Pengetahuan Gizi Ibu
20
Pola Asuh
22
Karakteristik Rumah
26
Status Kesehatan
30
Tingkat Kecukupan Zat Gizi
32
Pengaruh Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi, Pola Asuh, Skor
Morbiditas dan Tingkat Kecukupan terhadap Status Gizi
34
SIMPULAN DAN SARAN
34
Simpulan
34
Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
39
51
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Variabel, data, dan metode pengukuran
Sebaran contoh menurut usia
Sebaran contoh menurut jenis kelamin
Sebaran contoh menurut status gizi
Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan status gizi
Sebaran contoh menurut kelompok usia orang tua dan status gizi
Rata-rata usia orang tua contoh menurut status gizi
Sebaran contoh menurut tingkat pendidikan orang tua dan status gizi
Rata-rata lama pendidikan orang tua menurut status gizi
Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua dan status gizi
Sebaran contoh menurut besar keluarga dan status gizi
Rata-rata besar keluarga menurut status gizi contoh
Rata-rata alokasi pengeluaran perkapita per bulan keseluruhan contoh
terhadap makanan
Rata-rata alokasi pengeluaran bukan makanan perkapita per bulan
keseluruhan contoh
Rata-rata pengeluaran perkapita per bulan keluarga contoh menurut
status gizi
Sebaran contoh menurut kategori pengeluaran perkapita contoh dan
status gizi
Rata-rata skor pengetahuan gizi ibu menurut status gizi contoh
Sebaran contoh menurut skor pengetahuan gizi ibu dan status gizi
Sebaran contoh menurut jawaban pertanyaan mengenai pengetahuan
gizi
Rata-rata skor pola asuh makan ibu menurut status gizi
Sebaran contoh menurut jawaban pernyataan pola asuh makan contoh
Sebaran contoh menurut kategori skor pola asuh makan dan status gizi
Rata-rata skor pola asuh kesehatan ibu menurut status gizi
Sebaran contoh menurut kategori skor pola asuh kesehatan dan status
gizi
Sebaran contoh menurut jawaban pernyataan pola asuh kesehatan ibu
dan status gizi
Rata-rata skor karakteristik rumah menurut status gizi
Sebaran contoh menurut kategori skor karakteristik rumah dan status
gizi
Sebaran contoh menurut karakteristik rumah dan status gizi
Sebaran contoh menurut kejadian sakit dan status gizi
Sebaran contoh menurut jenis penyakit
Sebaran contoh menurut jenis penyakit dan status gizi
Rata-rata kecukupan zat gizi contoh menurut status gizi
Rata-rata tingkat kecukupan zat gizi contoh menurut status gizi
7
11
11
12
12
13
14
14
15
16
17
17
18
18
19
19
20
21
21
22
23
23
24
24
25
26
27
27
30
31
31
32
33
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar kerangka pikir
5
2 Peta Kecamatan Bogor Tengah
10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Karakteristik rumah dan keadaan lokasi penelitian
2 Kuesioner penelitian
39
41
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambahan penduduk merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi
Indonesia sebagai negara yang berkembang. Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan laju pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi. Jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya tercatat
naik sekitar tiga hingga empat juta jiwa. Angka ini setara dengan jumlah kelahiran
bayi di wilayah Indonesia yang setiap harinya mencapai 10.000 bayi (Alimoeso
2012).
Jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan permukiman.
Sehingga bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan
akan perkembangan permukiman. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin
banyaknya lahan yang dijadikan permukiman penduduk. Provinsi Jawa Barat pada
tahun 2012, telah melakukan pemberian bantuan sarana dan prasarana utilitas
perumahan sebanyak 781 unit rumah, bantuan stimulan untuk pembangunan dan
perbaikan rumah swadaya sebanyak 30.587 unit, serta fasilitasi pembangunan
rusun sebanyak 5 twin block (Pemda Jabar 2012). Pemberian bantuan tersebut
menjadi bukti nyata meningkatnya perkembangan permukiman penduduk.
Namun adanya pertambahan penduduk yang cukup tinggi tidak didukung
dengan ketersediaan wilayah yang layak untuk dijadikan lahan hunian. Hal
tersebut menyebabkan banyak penduduk yang tidak mendapatkan wilayah layak
huni untuk dijadikan tempat tinggal. Permalasahan itulah yang menjadi penyebab
peningkatan lahan kumuh di Indonesia. Selain itu kemiskinan juga merupakan
salah satu penyebab terjadinya peningkatan lahan kumuh di Indonesia.
Pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia
mencapai 28,59 juta orang (11.66%) (BPS 2012). Seperti yang diungkapkan
Keman (2005), masyarakat kecil berpenghasilan rendah tidak mampu memenuhi
persyaratan mendapatkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bahkan untuk rumah
tipe Rumah Sangat Sederhana (RSS). Sebaliknya pemerintah dan swasta
pengembang perumahan tidak dapat memenuhi kebutuhan perumahan untuk
masyarakat. Hal tersebut menimbulkan masalah sosial yang serius dan
menumbuhkan lingkungan permukiman kumuh (slum area) dengan gambaran
berhubungan erat dengan kemiskinan, kepadatan penghuninya tinggi, sanitasi
dasar perumahan yang rendah sehingga tampak jorok dan kotor yaitu tidak ada
penyediaan air besih, sampah yang menumpukdan banyaknya vektor penyakit,
terutama lalat, nyamuk dan tikus.
Permukiman kumuh adalah salah satu masalah yang tengah dihadapi
pemerintah Indonesia yang memerlukan perhatian khusus. DPR (2000)
menyatakan bahwa masalah perumahan adalah masalah yang kompleks, yang
bukan semata-mata aspek fisik membangun rumah, tetapi terkait sektor yang amat
luas dalam pengadaannya, seperti pertanahan, industri bahan bangunan,
lingkungan hidup dan aspek sosial ekonomi budaya masyarakat, dalam upaya
membangun aspek-aspek kehidupan masyarakat yang harmonis. Berdasarkan
2
pernyataan tersebut, diketahui bahwa masalah perumahan dapat berdampak pada
permasalahan lainnya, termasuk permasalah penduduk.
Permukiman yang berada disepanjang daerah bantaran sungai juga
seringkali menjadi penanda permukiman kumuh. Umumnya kriteria permukiman
yang berada dibantaran sungai termasuk dalam kriteria permukiman kumuh
seperti kepadatan penduduk tinggi, kerapatan bangunan tinggi, drainasi sempit
dan dangkal, tata letak bangunan tidak teratur, sanitasi rumah buruk, konstruksi
bangunan tidak teratur, jalan sempit dan sanitasi lingkungan buruk. Akibatnya
khalayak yang bermukim di wilayah dengan lingkungan hidup seperti ini menjadi
rentan terhadap berbagai macam penyakit (Pudjiastuti 2002).
Penduduk yang tinggal di daerah bantaran sungai, kondisi rumah tinggal
dan kebiasaan hidupnya seringkali menjadi pemicu masalah kesehatan tidak
hanya terjadi pada orang dewasa. Anak-anak termasuk balita yang tinggal
ditempat tersebut juga. Menurut kerangka konsep UNICEF dalam menanggulangi
masalah gizi, sanitasi merupakan penyebab yang mendasari di level keluarga
bahkan penyakit adalah penyebab langsung terjadinya permasalahan gizi.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai ―Analisis Determinan Status Gizi Balita di Permukiman Padat
Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang‖.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan pokok-pokok
permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah hubungan antara karakteristik sosial keluarga dengan status
gizi balita Kelurahan Paledang?
b. Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
balita Kelurahan Paledang?
c. Bagaimanakah hubungan antara hubungan antara pola asuh dengan status
gizi balita Kelurahan Paledang?
d. Bagaimanakah hubungan antara hubungan antara karakteristik rumah
dengan status gizi balita Kelurahan Paledang?
e. Bagaimana hubungan antara skor morbiditas balita dengan status gizi
balita Kelurahan Paledang?
f. Bagaimana hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi
balita Kelurahan Paledang?
g. Determinan apa yang menggambarkan status gizi balita di permukiman
padat penduduk bantaran sungai Kelurahan Paledang?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis determinan status
gizi balita permukiman padat penduduk bantaran sungai di Kelurahan Paledang.
3
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
Menganalisis karakteristik sosial ekonomi contoh dan keluarga contoh yang
mencakup usia, jenis kelamin dan status gizi contoh serta tingkat
pendidikan, pekerjaan, pengeluaran, besar keluarga dan pengetahuan gizi
ibu.
Menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh
dengan status gizi balita.
Menganalisis hubungan pola asuh yang mencakup pola asuh makan dan
kesehatan dengan status gizi balita.
Menganalisis hubungan karakteristik rumah mencakup kondisi rumah,
sumber air dan sarana pembuangan limbah rumah tangga.dengan status gizi
balita
Menganalisis hubungan skor morbiditas dengan status gizi balita.
Menganalisis hubungan tingkat kecukupan energi dan protein balita
terhadap status gizi balita.
Menganalisis pengaruh variabel sosial ekonomi, pola asuh, karakteristik
rumah, skor morbiditas dan tingkat kecukupan terhadap status gizi.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai status gizi
balita dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi untuk dapat
meningkatkan kualitas kesehatan balita. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan acuan dalam memperbaiki maupun meningkatkan penerapan determinan
pembentuk status gizi balita.
4
KERANGKA PEMIKIRAN
Masa balita adalah masa dimana pertumbuhan dan perubahan berjalan
pesat. Pada masa ini juga ketergantungan balita akan bantuan orang disekitarnya
mulai berkurang seiring dengan berkembangnya kemampuan dan pengendalian
tubuh.Pada masa ini pula terjadi perubahan pola makan seperti ketidaksukaan
terhadap makanan tertentu. Meskipun ketergantungan balita dengan lingkungan
sudah semakin berkurang, namun balita masih membutuhkan bantuan dari
lingkungan disekitarnya. Balita adalah periode transisi dari makanan bayi ke
makanan dewasa dimana dengan kondisinya yang belum mampu mengurus
dirinya sendiri sepenuhnya sehingga membutuhkan bantuan orang lain.
Ibu memegang peranan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan
balita karena pola asuh secara umum dilakukan oleh ibu. Adanya karakteristik lain
dari lingkungan sekitar dan karakteristik ibu itu sendiri, akan membentuk kualitas
balita. Hal yang dibentuk oleh pola asuh ibu tidak hanya kepribadian balita
melainkan juga konsumsi balita. Konsumsi balita akan menentukan angka
kecukupan gizi balita sesuai dengan karakteristik balita itu sendiri. Hal tersebut
akan berpengaruh pada status gizi balita. Pola asuh lainnya yang penting yang
dilakukan ibu adalah pola asuh kesehatan karena anak mempelajari kebiasaan
hidup sehat dari lingkungan disekitarnya. Pola asuh yang diterapkan akan
mempengaruhi konsumsi pangan balita dan juga status kesehatan balita.
Lingkungan tempat tinggal juga memegang peran penting karena tempat
tinggal adalah lokasi dimana balita melakukan aktivitas hariannya. Kondisi fisik
tempat tinggalnya juga sanitasi akan mempengaruhi peluang timbulnya penyakit.
Hal tersebut juga akan berpengaruh pada resiko balita terserang penyakit yang
akan berdampak pada status kesehatan balita. Status kesehatan balita akan
mempengaruhi angka kecukupan gizinya dan begitu juga sebaliknya, angka
kecukupan gizi yang dimiliki balita juga akan berpengaruh pada status kesehatan.
Dampak morbiditas pada angka kecukupan gizi balita maka akan berpengaruh
pula pada status gizi balita. Secara keseluruhan kerangka pemikiran determinan
status gizi balita dapat dilihat pada gambar 1.
5
Karakteristik orang tua contoh:
Pendidikan
Pekerjaan
Pengeluaran
Besar keluarga
Pengetahuan gizi ibu
Karakteristik contoh :
Usia
Jenis kelamin
Berat badan
Pola asuh:
Pola asuh makan
Pola asuh kesehatan
Lingkungan fisik dan sanitasi rumah:
Kondisi rumah
Sumber air
Sarana pembuangan limbah rumah
tangga
Konsumsi pangan
Tingkat Kecukupan
Gizi
Status kesehatan:
- Jenis penyakit
- Frekuensi sakit
- Lamanya sakit
Status gizi
Aktivitas Fisik
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang diteliti
= Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian
6
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Desain penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah
cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Paledang, Kecamatan
Bogor Tengah. Lokasi penelitian bertempat dimana permukiman penduduk berada
di aliran sungai Cisadane. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Bogor Tengah
merupakan kecamatan terpadat di Kota Bogor dan Kelurahan Paledang
merupakan salah satu kelurahan dengan kepadatan yang cukup tinggi dengan
kriteria lainnya yaitu dilalui oleh sungai Cisadane.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Subjek pada penelitian ini adalah balita 24—59 bulan yang tinggal di
permukiman bantaran sungai yang berada di Kelurahan Paledang. Contoh diambil
dengan kriteria pengambilan contoh, yaitu tinggal di bantaran sungai dan bersedia
ikut dalam penelitian. Jumlah contoh yang akan dijadikan unit penelitian dihitung
dengan menggunakan cara berikut:
n=
2�
�−1 � 2 + α
Keterangan :
= jumlah sampel yang diinginkan
= 1.96
= prevalensi status gizi balita gizi burukKota Bogor 9,3% (Dinkes 2010)
= 0.907 (1-p)
= populasi sebesar 256
= presisi (tingkat kesalahan) sebesar 0.1
Diperoleh jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 30 orang
balita. Penelitian ini menggunakan 64 orang balita dengan mengambil seluruh
balita gizi kurang yang berada di lokasi penelitian yaitu sebanyak 13 orang.
Kemudian sebanyak 51 orang balita gizi normal dipilih oleh peneliti dengan
secara purposive.
n
Zα
p
q
N
d2
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer mencakup karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, dan berat badan),
data karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh (pendidikan, pekerjaan,
pengeluaran, besar keluarga dan pengetahuan gizi ibu), pola asuh (makan dan
kesehatan), status kesehatan dan konsumsi pangan contoh. Data diambil
menggunakan kuesioner melalui wawancara, untuk konsumsi pangan contoh
digunakan metode food recall 2x24 jam.
Pola asuh yang diteliti adalah pola asuh makan dan pola asuh kesehatan
yang dilakukan oleh ibu contoh terhadap balita (contoh). Pola asuh makan yang
7
ditanyakan dalam kuesioner ada sebanyak 10 poin pernyataan mencakup riwayat
pemberian ASI, cara memberikan makanan pada balita, dan cara ibu membentuk
situasi makan anak. Pola asuh kesehatan dalam kuesioner sebanyak 13 pernyataan
mencakup perilaku ibu dalam mengajarkan kebiasaan hidup sehat kepada anak
balita.Kondisi lingkungan yang dinilai sebanyak 20 pernyataan yaitu mencakup
kondisi fisik rumah, sumber air dan sarana pembuangan limbah rumah tangga.
Data status kesehatan (morbiditas) diperoleh dengan wawancara langsung
menggunakan kuesioner mengenai frekuensi sakit, lama sakit, jenis
penyakit/infeksi yang diderita contoh selama sebulan terakhir. Data tentang jenis
penyakit infeksi contoh diperoleh berdasarkan jawaban dari orang tua contoh.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian terlampir (Lampiran 2).
Data status gizi balita didapatkan dari hasil pengukuran berat badan
menurut umur dan ditentukan berdasarkan standar baku indeks WHO-NHCS
2005. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data anak balita,
profil/gambaran umum lokasi penelitian, profil kesehatan lokasi penelitian,
jumlah penduduk dan jumlah balita. Berikut ini adalah tabel mengenai jenis
variabel, data, dan metode pengukurannya.
Tabel 1 Variabel, data, dan metode pengukuran
No
1
2
Variabel
Karakteristik contoh
Jenis kelamin
Usia
Berat badan contoh
Karakteristik orang tua
contoh
Usia orang tua contoh
Pekerjaan orang tua
contoh
Pendapatan orang tua
contoh
Besar keluarga
Pendidikan gizi ibu contoh
3
Pola asuh
Pola asuh makan
Pola asuh kesehatan
4
Status kesehatan contoh
5
Status gizi contoh
6
Karakteristik
lingkungan
rumah contoh:
Kondisi fisik rumah
Sumber air
Pembuangan limbah RT
Responden
Balita
Orang
contoh
Cara Pengumpulan Data
BB : pengukuran dengan
timbangan injak digital dengan
ketelitian 0.1 kg
tua Wawancara
kuesioner
menggunakan
Pengetahuan gizi: wawancara
menggunakan kuesioner yang
berisi 20 pertanyaan seputar gizi.
Wawancara
menggunakan
kuesioner berisi 13 pernyataan
Orang
tua mengenai pola asuh ibu terhadap
kesehatan contoh dan 10
contoh
pernyataan mengenai kebiasaan
makan contoh
Wawancara
menggunakan
Orang
tua kuesioner
mengenai
jenis
contoh
penyakit, lama terkena penyakit,
dan frekuensi terkena penyakit.
Hasil pengukuran BB kemudian
Balita (contoh)
status gizi dihitung menurut
BB/U
Orang
tua
contoh
dan
Wawancara dengan kuesioner.
pengamatan
langsung
8
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan diolah
dengan menggunakan Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16.0 for Windows.
Pengolahan data meliputi beberapa tahap diantaranya pengeditan, pengodean,
pengentrian dan analisis. Uji hubungan antar variabel dalam penelitian ini
menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Uji pengaruh variabel untuk
mengetahui pengaruh variabel x terhadap y dilakukan dengan regresi linier
berganda metode stepwise.
Data karakteristik contoh yang meliputi umur, jenis kelamin dan konsumsi
zat gizi, serta karakteristik orang tua contoh yang mencakup tingkat pendidikan,
pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga dianalisis secara
statistik deksriptif.
Data umur orang tua kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
Kelompok usia menurut Papalia dan Old (1998) yang diacu dalam Yustika (2012)
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu remaja (65 tahun).
Data karakteristik rumah, pola asuh makan dan kesehatan dihitung dengan
menghitung skor total yang didapat dari masing-masing kelompok pertanyaan.
Skoring jawaban akan dinilai dengan rentang 1–3. Skor total yang didapat dari
hasil penjumlahan kemudian digunakan untuk membuat kategori kelas
berdasarkan skor. Pengkategorian berdasarkan interval kelas data dilakukan
dengan perhitungan sebagai berikut (Slamet 1993) :
Interval kelas =
nilai maksimal-nilai minimal
jumlah kelas
Data konsumsi pangan yang dikonsumsi oleh balita dihitung kandungan
energi dan protein menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan
Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Perhitungan zat gizi ini
menggunakan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994) :
Kgij = (Bj/100) X Gij X (BDD/100)
Keterangan:
Kgij= Kandungan zat gizi bahan pangan yang dikonsumsi
Bj = Berat bahan pangan yang dikonsumsi
Gij= Kandungan zat gizi yang dikonsumsi dalam 100 gram BDD
BDD = Bagian bahan pangan yang dapat dimakan (% BDD)
Tingkat kecukupan zat gizi dihitung dari konsumsi per hari yang
dibandingkan dengan angka kecukupan zat gizi yang telah ditetapkan pada
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004. Pengukuran
tingkat kecukupan energi dan zat gizi dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus seperti berikut :
Jumlah konsumsi energi/zat gizi
X 100%
AK Energi atau Gizi yang Dianjurkan
Menurut Anggraeni (2012), konsumsi seseorang dikatakan baik apabila
memenuhi 90–110% dari kebutuhan, defisit ringan jika hanya 80–89% kebutuhan,
defisit sedang jika 70–79% kebutuhan, dan defisit berat jika kurang dari 70%
kebutuhan.
Pengetahuan gizi ibu diukur dengan memberikan 20 pertanyaan yang berupa
pilihan ganda. Jawaban yang benar diberi nilai 1 sedangkan jawaban yang salah
9
diberi nilai 0. Jumlah jawaban yang benar dijumlah dan dikelompokkan dalam
tiga kelompok, yaitu : baik jika skor >80%, sedang jika skor berkisar antara 60–
80%, dan kurang jika skor 65 tahun)
0
0
2
4.17
0
0
0
0
Total
13
100
48
100
13 100 51 100
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa pada kelompok gizi kurang
sebagian besar usia ayah maupun ibu tergolong dalam kelompok usia dewasa
awal, dan sebagian kecil lainnya tergolong dalam kelompok usia dewasa madya.
Begitu pula dengan kelompok contoh gizi normal, sebagian besar ayah dan ibu
contoh tergolong dalam kelompok usia dewasa awal. Namun terdapat perbedaan
14
antara jumlah total antara ayah dan ibu, hal tersebut disebabkan adanya beberapa
contoh yang tidak memiliki ayah. Contoh yang tidak memiliki ayah tersebut
disebabkan karena terjadinya perceraian sehingga ayah contoh tersebut tidak
dicantumkan dalam data.
Berikut adalah rata-rata usia orang tua contoh yang dibagi berdasarkan
kelompok status gizi contoh.
Tabel 7 Rata-rata usia orang tua contoh menurut status gizi
Usia (rata-rata ± SD)
Ayah
Ibu
38.23 ± 7.29
34.62 ± 5.85
39.62 ± 9.40
33.41 ± 6.26
39.32 ± 8.96
33.66 ± 6.15
Status Gizi
Gizi kurang
Gizi normal
Total contoh
Rata-rata usia ayah pada kelompok gizi normal lebih besar dibandingkan
dengan kelompok gizi kurang. Namun sebaliknya, usia ibu pada kelompok gizi
kurang lebih besar dibandingkan dengan gizi normal. Akan tetapi berdasarkan
rata-rata, baik ayah maupun ibu kedua kelompok contoh berada dalam kelompok
usia yang sama yaitu dewasa madya (20-40 tahun). Berdasarkan hasil uji beda,
tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0.1) pada usia ayah dan ibu kedua
kelompok contoh.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pola konsumsi. Menurut Mufidah (2012), tingkat pendidikan mempengaruhi gaya
hidup masyarakat karena karena tinggi rendahnya pendidikan masyarakat akan
mempengaruhi terhadap pola perilaku, sikap dan kebutuhan konsumsi mereka.
Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua
dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
(Soetjiningsih 1995). Berikut adalah sebaran pendidikan orang tua contoh.
Tabel 8 Sebaran contoh menurut tingkat pendidikan orang tua dan status gizi
Tingkat
pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Total
Ayah
Gizi kurang
n
%
3
23.08
2
15.38
8
61.54
13
100
Gizi normal
n
%
9
18.75
9
18.75
26 54.17
4
8.33
48
100
Gizi kurang
n
%
5
38.46
3
23.08
5
38.46
13
100
Ibu
Gizi normal
n
%
14
27.45
11
21.57
25
49.02
1
1.96
51
100
Pada kelompok contoh gizi kurang, tingkat pendidikan ayah sebagian
besar berada pada tingkat sekolah menengah. Sementara pada ibu, perbandingan
antara tingkat sekolah dasar dengan sekolah menengah sama besarnya. Pada
kelompok contoh gizi normal, sebagian besar ayah dan ibu contoh berada pada
15
tingkat pendidikan sekolah menengah. Jika dibandingkan antara kedua kelompok
contoh, maka dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan ayah maupun ibu contoh
pada kelompok gizi normal berada dalam tingkat yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok gizi normal.
Pendidikan ayah peranannya erat pada pendapatan (income) yang dihasilkan
oleh keluarga. Hasil penelitian Tarigan menunjukkan bahwa ada hubungan antara
tingkat pendidikan terhadap pendapatan meskipun ada beberapa keahlian yang
tidak memerlukan pendidikan dalam tingkatan
tertentu. Namun Tarigan
menyatakan bahwa pendidikan tetap mempunya hubungan terhadap pendapatan.
Meningkatkan pendapatan adalah salah satu dari sekian banyak fungsi pendidikan
(Tarigan 2006).
Pendidikan ibu dan status gizi hubungannya lebih pada pola asuh yang
dilakukan ibu. Menurut Saputra (2012), ketika tingkat pendidikan rendah, maka
pengetahuan mereka terhadap kesehatan dan gizi menjadi rendah sehingga pola
konsumsi gizi untuk anak menjadi tidak baik. Pada penelitian yang dilakukan di
Sumatera Barat tersebut menunjukkan orang tua dengan tingkat pendidikan
rendah (SD/tidak tamat SD) memiliki risiko yang besar terhadap kualitas gizi
anak dengan probabilitas risiko gizi buruk 5.699 kali lebih besar dibandingkan
dengan orang tua denganpendidikan yang lebih tinggi, yaitu SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi (Saputra 2012).
Apabila dibandingkan antara tingkat pendidikan ibu dan ayah, maka yang
lebih berpengaruh langsung pada status gizi balita adalah tingkat pendidikan ibu
karena hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola asuh ibu pada
balita. Berikut ada rata-rata lama pendidikan ayah dan ibu contoh kedua kelompok
contoh berdasarkan tahun.
Tabel 9 Rata-rata lama pendidikan orang tua menurut status gizi
Status Gizi
Gizi kurang
Gizi normal
Total contoh
Lama pendidikan dalam tahun (rata-rata ± SD)
Ayah
Ibu
9.90 ± 3.80
8.70 ± 3.10
10.10 ± 2.60
9.60 ± 3.00
9.94 ± 3.56
9.41 ± 3.03
Berdasarkan Tabel 9, maka dapat dibandingkan lama pendidikan ayah dan
ibu kedua kelompok contoh. Baik ayah maupun ibu kelompok contoh gizi normal
memiliki nilai lama pendidikan yang lebih besar dibandingkan kelompok contoh
gizi kurang. Bahkan nilai kelompok gizi normal nilainya lebih besar dibandingkan
rata-rata keseluruhan contoh. Meskipun begitu, hasil uji beda menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.1) pada tingkat pendidikan ayah dan ibu
kedua kelompok contoh.
Jika dibandingkan dengan penelitian lainnya, tingkat pendidikan di lokasi
penelitian cukup baik. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Malau
(2012) di tepian Teluk Nibung, dimana sebanyak 20% contoh tidak bersekolah.
Sebagian besar tingkat pendidikan orang tua contoh di lokasi penelitian juga
memenuhi kebijakan nasional wajib belajar 9 tahun. Kecuali pada ibu kelompok
balita gizi kurang.
Hasil uji hubungan antara lama pendidikan ibu maupun ayah dengan status
gizi contoh menunjukkan hasil bahwa lama pendidikan ibu tidak menunjukkan
16
hubungan yang signifikan (p > 0.05) terhadap status gizi. Hasil tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Maharashtra, India. Penelitian yang dilakukan
Griffith (2004) tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
antara tingkat pendidikan ibu terhadap berat badan menurut usia. Griffith dalam
penelitian menyatakan bahwa tidak semua lokasi dalam penelitiannya memiliki
hubungan yang signifikan pada pendidikan ibu dengan status gizi.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Griffith, hasil penelitian
menunjukkan hasil sebaliknya ada pada penelitian Abuya yang dilakukan di
daerah kumuh (slum) di Afrika. Hasil penelitian Abuya menunjukkan hasil yang
signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita. Abuya, dalam
penelitiannya menemukan bahwa tingkat pendidikan ibu menjadi prediktor kuat
dalam menentukan status gizi balita (Abuya et al. 2012).
Pendidikan ayah juga tidak memiliki hubungan signifikan (p > 0.05)
dengan status gizi. Hal tersebut diduga disebabkan karena pengasuhan contoh
secara umum dilakukan oleh ibu sehingga pendidikan ayah tidak berpengaruh
pada status gizi balita contoh. Penelitian yang menunjukkan hasil yang sama
dilakukan di Medan oleh Yudi (2008).
Pekerjaan
Pekerjaan orang tua yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
primer maupun sekunder (Soetjiningsih 1995). Berikut adalah sebaran pekerjaan
yang dimiliki oleh orang tua contoh.
Tabel 10 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua dan status gizi
Pekerjaan
Gizi normal
n
%
PNS/ABRI/POLRI 4
8.33
Karyawan swasta
13
27.08
Wiraswasta
20
41.67
Buruh
11
22.92
Ibu rumah tangga
0
0
Lainnya
0
0
Total
48
100
Ayah
Gizi kurang
n
%
1
7.69
2
15.38
6
46.15
4
30.77
0
0.00
0
0
13
100
Ibu
Gizi normal Gizi kurang
n
%
n
%
0
0
0
0
3
5.88
1
7.69
4
7.84
1
7.69
1
1.96
0
0
42
82.35
11
84.62
1
1.96
0
0
51
100
13
100
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan
ayah contoh adalah wiraswasta, baik pada kelompok gizi normal maupun gizi
kurang. Sedangkan pekerjaan ibu didominasi oleh profesi ibu rumah tangga yang
juga memiliki pola yang sama di kedua kelompok contoh. Namun pada kelompok
gizi normal, lebih banyak ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah (bukan ibu
rumah tangga) dibandingkan dengan kelompok gizi kurang. Pekerjaan lainnya
yang dimaksud dalam tabel adalah pekerjaan yang tidak menetap seperti
pengemis.
17
Besar Keluarga
Jumlah anggota keluarga biasanya dapat digunakan untuk menggambarkan
kesejahteraan suatu keluarga. Besar kecilnya dari suatu jumlah keluarga juga
dapat mempengaruhi pola konsumsi yang ada dalam keluarga (Mufidah 2012).
Menurut Hurlock (1993), kategori keluarga dibagi menjadi tiga kelompok
menurut jumlah anggota keluarganya yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7
orang) dan besar (≥ 8 orang).
Berikut adalah sebaran ukuran keluarga contoh yang dibagi menurut
kelompok status gizi contoh.
Tabel 11 Sebaran contoh menurut besar keluarga dan status gizi
Besar Keluarga
Kecil (≤ 4 orang)
Sedang (5-7 orang)
Besar (≥ 8 orang)
Total
n
3
9
1
13
Gizi kurang
%
23.08
69.23
7.69
100
n
19
30
2
51
Gizi normal
%
37.25
58.82
3.92
100
Baik pada kelompok contoh status gizi normal maupun kurang, ukuran
keluarganya termasuk dalam kategori sedang. Persentase kategori keluarga kecil
lebih besar pada kelompok contoh status gizi baik dibandingkan dengan kelompok
contoh status gizi kurang. Sebaliknya, persentase keluarga besar lebih tinggi pada
kelompok status gizi kurang. Berdasarkan hasil uji beda, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan (p>0.1) pada besar keluarga kedua kelompok contoh.
Tabel 12 Rata-rata besar keluarga menurut status gizi contoh
Status Gizi
Gizi kurang
Gizi normal
Total contoh
Rata-rata besar keluarga
5.62 ± 2.40
5.14 ± 1.30
5.23 ± 1.57
Rata-rata besar keluarga contoh gizi kurang memiliki nilai yang lebih
besar baik dibandingkan dengan kelompok gizi normal maupun keseluruhan
contoh. Rata-rata besar keluarga contoh memiliki nilai yang cukup besar jika
dibandingkan dengan rata-rata ukuran keluarga nasional yaitu 4 orang dan Jawa
Barat yaitu sebesar 3.8 orang (BPS 2011).
Hasil uji hubungan antara besar keluarga dengan status gizi menunjukkan
hubungan yang tidak signifikan (p>0.1), serupa dengan penelitian di Kabupaten
Tangerang yang menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara jumlah
anggota keluarga dengan status gizi anak balita. Suhendri (2009) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga tidak mempengaruhi
status gizi balita namun akan berpengaruh pada tingkat konsumsi makanan, yaitu
jumlah dan distribusi makanan dalam rumah tangga. Sehingga diduga tidak
adanya hubungan jumlah anggota rumah tangga terhadap status gizi balita karena
adanya kecenderungan hubungan tidak langsung tersebut.
18
Pengeluaran
Pendapatan digunakan untuk membiayai penggunaan barang dan jasa
ataupun kebutuhan pokok, dapat berupa makanan maupun bukan makanan.
Pembiayaan yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut termasuk
dalam pengeluaran keluarga. Pengeluaran, baik makanan maupun bukan makanan
dapat menggambarkan bagaimana keluarga contoh dalam mengalokasikan
kebutuhan rumah tangganya. Berikut adalah alokasi pengeluaran keseluruhan
contoh terhadap makanan.
Tabel 13 Rata-rata alokasi pengeluaran perkapita per bulan keseluruhan contoh
terhadap makanan
Pengeluaran
berdasar
jenis
pangan (perkapita per bulan)
Makanan pokok
Lauk hewani
Lauk nabati
Sayuran
Buah
Lainnya
Total
Total (Rp)
%
87655
190090
27734
20293
21567
42416
389755
22.49
48.77
7.12
5.21
5.53
10.88
100
Berdasarkan Tabel 13, pengeluaran pangan keluarga contoh paling besar
ada pada kelompok bahan pangan lauk hewani dan yang terendah adalah sayuran.
Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga contoh jauh lebih banyak
mengalokasikan pengeluaran untuk lauk hewani dibandingkan sayuran. Hal
tesebut bisa disebabkan karena harga pangan hewani yang memiliki harga relatif
mahal dibandingkan dengan pangan lainnya. Sama seperti penelitian Purwanitini
(2010) di Sragen yang menunjukkan bahwa umumnya pengeluaran lebih besar
pada pangan hewani karena harganya yang mahal, meskipun dikonsumsi dalam
jumlah yang relatif kecil tetap membuat nilai rata-rata pengeluarannya besar.
Adapun bahan makanan yang termasuk dalam makanan pokok dalam tabel
adalah beras, terigu, mie, bihun, roti dan umbi. Pada lauk hewani yang digunakan
adalah ikan, daging ayam dan sapi, telur dan susu. Sedangkan lauk nabati adalah
tahu, tempe dan oncom. Bahan pangan yang digolongkan sebagai kelompok
lainnya adalah minyak, gula, teh, kopi dan bumbu. Selain pengeluaran untuk
makanan, ada pula pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bukan makanan. Beri
PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI
KELURAHAN PALEDANG
YUNITA MAGDALENA SIBARANI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Determinan
Status Gizi Balita di Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan
Paledang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Yunita Magdalena Sibarani
NIM I14090061
ABSTRAK
YUNITA MAGDALENA SIBARANI. Analisis Determinan Status Gizi Balita di
Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang. Dibimbing
oleh IKEU TANZIHA.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis determinan status gizi balita
permukiman padat penduduk bantaran sungai. Desain penelitian adalah cross
sectional dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 64 subjek. Data dikumpulkan
dengan kuesioner melalui wawancara dan dianalisis secara deskriptif dan
inferensia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara
karakteristik rumah dan pola asuh kesehatan dengan status gizi dan tidak terdapat
hubungan signifikan antara pendidikan orang tua, besar keluarga, pengeluaran,
pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan, skor morbiditas dan tingkat kecukupan
energi-protein dengan status gizi (p>0.1). Hasil uji regresi linier berganda
menunjukkan terdapat pengaruh positif nyata antara karakteristik rumah dan pola
asuh kesehatan terhadap status gizi dan tidak terdapat pengaruh antara pendidikan
orang tua, besar keluarga, pengeluaran, pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan,
tingkat kecukupan energi-protein terhadap status gizi (p>0.1).
Kata kunci: bantaran sungai, padat penduduk, pola asuh, status gizi
ABSTRACT
YUNITA MAGDALENA SIBARANI. Determinant Analysis of Nutritional
Status in Under Five Child in Densely Populated Riverbanks of Kelurahan
Paledang. Supervised by IKEU TANZIHA.
This study aimed to analyze nutritional status determinant of children
under five years old in densely populated riverbank area. A cross sectional study
of 64 subjects was conducted. Data was collected by questionnaire through
interview and was analyzed by descriptive and inference. The result showed there
was significant correlation between house characteristics and health parenting
with nutritional status, but there were no significant correlation between parents’
education, length of family, outcome, nutritional knowledge of mothers, eat
parenting, morbidity score and dietary allowance of energy-protein with
nutritional status. Result of multiple linear regression analysis showed that there
was real positive effect between characteristics of house and health parenting to
nutritional status (p0.1).
Key words: densely populated, nutritional status, parenting, riverbanks
ANALISIS DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI
PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK BANTARAN SUNGAI
KELURAHAN PALEDANG
YUNITA MAGDALENA SIBARANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
uJ Skripsi: Analisis Determinan Status Gizi Balita di Permukiman Padat
.:ill1a
_1
Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang
: Yunita Magdalena Sibarani
: 114090061
DisetujJi oleh
Dr Ir lkeu Tanziha, MS
Pembimbing
Tanggal Lulus:
2 4 OCT 2013
/
Judul Skripsi : Analisis Determinan Status Gizi Balita di Permukiman Padat
Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang
Nama
: Yunita Magdalena Sibarani
NIM
: I14090061
Disetujui oleh
Dr Ir Ikeu Tanziha, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Budi Setiawan, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Juni 2013 ini
ialah status gizi balita, dengan judul Analisis Determinan Status Gizi Balita di
Permukiman Padat Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS,
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Selain
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kecamatan Bogor Tengah dan
Kelurahan Paledang yang telah memberikan perizinan dan bantuan para kader
posyandu sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Mama dan Bapa, abang Edward Ronaldo, dan adikku
Nelly Octaviani dan Rivaldo Abednego atas dukungan moril, materil, doa, cinta
serta kasih sayangnya. Terima kasih juga untuk sahabat terbaik dan tersayang
Meirisa Rahmawati atas bantuan dalam penelitian dan dukungan serta semangat
bersama dengan Yohanes. Tidak lupa terima kasih untuk Gizi Masyarakat 46.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan. Namun penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi dan bermanfaat bagi semua.
Bogor, Oktober 2013
Yunita Magdalena Sibarani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
xv
xv
xvi
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Kegunaan Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
6
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
6
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
9
9
Karakteristik Contoh
11
Status Gizi
12
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh
13
Pengetahuan Gizi Ibu
20
Pola Asuh
22
Karakteristik Rumah
26
Status Kesehatan
30
Tingkat Kecukupan Zat Gizi
32
Pengaruh Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi, Pola Asuh, Skor
Morbiditas dan Tingkat Kecukupan terhadap Status Gizi
34
SIMPULAN DAN SARAN
34
Simpulan
34
Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
39
51
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Variabel, data, dan metode pengukuran
Sebaran contoh menurut usia
Sebaran contoh menurut jenis kelamin
Sebaran contoh menurut status gizi
Sebaran contoh menurut jenis kelamin dan status gizi
Sebaran contoh menurut kelompok usia orang tua dan status gizi
Rata-rata usia orang tua contoh menurut status gizi
Sebaran contoh menurut tingkat pendidikan orang tua dan status gizi
Rata-rata lama pendidikan orang tua menurut status gizi
Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua dan status gizi
Sebaran contoh menurut besar keluarga dan status gizi
Rata-rata besar keluarga menurut status gizi contoh
Rata-rata alokasi pengeluaran perkapita per bulan keseluruhan contoh
terhadap makanan
Rata-rata alokasi pengeluaran bukan makanan perkapita per bulan
keseluruhan contoh
Rata-rata pengeluaran perkapita per bulan keluarga contoh menurut
status gizi
Sebaran contoh menurut kategori pengeluaran perkapita contoh dan
status gizi
Rata-rata skor pengetahuan gizi ibu menurut status gizi contoh
Sebaran contoh menurut skor pengetahuan gizi ibu dan status gizi
Sebaran contoh menurut jawaban pertanyaan mengenai pengetahuan
gizi
Rata-rata skor pola asuh makan ibu menurut status gizi
Sebaran contoh menurut jawaban pernyataan pola asuh makan contoh
Sebaran contoh menurut kategori skor pola asuh makan dan status gizi
Rata-rata skor pola asuh kesehatan ibu menurut status gizi
Sebaran contoh menurut kategori skor pola asuh kesehatan dan status
gizi
Sebaran contoh menurut jawaban pernyataan pola asuh kesehatan ibu
dan status gizi
Rata-rata skor karakteristik rumah menurut status gizi
Sebaran contoh menurut kategori skor karakteristik rumah dan status
gizi
Sebaran contoh menurut karakteristik rumah dan status gizi
Sebaran contoh menurut kejadian sakit dan status gizi
Sebaran contoh menurut jenis penyakit
Sebaran contoh menurut jenis penyakit dan status gizi
Rata-rata kecukupan zat gizi contoh menurut status gizi
Rata-rata tingkat kecukupan zat gizi contoh menurut status gizi
7
11
11
12
12
13
14
14
15
16
17
17
18
18
19
19
20
21
21
22
23
23
24
24
25
26
27
27
30
31
31
32
33
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar kerangka pikir
5
2 Peta Kecamatan Bogor Tengah
10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Karakteristik rumah dan keadaan lokasi penelitian
2 Kuesioner penelitian
39
41
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambahan penduduk merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi
Indonesia sebagai negara yang berkembang. Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan laju pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi. Jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya tercatat
naik sekitar tiga hingga empat juta jiwa. Angka ini setara dengan jumlah kelahiran
bayi di wilayah Indonesia yang setiap harinya mencapai 10.000 bayi (Alimoeso
2012).
Jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan permukiman.
Sehingga bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan
akan perkembangan permukiman. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin
banyaknya lahan yang dijadikan permukiman penduduk. Provinsi Jawa Barat pada
tahun 2012, telah melakukan pemberian bantuan sarana dan prasarana utilitas
perumahan sebanyak 781 unit rumah, bantuan stimulan untuk pembangunan dan
perbaikan rumah swadaya sebanyak 30.587 unit, serta fasilitasi pembangunan
rusun sebanyak 5 twin block (Pemda Jabar 2012). Pemberian bantuan tersebut
menjadi bukti nyata meningkatnya perkembangan permukiman penduduk.
Namun adanya pertambahan penduduk yang cukup tinggi tidak didukung
dengan ketersediaan wilayah yang layak untuk dijadikan lahan hunian. Hal
tersebut menyebabkan banyak penduduk yang tidak mendapatkan wilayah layak
huni untuk dijadikan tempat tinggal. Permalasahan itulah yang menjadi penyebab
peningkatan lahan kumuh di Indonesia. Selain itu kemiskinan juga merupakan
salah satu penyebab terjadinya peningkatan lahan kumuh di Indonesia.
Pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia
mencapai 28,59 juta orang (11.66%) (BPS 2012). Seperti yang diungkapkan
Keman (2005), masyarakat kecil berpenghasilan rendah tidak mampu memenuhi
persyaratan mendapatkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bahkan untuk rumah
tipe Rumah Sangat Sederhana (RSS). Sebaliknya pemerintah dan swasta
pengembang perumahan tidak dapat memenuhi kebutuhan perumahan untuk
masyarakat. Hal tersebut menimbulkan masalah sosial yang serius dan
menumbuhkan lingkungan permukiman kumuh (slum area) dengan gambaran
berhubungan erat dengan kemiskinan, kepadatan penghuninya tinggi, sanitasi
dasar perumahan yang rendah sehingga tampak jorok dan kotor yaitu tidak ada
penyediaan air besih, sampah yang menumpukdan banyaknya vektor penyakit,
terutama lalat, nyamuk dan tikus.
Permukiman kumuh adalah salah satu masalah yang tengah dihadapi
pemerintah Indonesia yang memerlukan perhatian khusus. DPR (2000)
menyatakan bahwa masalah perumahan adalah masalah yang kompleks, yang
bukan semata-mata aspek fisik membangun rumah, tetapi terkait sektor yang amat
luas dalam pengadaannya, seperti pertanahan, industri bahan bangunan,
lingkungan hidup dan aspek sosial ekonomi budaya masyarakat, dalam upaya
membangun aspek-aspek kehidupan masyarakat yang harmonis. Berdasarkan
2
pernyataan tersebut, diketahui bahwa masalah perumahan dapat berdampak pada
permasalahan lainnya, termasuk permasalah penduduk.
Permukiman yang berada disepanjang daerah bantaran sungai juga
seringkali menjadi penanda permukiman kumuh. Umumnya kriteria permukiman
yang berada dibantaran sungai termasuk dalam kriteria permukiman kumuh
seperti kepadatan penduduk tinggi, kerapatan bangunan tinggi, drainasi sempit
dan dangkal, tata letak bangunan tidak teratur, sanitasi rumah buruk, konstruksi
bangunan tidak teratur, jalan sempit dan sanitasi lingkungan buruk. Akibatnya
khalayak yang bermukim di wilayah dengan lingkungan hidup seperti ini menjadi
rentan terhadap berbagai macam penyakit (Pudjiastuti 2002).
Penduduk yang tinggal di daerah bantaran sungai, kondisi rumah tinggal
dan kebiasaan hidupnya seringkali menjadi pemicu masalah kesehatan tidak
hanya terjadi pada orang dewasa. Anak-anak termasuk balita yang tinggal
ditempat tersebut juga. Menurut kerangka konsep UNICEF dalam menanggulangi
masalah gizi, sanitasi merupakan penyebab yang mendasari di level keluarga
bahkan penyakit adalah penyebab langsung terjadinya permasalahan gizi.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai ―Analisis Determinan Status Gizi Balita di Permukiman Padat
Penduduk Bantaran Sungai Kelurahan Paledang‖.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan pokok-pokok
permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah hubungan antara karakteristik sosial keluarga dengan status
gizi balita Kelurahan Paledang?
b. Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
balita Kelurahan Paledang?
c. Bagaimanakah hubungan antara hubungan antara pola asuh dengan status
gizi balita Kelurahan Paledang?
d. Bagaimanakah hubungan antara hubungan antara karakteristik rumah
dengan status gizi balita Kelurahan Paledang?
e. Bagaimana hubungan antara skor morbiditas balita dengan status gizi
balita Kelurahan Paledang?
f. Bagaimana hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi
balita Kelurahan Paledang?
g. Determinan apa yang menggambarkan status gizi balita di permukiman
padat penduduk bantaran sungai Kelurahan Paledang?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis determinan status
gizi balita permukiman padat penduduk bantaran sungai di Kelurahan Paledang.
3
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
Menganalisis karakteristik sosial ekonomi contoh dan keluarga contoh yang
mencakup usia, jenis kelamin dan status gizi contoh serta tingkat
pendidikan, pekerjaan, pengeluaran, besar keluarga dan pengetahuan gizi
ibu.
Menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh
dengan status gizi balita.
Menganalisis hubungan pola asuh yang mencakup pola asuh makan dan
kesehatan dengan status gizi balita.
Menganalisis hubungan karakteristik rumah mencakup kondisi rumah,
sumber air dan sarana pembuangan limbah rumah tangga.dengan status gizi
balita
Menganalisis hubungan skor morbiditas dengan status gizi balita.
Menganalisis hubungan tingkat kecukupan energi dan protein balita
terhadap status gizi balita.
Menganalisis pengaruh variabel sosial ekonomi, pola asuh, karakteristik
rumah, skor morbiditas dan tingkat kecukupan terhadap status gizi.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai status gizi
balita dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi untuk dapat
meningkatkan kualitas kesehatan balita. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan acuan dalam memperbaiki maupun meningkatkan penerapan determinan
pembentuk status gizi balita.
4
KERANGKA PEMIKIRAN
Masa balita adalah masa dimana pertumbuhan dan perubahan berjalan
pesat. Pada masa ini juga ketergantungan balita akan bantuan orang disekitarnya
mulai berkurang seiring dengan berkembangnya kemampuan dan pengendalian
tubuh.Pada masa ini pula terjadi perubahan pola makan seperti ketidaksukaan
terhadap makanan tertentu. Meskipun ketergantungan balita dengan lingkungan
sudah semakin berkurang, namun balita masih membutuhkan bantuan dari
lingkungan disekitarnya. Balita adalah periode transisi dari makanan bayi ke
makanan dewasa dimana dengan kondisinya yang belum mampu mengurus
dirinya sendiri sepenuhnya sehingga membutuhkan bantuan orang lain.
Ibu memegang peranan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan
balita karena pola asuh secara umum dilakukan oleh ibu. Adanya karakteristik lain
dari lingkungan sekitar dan karakteristik ibu itu sendiri, akan membentuk kualitas
balita. Hal yang dibentuk oleh pola asuh ibu tidak hanya kepribadian balita
melainkan juga konsumsi balita. Konsumsi balita akan menentukan angka
kecukupan gizi balita sesuai dengan karakteristik balita itu sendiri. Hal tersebut
akan berpengaruh pada status gizi balita. Pola asuh lainnya yang penting yang
dilakukan ibu adalah pola asuh kesehatan karena anak mempelajari kebiasaan
hidup sehat dari lingkungan disekitarnya. Pola asuh yang diterapkan akan
mempengaruhi konsumsi pangan balita dan juga status kesehatan balita.
Lingkungan tempat tinggal juga memegang peran penting karena tempat
tinggal adalah lokasi dimana balita melakukan aktivitas hariannya. Kondisi fisik
tempat tinggalnya juga sanitasi akan mempengaruhi peluang timbulnya penyakit.
Hal tersebut juga akan berpengaruh pada resiko balita terserang penyakit yang
akan berdampak pada status kesehatan balita. Status kesehatan balita akan
mempengaruhi angka kecukupan gizinya dan begitu juga sebaliknya, angka
kecukupan gizi yang dimiliki balita juga akan berpengaruh pada status kesehatan.
Dampak morbiditas pada angka kecukupan gizi balita maka akan berpengaruh
pula pada status gizi balita. Secara keseluruhan kerangka pemikiran determinan
status gizi balita dapat dilihat pada gambar 1.
5
Karakteristik orang tua contoh:
Pendidikan
Pekerjaan
Pengeluaran
Besar keluarga
Pengetahuan gizi ibu
Karakteristik contoh :
Usia
Jenis kelamin
Berat badan
Pola asuh:
Pola asuh makan
Pola asuh kesehatan
Lingkungan fisik dan sanitasi rumah:
Kondisi rumah
Sumber air
Sarana pembuangan limbah rumah
tangga
Konsumsi pangan
Tingkat Kecukupan
Gizi
Status kesehatan:
- Jenis penyakit
- Frekuensi sakit
- Lamanya sakit
Status gizi
Aktivitas Fisik
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang diteliti
= Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian
6
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Desain penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah
cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Paledang, Kecamatan
Bogor Tengah. Lokasi penelitian bertempat dimana permukiman penduduk berada
di aliran sungai Cisadane. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Bogor Tengah
merupakan kecamatan terpadat di Kota Bogor dan Kelurahan Paledang
merupakan salah satu kelurahan dengan kepadatan yang cukup tinggi dengan
kriteria lainnya yaitu dilalui oleh sungai Cisadane.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Subjek pada penelitian ini adalah balita 24—59 bulan yang tinggal di
permukiman bantaran sungai yang berada di Kelurahan Paledang. Contoh diambil
dengan kriteria pengambilan contoh, yaitu tinggal di bantaran sungai dan bersedia
ikut dalam penelitian. Jumlah contoh yang akan dijadikan unit penelitian dihitung
dengan menggunakan cara berikut:
n=
2�
�−1 � 2 + α
Keterangan :
= jumlah sampel yang diinginkan
= 1.96
= prevalensi status gizi balita gizi burukKota Bogor 9,3% (Dinkes 2010)
= 0.907 (1-p)
= populasi sebesar 256
= presisi (tingkat kesalahan) sebesar 0.1
Diperoleh jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 30 orang
balita. Penelitian ini menggunakan 64 orang balita dengan mengambil seluruh
balita gizi kurang yang berada di lokasi penelitian yaitu sebanyak 13 orang.
Kemudian sebanyak 51 orang balita gizi normal dipilih oleh peneliti dengan
secara purposive.
n
Zα
p
q
N
d2
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer mencakup karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, dan berat badan),
data karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh (pendidikan, pekerjaan,
pengeluaran, besar keluarga dan pengetahuan gizi ibu), pola asuh (makan dan
kesehatan), status kesehatan dan konsumsi pangan contoh. Data diambil
menggunakan kuesioner melalui wawancara, untuk konsumsi pangan contoh
digunakan metode food recall 2x24 jam.
Pola asuh yang diteliti adalah pola asuh makan dan pola asuh kesehatan
yang dilakukan oleh ibu contoh terhadap balita (contoh). Pola asuh makan yang
7
ditanyakan dalam kuesioner ada sebanyak 10 poin pernyataan mencakup riwayat
pemberian ASI, cara memberikan makanan pada balita, dan cara ibu membentuk
situasi makan anak. Pola asuh kesehatan dalam kuesioner sebanyak 13 pernyataan
mencakup perilaku ibu dalam mengajarkan kebiasaan hidup sehat kepada anak
balita.Kondisi lingkungan yang dinilai sebanyak 20 pernyataan yaitu mencakup
kondisi fisik rumah, sumber air dan sarana pembuangan limbah rumah tangga.
Data status kesehatan (morbiditas) diperoleh dengan wawancara langsung
menggunakan kuesioner mengenai frekuensi sakit, lama sakit, jenis
penyakit/infeksi yang diderita contoh selama sebulan terakhir. Data tentang jenis
penyakit infeksi contoh diperoleh berdasarkan jawaban dari orang tua contoh.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian terlampir (Lampiran 2).
Data status gizi balita didapatkan dari hasil pengukuran berat badan
menurut umur dan ditentukan berdasarkan standar baku indeks WHO-NHCS
2005. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data anak balita,
profil/gambaran umum lokasi penelitian, profil kesehatan lokasi penelitian,
jumlah penduduk dan jumlah balita. Berikut ini adalah tabel mengenai jenis
variabel, data, dan metode pengukurannya.
Tabel 1 Variabel, data, dan metode pengukuran
No
1
2
Variabel
Karakteristik contoh
Jenis kelamin
Usia
Berat badan contoh
Karakteristik orang tua
contoh
Usia orang tua contoh
Pekerjaan orang tua
contoh
Pendapatan orang tua
contoh
Besar keluarga
Pendidikan gizi ibu contoh
3
Pola asuh
Pola asuh makan
Pola asuh kesehatan
4
Status kesehatan contoh
5
Status gizi contoh
6
Karakteristik
lingkungan
rumah contoh:
Kondisi fisik rumah
Sumber air
Pembuangan limbah RT
Responden
Balita
Orang
contoh
Cara Pengumpulan Data
BB : pengukuran dengan
timbangan injak digital dengan
ketelitian 0.1 kg
tua Wawancara
kuesioner
menggunakan
Pengetahuan gizi: wawancara
menggunakan kuesioner yang
berisi 20 pertanyaan seputar gizi.
Wawancara
menggunakan
kuesioner berisi 13 pernyataan
Orang
tua mengenai pola asuh ibu terhadap
kesehatan contoh dan 10
contoh
pernyataan mengenai kebiasaan
makan contoh
Wawancara
menggunakan
Orang
tua kuesioner
mengenai
jenis
contoh
penyakit, lama terkena penyakit,
dan frekuensi terkena penyakit.
Hasil pengukuran BB kemudian
Balita (contoh)
status gizi dihitung menurut
BB/U
Orang
tua
contoh
dan
Wawancara dengan kuesioner.
pengamatan
langsung
8
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan diolah
dengan menggunakan Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16.0 for Windows.
Pengolahan data meliputi beberapa tahap diantaranya pengeditan, pengodean,
pengentrian dan analisis. Uji hubungan antar variabel dalam penelitian ini
menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Uji pengaruh variabel untuk
mengetahui pengaruh variabel x terhadap y dilakukan dengan regresi linier
berganda metode stepwise.
Data karakteristik contoh yang meliputi umur, jenis kelamin dan konsumsi
zat gizi, serta karakteristik orang tua contoh yang mencakup tingkat pendidikan,
pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga dianalisis secara
statistik deksriptif.
Data umur orang tua kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
Kelompok usia menurut Papalia dan Old (1998) yang diacu dalam Yustika (2012)
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu remaja (65 tahun).
Data karakteristik rumah, pola asuh makan dan kesehatan dihitung dengan
menghitung skor total yang didapat dari masing-masing kelompok pertanyaan.
Skoring jawaban akan dinilai dengan rentang 1–3. Skor total yang didapat dari
hasil penjumlahan kemudian digunakan untuk membuat kategori kelas
berdasarkan skor. Pengkategorian berdasarkan interval kelas data dilakukan
dengan perhitungan sebagai berikut (Slamet 1993) :
Interval kelas =
nilai maksimal-nilai minimal
jumlah kelas
Data konsumsi pangan yang dikonsumsi oleh balita dihitung kandungan
energi dan protein menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan
Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Perhitungan zat gizi ini
menggunakan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994) :
Kgij = (Bj/100) X Gij X (BDD/100)
Keterangan:
Kgij= Kandungan zat gizi bahan pangan yang dikonsumsi
Bj = Berat bahan pangan yang dikonsumsi
Gij= Kandungan zat gizi yang dikonsumsi dalam 100 gram BDD
BDD = Bagian bahan pangan yang dapat dimakan (% BDD)
Tingkat kecukupan zat gizi dihitung dari konsumsi per hari yang
dibandingkan dengan angka kecukupan zat gizi yang telah ditetapkan pada
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004. Pengukuran
tingkat kecukupan energi dan zat gizi dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus seperti berikut :
Jumlah konsumsi energi/zat gizi
X 100%
AK Energi atau Gizi yang Dianjurkan
Menurut Anggraeni (2012), konsumsi seseorang dikatakan baik apabila
memenuhi 90–110% dari kebutuhan, defisit ringan jika hanya 80–89% kebutuhan,
defisit sedang jika 70–79% kebutuhan, dan defisit berat jika kurang dari 70%
kebutuhan.
Pengetahuan gizi ibu diukur dengan memberikan 20 pertanyaan yang berupa
pilihan ganda. Jawaban yang benar diberi nilai 1 sedangkan jawaban yang salah
9
diberi nilai 0. Jumlah jawaban yang benar dijumlah dan dikelompokkan dalam
tiga kelompok, yaitu : baik jika skor >80%, sedang jika skor berkisar antara 60–
80%, dan kurang jika skor 65 tahun)
0
0
2
4.17
0
0
0
0
Total
13
100
48
100
13 100 51 100
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa pada kelompok gizi kurang
sebagian besar usia ayah maupun ibu tergolong dalam kelompok usia dewasa
awal, dan sebagian kecil lainnya tergolong dalam kelompok usia dewasa madya.
Begitu pula dengan kelompok contoh gizi normal, sebagian besar ayah dan ibu
contoh tergolong dalam kelompok usia dewasa awal. Namun terdapat perbedaan
14
antara jumlah total antara ayah dan ibu, hal tersebut disebabkan adanya beberapa
contoh yang tidak memiliki ayah. Contoh yang tidak memiliki ayah tersebut
disebabkan karena terjadinya perceraian sehingga ayah contoh tersebut tidak
dicantumkan dalam data.
Berikut adalah rata-rata usia orang tua contoh yang dibagi berdasarkan
kelompok status gizi contoh.
Tabel 7 Rata-rata usia orang tua contoh menurut status gizi
Usia (rata-rata ± SD)
Ayah
Ibu
38.23 ± 7.29
34.62 ± 5.85
39.62 ± 9.40
33.41 ± 6.26
39.32 ± 8.96
33.66 ± 6.15
Status Gizi
Gizi kurang
Gizi normal
Total contoh
Rata-rata usia ayah pada kelompok gizi normal lebih besar dibandingkan
dengan kelompok gizi kurang. Namun sebaliknya, usia ibu pada kelompok gizi
kurang lebih besar dibandingkan dengan gizi normal. Akan tetapi berdasarkan
rata-rata, baik ayah maupun ibu kedua kelompok contoh berada dalam kelompok
usia yang sama yaitu dewasa madya (20-40 tahun). Berdasarkan hasil uji beda,
tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0.1) pada usia ayah dan ibu kedua
kelompok contoh.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pola konsumsi. Menurut Mufidah (2012), tingkat pendidikan mempengaruhi gaya
hidup masyarakat karena karena tinggi rendahnya pendidikan masyarakat akan
mempengaruhi terhadap pola perilaku, sikap dan kebutuhan konsumsi mereka.
Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua
dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
(Soetjiningsih 1995). Berikut adalah sebaran pendidikan orang tua contoh.
Tabel 8 Sebaran contoh menurut tingkat pendidikan orang tua dan status gizi
Tingkat
pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Total
Ayah
Gizi kurang
n
%
3
23.08
2
15.38
8
61.54
13
100
Gizi normal
n
%
9
18.75
9
18.75
26 54.17
4
8.33
48
100
Gizi kurang
n
%
5
38.46
3
23.08
5
38.46
13
100
Ibu
Gizi normal
n
%
14
27.45
11
21.57
25
49.02
1
1.96
51
100
Pada kelompok contoh gizi kurang, tingkat pendidikan ayah sebagian
besar berada pada tingkat sekolah menengah. Sementara pada ibu, perbandingan
antara tingkat sekolah dasar dengan sekolah menengah sama besarnya. Pada
kelompok contoh gizi normal, sebagian besar ayah dan ibu contoh berada pada
15
tingkat pendidikan sekolah menengah. Jika dibandingkan antara kedua kelompok
contoh, maka dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan ayah maupun ibu contoh
pada kelompok gizi normal berada dalam tingkat yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok gizi normal.
Pendidikan ayah peranannya erat pada pendapatan (income) yang dihasilkan
oleh keluarga. Hasil penelitian Tarigan menunjukkan bahwa ada hubungan antara
tingkat pendidikan terhadap pendapatan meskipun ada beberapa keahlian yang
tidak memerlukan pendidikan dalam tingkatan
tertentu. Namun Tarigan
menyatakan bahwa pendidikan tetap mempunya hubungan terhadap pendapatan.
Meningkatkan pendapatan adalah salah satu dari sekian banyak fungsi pendidikan
(Tarigan 2006).
Pendidikan ibu dan status gizi hubungannya lebih pada pola asuh yang
dilakukan ibu. Menurut Saputra (2012), ketika tingkat pendidikan rendah, maka
pengetahuan mereka terhadap kesehatan dan gizi menjadi rendah sehingga pola
konsumsi gizi untuk anak menjadi tidak baik. Pada penelitian yang dilakukan di
Sumatera Barat tersebut menunjukkan orang tua dengan tingkat pendidikan
rendah (SD/tidak tamat SD) memiliki risiko yang besar terhadap kualitas gizi
anak dengan probabilitas risiko gizi buruk 5.699 kali lebih besar dibandingkan
dengan orang tua denganpendidikan yang lebih tinggi, yaitu SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi (Saputra 2012).
Apabila dibandingkan antara tingkat pendidikan ibu dan ayah, maka yang
lebih berpengaruh langsung pada status gizi balita adalah tingkat pendidikan ibu
karena hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola asuh ibu pada
balita. Berikut ada rata-rata lama pendidikan ayah dan ibu contoh kedua kelompok
contoh berdasarkan tahun.
Tabel 9 Rata-rata lama pendidikan orang tua menurut status gizi
Status Gizi
Gizi kurang
Gizi normal
Total contoh
Lama pendidikan dalam tahun (rata-rata ± SD)
Ayah
Ibu
9.90 ± 3.80
8.70 ± 3.10
10.10 ± 2.60
9.60 ± 3.00
9.94 ± 3.56
9.41 ± 3.03
Berdasarkan Tabel 9, maka dapat dibandingkan lama pendidikan ayah dan
ibu kedua kelompok contoh. Baik ayah maupun ibu kelompok contoh gizi normal
memiliki nilai lama pendidikan yang lebih besar dibandingkan kelompok contoh
gizi kurang. Bahkan nilai kelompok gizi normal nilainya lebih besar dibandingkan
rata-rata keseluruhan contoh. Meskipun begitu, hasil uji beda menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.1) pada tingkat pendidikan ayah dan ibu
kedua kelompok contoh.
Jika dibandingkan dengan penelitian lainnya, tingkat pendidikan di lokasi
penelitian cukup baik. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Malau
(2012) di tepian Teluk Nibung, dimana sebanyak 20% contoh tidak bersekolah.
Sebagian besar tingkat pendidikan orang tua contoh di lokasi penelitian juga
memenuhi kebijakan nasional wajib belajar 9 tahun. Kecuali pada ibu kelompok
balita gizi kurang.
Hasil uji hubungan antara lama pendidikan ibu maupun ayah dengan status
gizi contoh menunjukkan hasil bahwa lama pendidikan ibu tidak menunjukkan
16
hubungan yang signifikan (p > 0.05) terhadap status gizi. Hasil tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Maharashtra, India. Penelitian yang dilakukan
Griffith (2004) tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
antara tingkat pendidikan ibu terhadap berat badan menurut usia. Griffith dalam
penelitian menyatakan bahwa tidak semua lokasi dalam penelitiannya memiliki
hubungan yang signifikan pada pendidikan ibu dengan status gizi.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Griffith, hasil penelitian
menunjukkan hasil sebaliknya ada pada penelitian Abuya yang dilakukan di
daerah kumuh (slum) di Afrika. Hasil penelitian Abuya menunjukkan hasil yang
signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita. Abuya, dalam
penelitiannya menemukan bahwa tingkat pendidikan ibu menjadi prediktor kuat
dalam menentukan status gizi balita (Abuya et al. 2012).
Pendidikan ayah juga tidak memiliki hubungan signifikan (p > 0.05)
dengan status gizi. Hal tersebut diduga disebabkan karena pengasuhan contoh
secara umum dilakukan oleh ibu sehingga pendidikan ayah tidak berpengaruh
pada status gizi balita contoh. Penelitian yang menunjukkan hasil yang sama
dilakukan di Medan oleh Yudi (2008).
Pekerjaan
Pekerjaan orang tua yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
primer maupun sekunder (Soetjiningsih 1995). Berikut adalah sebaran pekerjaan
yang dimiliki oleh orang tua contoh.
Tabel 10 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua dan status gizi
Pekerjaan
Gizi normal
n
%
PNS/ABRI/POLRI 4
8.33
Karyawan swasta
13
27.08
Wiraswasta
20
41.67
Buruh
11
22.92
Ibu rumah tangga
0
0
Lainnya
0
0
Total
48
100
Ayah
Gizi kurang
n
%
1
7.69
2
15.38
6
46.15
4
30.77
0
0.00
0
0
13
100
Ibu
Gizi normal Gizi kurang
n
%
n
%
0
0
0
0
3
5.88
1
7.69
4
7.84
1
7.69
1
1.96
0
0
42
82.35
11
84.62
1
1.96
0
0
51
100
13
100
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan
ayah contoh adalah wiraswasta, baik pada kelompok gizi normal maupun gizi
kurang. Sedangkan pekerjaan ibu didominasi oleh profesi ibu rumah tangga yang
juga memiliki pola yang sama di kedua kelompok contoh. Namun pada kelompok
gizi normal, lebih banyak ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah (bukan ibu
rumah tangga) dibandingkan dengan kelompok gizi kurang. Pekerjaan lainnya
yang dimaksud dalam tabel adalah pekerjaan yang tidak menetap seperti
pengemis.
17
Besar Keluarga
Jumlah anggota keluarga biasanya dapat digunakan untuk menggambarkan
kesejahteraan suatu keluarga. Besar kecilnya dari suatu jumlah keluarga juga
dapat mempengaruhi pola konsumsi yang ada dalam keluarga (Mufidah 2012).
Menurut Hurlock (1993), kategori keluarga dibagi menjadi tiga kelompok
menurut jumlah anggota keluarganya yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7
orang) dan besar (≥ 8 orang).
Berikut adalah sebaran ukuran keluarga contoh yang dibagi menurut
kelompok status gizi contoh.
Tabel 11 Sebaran contoh menurut besar keluarga dan status gizi
Besar Keluarga
Kecil (≤ 4 orang)
Sedang (5-7 orang)
Besar (≥ 8 orang)
Total
n
3
9
1
13
Gizi kurang
%
23.08
69.23
7.69
100
n
19
30
2
51
Gizi normal
%
37.25
58.82
3.92
100
Baik pada kelompok contoh status gizi normal maupun kurang, ukuran
keluarganya termasuk dalam kategori sedang. Persentase kategori keluarga kecil
lebih besar pada kelompok contoh status gizi baik dibandingkan dengan kelompok
contoh status gizi kurang. Sebaliknya, persentase keluarga besar lebih tinggi pada
kelompok status gizi kurang. Berdasarkan hasil uji beda, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan (p>0.1) pada besar keluarga kedua kelompok contoh.
Tabel 12 Rata-rata besar keluarga menurut status gizi contoh
Status Gizi
Gizi kurang
Gizi normal
Total contoh
Rata-rata besar keluarga
5.62 ± 2.40
5.14 ± 1.30
5.23 ± 1.57
Rata-rata besar keluarga contoh gizi kurang memiliki nilai yang lebih
besar baik dibandingkan dengan kelompok gizi normal maupun keseluruhan
contoh. Rata-rata besar keluarga contoh memiliki nilai yang cukup besar jika
dibandingkan dengan rata-rata ukuran keluarga nasional yaitu 4 orang dan Jawa
Barat yaitu sebesar 3.8 orang (BPS 2011).
Hasil uji hubungan antara besar keluarga dengan status gizi menunjukkan
hubungan yang tidak signifikan (p>0.1), serupa dengan penelitian di Kabupaten
Tangerang yang menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara jumlah
anggota keluarga dengan status gizi anak balita. Suhendri (2009) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga tidak mempengaruhi
status gizi balita namun akan berpengaruh pada tingkat konsumsi makanan, yaitu
jumlah dan distribusi makanan dalam rumah tangga. Sehingga diduga tidak
adanya hubungan jumlah anggota rumah tangga terhadap status gizi balita karena
adanya kecenderungan hubungan tidak langsung tersebut.
18
Pengeluaran
Pendapatan digunakan untuk membiayai penggunaan barang dan jasa
ataupun kebutuhan pokok, dapat berupa makanan maupun bukan makanan.
Pembiayaan yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut termasuk
dalam pengeluaran keluarga. Pengeluaran, baik makanan maupun bukan makanan
dapat menggambarkan bagaimana keluarga contoh dalam mengalokasikan
kebutuhan rumah tangganya. Berikut adalah alokasi pengeluaran keseluruhan
contoh terhadap makanan.
Tabel 13 Rata-rata alokasi pengeluaran perkapita per bulan keseluruhan contoh
terhadap makanan
Pengeluaran
berdasar
jenis
pangan (perkapita per bulan)
Makanan pokok
Lauk hewani
Lauk nabati
Sayuran
Buah
Lainnya
Total
Total (Rp)
%
87655
190090
27734
20293
21567
42416
389755
22.49
48.77
7.12
5.21
5.53
10.88
100
Berdasarkan Tabel 13, pengeluaran pangan keluarga contoh paling besar
ada pada kelompok bahan pangan lauk hewani dan yang terendah adalah sayuran.
Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga contoh jauh lebih banyak
mengalokasikan pengeluaran untuk lauk hewani dibandingkan sayuran. Hal
tesebut bisa disebabkan karena harga pangan hewani yang memiliki harga relatif
mahal dibandingkan dengan pangan lainnya. Sama seperti penelitian Purwanitini
(2010) di Sragen yang menunjukkan bahwa umumnya pengeluaran lebih besar
pada pangan hewani karena harganya yang mahal, meskipun dikonsumsi dalam
jumlah yang relatif kecil tetap membuat nilai rata-rata pengeluarannya besar.
Adapun bahan makanan yang termasuk dalam makanan pokok dalam tabel
adalah beras, terigu, mie, bihun, roti dan umbi. Pada lauk hewani yang digunakan
adalah ikan, daging ayam dan sapi, telur dan susu. Sedangkan lauk nabati adalah
tahu, tempe dan oncom. Bahan pangan yang digolongkan sebagai kelompok
lainnya adalah minyak, gula, teh, kopi dan bumbu. Selain pengeluaran untuk
makanan, ada pula pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bukan makanan. Beri