Ketahanan Fiber Plastic Composite (FPC) Dengan Penambahan Maleat Anhirida (MAH) Sebagai Compatibilizer Dan Benzoil Peroksida (BPO) Sebagai Inisiator Terhadap Serangan Rayap Tanah

(1)

KETAHANAN

FIBER-PLASTIC COMPOSITE

DENGAN

PENAMBAHAN MALEAT ANHIRIDA (MAH) SEBAGAI

COMPABILITIZER DAN BENZOIL PEROKSIDA

(BPO) SEBAGAI INISIATOR TERHADAP

SERANGAN RAYAP

SKRIPSI

Oleh:

PANDAPOTAN CHRISTIAN PURBA 091201058/ TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

KETAHANAN

FIBER-PLASTIC COMPOSITE

DENGAN

PENAMBAHAN MALEAT ANHIRIDA (MAH) SEBAGAI

COMPABILITIZER DAN BENZOIL PEROKSIDA

(BPO) SEBAGAI INISIATOR TERHADAP

SERANGAN RAYAP

SKRIPSI

Oleh:

PANDAPOTAN CHRISTIAN PURBA 091201058/ TEKNOLOGI HASIL HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Ketahanan Fiber Plastic Composite (FPC) Dengan

Penambahan Maleat Anhirida (MAH) Sebagai Compatibilizer Dan Benzoil Peroksida (BPO) Sebagai Inisiator Terhadap Serangan Rayap Tanah

Nama : Pandapotan Christian Purba

NIM : 091201058

Program Studi : Kehutanan

Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Luthfi Hakim, S.Hut., M.Si Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P Ketua Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut., M. Si., Ph. D Ketua Program Studi Kehutanan


(4)

Pandapotan Christian Purba. The Durability of Fiber–Plastic Composite with Maleic Anhydride (MAH) as Compabilitizer and Benzoyl Peroxide (BPO) as

Initiator toward Termits Attack. Supervised by Luthfi Hakim and Ridwanti

Batubara.

ABSTRACT

The use of plastic fiber composite (FPC) for exterior purposes as one alternative to solid wood has a variety of power requirement one of which is resistant to termites. This study aimed to test the durability of fiber composite plastic derived from recycled corrugated old paper fibers and polypropylene (PP) with the addition of maleic andhirida (MAH) as compabilitizer and benzoyl peroxide (BPO) to termite attack. This research used Completely Randomized Design (CRD) factorial, there are two factors: comparison of corrugated old paper fibers and polypropylene (PP), which consists of 50:50, 60:40 and 70:30 and additive factors maleit anhirida (MAH) 1% and 2% and the results were compared with JIS A 5905-2003 S20 hardboard and JIS A 5908-2003 particleboards type 13 for physical properties and SNI 01 7202-2006 to test the grave yard test termites. The results showed after trials testing the grave for 100 days, the physical properties of the fiber composite plastic does not entirely meet the testing standards JIS A 5905-2003 S20 hardboard and JIS A 5908-2003 particleboards type 13. To test resistance to termite attack, some fiber plastic composite that meets the ISO standard FPC 50:50 01 7202-2006 1% MAH, 1% MAH 60:40, 60:40 and 70:30 2% MAH MAH while the remaining 2% are outside the standard.

Keywords : corrugated old paper fiber, polypropilene, fiber plastic composite, durability against termite attack.


(5)

Pandapotan Christian Purba. Ketahanan Fiber Plastic Composite (FPC) Dengan Penambahan Maleat Anhirida (MAH) Sebagai Compatibilizer Dan Benzoil Peroksida (BPO) Sebagai Inisiator Terhadap Serangan Rayap Tanah. Dibawah bimbingan Luthfi Hakim dan Ridwanti Batubara.

ABSTRAK

Penggunaan fiber plastic composite (FPC) untuk keperluan diluar ruangan sebagai salah satu alternatif pengganti kayu solid memiliki berbagai persayaratan salah satunya adalah daya tahan terhadap rayap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji ketahanan fiber plastic composite yang berasal dari serat kardus daur ulang dan propilen (PP) dengan penambahan maleat andhirida (MAH) dan benzoil peroksida (BPO) terhadap serangan rayap. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, 2 faktor: perbandingan serat kardus dan propilen (PP) yang terdiri dari 50:50, 60:40 dan 70:30 dan faktor zat aditif maleit anhirida (MAH) 1% dan 2% dan hasilnya dibandingkan dengan JIS A 5905-2003 hardboard S20 dan JIS A 5908-2003 particleboards type 13 untuk sifat fisis dan SNI 01 7202-2006 untuk pengujian rayap secara grave yard test. Hasil penelitian menunjukkan setelah pengujian uji kubur selama 100 hari, sifat fisis dari fiber plastic composite tidak seluruhnya memenuhi standar pengujian JIS A 5905-2003 hardboard S20 dan JIS A 5908-2003 particleboards type 13. Untuk pengujian ketahanan terhadap serangan rayap, beberapa fiber plastic composite

yang memenuhi standar SNI 01 7202-2006 yakni FPC 50:50 1% MAH, 60:40 1% MAH, 60:40 2% MAHn dan 70:30 2% MAH sedangkan sisanya berada diluar standar.

Kata Kunci : fiber plastic composites (FPC), polipropilena, maleat anhidrid (MAH), ketahanan terhadap serangan rayap.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putri dari Ayahanda Bismark E.M Purba, SH dan Ibunda Dra. Lusdiana Saragih yang dilahirkan pada tanggal 8 April 1992 di Kota Medan. Penulis putra pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar HKBP Sidorame Medan Barat pada tahun 2003, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dari SMP Budi Murni I Medan tahun 2006 dan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari SMA Negeri 3 Medan tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis lulus seleksi penerimaan perguruan tinggi negeri melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dan pada semester VII memilih minat studi Teknologi Hasil Hutan.

Semasa kuliah penulis merupakan anggota pada organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Penulis juga pernah menjadi Asisten Sifat Fisis dan Mekanis Kayu pada tahun 2011, Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan selama 10 hari di Tongkoh, Sumatera Utara tahun 2011, Praktikum Anatomi dan Identifikasi Kayu pada tahun 2012. Pada tahun 2013 penulis juga pernah bekerja sebagai salah satu karyawan di restoran Pizza Hut Medan di Sumatera Utara.

Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Gunung Barus dan Hutan Pendidikan USU Kabupaten Karo selama 10 hari. Penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapang di PT Sumalindo Hutani Jaya II, Sei Mao, Kalimantan Timur. Dan pada semester VII penulis melakukan penelitian yang berjudul “Ketahanan Fiber Plastic Composite (FPC) Dengan Penambahan Maleat Anhirida (MAH) Sebagai


(7)

Serangan Rayap Tanah” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Ketahanan Fiber Plastic Composite (FPC) Dengan Penambahan Maleat Anhirida (MAH) Sebagai Compatibilizer Dan Benzoil Peroksida (BPO) Sebagai Inisiator Terhadap Serangan Rayap Tanah”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Fiber Plastic

Composite (FPC) yaitu sifat fisis, kualitas FPC dan ketahanan terhadap serangan

rayap tanah serta pola serangan rayap. Hasil penelitian diharapkan mendapat suatu perbandingan komponen penyusun Fiber Plastic Composite (FPC) yang tepat untuk dapat direkomendasikan agar dapat digunakan untuk keperluan eksterior.

Dalam penyelesaian skripsi ini Penulis menyadari keterbatasan yang Penulis miliki sehingga melibatkan banyak pihak, untuk itu Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Komisi Pembimbing yang terhormat Bapak Luthfi Hakim S.Hut., M.Si. dan Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. yang telah membimbing, memberi masukan dan semangat.

2. Kedua orang tua terkasih yang selalu mendukung dalam doa, semangat dan materi, kepada adik-adik terkasih Yohana Mariza Purba dan Maria Elisa Purba beserta seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan semangat dan doa. 3. Sarmauli Purba yang telah turut mendukung dalam semangat dan materi.. 4. Teman-teman seperjuangan penelitian, Vicky Fadliansyah Sihombing, Sari


(9)

5. Teman-teman tim PKL dan Sahabat terkasih Rudi Meirawan Pohan, Nicho Chandra Siregar, dan Kaya Muda Lubis terima kasih untuk kerja sama, bantuan, semangat dan kebersamaan kita.

6. Teman-teman Kehutanan USU stambuk 2009 THH, BDH, MNH yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Keluarga besar THH 2009 terima kasih untuk kebersamaan, kehangatan kekeluargaan, semangat dan doa.

Penulis menyadari masih ada kekurangan maupun kesalahan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mohon maaf. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap skripsi ini bermanfaat dan menjadi sumber informasi.

Medan, September 2013


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Papan Komposit ... 5

Wood Plastic Composite... 7

Plastik ... 10

Serat Kardus... 13

MAH (Maleat anhirida) ... 14

BPO (benzoil peroxide) ... 15

Rayap Sebagai Perusak Bahan berlignolselulosa ... 15

Rayap Tanah (Macrotermes gilvus Hagen) ... 16

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

Bahan dan Alat Penelitian ... 19

Prosedur Penelitian ... 19

Persiapan Contoh Uji ... 19

Pembuatan Lubang Tanam ... 20

Penenaman Contoh Uji ... 20

Pengamatan ... 21

Pengujian Sifat Fisis ... 21

Kerapatan ... 21

Penurunan Berat ... 22

Kadar Air ... 22

Daya Serap Air ... 23


(11)

Pengujian Kualitas Papan ... 23

Pengukuran Tingkat Serangan Rayap ... 24

Analisis Data ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisis Fiber Plastic Composite ... 27

Kerapatan ... 27

Kadar Air ... 31

Daya Serap Air ... 34

Pengembangan Tebal ... 36

Uji Ketahanan Papan FPC Terhadap Serangan Rayap Tanah ... 39

Pola Serangan Rayap ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 45

Saran ... 45


(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kualifikasi Papan Pertikel Menurut FAO (1958) dan USDA (1955)... 21 2. Nilai Sifat Fisis Papan Komposit Menurut Standar JIS A 5905-2003

Hardboard S20 dan JIS A 5908-2003 particleboard type 13 ... 23 3. Klasifikasi Ketahanan Kayu Atau Produk Kayu Terhadap

Serangan Rayap... 23 4. Kelas Ketahanan Terhadap Serangan Rayap Dari Papan FPC Termodifikasi

Berdasarkan SNI 01 7202-2006 ... 41


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Letak Lubang Tanam FPC Terhadap Sarang Rayap Tanah ... 20

2. Pola Pengacakan Contoh Uji FPC Pada Lubang Tanam ... 21

3. Grafik Rata-Rata Kerapatan FPC Termodifikasi ... 27

4. Grafik Nilai Rata-Rata Kadar Air FPC Termodifikasi ... 31

5. Grafik Rata-Rata Daya Serap Air FPC Termodifikasi... 34

6. Grafik Rata-Rata Pengembangan Tebal Papan FPC Termodifikasi ... 37

7. Grafik Rata-Rata Nilai Penurunan Berat Papan FPC Termodifikasi ... 39

8. FPC 50:50 2% Setelah Pengujian Serangan Rayap ... 43


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Data Kerapatan FPC Termodifikasi ... 49

2. Data Analisis Sidik Ragam Kerapatan FPC Termodifikasi ... 49

3. Data Kadar Air FPC Termodifikasi ... 49

4. Data Analisis Sidik Ragam Kadar Air FPC Termodifikasi ... 49

5. Data Uji Duncan Kadar Air FPC Termodifikasi ... 50

6. Data Pengembangan Tebal FPC Termodifikasi ... 50

7. Data Analisis Sidik Ragam Pengembangan Tebal FPC Termodifikasi ... 50

8. Hasil Uji Duncan Pengembangan Tebal FPC Termodifikasi ... 50

9. Data Daya Serap Air FPC Termodifikasi ... 51

10. Data Analisis Sidik Ragam Daya Serap Air FPC Termodifikasi ... 51

11. Hasil Uji Duncan Daya Serap Air FPC Termodifikasi ... 51

12. Data Penurunan Berat FPC Termodifikasi... 51

13. Data Analisis Sidik Ragam Penurunan Berat FPC Termodifikasi ... 52

14. Data Uji Duncan Penurunanan Berat FPC Termodifikasi` ... 52

15. Data Kerapatan FPC Sebelum Pengujian Grave Yard Test ... 52

16. Data Berat FPC Sebelum Uji Grave Yard Test (BA Sebelum Oven) ... 53


(15)

Pandapotan Christian Purba. The Durability of Fiber–Plastic Composite with Maleic Anhydride (MAH) as Compabilitizer and Benzoyl Peroxide (BPO) as

Initiator toward Termits Attack. Supervised by Luthfi Hakim and Ridwanti

Batubara.

ABSTRACT

The use of plastic fiber composite (FPC) for exterior purposes as one alternative to solid wood has a variety of power requirement one of which is resistant to termites. This study aimed to test the durability of fiber composite plastic derived from recycled corrugated old paper fibers and polypropylene (PP) with the addition of maleic andhirida (MAH) as compabilitizer and benzoyl peroxide (BPO) to termite attack. This research used Completely Randomized Design (CRD) factorial, there are two factors: comparison of corrugated old paper fibers and polypropylene (PP), which consists of 50:50, 60:40 and 70:30 and additive factors maleit anhirida (MAH) 1% and 2% and the results were compared with JIS A 5905-2003 S20 hardboard and JIS A 5908-2003 particleboards type 13 for physical properties and SNI 01 7202-2006 to test the grave yard test termites. The results showed after trials testing the grave for 100 days, the physical properties of the fiber composite plastic does not entirely meet the testing standards JIS A 5905-2003 S20 hardboard and JIS A 5908-2003 particleboards type 13. To test resistance to termite attack, some fiber plastic composite that meets the ISO standard FPC 50:50 01 7202-2006 1% MAH, 1% MAH 60:40, 60:40 and 70:30 2% MAH MAH while the remaining 2% are outside the standard.

Keywords : corrugated old paper fiber, polypropilene, fiber plastic composite, durability against termite attack.


(16)

Pandapotan Christian Purba. Ketahanan Fiber Plastic Composite (FPC) Dengan Penambahan Maleat Anhirida (MAH) Sebagai Compatibilizer Dan Benzoil Peroksida (BPO) Sebagai Inisiator Terhadap Serangan Rayap Tanah. Dibawah bimbingan Luthfi Hakim dan Ridwanti Batubara.

ABSTRAK

Penggunaan fiber plastic composite (FPC) untuk keperluan diluar ruangan sebagai salah satu alternatif pengganti kayu solid memiliki berbagai persayaratan salah satunya adalah daya tahan terhadap rayap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji ketahanan fiber plastic composite yang berasal dari serat kardus daur ulang dan propilen (PP) dengan penambahan maleat andhirida (MAH) dan benzoil peroksida (BPO) terhadap serangan rayap. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, 2 faktor: perbandingan serat kardus dan propilen (PP) yang terdiri dari 50:50, 60:40 dan 70:30 dan faktor zat aditif maleit anhirida (MAH) 1% dan 2% dan hasilnya dibandingkan dengan JIS A 5905-2003 hardboard S20 dan JIS A 5908-2003 particleboards type 13 untuk sifat fisis dan SNI 01 7202-2006 untuk pengujian rayap secara grave yard test. Hasil penelitian menunjukkan setelah pengujian uji kubur selama 100 hari, sifat fisis dari fiber plastic composite tidak seluruhnya memenuhi standar pengujian JIS A 5905-2003 hardboard S20 dan JIS A 5908-2003 particleboards type 13. Untuk pengujian ketahanan terhadap serangan rayap, beberapa fiber plastic composite

yang memenuhi standar SNI 01 7202-2006 yakni FPC 50:50 1% MAH, 60:40 1% MAH, 60:40 2% MAHn dan 70:30 2% MAH sedangkan sisanya berada diluar standar.

Kata Kunci : fiber plastic composites (FPC), polipropilena, maleat anhidrid (MAH), ketahanan terhadap serangan rayap.


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada era modern sekarang, kebutuhan akan kegunaan kayu semakin meningkat. Kebutuhan kayu kebanyakan diperuntukkan bagi kegiatan pembangunan suatu bangunan. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan manusia pun semakin meningkat dan beraneka ragam, termasuk kebutuhan terhadap kayu dan plastik. Berbagai macam produk yang terbuat dari kayu dan plastik banyak terdapat di sekitar kita, baik berupa mainan anak-anak, maupun sebagai komponen bahan bangunan. Karena sifat dan karakteristiknya yang unik, kayu merupakan bahan yang paling banyak digunakan untuk keperluankonstruksi. Dipihak lain, seiring dengan perkembangan makan kebutuhan akan plastik pun tidak terelakkan.

Penggunaan kayu untuk keperluan bahan bangunan membutuhkan persyaratan yang ketat dan baik. Kayu dengan kualitas yang baik tentu saja memiliki kelas kekuatan dan keawetan yang baik pula. Akan tetapi, ketersediaan kayu dengan kriteria tersebut sangat sulit untuk didapatkan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan pemanfaatan bahan subsitusi berupa papan serat. Produksi papan serat dari limbah-limbah produksi kayu merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah kelangkaan kayu saat ini, baik sebagai bahan baku papan struktural (papan konstruksi) maupun nonstruktural (interior dan pelapis). Produk komposit tersebut dapat berupa papan partikel, papan serat, OSB,

comply, WPC dan produk komposit lainnya.

Salah satu jenis papan serat yang dikembangkan dewasa ini adalah jenis


(18)

merupakan campuran bahan plastik dengan bahan berlignoselulosa lainnya dengan kadar tertentu. Fiber plastic composite (FPC) tersusun atas serat bahan berlignoselulosa yang dicampur dengan bahan plastik dengan kadar tertentu. Adapun bahan berlignoselulosa dapat digunakan serat kardus. Hal ini dikarenakan limbah kardus yang terdapat di Indonesia dapat dikatakan cukup besar. Serat kardus itu sendiri selain mudah didapatkan juga mudah diberi perlakuan jika ingin memodifikasi atau memisahkan seratnya.

Limbah plastik dan sekam jumlahnya cukup besar di Indonesia. Jumlah sampah plastik telah mencapai 1,6 juta ton per tahun atau sekitar 4.400 ton per hari (harian Sinar Harapan, 2001) dan jumlah itu akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya produksi plastik setiap tahunnya. Sedangkan menurut BPS (2007) produksi padi sekitar 57,05 juta ton per tahun dan sekam yang dapat dihasilkan sekitar 11,41 juta ton per tahun. Jika jumlah dari limbah plastik dan sekam terus meningkat dikawatirkan akan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan. Untuk itu perlu ada alternatif untuk menggunakan kembali limbah plastik dan sekam. Alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan kedua bahan tersebut menjadi bahan baku papan serat. Plastik yang digunakan adalah plastik daur ulang jenis Polypropylene. Disamping dapat mengurangi limbah plastik dan sekam, papan serat yang dibuat dapat menjadi subtitusi kayu.

Akan tetapi dalam proses pembuatan sebuah produk papan serat seperti FPC, diperlukan bahan aditif lainnya untuk proses pengikatan antar molekul serat kardus dan polypropylene. Bahan kimia yang dapat dijadikan berupa maleat


(19)

sebagai coupling agent yang berfungsi untuk mengikatkan molekul polypropylene

dengan serat kardus.

Papan serat ataupun papan partikel senantiasa menggunakan perekat di dalam proses pembuatannya. Perekat sintetis yang bersifat termosetting seperti Urea Formaldehida (UF), Phenol Formaldehida (PF), dan Melamin Formaldehida (MF) sangat sering dipakai. Sebagi perekat, khususnya Melamin Formaldehida, banyak digunakan untuk membuat peralatan rumah tangga seperti piring, mangkok dan cangkir. Krisis energi mendorong untuk mendapatkan perekat kayu dari sumber daya terbarukan, yaitu dari bahan-bahan berligninselulosa. Meskipun demikian, kekuatan dari perekat papan partikel belum mencapai hasil yang optimal yang diharapkan (Ruhendi, 2000).

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Sdr. Erika Jayanta Sianturi yang berjudul “ Kualitas Fiber Composite Dengan Penambahan Maleit

Anhirida (MAH) dan Benzoil Peroksida (BPO)”. Pengujian terhadap rayap

merupakan pengujian untuk melihat seberapa jauh suatu produk papan serat dapat bertahan menghadapi organisme perusak seperti rayap. Hal ini juga berhubungan dengan masa pakai suatu produk papan serat mengingat frekuensi serangan rayap pada bahan berlignoselulosa di pemukiman meningkat seiring dengan semakin sempitnya area penyebaran alami rayap (Kusnadi, 2003)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji ketahanan Fiber Plastic Composite yang dibuat dari serat kardus dan polipropilena dengan penambahan maleat anhidrida (MAH) sebagai coupling agent dan benzoil peroksida (BPO) sebagai katalisator


(20)

terhadap serangan rayap tanah serta mengidentifikasi jenis rayap tanah yang menyerangnya.

2. Untuk melihat pola serangan rayap terhadap Fiber Plastic Composite yang dibuat dari serat kardus dan polipropilena dengan penambahan maleat anhidrida (MAH) sebagai coupling agent dan benzoil peroksida (BPO) sebagai katalisator.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai ketahanan papan Fiber Plastic Composite (FPC) terhadap serangan rayap tanah dan untuk memberikan solusi alternatif pengganti kayu sebagai bahan bangunan yang tahan akan serangan rayap.

Hipotesis

1. Interaksi antara faktor perbandingan Polipropilen (PP) dengan kardus dan penambahan zat aditif (MAH dan BO) berpengaruh terhadap serangan rayap.

2. Perbandingan Polipropilen (PP) dengan kardus dan penambahan zat aditif (MAH dan BO) berpengaruh terhadap pola serangan rayap.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Papan Komposit

Papan serat adalah papan tiruan yang di buat dari serat kayu atau lignin selulosa lain, dengan cara tenunan serat yang dikejutkan dengan penekanan oleh kempa plat atau rol. Bahan perekat atau bahan lain dapat ditambahkan untuk meningkatkan sifat papan seperti sifat mekanis, ketahanan kelembaban, ketahanan terhadap api maupun serangga. Dewasa ini komposit kayu plastik (Wood-Plastic

Composite) adalah salah satu sektor yang paling dinamis dari industri plastik.

Material ini terdiri dari campuran serat kayu atau sejenisnya dengan polimer yang bersifat termoplastik seperti polietilena (PE), polipropilena (PP) dan sebagainya. Polimer termoplastik akan lunak bila dipanaskan dan akan mengeras setelah dingin. Sifat-sifat ini memungkinkan material lain seperti partikel kayu atau sejenisnya dapat bercampur dengan plastik jenis ini membentuk suatu material komposit (Manning et. al, 2006).

Sifat papan serat baik sifat fisis maupun mekanis, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor ini digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan papan serat untuk mendapatkan hasil sesuai kriteria yang diinginkan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sifat papan serat yaitu:

1. Bahan Baku a. Berat Jenis

Panshin dan Zeeuw (1952) menyatakan bahwa kayu yang mempunyai berat jenis tinggi, seratnya lebih kaku dan sukar untuk


(22)

digepengkan. Hal ini disebabkan kayu yang mempunyai berat jenis tinggi umumnya mempunyai dinding sel yang tebal sehingga daya tahan terhadap pengembangan lebih besar. Keadaan tersebut akan mempengaruhi sifat fisis dan mekanis papan serat yang dihasilkan.

b. Kandungan Kimia

Zat ekstraktif berupa minyak dan lemak mengurangi daya ikat papan serat, sedangkan resin dan tanin berpengaruh baik terhadap kekuatan papan serat. Zat ekstraktif dapat juga menimbulkan noda pada papan serat yang dihasilkan serta meningkatkan pemakaian perekat dan daya serap air (Maloney 1993).

c. Dimensi Serat

FAO (1958) diacu dalam Yandesman (1998), mengemukakan bahwa serat yang berdinding tebal akan mempertahankan bentuk pipa dan bersifat kaku. Hal ini menyebabkan pengikatan tidak sempurna. Sebaliknya serat yang berdinding tipis akan mudah menjadi pipih, sehingga permukaan pengikatan lebih luas.

2. Bahan Penolong a. Perekat

Pemberian perekat pada pembuatan papan serat proses kering harus dilakukan, sedang pada proses basah perekat ditambahkan hanya untuk memperbaiki ikatan antar serat dan ketahanan terhadap cuaca. Perekat yang biasa digunakan dalam pembuatan papan serat adalah urea formaldehida, melamin formaldehida, dan phenol formaldehida. Urea formaldehida lebih


(23)

disukai karena harganya lebih murah, penanganannya mudah, dan tidak menimbulkan pewarnaan pada produk akhir (Maloney 1993).

b. Bahan Tambahan Khusus (additives)

Pemberian bahan tambahan khusus dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu papan serat. Bahan tambahan yang sering digunakan pada pembuatan papan serat yaitu parafin (wax) sebagai bahan penolak air (water repellant), asam sulfur untuk menurunkan pH adonan

(slurry), dan natrium bikarbonat untuk meningkatkan pH adonan ke tingkat

yang diinginkan (Koch 1985 diacu dalam Yandesman 1998).

Wood Plastic Composite (WPC)

Penerapan industri terhadap serat alami membutuhkan pembuatan serat berkualitas tinggi yang terus tersedia dalam jumlah besar dengan harga yang kompetitif dan independen dari kondisi cuaca dan hasil tahunan. Teknologi pengolahan konvensional tidak dapat memenuhi tuntutan yang ketat dari industri modern. Akibatnya, teknologi baru harus dikembangkan agar berhasil mendirikan pabrik dengan proses yang kuat untuk mengahasilkan serat kulit pohon alami. Oleh karena itu serat alami dapat berfungsi sebagai penguat tidak hanya dengan meningkatkan kekuatan dan kekakuan dan juga mengurangi berat bahan komposit yang dihasilkan, meskipun sifat dari serat alami bervariasi dalam hal pembuatannya. Dalam rangka meningkatkan kinerja dari komposit, matriks atau penguatan sering perlu dimodifikasi. Banyak proses pembuatan bekerja pada modifikasi permukaan lingo-selulosa serat dan kain dengan memperkuat atau serat pendek dan panjang atau searah dan secara acak berorientasi oleh dilapisi


(24)

dengan bahan penghubung dengan polimer yang berbeda WPC merupakan salah satu turunan dari papan partikel. Tersusun atas material utama berupa kayu (dapat berupa serpihan, partikel, ataupun serat) dan plastik (umumnya plastik daur ulang seperti polietilen ataupun polipropilen). Secara garis besar, bahan komposit terdiri dari dua macam yaitu bahan komposit (Ruhendi, 2000).

Partikel (particulate composite) dan bahan komposit serat (fiber

composite). Bahan komposit partikel terdiri dari partikel-partikel yang diikat oleh

matriks. Bentuk partikel ini dapat bermacam-macam, seperti : bulat, kubik, tetragonal atau bahkan bentuk-bentuk yang tidak beraturan secara acak, tetapi secara rata-rata berdimensi sama. Sedang bahan komposit serat terdiri dari serat-serat yang diikat oleh matriks. Bahan komposit serat-serat ini juga terdiri dari dua macam yaitu serat panjang (continuous fiber) dan serat pendek (short fiber atau whisker). Pada komposit berbasis selulosa, faktor yang mempengaruhi kekuatan komposit serat dengan matriks termoplastik adalah penyebaran serat, gaya ikat serat matriks, aspek perbandingan serat (Lf/Df), fraksi serat dan orientasi serat. (Kumar, et.al, 2011).

Sejak 1980-an, kayu-polimer komposit (WPC) telah banyak digunakan untuk produk bangunan , bahan kemasan, dan aplikasi lainnya. Oleh karena itu, WPC telah menjadi salah satu bahan yang tumbuh paling dinamis dalam industri kayu. Diperkirakan bahwa permintaan untuk WPC akan mencapai lebih dari 1,4 miliar dolar di seluruh dunia pada tahun 2007. Seperti komposit kayu dan kayu, WPC rentan pada serangan jamur dan rayap karena komponen kayu terbungkus dalam matriks termoplastik. Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih kayu konten di WPC dapat diserang jamur di bagian permukaan dan sepanjang


(25)

komposit diproduksi dengan partikel besar dan kerentanan peluruhan meningkat dengan adanya konten kayu dan ukuran partikel. Pada akhir-akhir ini telah dilakukan upaya untuk meningkatkan ketahanan peluruhan WPC dengan penggunaan borat seng dan bahan kimia lainnya (Duan, et.al, 2007).

Keunggulan terbesar Wood Plastic Composite (WPC) adalah sifatnya yang ramah lingkungan yang merupakan pendekatan dari penggunaan sisa-sisa kayu dan material plastik daur ulang. WPC memiliki biaya perawatan yang rendah jika dibandingkan dengan kayu solid. Salah satu alasan dari penggunaan WPC yang akan semakin meningkat adalah biaya siklus hidup yang rendah dari WPC itu sendiri (Smith and Wolcott, 2006).

Umumnya, WPC memiliki biaya 15% lebih mahal jika dibandingkan dengan jenis papan partikel berbasis bahan berlignoselulosa lainnya, tetapi WPC memiliki biaya perawatan yang lebih rendah. Stabilitas dimensi yang sempurna dengan variabilitas yang rendah juga dapat dilihat sebagai salah satu keunggulan dari produk-produk WPC. Banyak penelitian di banyak negara berkonsentrasi dalam meningkatkan ketahanan dan perpanjangan masa pakai WPC mengingat ketertarikan dalam hal penggunaan WPC untuk keperluan diluar ruangan. Kenyataannya, WPC pada dasarnya diproduksi sebagai produk yang memiliki daya tahan terhadap serangan fungi ataupun rayap dan serangga lainnya. Bagaimanapun juga, berdasarkan hasil pengamatan didapati bahwa WPC masih dapat menyerap sedikit air yang nantinya akan menjadi katalis pertumbuhanan jamur meski hal tersebut jauh lebih rendah dibandingakan produk kayu solid (Clemons, 2002).


(26)

Pada umumnya penelitian papan komposit kayu plastik yang ada saat ini lebih terfokus pada extruded material dimana serbuk kayu digunakan sebagai bahan pengisi atau penguat (reinforcement) pada matriks termoplastik, dan baru sedikit yang terfokus pada penggunaan plastik pada produk panel seperti papan partikel maupun papan serat (Wolcott, 2003). Selanjutnya dikatakan bahwa penggunaan termopastik dalam pembuatan papan partikel dapat dilakukan dengan teknik pengempaan panas.

Plastik

Penggunaan plastik yang semakin meningkat akhir-akhir ini juga meningkatkan jumah limbahnya. Data dari Biro Pusat Statistik volume impor bahan-bahan plastik tahun 2009 adalah sebesar 1.038,5 ton (Depperin,2009), dan kemungkinan meningkat setidaknya 10 % pertahun. Plastik sebagai limbah sangat sulit terdekomposisi di alam sekitar, sehingga kemungkinan terbaiknya adalah dengan mendaur ulangpemanfaatannya menjadi produk lain. Limbah plastik yang dapat didaur ulang potensial untuk digunakan sebagai matriks dalam pembuatan kayu komposit berpadu dengan plastik. Plastik mempunyai sifat hidrofibik, sehingga komposit yang dihasilkan lebih tahan terhadap air dan kelembaban. Selain itu bahan plastik tidak disukai rayap, sehingga tanpa perlakuan pengawetan, papan komposit berbahan plastik tidak akan dimakan rayap, bebas emisi formaldehida dan ramah lingkungan (Massiyaya et al. 1999).

Secara garis besar plastik dapat dibedakan atas dua tipe yaitu plastik yang bersifat termoplastik dan plastik yang bersifat thermoset.


(27)

a. Termoplastik

Termoplastik adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali (recycling) dengan temperatur tinggi (panas). Termoplastik merupakan polimer yang akan menjadi keras apabila didinginkan. Jika dipanaskan, material ini memiliki kemampuan untuk mengalir atau mencair kembali. Polimer termoplastik terdiri dari dua tipe struktur yang berbeda yaitu amorf dan semi kristalin.Polimer amorf merupakan polimer dengan struktur molekul yang tersusun secara acak. Pada suhu di bawah Glass Transition Temperature (Tg), rantai polimer amorf beku pada keadaan tertentu dan polimer menjadi zat yang keras atau mudah hancur dan rapuh. Dengan naiknya suhu mendekati Tg, polimer menjadi lebih kenyal dan cukup air. Contoh polimer yang termasuk amorf termoplastik adalah polystyrene,

polymethyl methacrylate, polycarbonate, unplastikized polyvinyl chloride, dan

plastikized polyvinyl chloride. Contoh polimer semi kristalin adalah High Density

Polyethylene (HDPE), Low Density Polyethylene (LDPE), Polypropylene (PP),

Polyamida dan Polytetrafluoroethylene (Osswald dan Menges 1996).

Terdapat empat jenis sampah plastik yang populer dan banyak di produksi yaitu polietilena (PE), polietilena kerapatan tinggi (High Density Polyethylene ) selanjutnya disingkat HDPE , polipropilena (PP), dan asoi. HDPE termasuk salah satu jenis bahan yang memiliki sifat padat, keras, kuat dan kedap air, yang sukar terdegradasi secara alamiah, sehingga merupakan penyebab pencemaran lingkungan yang potensial (Hartono, 1998)

Plastik High Density Polyethylene (HDPE) merupakan termoplastik

Polyethylene yang dibuat dari petroleum. HDPE merupakan jenis polyethylene


(28)

dari Low Density Polyethylene (LDPE), tetapi kurang bisa diperpanjang. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang sedikit lebih aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan atau minuman yang dikemas dengan plastik jenis ini. Walau begitu, plastik jenis ini juga direkomendasikan hanya untuk sekali pakai, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida yang dapat meningkat seiring dengan waktu. Plastik jenis ini biasanya diberi kode 2 dan biasanya dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, dan lain-lain. LDPE atau low density polyethylene adalah jenis plastik yang biasa dipakai untuk tempat makanan (Tupperware), plastik kemasan makanan, dan beberapa botol-botol yang dipakai untuk kemasan minuman. Jenis plastik ini biasa diberi dengan kode 4. Jenis plastik ini dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Jenis plastik dengan kode 4 cukup sulit untuk dihancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan jenis plastik ini. Polystyrene (PS) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan jenis styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine sangat berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari di beberapa negara maju seperti Amerika dan beberapa negara di eropa telah melarang penggunaan plastik ini (Massijaya, dkk, 2000)

Polypropylene merupakan salah satu jenis termoplastik. Plastik jenis ini dapat digunakan sebagai perekat termoplastik dalam pembuatan papan partikel.


(29)

Polypropylene termasuk jenis plastik Olefin dan merupakan polimer dari Propylene. Diantara material plastik lainnya, Polypropylene memiliki kerapatan yang paling rendah, yaitu berkisar antara 0.9 – 0.915 dengan Tg berkisar -200C, serta titik leleh yang tinggi (165 – 1700C). Dengan sifat yang tahan terhadap panas dan bahan-bahan kimia, Polypropylene merupakan satu-satunya plastik yang mampu dikombinasikan untuk berbagai tujuan elektrikal. Rigiditas, kekerasan, stabilitas dimensi, permukaan, dan melt flow lebih baik dibandingkan material termoplastik lainnya. Selain itu harganya juga lebih murah. Selanjutnya karena sifat-sifatnya tersebut, Polypropylene memiliki potensi sebagai matrik molding

dalam pembuatan produk dalam skala besar (Kusnadi, 2003).

Serat Kardus

Telah diketahui bahwa bahan berlignoselulosa merupakan bahan yang bersifat higroskopis, karena dinding selnya mengandung gugus hidroksil yang reaktif. Pada lingkungan yang mengandung uap air, komponen lignolselulosa yang kering akan menyerap uap air sampai kadar kesetimbangan dengan lingkungan. Begitu juga kayu yang jenuh air ketika ditempatkan ditempat yang kelembapan relatifnya lebih rendah akan kehilangan uap air sampai kadar air kesetimbangan dengan lingkungannya. Dimensi dari suatu bahan berlignoslulosa akan berubah sejalan dengan perubahan kadar air dalam dinding sel, karena di dalam dinding sel terdapat gugus OH (hidroksil) dan oksigen lain yang bersifat menarik uap air melalui ikatan hidrogen. Kembang susut kayu yang paling besar berturut-turut adalah pada bidang tangensial, radial, dan aksial. Stabilitas dimensi kayu adalah kemampuan kayu itu untuk menahan perubahan dimensi karena perubahan kondisi kadar air (Bodig and Jayne, 1993).


(30)

Kardus atau Corrugated Old Paper sebagai sebuah bahan dasar kemasan memiliki daur hidup yang sangat singkat, dihargai hanya selama proses distribusi produk dari produsen kekonsumen berlangsung. Material kardus untuk saat ini dipandang sebagai kebutuhan sekunder dalam suatu proses produksi industri. Kenyataannya kardus sangat rasionil dan potensial dalam satu rekayasa desain, memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai bahan baku utama. Kardus sebagai bahan dasar kemasan yang memiliki daur hidup singkat, memiliki kelebihan dan kelemahan, dalam pengaplikasiannya pada produk turunan lain, yaitu :

a. Struktur kardus olahan atau hasil recycle tidak jauh berbeda dengan kardus baru, perbedaan utamanya adalah ketebalan yang terjadi karena penambahan lapisan gelombang.

b. Proses cetak dilakukan dengan sistem cetak sablon (silk-screen printing), masking, atau hand-painting. Teknik pencetakan sablon cukup sulit untuk diterapkan karena permukaan material ini tidak begitu rata, disebabkan alur gelombang atau flute; sehingga bagian yang cekung tidak dapat tercapai oleh screen sablon dan tinta tidak dapat tercetak dengan merata.

c. Berasal dari bahan baku yang dapat didaur ulang, dan karena penambahan unsur lain (perekat) berbasis air; maka material ini layak untuk diproses daur ulang, dan bersifat bio-degradable (dapat diurai oleh tanah) (Hon, 1996).

MAH (Maleat anhirida)

Asam maleat atau Asam (Z)-butenadioat atau asam toksilat adalah senyawa organik yang merupakan asam dikarboksilat. Molekul ini terdiri dari gugus etilena yang berikatan dengan dua gugus asam karboksilat. Asam maleat adalah isomer cis dari asam butenadioat, sedangkan asam fumarat merupakan


(31)

isomer transnya. Isomer cis kurang stabil; perbedaan kalor pembakarannya adalah 22,7 kJ/mol. Sifat-sifat asam maleat sangatlah berbeda dengan asam fumarat. Asam maleat larut dalam air, sedangkan asam fumarat tidak; titik lebur asam maleat adalah (130-139 °C), juga lebih rendah dari titik lebur asam fumara (287 °C). Perbedaan sifat ini dapat dijelaskan oleh ikatan hidrogen intramolekul yang terjadi pada asam maleat.Dalam bidang industri, asam maleat diturunkan dari maleat anhidrida dengan hidrolisis. Maleat anhidrida diproduksi dari benzena atau butena melalui proses oksidasi. Adapun MAH (maleat anhirida) berfungsi sebagai coupling agent. Coupling agent adalah fungsi yang dilakukan MAH untuk menyempurnakan kombinasi pengikatan antar molekul plastik dengan bahan berlignoselulosa berupa serat bahanberlignoselulosa (Tajvidil, et.al, 2006)

BPO (Benzoil Perokisda)

BPO atau yang sering disebut dengan benzoil peroksida merupakan inisiator pada proses pembuatan papan serat. Selain berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses perekatan antara matrikis dengan filler, BPO juga berperan dalam memperbaiki sifat fisi dan mekanik yang akan dihasilkan dari proses pembuatan papan serat tersebut. Walaupun demikian, sifat termal yang dimiliki oleh FPC tersebut masih belum mencapai standar yang cukup optimal dalam pengujian (Maulana dkk, 2011).

Rayap Sebagai Perusak Bahan Berlignoselulosa

Bahan berlignoselulosa berupa papan komposit juga dapat diserang organisme perusak kayu seperti rayap dan jamur. Kondisi iklim dan tanah


(32)

termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan di Indonesia sangat mendukung kehidupan rayap. Lebih dari 80% daratan Indonesia merupakan habitat yang baik bagi kehidupan berbagai serangga ini (Nandika et al.1996).

Indonesia sebagai negara tropis dengan iklim dan cuaca yang hangat sepanjang tahun merupakan suatu tempat hidup yang sangat sesuai bagi organisme perusak kayu ini (Tarumingkeng, 2004). Sampai dengan tahun 1971 para ahli hama telah menemukan kira-kira 2000 jenis rayap yang tersebar di seluruh dunia dan sekitar 120 spesies merupakan serangga hama, sedangkan di Indonesia sendiri telah ditemukan tidak kurang dari 200 jenis rayap yang dikenal baru sekitar 20 spesies yang diketahui berperan sebagai hama perusak kayu serta hama hutan/pertanian (Tarumingkeng, 1971).

Siklus hidup rayap mengalami metamorfosis bertahap atau gradual (hemimetabola), dari telur kemudian nimfa sampai menjadi dewasa melalui beberapa instar (bentuk diantara dua tahap perubahan). Perubahan yang gradual ini berakibat terhadap kesamaan bentuk badan secara umum, cara hidup, dan jenis makanan antara nimfa dan dewasa. Namun, nimfa yang memiliki tunas, sayapnya akan tumbuh sempurna pada instar terakhir ketika rayap telah mencapai tingkat dewasa (Nandika, et al, 2003).

Rayap Tanah (Macrotermes gilvus Hagen)

Rayap Macrotermes gilvus Hagen. termasuk ke dalam famili Termitidae, sub-famili Macrotermitidae dan genus Macrotermes. Kepala rayap ini berwarna coklat tua. Mandibel berkembang dan berfungsi, mandibel kiri dan kanan simetris dan tidak memiliki gigi marginal. Mandibel melengkung pada ujungnya dan digunakan untuk menjepit. Ujung dari labrum tidak jelas, pendek dan melingkar.


(33)

Labrum ini memiliki hyalin pada ujungnya. Antena terdiri atas 16-17 ruas (Nandika et. al., 2003).

Taksonomi dari rayap tanah M. gilvus Hagen. adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Divisi : Avertebrata Kelas : Insecta Ordo : Isoptera Famili : Termitidae

Sub famili : Macrotermitidae Genus : Macrotermes

Spesies : Macrotermes gilvus Hagen.

Rayap adalah serangga sosial anggota bangsa Isoptera yang dikenal luas sebagai hama penting kehidupan manusia. Rayap bersarang did an memakan kayu perabotan atau kerangka rumah sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi. Sebutan rayap mengacu pada hewannya secara umumnya. Dalam koloni, rayap tidak memiliki sayap. Namun demikian, beberapa rayap dapat mencapai bentuk bersayap pada awal musim penghujan di petang hari dan berterbangan mendekati cahaya yang dikenal dengan bentuk laron atau anal-anal (Anton, 2001)

Rayap tanah Captotermes spp. adalah salah satu dari banyak hama yang menyebabkan kerusakan serius pada produk hasil kayu khususnya sebagai material bangunan.. Di antara kerusakan kayu yang diakibatkan oleh serangga, rayap tanah merupakan jenis rayap yang menimbulkan kerusakan paling besar dan luas. Di Indonesia jenis rayap yang paling banyak menimbulkan kerusakan dan


(34)

ganas dalam menyerang kayu adalah rayap tanah (Coptotermes cun'ignathus

Holmgren). Serangan rayap ini adalah yang paling mencolok dibandingkan dengan kerusakan oleh serangan organisme perusak yang lain, dan keadaan ini diperburuk dengan penggunaan spesies-spesies kayu yang keawetannya rendah. Oleh karena itu, selain pengendalian untuk rayap itu sendiri, penggunaan bahan lain yang bersifat anti terhadap serangan rayap perlu diaplikasikan baik dalam kayu ataupun produk kayu (Desyanti, 2007)


(35)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 – Maret 2013. Penelitian dilaksanakan di 2 lokasi yaitu di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Medan untuk pengujian sifat fisis contoh uji papan, di Hutan Thri Darma Universitas Sumatera Utara untuk pengujian ketahanan contoh uji papan terhadap serangan rayap tanah.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel uji Fiber Plastic Composite (FPC) berukuran 10 x 5 x 1 cm sebanyak 36 sampel dengan komposisi perbandingan polipropilena dengan serat kardus (50:50, 60:40 dan 70:30), persentase penambahan zat aditif benzoil peroksida dan maleat anhidrida (1 % dan 2 %) sebanyak 6 ulangan, kertas lakmus, cat minyak,dan papan seng,

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaliper, mikrometer sekrup, timbangan dengan ketelitian 0,01( sampai dua desimal dibelakang koma) , oven, desikator, cutter, camera digital, dan Program Pengolah Data SPSS versi 20.

Prosedur Penelitian 1. Persiapan Contoh Uji

Contoh uji merupakan Fiber Plastic Composite yang dibuat dari serat kardus dan polipropilena dengan penambahan maleat anhidrida (MAH) sebagai coupling agent dan benzoil peroksida (BPO) sebagai katalisator sebanyak 36 sampel yang berukuran 10 x 5 cm x 1 cm. Sebelum ditanam, dilakukan pengovenan pada suhu 80oC terhadap FPC untuk mencapai berat yang konstan yang kemudian dinyatakan sebagai W1 ( berat awal ).


(36)

2. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam yang akan dibuat berfungsi sebagai tempat dikuburnya sampel uji ( FPC ) yang berukuran 10 x 5 cm. Lokasi lubang tanam dibuat sedekat mungkin dengan sarang rayap tanah. Ukuran kedalaman lubang tanamnya adalah sedalam 8 cm. Adapun polanya adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Letak Lubang Tanam FPC Terhadap Sarang Rayap Tanah 3. Penanaman Contoh Uji

Contoh uji FPC sebanyak 36 buah di tanam pada kedalaman 8 cm di bawah permukaan tanah. Lamanya penanaman contoh uji adalah selama 100 hari. Peletakan contoh uji dilakukukan secara acak ( random ) dan diusahakan sedekat mungkin dengan sarang rayap tanah. Adapun pola penyebarannya adalah sebagai berikut :

Sarang Rayap

Lokasi penguburan FPC di dekat sarang rayap


(37)

Gambar 2. Pola Penanaman Contoh Uji FPC Pada Lubang Tanam 4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan sekali dalam kurun waktu penelitian yakni pada saat akhir masa kubur contoh uji (FPC) yakni 100 hari.

5. Pengujian Sifat Fisis

Pengujian sifat fisis papan Fiber Plastic Composite (FPC) antara lain kerapatan, kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal.

a. Kerapatan

Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volume kering udara. Contoh uji berukuran 10 cm x 5 cm x 1 cm ditimbang beratnya, lalu diukur rata-rata panjang, lebar, dan tebalnya untuk menentukan volume contoh uji. Nilai kerapatan papan FPC dihitung dengan rumus :

Kerapatan (g/cm3) =

) (

) (

3 cm Volume

gram Berat

Standar pengujian kerapatan juga disesuaikan dengan klasifikasi papan partikel (serat) menurut FAO (1958) dan USDA (1955) seperti tabel dibawah ini :


(38)

Tabel 1. Klasifikasi Papan Partikel Menurut FAO (1958) dan USDA (1955) Papan Partikel

(serat)

Kerapatan g/cm3 lb/ft3

Tidak ditekan

Papan serat lunak agag kaku, SRF (Semi Rigid) 0,02–0,15 1,25-9,5 Papan serat lunak kaku, RF (Rigid) 0,15-0,40 9,5-25

Ditekan

Papan serat sedang (MDF) 0,40-0,80 25-50 Papan serat keras (Hardboard/HF) 0,80-1,20 50-75 Papan serat spesial (SDHF) 1,20-1,45 75-90 Sumber : Kollmann et al. (1975)

b. Penurunan Berat

Pengujian penurunan berat dilakukakan dengan cara menghitung selisih berat awal (Ba) sebelum ditanam dalam keadaan BKO (Berat Kering Oven) dengan berat akhir (Bo) yaitu berat contoh uji setelah masa penanaman di lokasi sarang rayap selama 100 hari. Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

Penurunan Berat = Berat awal (Ba) – Berat akhir (Ba) Berat awal (Ba)

c. Kadar Air (KA)

Contoh uji yang digunakan untuk menguji kadar air papan komposit berukuran 10 cm x 5 cm x 1 cm. Kadar air papan partikel dihitung berdasarkan berat awal (BA) dan berat kering tanur (BKT) selama 6 jam pada suhu 80 °C. Nilai kadar air papan FPC dihitung berdasarkan rumus :

Kadar Air (%) = x100%

BKT BKT

BA

Keterangan:

KA = kadar air (%) BA = berat awal (g)


(39)

d. Daya Serap Air (DSA)

Contoh uji berukuran 10 cm x 5 cm x 1 cm ditimbang berat awalnya (B1). Kemudian ditanam di dalam tanah selama 100 hari, setelah itu ditimbang beratnya (B2). Nilai daya serap air papan FPC dihitung berdasarkan rumus :

Daya Serap Air (%) = 100% 1 1 2 x B B B − Keterangan:

DSA = daya serap air (%)

B1 = berat sebelum perendaman (g)

B2 = berat setelah perendaman (g)

e. Pengembangan Tebal

Contoh uji berukuran 10 cm x 5 cm x 1 cm sama dengan contoh uji daya serap air. Pengembangan tebal didasarkan pada tebal sebelum (T1) yang diukur pada keempat sudut dan dirata-ratakan dalam kondisi kering udara dan tebal setelah penanaman (T2) selama 100 hari. Nilai pengembangan tebal papan komposit dihitung berdasarkan rumus :

Pengembangan Tebal (%) = 100% 1 1 2 x T T T − Keterangan:

PT = pengembangan tebal (%)

T1 = tebal sebelum penanaman (mm)

T2 = tebal setelah penanaman (mm)

6. Pengujian Kualitas Papan

Pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan berdasarkan standar JIS

(Japanese International Standard) A 5905-2003 dan standar JIS A


(40)

pengembangan tebal, dan daya serap air (untuk sifat fisis). Nilai standar JIS A 5905-2003 hardboard S20 dan JIS A 5908 (2003) particleboards type 13 ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 2. Nilai Sifat Fisis Papan Komposit Menurut Standar JIS A 5905-2003

Hardboard S20 Dan JIS A 5908-2003 Particleboardstype 13

No. Sifat Fisis Mekanis JIS A 5905-2003

hardboard S20

JIS A 5908 (2003)

type 13 1. Kerapatan (g/cm3) ≥ 0,800 0,400-0,900

2. Kadar Air (%) 5-13 5-13

3. Daya Serap air (%) ≤ 30 Tidak

dipersyaratkan 4. Pengembangan Tebal (%) Tidak

dipersyaratkan

≤ 12

7. Pengukuran Tingkat Serangan Rayap Tanah

Sampel uji yang telah kering oven dengan suhu 800C selama 6 jam setelah penanaman selama 100 hari, dibelah menjadi 2 bagian pada bagian tebalnya untuk melihat tingkat serangan rayap tanah di dalam sampel uji. Tingkat serangan dinilai berdasarkan perbandingan bagian yang rusak dengan luas permukaan yang diukur. Untuk menilai tingkat serangan penilaian dapat dilihat seperti pada Tabel 2.

Tabel 3. Klasifikasi Ketahanan Kayu atau Produk Kayu Terhadap Serangan Rayap Tanah.

Sumber : SNI 01. 7202-2006 8. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial, dengan dua faktor perlakuan yaitu faktor A adalah perlakuan perbandingan polipropilena : serat kertas kardus yaitu 50 : 50, 60 : 40 dan 70 : 30 dan faktor


(41)

B adalah perlakuan zat aditif yaitu benzoil peroksida sebanyak 1% dan 2% dari berat maleat anhidrida. Contoh uji dilakukan sebanyak 6 kali ulangan. Sehingga jumlah papan komposit kayu plastik yang diproduksi sebanyak 36 papan. Model statistik yang digunakan adalah:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ∑ijk

Keterangan :

Yijk : Pengamatan perlakuan pemberian perbandingan plastik : bahan baku taraf ke-i (polipropilena : serat kertas kardus), zat aditif taraf ke-j (MAH dan BPO) dan ulangan taraf ke-k (1, 2, 3).

µ : Rataan umum/nilai tengah.

Αi : Pengaruh perbandingan plastik : bahan baku taraf ke-i (polipropilena : serat kertas kardus)

Βj : Pengaruh zat aditif taraf ke-j (MAH).

(αβ)ij :Pengaruh interaksi perlakuan pemberian perbandingan plastik : bahan baku

taraf ke-i (polipropilena : serat kertas kardus) dan zat aditif taraf ke-j (MAH).

∑ijk : Pengaruh acak galat percobaan dari perlakuan pemberian perbandingan

plastik : bahan baku taraf ke-i (polipropilena : serat kertas kardus), zat aditif taraf ke-j (MAH) dan ulangan ke-k (1, 2, 3).

Ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap respons maka dilakukan analisis sidik ragam berupa uji F pada tingkat kepercayaan 95% menggunakan perangkat lunak SPSS 20.0. Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan-perlakuan yang dicoba, dilakukan analisis keragaman dengan kriteria uji jika F hitung ≤ F tabel maka H0 diterima dan jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak. Jika hasil F


(42)

hitung kedua faktor tunggal yaitu perbedaan komposisi polipropilena : serat kardus (50:50, 60:40, dan 70:30) dan persentase benzoil perosida (BPO) dari berat maleat anhidrida (MAH) (1 % dan 2 % ) serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata, maka akan dilakukan Uji Duncan (DMRT).


(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisis Fiber Plastic Composite Kerapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan FPC dengan zat aditif MAH (maleat anhirida) 1 dan 2 % setelah di uji coba ketahanan rayap selama 100 hari dengan grave yard test dan perbandingannya dengan saat sebelum uji grave

yard test adalah seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Rata-Rata Kerapatan FPC Termodifikasi

Berdasarkan grafik rata-rata kerapatan FPC pada Gambar 3 di atas diketahui bahwa terdapat penurunan nulai kerapatan setelah masa pengujian FPC selama 100 hari dengan metode grave yard test. Penurunan tingkat kerapatan terjadi pada seluruh sampel uji kecuali pada sampel uji dengan per;akuan 60:40 1%. Berdasarkan standar uji yang digunakan yakni JIS A 5905-2003 hardboard

S20, contoh uji yang memenuhi standar tersebut adalah contoh uji dengan perlakuan 50:50 1%, 60:40 1%, 60:40 2%, 0:30 1% dan 70:30 2%. Hasil yang

0,83

0,75

0,86 0,84 0,83 0,9

0,98 0,83 0,8 0,99 0,91 0,91 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 K e ra p a ta n ( g /c m3 PP:SK, MAH

Sesudah 100 hari Sebelum 100 hari

≥0,800 (JIS

A 5905-2003

hardboard


(44)

ditunjukkan pada Gambar 3 menyatakan bahwa kerapatan yang diperoleh perlakuan FPC 60:40 1% mengalami kenaikan dibandingkan dengan kerapatan FPC tersebut sebelum grave yard test. Hal ini terjadi diduga memiliki hubungan dengan tingginya daya serap air pada perlakuan FPC 60:40 1% (berdasarkan Gambar 5 sebesar 3,43%) dibandingkan dengan sampel pengujian lainnya. Tingginya kemampuan FPC 60:40 1% menyerap air memungkinkan air tersimpan pada gugus penyusun FPC tersebut selama proses pengujian yang menyebabkan bertambahnya massa dari papan FPC tersebut.Apabila dikaitkan dengan kadar air (Gambar 4), maka kenaikan massa dari FPC 60:40 1% setelah pengujian grave

yard test dapat dikatakan normal. Pengaruh peningkatan massa pada FPC dengan

perlakuan 60:40 1% diduga akibat pengaruh kenaikan kadar air sebesar 3,81% sesudah pengujian serangan rayap adalah lebih tinggi dibandingkan sebelum pengujian.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan nilai rata-rata kerapatan yang diperoleh pada FPC termodifikasi (diberi perlakuan PP:SK (50:50, 60:40, 70:30) dan MAH 1% dan 2%) setelah 100 hari pengujian grave yard test berkisar antara 0,75 s.d 0,9 g/cm3. Nilai kerapatan tertinggi adalah 0,9 g/cm3 yakni pada FPC 70:30 2% . Nilai kerapatan terendah terdapat pada papan FPC 50:50 2% yakni sebesar 0,75 g/cm3. Walaupun demikian, secara keseluruhan nilai kerapatan papan FPC termodifikasi sudah memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang memiliki kisaran kerapatan standar yakni 0,400 s.d 0,900 g/cm3.

Adanya variasi dari besaran nilai kerapatan pada FPC termodifikasi dapat disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi atas komposisi PP (propilena) dan serat kardus, kekompakan serat kardus dan PP, dan kandungan


(45)

konsentrasi zat aditif MAH (maleat anhirida) pada FPC. Komposisi PP dan serat kardus yang memiliki nilai kerapatan terbaik adalah 70:30 2% yaitu 0,9 g/cm3. Kandungan PP yang cukup tinggi (70:30) terhadap serat kardus membuat kerapatan selama masa pengujian grave yard test tidak banyak berubah. Hal ini juga diduga karena propylene merupakan jenis plastik yang memiliki kekerasan dan stabilitas yang cukup baik. Semakin tinggi konsentrasi PP terhadap serat kardus dapat meningkatkan kestabilan kerapatan papan FPC selama masa pengujian grave yard test. Hal ini sesuai dengan Kusnaedi (2003) polypropylene

merupakan satu-satunya plastik yang mampu dikombinasikan untuk berbagai tujuan. Rigiditas, kekerasan, stabilitas dimensi, permukaan, dan melt flow lebih baik dibandingkan material termoplastik lainnya.

Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa nilai kerapatan pada papan FPC berbeda-beda dan terdapat variasi yang berbeda juga antarkonsentrasi. Variasi nilai ini diduga oleh ukuran serat yang digunakan tidak sama sehingga tidak meratanya penyebaran tiap-tiap komponen pada tahap penyatuan PP dan serat kardus saat proses pembuatan FPC. Distribusi komponen dalam papan FPC yang tidak menyebar merata menyebabkan saat proses pengempaan, tekanan yang diterima pada tiap lembaranpapan FPC tidak sama. Hal ini dapat menyebabkan selama pengujian grave yard test, kemampuan tiap-tiap FPC dalam mempertahankan stabilitas terhadap serangan rayap dan kondisi iklim berbeda-beda sehingga pada akhirnya meskipun volume papan FPC sama tetapi berat papan dapat berbeda.

Adanya zat aditif pada papan FPC membuat sifat-sifat tertentu pada papan FPC menjadi baik. Berdasarkan Gambar 3, FPC yang nilai kerapatannya berada di


(46)

atas standar JIS 5908 A (2008) yakni FPC 70:30 2% (0,9g/cm3) membuktikan bahwa selain komposisi PP:serat kardus yang tinggi, adanya zat aditif dalam konsentrasi yang lebih akan memperbaiki sifat-sifat tertentu pada papan FPC sehingga terkait dengan serangan rayap, FPC tersebut dapat mempertahankan kerapatannya sendiri dengan baik. Hal ini sesuai dengan Yandesman (1998) bahwa pemberian bahan tambahan khusus dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu papan serat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa FPC termodifikasi yang diuji dengan

grave yard test termasuk dalam kategori papan serat keras (Hardboad/HF)

berdasarkan klasifikasi papan partikel (serat) menurut FAO (1958) dan USDA (1955) pada tabel 1. Hal ini ditunjukkan pada nilai kerapatan papan FPC yang berkisar antara 0,75 s.d 0,9 g/cm3. Meskipun demikian, terdapat 1 papan FPC yang memiliki kerapatan dibawah kategori papan serat keras, yakni FPC 50:50 2% yang hanya memilikin kerapatan 0,67 g/cm3(dibawah standar FAO (1958) dan USDA (1955) yakni < 8g/cm3 ), sehingga dikategorikan sebagai papan serat sedang (MDF).

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam perbedaan nilai kerapatan yang diperoleh pada setiap papan FPC tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dan faktor perbandingan PP:serat kardus dan adanya zat aditif MAH (1% dan 2%) tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan papan FPC selama pengujian grave

yard test. Hal tersebut didukung dari hasil analisis ragam kerapatan papan serat

FPC yang dilakukan bahwa faktor perbandingan PP dan serat kardus dan zat aditif tidak mempengaruhi kerapatan papan serat. Demikian juga, faktor interaksi antara perbandingan PP dan serat kardus dengan zat aditif MAH juga tidak


(47)

mempengaruhi kerapatan papan serat FPC yang diuji (Lampiran 2). Hal ini karena kerapatan yang diperoleh dari pengujian grave yard test hampir sama pada setiap perlakuan.

Kadar Air

Hasil penelitian rata-rata kadar air FPC dengan zat aditif MAH 1 % dan 2% setelah di uji coba ketahanan rayap selama 100 hari dengan grave yard testdisajikan pada Gambar 4 dan dapat dilihat lengkap pada Lampiran 3 dan 4.

Gambar 4. Grafik Nilai Rata-Rata Kadar Air FPC Termodifikasi Berdasarkan Gambar 4 di atas ditunjukkan bahwa terdapat perubahan rataan nilai keadaan kadar air pada seluruh sampel FPC yang diuji sebelum dan sesudah uji grave yard test selama 100 hari. Kadar air tertinggi diperoleh FPC dengan perlakuan 50:50 2% MAH dan kadar air terendah diperoleh FPC dengan perlakuan 70:30 2% MAH. Perubahan signifikan terjadi pada FPC 50:50 2% dan FPC 70:30 1%. Menurut JIS A 5905-2003 hardboard S20 dan JIS A 5908-2003

particleboards type 13 disebutkan bahwa sebelum pengujian grave yard test FPC

50:50 2% dan FPC 70:30 1% masuk dalam kriteria kedua standar. Akan tetapi,

4,4

19,97

6,32 6,05

13,34

0,54

3,23 3,58 2,51

1,83 1,6 0,94

0 5 10 15 20 25 PP:SK, MAH

Sesudah Uji Kubur Sebelum Uji Kubur

50:50 1% 50:50 2% 60:40 1% 60:40 2% 70:30 1% 70:30 2%

K

ada

r A

ir (

%)

≥0,800 (JIS A

5905-2003


(48)

setelah pengujian grave yard test kedua FPC tersebut berada diluar kedua standar pengujian yang digunakan. Hal ini diduga terjadi akibat bentuk FPC yang menunjukkan tidak meratanya penyebaran serat kardus dan plastik PP pada proses awal pembentukan FPC termodifikasi ini. Ketidakmerataan penyebaran ini dapat menyebabkan lemahnya ikatan plastik PP dengan serat kardus yang akhirnya mempermudah masuknya molekul air kedalam gugus OH yang tedapat pada serat kardus yang merupakan bahan berlignoselulosa.

Berdasarkan JIS A 5905-2003untuk hardboard dan JIS A 5908 (2003), papan yang nilai kadar airnya berada dibawah 5% adalah papan FPC 50:50 1% MAH dan 70:30 2% MAH. Variasi nilai kadar air pada masing-masing papan FPC termodifikasi itu sendiri memiliki kecenderungan yang tidak normal. Seperti terlihat pada FPC 50:50 2% MAH yang memiliki nilai kadar air dengan perbedaan yang sangat jauh dengan contoh uji lainnya. Hal ini diduga akibat kondisi dan letak papan FPC pada lokasi pengujian grave yard testdan juga perbedaan kondisi terkait dengan keberadaan air selama masa pengujian pada masing-masing lokasi penanaman papan FPC berpengaruh terhadap perbedaan nilai kadar air pada papan FPC 50:50 2% MAH dibandingkan dengan papan FPC termodifikasi lainnya. Satu papan FPC termodifikasi lain yang memiliki nilai rata-rata kadar air yang berada diluar standar JIS A 5905-2003 adalah FPC 70:30 1% MAH dengan nilai rata-rata kadar air sebesar 13,34%.

Gambar 4 menunjukkan bahwa terdapat beberapa papan FPC termodifikasi yang memiliki nilai kadar air dibawah 5 %. Hal ini diduga terjadi karena molekul air sulit menembus gugusan komponen FPC yang tersusun atas plastik PP (propylene) dan serat kardus. Rendahnya kandungan serat kardus juga


(49)

diduga berpengaruh terhadap penangkapan molekul air dimana serat kardus mengandung gugus selulosa yang mampu mengikat molekul air. Dan apabila keberadaan gugus selulosa sedikit maka akan sulit untuk menyerap dan mengikat molekul air ke dalam papan FPC termodifikasi.

Faktor lain yang mempengaruhi nilai kadar air pada papan FPC adalah kerapatan papan FPC. Semakin tinggi kerapatan pada papan FPC, maka kadar airnya akan semakin rendah. Beberapa FPC yang membuktikan hal ini adalah FPC 70:30 2% dan C dan 60:40 1% dan 2% serta 50:50 1%. Hal ini terbukti pada papan FPC dengan nilai kerapatan yang tinggi seperti pada Gambar 3 memiliki kadar air yang rendah seperti tampak pada Gambar 4.

Kadar air papan FPC juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan karena papan FPC dalam campurannya terdiri dari bahan berlignoselulosa yang memiliki sifat higroskopis sehingga dapat menyerap dan mengeluarkan molekul air dari atau ke dalam papan FPC itu sendiri. Selain itu faktor kelembaban dari keadaan disekelilingnya akan membantu bahan berlignoselulosa itu dalam hal menyerap atau melepaskan air. Berdasarkan pengamatan pada keadaan lokasi pengujian

grave yard test, dapat diketahui keadaan pada lokasi pengujian dan keadaan lokasi

tanam tergolong memiliki kadar air tinggi baik di dalam lokasi penanaman maupun udara sekitar lokasi penenaman sampel uji coba FPC termodifikasi.

Berdasarkan analisis ragam kadar air papan FPC termodifikasi menunjukkan bahwa faktor perbandingan PP:serat kardus dan zat aditif MAH (1% dan 2%) tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air papan FPC termodifikasi. Berdasarkan analisis sidik ragam, faktor interaksi antara perbandingan PP:serat


(50)

kardus dan zat aktif MAH (1% dan 2%) pada Lampiran 2 berpengaruh nyata terhadap kadar air papan FPC termodifikasi.

Hasil uji Duncan pada perlakuan interaksi perbandingan PP:serat kardus dan zat aditif MAH (1 % dan 2%) didapati bahwa hasil rata-rata kadar air papan FPC termodifikasi tidak berbeda nyata antara konsentrasi 50:50, 60:40 dan 70:30 dengan zat aditif MAH 1% dan 2%.

Daya Serap Air

Hasil penelitian rata-rata daya serap air pada FPC dengan zat aditif MAH 1 % dan 2%setelah di uji coba ketahanan rayap selama 100 hari dengan grave

yard test disajikan pada Gambar 5 dan dapat dilihat lengkap pada Lampiran 9

dan 10.

Gambar 5. Grafik Rata-Rata Daya Serap Air FPC Termodifikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan nilai daya serap air papan FPC termodifikasi berkisar antara 1,27 % - 3,63 %. NIlai daya serap air terendah terdapat pada perlakuan papan FPC 70:30 dengan zat aditif MAH 2% dan nilai daya serap air tertinggi terdapat pada perlakuan papan FPC 50:50 dengan zat aditif MAH 1%.

3,63 2,12 3,43 1,27 2,72 1,25 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 PP:SK, MAH

50:50 1% 50:50 2% 60:40 1% 60:40 2% 70:30 1% 70:30 2%

D ay a S er ap A ir (%)


(51)

JIS A 5908 (2003) type 13 tidak mensyaratkan nilai daya serap air. Walaupun demikian, uji daya serap air perlu dilakukan sebagai pertimbangan untuk menentukan aplikasi penggunaan dari papan FPC didasari pada sifat pengujian grave yard test, apakah papan FPC ini tahan digunakan pada lingkungan dengan kelembapan tinggi atau rendah. Akan tetapi, jika dinilai dari kerapatan papan FPC termodifikasi yang diantara mencapai nilai > 0,9 g/cm3, maka berdasarkan standar JIS A 5905-2003 hardboard 820, nilai daya serap air seluruh FPC termodifikasi berada dibawah 30% yang artinya memenuhi standar JIS A 5905-2003 untuk hardboard. Oleh karena nilai daya serap air yang rendah maka papan FPC termodifikasi yang telah diuji dengan metode grave yard test ini dapat direkomendasikan untuk penggunaan eksterior maupun interior.

Nilai rata-rata daya serap air yang rendah ini disebabkan karena adanya zar aditif pada papan FPC. Berdasarkan hasil sidik ragam daya serap air papan FPC termodifikasi (Lampiran 10) diperoleh bahwa faktor perlakuan yakni zat aditif MAH berpengaruh nyata terhadap nilai daya serap air. Hal ini dikarenakan MAH

(benzoil peroksida) merupakan salah satu zat aditif yang ditambahkan pada papan

FPC dengan tujuan sebagai katalisator dan berfungsi juga untuk memperbaiki sifat-sifat yang dimiliki oleh papan FPC tersebut. Hal ini sesuai dengan Maulana (2011) yang menyatakan bahwa MAH juga berperan dalam memperbaiki sifat fisis dan mekanik yang akan dihasilkan dari proses pembuatan papan serat tersebut.

Rendahnya nilai daya serap air pada papan FPC termodifikasi setelah pengujian grave yard test ini dapat disebabkan oleh perbedaan tinggi rendahnya kerapatan dari masing-masing FPC termodifikasi. Kerapatan yang tinggi pada


(52)

FPC termodifikasi ini menyebabkan sedikitnya ruang bagi bahan berlignoselulosa untuk dapat menyerap molekul air dari lingkungan sekitarnya. Adanya bahan plastik (PP) pada papan FPC juga turut berperan terhadap rendahnya daya serap air pada papan FPC termodifikasi ini. Berdasarkan hasil uji lanjutan Duncan seperti pada Lampiran 11 terhadap rata-rata nilai daya serap air tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari masing-masing konsentrasi MAH 1% dan 2% pada setiap tingkat perbandingan PP dan serat kardus ( 50:50, 60:40, 70:30).

Adapun faktor lain yang menyebabkan daya serap air pada papan FPC termodifikasi ini rendah adalah keberadaan PP (propylene) itu sendiri Seperti diketahui PP merupakan salah satu HDPE (High Density Polyetilhene). Hal ini menyebabkan papan FPC termodifikasi ini tidak memiliki kemampuan menyerap air dalam jumlah yang banyak. Karena salah satu sifat HDPE adalah kemampuan kedap (anti) airnya yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dalam pernyataan Hartono (1998) yang menyatakan bahwa polietilena (PE), polietilena kerapatan tinggi (High Density Polyethylene ) selanjutnya disingkat HDPE , polipropilena (PP), dan asoi. HDPE termasuk salah satu jenis bahan yang memiliki sifat padat, keras, kuat dan kedap air, yang sukar terdegradasi secara alamiah.

Pengembangan Tebal

Hasil penelitian pengembangan tebal papan FPC termodifikasi dari PP dan serat kardus dengan penambahan zat aditif MAH 1% dan 2 % disajikan pada Gambar 6 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.


(53)

Gambar 6. Grafik Rata-Rata Pengembangan Tebal Papan FPC Termodifikasi Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai pengembangan tebal papan FPC termodifikasi berkisar antara -9,94% - 15,16%. Pengembangan tebal papan FPC terendah diperoleh pada perlakuan FPC 60:40 dengan zat aditif MAH 1 % (menyusut) dan nilai pengembangan tebal tertinggi diperoleh pada perlakuan FPC 50:50 dengan zat aditif MAH 1%. Berdasarkan JIS A 5908 (2003) type 13 pengembangan tebal yang diperbolehkan adalah ≤ 12%. Berdasarkan s tandar tersebut maka papan FPC yang memenuhi standar adalah FPC dengan perlakuan PP:serat kardus 50:50 2% MAH, 60:40 1% MAH, 60:40 A 2% MAH, 70:30 masing-masing 1% dan 2% MAH.

Adanya perbedaan pengembangan tebal yang tidak wajar (menyusut) diduga dipengaruhi oleh sifat kembang susut kayu yang masih dimiliki oleh komponen berlignoslulosa pada FPC termodifikasi ini. Berdasarkan perubahan pengembangan tebal pada FPC yang mengalami penyusutan (FPC 70:30 1% dan 2%, FPC 50:20 2%, dan FPC 60:40 1%) dapat diketahui bahwa keadaan kondisi pengujian yang lembab (graveyard test) tidak membuat sifat hidropilik dari serat

15,16 -1,28 -9,94 14,43 -0,4 -1,92 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 PP:SK, MAH P enge m b anga n T eb al ( %

) ≤ 12% (JIS A

5905-003 type


(54)

kardus tersebut bekerja sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan plastic (PP) yang memiliki sifat hidropibik sehingga penyerapan molekul air oleh gugus hidroksil dan oksigen di dalam FPC menjadi tidak maksimal.

Berdasarkan grafik pada Gambar 6 diatas didapati bahwa terdapat beberapa papan FPC termodifikasi yang memiliki nilai pengembangan tebal dibawah 0% yang dalam artian mengalami penyusutan. Papan FPC termodifikasi yang mengalami penyusutan adalah FPC 50:50 2% MAH, 60:40 1% MAH, 70:30 masing-masing 1% dan 2% MAH.

Nilai pengembangan tebal ini dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah keberadaan air, struktur FPC termodifikasi itu sendiri, dan serangan rayap pada papan FPC termodifikasi. Pada faktor keberadaan air, FPC termodifikasi berdasarkan data sebelumnya (kadar air dan daya serap air) didapati bahwa FPC termodifikasi sulit untuk menyerap air. Akan tetapi, setelah menyerap air dengan komposisi yang berbeda setelah masa pengujian grave yard test, tentunya pada masa stabilisasi FPC termodifikasi dengan suhu oven 103OC ± 2OC, maka air tersebut akan sukar untuk lepas dari papan FPC termodifikasi sehingga pada beberapa bagian papan FPC menyebabkan perubahan dimensi tebal.

Faktor lain yang mempengaruhi pengembangan tebal adalah nilai kerapatan papan FPC termodifikasi. Beberapa papan FPC termodifkasi yang diketahui mengalami penyusutan pengembangan tebal memiliki kerapatan yang cukup tinggi (Gambar 3) bahkan ada yang diatas standar JIS A 5908 (2003) type

13. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi kerapatan suatu papan FPC maka kekompakan komponen penyusun papan FPC termodifikasi akan semakin kuat


(55)

dan rapat sehingga menyebabkan rongga udara dalam papan FPC termodifikasi semakin kecil. Keadaan ini menyebabkan air atau uap air menjadi sulit untuk mengisi rongga tersebut.

Hasil analisis sidik ragam pengembangan tebal papan FPC termodifikasi (Lampiran 13) menunjukkan bahwa interaksi antara faktor perbandingan PP : serat kardus dengan zat aditif MAH (1% dan 2%) berpengaruh nyata terhadap nilai pengembangan tebal papan FPC termodifikasi sedangkan faktor perbandingan PP:serat kardus dan zat aditif MAH (1% dan 2%) masing-masing tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan hasil uji lanjutan terhadap interaksi antara faktor perbandingan PP : serat kardus (MAH 1% dan 2%) pada Lampiran 14 memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata terhadap nilai masing-masing interaksi yang berpengaruh nyata terhadap pengembangan tebal papan FPC termodifikasi.

Uji Ketahanan Papan FPC Termodifikasi Terhadap Serangan Rayap Tanah

Hasil

rata-rata penurunan berat papan FPC termodifikasi disajikan pada

Gambar 7 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

Gambar 7. Grafik Rata-Rata Nilai Penurunan Berat Papan FPC Termodifikasi

4,02 13,95 5,15 4,9 11,63 0,04 0 2 4 6 8 10 12 14 16 PP:SK, MAH

50:50 1% 50:50 2% 60:40 1% 60:40 2% 70:30 1% 70:30 2%

P enur una n B er at (%)


(56)

Gambar 7 menunjukkan rata-rata nilai penurunan berat papan FPC termodifikasi yang berkisar antara 0,04% - 13,95%. Nilai penurunan berat terendah terdapat pada papan dengan perlakuan PP:serat kardus 70:30 2 % MAH, sedangkan nilai penurunan berat tertinggi terdapat pada papan FPC dengan perlakuan PP:serat kardus 50:50 dengan zat aditif MAH 2%.

Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan berat papan FPC adalah kerapatan papan partikel. Berdasarkan Gambar 7 diatas didapati bahwa papan FPC dengan perlakuan 70:30 dengan zat aktif MAH 2% memiliki nilai penurunan berat terkecil. Penurunan terkecil ini dikarenakan masing-masing papan FPC tersebut memiliki kerapatan yang cukup tinggi yakni 0,9 g/cm3. Kerapatan yang cukup tinggi cenderung membuat papan lebih keras sehingga secara tidak langsung menjadi penghambat aktifitas makan rayap secara fisik. Meskipun demikian berdasarkan data untuk FPC dengan perbandingan PP:serat kardus 50:50 2% MAH yang memiliki nilai penurunan berat tertinggi (13,95%) jika dikorelasikan dengan data kerapatan maka hasilnya akan berbanding terbalik. Berdasarkan data nilai kerapatan papan FPC dengan perbandingan PP:serat kardus 50:50 2% MAH cukup tinggi dengan nilai 0,75 g/cm3. Adanya penurunan berat yang cukup tinggi pada papan FPC termodifikasi dengan kerapatan tinggi ini diduga berhubungan dengan komposisi PP dan serat kardus. Papan FPC termodifikasi 50:50 2% MAH ini tersusun atas 50% serat kardus yang merupakan bahan berlignoselulosa. Secara tidak langsung dengan adanya bahan berlignoselulosa yang banyak secara tidak langsung meningkatkan aktifitas makan rayap pada papan FPC ini. Faktor ini juga didukung oleh kondisi lokasi pengujian


(57)

lebih banyak yang secara otomatis meningkatkan aktifitas serangan pada papan FPC yang mengandung banyak bahan berlignoselulosa. Hal tersebut sesuai dengan Nandika et.al (1996) bahan berlignoselulosa berupa papan komposit juga dapat diserang organisme perusak kayu seperti rayap dan jamur. Kondisi iklim dan tanah termasuk banyaknya ragam jenis tumbuhan di Indonesia sangat mendukung kehidupan rayap.

Berdasarkan standar SNI 01 7202-2006 mengenai kriteria ketahanan kayu atau produk kayu terhadap serangan rayap tanah, didapati bahwa sampel-sampel papan FPC termodifikasi yang diuji dengan melihat dari hasil penuruanan berat dikategorikan ke dalam beberapa kelas ketahanan terhadap serangan rayap. Beberapa pembagian kelas ketahanan terhadap rayap menurut standar SNI 01 7202-2006 adalah sebagai berikut,

Tabel 4. Kelas Ketahanan Terhadap Serangan Rayap Dari Papan FPC Termodifikasi Berdasarkan SNI 01 7202-2006.

Kelas Ketahanan bdk. Penurunan Berat (SNI 01 7202-2006)

Sampel Uji

Kelas I (<3,52 %, Sangat Tahan) FPC 70:30 2% MAH

Kelas II (3,52% - 7,50%, Tahan) FPC 50:50 1% MAH, 60:40 1%, 60:40 2%

Kelas III (7,30% - 10,96%, Sedang) -

Kelas IV(10,96% - 18,94%, Buruk) FPC 50:50 2% MAH, 70:30 1% MAH

Kelas V (18,94% - 31,89%, Sangat Buruk) -

Faktor lain yang menentukan tinggi rendahnya aktifitas serangan rayap pada papan FPC termodifikasi adalah keberadaan zat aditif MAH dan letak papan FPC pada lokasi pengujian grave yard test. Keberadaan zat aditif cenderung membuat kekompakan dari komponen PP dan serat kardus semakin kuat sehingga stabilitas dimensinya menjadi tinggi dan padat. Hal tersebut cenderung mengurangi aktifitas serangan rayap pada papan FPC tersebut. Hal ini sesuai dengan Desyanti (2007) ,penggunaan bahan lain yang bersifat anti terhadap


(58)

serangan rayap perlu diaplikasikan baik dalam kayu ataupun produk berbasis bahan kayu.

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 13) penurunan berat diperoleh bahwa faktor interaksi antara perlakuan perbandingan PP dan serat kardus dengan zat aditif MAH berpengaruh nyata terhadap penurunan berat papan FPC termodifikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk memperoleh ketahanan terhadap serangan rayap diperlukan kombinasi yang tepat antara perbandingan PP dan serat kardus dengan konsentrasi zat aditif yang digunakan. Adapun hasil uji lanjutan Duncan terhadap pengaruh interaksi faktor perlakuan perbandingan PP dan serat kardus dengan zat aditif MAH tidak menunjukkan perbedaan nyata.

Serangan rayap berupa aktifitas memakan bahan berlignoselulosa pada produk komposit seperti FPC termodifikasi ditentukan oleh kekompakan antara plastik (PP) dan serat kardus sebagai filler ditambah dengan tinggi rendahnya keberadaan zat aktif MAH. Proses pembuatan papan FPC termodifikasi juga dapat menyebabkan perubahan drastis pada tingkatan serangan rayap. Apabila komposisi panyusun sudah tepat tetapi proses pembuatan tidak baik maka akan menghasilkan celah untuk dapat digunakan rayap untuk menyerang papan FPC.

Pola Serangan Rayap

Pola serangan rayap pada produk papan serat berbahan lignoselulosa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya keberadaan lignoselulosa pada FPC tersebut. Berikut adalah hasil pola serangan rayap yang diperoleh setelah pengujian grave


(59)

Gambar 8. FPC 50:50 2% Setelah Pengujian Serangan Rayap

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa serangan rayap tanah

(M. gilvus Hagen) pada FPC 50:50 2% sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh

penampang FPC setelah dibelah menunjukkan lubang-lubang bekas serangan rayap. Banyaknya (berbanding 50% dengan plastik PP) kandungan selulosa pada serat kardus diduga menjadi pemicu serangan rayap yang tinggi pada FPC 50:50 2% ini. Pada Gambar 8 (ditandai dengan lingkaran merah), pola serangan rayap setelah menembus FPC menyerupai jalur pusaran (melingkar). Pola serangan rayap juga dipengaruhi oleh letak-letak penghalang antara rayap dengan sumber makanannya (bahan berlignoselulosa) yang dalam hal ini (pengujian FPC) adalah serat kardus. Pada umumnya untuk membuat suatu papan serat penyebaran antara substrat dan matriks haruslah merata. Pada saat proses pengujian, rayap dapat menembus plastik yang menghalangi/terikat dengan serat kardus walaupun plastik bukan merupakan makanan rayap tanah. Hal ini sesuai dengan Nandika et.al

(2003) yang menyatakan bahwa rayap dapat menyerang dengan berbagai cara salah satunya dengan menembus obyek-obyek penghalang seperti plastik, logam tipis, dan lain-lain walaupun penghalang tersebut bukan objek makanannya.


(1)

Hasil Hutan l(1): 34-44 (2008). Pusat Penelitian dan Pengembangan

HasilHutan. Bogor.

Setyawaty, D., (2003), Komposit Serbuk Kayu Plastik Daur Ulang: Teknologi

Alternatif Pemanfaatan Limbah Kayu danPlastik,

http://tumoutou.net/702_07134/dina_setyawati.htm. 22 Agustus 2006.

Setyawati, D, Hadi, Y,S, Massijaya, M,Y dan Nugroho N. 2008. Karakteristik

Papan Komposit dari Serat Sabut Kelapa dan Plastik Polipropilena Daur

Ulang Berlapis Anyaman Bambu. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan

Vol I No1. 18-26.

Smith, P. and M.Wolcott. 2006. Opportunities for Wood/Natural Fiber-Plastic

Composites in Residential and Industrial Applications. Forest Products

Journal 56 (3) 4-11.

Tarumingkeng RC. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Di

Indonesia. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPHH) No.133.

Bogor

Wolcott, MP (2003) Formulation and process development of flat-pressed

wood-polyethylene composites.

Forests Product Journal

53(9): 25 -32

Yandesman. 1998. Pengaruh Tingkat Penambahan Kayu Akasia dan Perebusan

Kayu Karet Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Serat Campuran

[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.


(2)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Kerapatan FPC termodifikasi

Perlakuan Kerapatan (%)

Perbandingan PP dan Serat

Kardus

MAH 1 2 3 4 5 6

50:50 1% 0,78 0,79 0,96 0,85 0,71 0,90

50:50 2% 0,92 0,48 0,62 0,86 0,76 0,88

60:40 1% 0,88 0,94 0,95 0,77 0,80 0,83

60:40 2% 0,93 0,86 0,93 0,80 0,68 0,86

70:30 1% 0,85 0,87 0,86 0,70 1,04 0,66

70:30 2% 0,87 0,92 0,90 0,81 1,02 0,88

Lampiran 2. Data Analisis Sidik Ragam Kerapatan FPC termodifikasi

Sumber Keragaman JK dB KT FHitung Sig

Perlakuan 0,070a 5 0,014 1,117tn 0,373

Perbandingan PP 0,036 2 0,018 1,434tn 0,254 Zat Aditif MAH 0,001 1 0,001 0,057tn 0,814 Perbandingan PP*Zat Aditif MAH 0,033 2 0,017 1,329tn 0,280

Galat 0,377 30 0,013

Total 25,648 36

Ket

: tn : tidak berpengaruh nyata

Lampiran 3. Data Kadar Air FPC termodifikasi

Perlakuan Kadar Air (%)

Perbandingan PP dan Serat

Kardus

MAH 1 2 3 4 5 6

50:50 1% 15,23 2,67 1,65 3,91 1,70 1,24 50:50 2% 1,27 0,03 0,22 31,72 61,51 25,11 60:40 1% 5,83 0,58 2,10 4,93 22,76 1,74 60:40 2% 25,47 0,99 0,71 8,27 0,27 0,60 70:30 1% 12,03 14,14 16,67 20,15 5,70 11,40

70:30 2% 0,67 0,82 0,39 0,34 0,46 0,60

Lampiran 4. Data Analisis Sidik Ragam Kadar Air FPC termodifikasi

Sumber Keragaman JK dB KT FHitung Sig

Perlakuan 1475,983a 5 295,197 2,140tn 0,088

Perbandingan PP 256,216 2 128,108 0,929tn 0,406

Zat Aditif MAH 6,287 1 6,267 0,045tn 0,833

Perbandingan PP*Zat Aditif MAH 1213,500 2 606,750 4,398* 0,021

Galat 4138,364 30 137,945

Total 8179,432 36

Ket

: tn : tidak berpengaruh nyata

* : berpengaruh nyata


(3)

Lampiran 5. Data Uji Duncan Kadar Air FPC termodifikasi

PerbandinganPP N

Subset

1

70:30

12

6.1875

60:40

12

8.9475

50:50

12

12.1883

Sig.

0.247

Lampiran 6. Data Pengembangan Tebal FPC termodifikasi

Perlakuan Pengembangan Tebal (%)

Perbandingan PP dan Serat

Kardus

MAH 1 2 3 4 5 6

50:50 1% 8,07 8,54 24 26,14 17,04 7,21

50:50 2% -3,29 19,40 27,49 -17,53 -15,28 -18,47 60:40 1% -12,85 -0,18 -1,59 -21,46 -10,65 -12,91 60:40 2% -17,87 26,43 22,76 2,4 36,04 16,82 70:30 1% 5,57 -13,20 -7,18 4,53 -18,32 26,19 70:30 2% 4,79 -5,39 -2,21 -3,71 -0,54 -4,51

Lampiran 7. Data Analisis Sidik Ragam Pengembangan Tebal FPC termodifikasi

Sumber Keragaman JK dB KT FHitung Sig

Perlakuan 2119,806a 5 423,961 1,887tn 0,126 Perbandingan PP 175,682 2 87,841 0,391tn 0,680 Zat Aditif MAH 197,122 1 197,122 0,877tn 0,356 Perbandingan PP*Zat Aditif MAH 1747,002 2 873,501 3,888* 0,032

Galat 6739,940 30 224,665

Total 8863,799 36

Ket

: tn : tidak berpengaruh nyata

* : berpengaruh nyata

Lampiran 8. Hasil Uji Duncan Pengembangann tebal FPC termodifikasi

PerbandinganPP N

Subset

1

70:30

12

-2.7600

50:50

12

1.5183

60:40

12

2.2483


(4)

Lampiran 9. Data Daya Serap Air FPC termodifikasi

Perlakuan Daya Serap Air (%)

Perbandingan PP dan Serat

Kardus

MAH 1 2 3 4 5 6

50:50 1% 6,41 1,41 2,97 3,69 3,99 3,27

50:50 2% 1,03 3,98 1,93 2,44 1,69 1,68

60:40 1% 2,07 4,26 3,10 3,40 3,40 4,37

60:40 2% 1,70 1,60 0,54 1,28 1,35 1,17

70:30 1% 3,14 1,02 0,80 3,08 4,45 3,88

70:30 2% 1,39 1,55 1,55 1,10 0,31 1,62

Lampiran 10. Data Analisis Sidik Ragam Daya Serap Air FPC termodifikasi

Sumber Keragaman JK dB KT FHitung Sig

Perlakuan 31,990a 5 6,398 5,429* 0,001

Perbandingan PP 4,732 2 2,366 2,007tn 0,152 Zat Aditif MAH 26,351 1 26,351 22,358* 0,000 Perbandingan PP*Zat Aditif MAH 0,908 2 0,454 0,385tn 0,684

Galat 35,358 30 1,179

Total 275,766 36

Ket

: tn : tidak berpengaruh nyata

* : berpengaruh nyata

Lampiran 11. Hasil Uji Duncan Daya Serap Air FPC termodifikasi

PerbandinganPP N

Subset

1

70:30

12

1.9908

60:40

12

2.3533

50:50

12

2.8742

Sig.

.068

Lampiran 12. Data Penurunan Berat FPC termodifikasi

Perlakuan Penurunan Berat (%)

Perbandingan PP dan Serat

Kardus

MAH 1 2 3 4 5 6

50:50 1% 13,23 2,6 1,62 3,76 1,68 1,23

50:50 2% 1,25 0,03 0,22 24,08 38,08 20,07 60:40 1% 5,51 0,58 2,06 4,69 18,54 1,71 60:40 2% 20,03 0,99 0,71 7,64 0,02 0,05 70:30 1% 10,74 12,39 14,28 16,77 5,39 10,24


(5)

Lampiran 13. Data Analisis Sidik Ragam Penurunan Berat FPC termodifikasi

Sumber Keragaman JK dB KT FHitung Sig

Perlakuan 790,341a 5 158,068 2,388tn 0,061

Perbandingan PP 97,257 2 48,629 0,735tn 0,488 Zat Aditif MAH 4,663 1 4,663 0,70tn 0,792 Perbandingan PP*Zat Aditif MAH 688,420 2 344,210 5,201* 0,012

Galat 1985,445 30 66,181

Total 2775,785 36

Ket

: tn : tidak berpengaruh nyata

* : berpengaruh nyata

Lampiran 14. Data Uji Duncan Penurunan Berat FPC termodifikasi

PerbandinganPP N

Subset

1

60:40

12

5,2108

70:30

12

5,8917

50:50

12

8,9878

Sig.

0,292

Lampiran 15. Data kerapatan FPC sebelum pengujian

grave yard test

Perlakuan Kerapatan

Perbandingan PP dan Serat

Kardus

MAH 1 2 3 4 5 6

50:50 1% 0,95 0,84 1,2 1,11 0,81 0,98

50:50 2% 0,87 0,64 0,79 0,91 0,91 0,88

60:40 1% 0,74 0,92 0,93 0,63 0,88 0,73

60:40 2% 0,9 1,07 1,18 0,86 0,91 1,01

70:30 1% 0,99 0,86 0,91 0,87 0,91 0,92


(6)

Lampiran 16. Data berat FPC sebelum uji

grave yard test

(BA sebelum oven)

Perlakuan Massa (gram)

Perbandingan PP dan Serat

Kardus

MAH 1 2 3 4 5 6

50:50 1% 44,13 40,44 45,01 43,78 36,11 37,86

50:50 2% 41,89 32,11 41,86 39,67 42,05 38,02

60:40 1% 41,12 42,66 44,54 35,98 43,21 36,12

60:40 2% 43,38 43,12 44,28 41,1 29,44 37,32

70:30 1% 35,87 42,23 45,26 43,19 41,08 40,31

70:30 2% 37,91 43,12 43,57 38,31 38,74 40,49

Lampiran 17. Data berat FPC sebelum uji

grave yard test

(BKT sesudah oven)

Perlakuan Massa (gram)

Perbandingan PP dan Serat

Kardus

MAH 1 2 3 4 5 6

50:50 1% 43,20 39,56 43,04 42,49 34,59 36,68

50:50 2% 40,77 30,37 40,98 38,16 40,20 36,97

60:40 1% 40,50 41,34 43,22 35,57 42,01 35,01

60:40 2% 42,26 42,45 43,87 40,20 28,85 36,72

70:30 1% 35,01 41,90 44,66 42,57 40,22 39,65


Dokumen yang terkait

Ketahanan Fiber Plastic Composite (FPC) Termodifikasi terhadap Serangan Penggerek Laut (Marine Borer)

0 27 108

Fiber-Plastic Composite dari Kertas Kardus dan Polietilena (PE) dengan Penambahan Maleat Anhidrida (MAH) dan Benzoil Peroksida (BP)

1 71 80

Ketahanan Fiber–Plastic Compositedari Kertas Kardus dan Polietilena (PE) dengan Penambahan Maleat Anhidrida (MAH) dan Benzoil Peroksida (BP) Terhadap Cuaca

1 6 73

Ketahanan Fiber–Plastic Compositedari Kertas Kardus dan Polietilena (PE) dengan Penambahan Maleat Anhidrida (MAH) dan Benzoil Peroksida (BP) Terhadap Cuaca

0 0 11

Ketahanan Fiber–Plastic Compositedari Kertas Kardus dan Polietilena (PE) dengan Penambahan Maleat Anhidrida (MAH) dan Benzoil Peroksida (BP) Terhadap Cuaca

0 0 2

Ketahanan Fiber–Plastic Compositedari Kertas Kardus dan Polietilena (PE) dengan Penambahan Maleat Anhidrida (MAH) dan Benzoil Peroksida (BP) Terhadap Cuaca

0 0 3

Ketahanan Fiber–Plastic Compositedari Kertas Kardus dan Polietilena (PE) dengan Penambahan Maleat Anhidrida (MAH) dan Benzoil Peroksida (BP) Terhadap Cuaca

0 2 8

Ketahanan Fiber–Plastic Compositedari Kertas Kardus dan Polietilena (PE) dengan Penambahan Maleat Anhidrida (MAH) dan Benzoil Peroksida (BP) Terhadap Cuaca

0 0 4

Ketahanan Fiber–Plastic Compositedari Kertas Kardus dan Polietilena (PE) dengan Penambahan Maleat Anhidrida (MAH) dan Benzoil Peroksida (BP) Terhadap Cuaca

0 0 15

KETAHANAN FIBER-PLASTIC COMPOSITE DENGAN PENAMBAHAN MALEAT ANHIRIDA (MAH) SEBAGAI COMPABILITIZER DAN BENZOIL PEROKSIDA (BPO) SEBAGAI INISIATOR TERHADAP SERANGAN RAYAP

1 0 14